“Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan : Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia 18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuann dengan Allah, karena kebodohan yang ada didalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.19 Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakannya dengan serakah segala macam kecemaran.20 Tetapi kamu bukan demikian.Kamu telah belajar mengenal Kristus.”
Efesus 4:17-20
“Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini.3 Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus-dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, 4 ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang meyebabkan dengki,cidera, fitnah,curiga, 5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.”
1 Timotius 6:2b-5
Jika pembaca mengamati dan menggumulkan ayat-ayat yang kami sodorkan ini akan lebih mengerti bahwa bulat dan tidaknya kepercayaan kita kepada Tuhan akan menjadi pengendali pikiran kita. Dan pikiran kita adalah pengendali sekaligus motornya perbuatan dan sepak terjang kita hari-demi hari yaitu yang kita lakukan dengan sadar.
Mengapa demikian karena awal dari pikiran kita, kita terpautkan atau tidak kita terpautkan kepada firman Tuhan (petunjuk perbuatan) adalah tergantung kita percaya atau tidak kepada yang memberi nasihat atau menuliskannya (Alkitab) serta akibatnya jika petunjuk tak dilaksanakan. Kalau kita sudah tidak percaya bahwa Paulus menulis ini adalah atas ilham dan perintah Allah, bagaimana bisa mempercayai bahwa nasihatnya mempunyai kuasa dan kemudian mau mepelajarinya. Paling paling membaca Alkitab hanya seperti ketika membaca buku Pinter, atau Almanak atau Primbon atau majalah. Sedangkan yang dituliskan oleh Paulus adalah petunjuk kehidupan yang bermuatkan dan ber intikan adanya kuasa dari Yesus, yang sekarang melalui Roh Kudus. Roh Kudus dan Darah Yesus bukanlah sekedar mitos atau sejarah manusia biasa, tetapi memiliki makna yang ada kuasanya. Bagaimana akan melakukan sesuatu yang tidak dipercayainya bahwa itu mempunyai kuasa? Apalagi faktanya bukti-bukti dari kuasa Yesus atau campur tangan Allah ini tidak transparan dan instan seperti orang sulapan yang sim salabim, kertas koran disulap langsung jadi burung dara. Dapat dengan mudah dilihat dengan mata jasmani. Begitu pula ketika kita mendapati persoalan yang memerlukan pemecahan atau jawaban untuk pemecahannya bagaimana, kita tidak langsung mendapatkan jawaban semudah itu dari Tuhan seperti jika kita bertanya kepada manusia.
Bagi yang sudah mengerti akan dapat membedakan, disinilah perbedaannya antara Allah Yang Maha Tinggi dengan manusia biasa, dimana untuk melihatnya saja sudah memerlukan persyaratan tertentu. Karena orang tidak mengerti persyaratan ini, maka ketika minta tolong atau tanya kepada Tuhan tidak langsung di jawab, karena seringnya tidak di jawab dan tidak ada yang memberikan penjelasan mengapa tak langsung di jawab, dan bagaimana supaya bisa bertatap muka dengan Tuhan secara rohani,membuat kita semakin tidak mengerti maka kemudian menjadi antara setengah percaya dan setengah tidak percaya kepada firman Tuhan, dan kemudian berpalinglah ke illah lain.
Kasus semacam ini sebenarnya adalah tugas kita semua yang merasa telah lebih dahulu di beri talenta oleh Tuhan sesuai dengan pengutusan Yesus seperti yang tertulis pada Matius 28:19,20. Wajib mengajarkan kepada orang lain sampai ke ujung bumi agar kualitas percayanya terhadap kuasa Tuhan dan Roh Kudus, tidak sebatas dalam percaya dalam kekagumannya saja.
Seperti ketika melihat manufer pesawat Sukoi, kita percaya dan kagum bahwa Sukoi memang hebat kemudian berteriak kagum dengan bersorak dan bertepuk tangan. (baca Markus 7:6,7) sorak sorai dan tepuk tangan hanyalah ekspresi kita sebagai umatNya yang cukup bangga memiliki Yesus yang rela menderita dan mati untuk menebus dosa kita.Tetapi Tuhan menghendaki lebih dari itu yaitu ketaatan kita melakukan segala ketetapan-ketetapanNya yang di aplikasikan di setiap segi kehidupan kita tidak hanya ucapan bibir dan tepuk tangan.
Kembali kepada pokok permasalahan, bagaimana kita mengagumi pesawat Sukoi dengan menjadi pilotnya mengejar musuh jika kita tidak bisa menjadi pilotnya. Dari mana kita tertarik mempelajari Sukoi sampai bisa menjadi pilotnya jika kita percayanya kepada F16 . Jika kenyataannya demikian akhirnya Sukoi tersebut cuma menjadi koleksi berharga. Di pamer-pamerkan kemana-mana tetapi tidak di piloti.(pamer kemana-mana jika punya Yesus dan Roh Kudus tetapi tidak memanfaatkannya dalam membawa diri kita untuk mendapat kemenangan menghalau musuh yaitu hawa nafsu kedagingan dan nafsu srakah, gila hormat dan lain-lain.
Kalimat percaya memang pendek, tetapi implikasi dalam kehidupan se hari-hari cukup rumit dan tidak sederhana. Dan memang betul apa yang di ucapkan bahwa percaya ini sangat besar kuasanya, tetapi percumah-kan jika cuma jadi pengagum dan penonton tetapi tidak menjadi pilotnya?
Jika diperlukan Anda dapat berkonsultasi melalui telepon:021-98791377, 024 -7473096, 08889149388
Bagi yang tergerak untuk mendukung pelayanan ini
Dapat mengirimkannya ke Bank mandiri
a/n Sudaryono AC no. 135 000 3099 890
.
DOAKAN PELAYANAN
CD GRATIS UNTUK MENJANGKAU YANG TIDAK SUKA INTERNET
SERI 5 BUKU KUNCI KEHIDUPAN
HILANGNYA SEBUTIR MUTIARA KELUARGA
(bag A )
Penulis pernah ngobrol santai dengan seorang ibu muda. Ibu ini seorang Kristen yang taat. Ia bersuamikan seorang aktivis gereja, yang rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Karena itulah Ia yakin dan percaya bahwa suaminya tidak akan terkena dosa ketujuh (perzinahan). Menurutnya, ketaatan suaminya ke gereja dan rajinnya melakukan pelayanan merupakan alasan mengapa ia yakin suaminya tidak akan kena dosa ketujuh.
Dalam cerita yang lain seorang ibu rumah tangga di kawasan Jl. Dr. Wahidin Semarang yang ia harus cerai dengan suaminya. Mengapa ia cerai ? ibu ini lewat pelayanan gereja, sering terlibat acara visitasi bersama Pak Pendeta. Pak Pendeta pasti orang beriman bukan ? (secara logika demikian) apalagi mereka berdua rajin pelayanan diantaranya dengan visitasi (mengunjungi jemaatnya) Berkunjung ke jemaat-jemaatnya tentunya adalah dalam rangka membagi-bagi berkat imannya. Ceritanya cukup panjang, pokoknya ibu yang Kristen ini akhirnya terjadi skandal seks dengan Pak Pendeta yang juga Kristen (tentu bukan anda) mungkin karena witing tresno jalaran soko kulino, karena seringnya berbagi rasa dan ketemu akhirnya jatuh cinta dan mereka lupa bahwa masing-masing sudah mempunyai suami dan isteri, tetapi kena apa mereka masih terkena dosa ke tujuh?. Peristiwa orang yang rajin pelayanan namun terkena dosa ketujuh tidak hanya satu ini, tetapi banyak terjadi dimana-mana. Banyak terjadi pengertian yang keliru, menganggap jika sudah rajin pelayanan dan Kristen, pasti terhindar dari marabahaya termasuk terkena dosa ketujuh. Hanya karena terjadi kekeliruan pemahaman dan keyakinan kemudian tidak memproteksi diri, berupaya melindungi diri bagaimana supaya benteng perlindungan itu menjadi kokoh dan kuat. Selain itu kurang mengerti bahwa target iblis adalah orang-orang beriman. Pengertian yang keliru juga banyak orang Kristen tanpa sadar memperbudak Tuhan melalui doa-doanya, modalnya hanya berdoa dan percaya bahwa doanya pasti dikabulkan, apalagi merasa berdoa dan berpuasa. Doa memang harus dilakukan, sebagai dasar orang percaya bahwa Tuhan Maha Kuasa, tetapi manusia harus melangkah dengan berbuat sesuatu sesuai dengan bekal akal budi dan talenta yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita.
Cerita kedua ini mematahkan kepercayaan ibu yang pada cerita pertama. Barangkali pembaca juga melihat orang lain atau dirinya sendiri yang meskipun Kristen dan rajin ke gereja namun juga berselingkuh. Dalam hal ini penulis tidak akan menjadi hakim terhadap orang lain atau pembaca tulisan ini (anda), apalagi penulis sendiri juga pernah mengalami dosa ke tujuh. Tetapi dalam tulisan ini akan sharing dari pengetahuan dan pengalaman penulis bagaimana perzinahan juga melanda orang Kristen.
Apalagi konon di negeri Belanda orang Kristen berselingkuh bukanlah suatu yang aneh, konon ceritanya katanya disana orang Kristen berselingkuh itu sudah lumrah. Tetapi jika perselingkuhan dibiarkan melanda rumah tangga Kristen, hancurlah sudah harapan Allah supaya kita umat percaya dapat masuk surga untuk memuliakan Allah, sebab sesuai dengan Yesaya 59 : 1,2 melalui dosa membuat hubungan manusia menjadi putus. Jadi strategi iblis adalah membuat saleh-saleh Tuhan putus hubungan dahulu dengan Tuhan. Coba baca ulang ketika Adam dan Hawa pertama kali jatuh dalam dosa dengan makan buah pengetahuan, mereka Adam dan Hawa “menyelinap” atau menjahui Tuhan bukan ? Sampai Tuhan memangngil-manggil : ‘dimana kamu Adam?’ Apalagi yang dosa karena berzinah !
SEBAB - SEBAB MENGAPA BERSELINGKUH“Sadarlah dan berjaga jagalah ! lawanmu, si iblis , berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum mencari orang yang dapat ditelannya.”
1 Petrus 5:8
Secara rohani, iblis berada dimana-mana mencari manusia yang akan ditelannya dijadikan mangsa supaya binasa. Dalam rangka inilah iblis mengacau rumah-tangga, rumah-tangga agar dapat dijadikan mangsanya. Biasanya cara-cara yang dipakai iblis adalah membuat suasana rumah tangga kacau, jika suami – isteri tidak tahan uji. Setelah rumah tangga kacau, mulailah iblis berperan lebih dalam, yakni memberi iming-iming melalui bisikan dalam hati kepada suami atau kepada isteri. Iming-iming sesuatu pikiran yang menggiurkan. Jika nalar orang yang dijadikan obyek iblis menjadi iming-iming ini terkena, maka ia namanya disebut tergoda. Yaitu terobsesi untuk melakukan sesuatu karena ingin merasakan iming-iming yang sudah mernjadi angan-angannya. Jika godaan ini semakin menancap, maka orang ini semakin tergiur dan tidak sabar lagi karena sudah sangat tergiur untuk cepat-cepat melakukan supaya segera terlaksana. Ia menjadi tergiur bahwa jika (misalnya) ia berselingkuh maka ia akan mendapatkan kenikmatan dan terhindar dari masalah (setres) yang ia hadapi sekarang. Dan biasanya bagi orang yang tidak mendapat proteksi Tuhan, iblis memfasilitasinya dengan kemudahan-kemudahan supaya keinginnannya berselingkuh tercapai. Tetapi bagi orang yang sedang mendapat protrksi Tuhan, meskipun hati dan pikirannya (manusia) sudah ada niatan berselingkuh cukup yang besar, tetapi ada-ada saja sehingga keinginan berselingkuh tersebut tak akan jadi dilaksanakan. Bagi yang peka, begitu melihat kenyataan bahwa ingin berselingkuh tetapi ternyata terjadi halangan sehingga tak keturutan maka ia akan sadar bahwa ia telah diproteksi dan di ingatkan Tuhan bahwa apa yang akan dilakukan tersebut tidak baik, jantungnya berdebar-debar. Tetapi bagi yang tidak peka, maka begitu terhalang atau jantungnya berdebar-debar, ia tak mau gagal maka ia mencoba lagi dan mencoba lagi beberapa kali hingga betul-betul berhasil melakukan perselingkuhan. Fasilitas yang iblis sediakan bisa dalam bentuk kesempatan, sampai orang yang akan dijadikan pasangan perselingkuhannya, maupun fasilitas lain yaitu tempat atau uang untuk prasarana berselingkuh. Jadi penyelewengan itu sebenarnya tidak berdiri sendiri secara murni. Mengapa demikian, karena dalam diri manusia terdapat peluang untuk iblis masuk dalam peristiwa yang dialami secara alami oleh setiap manusia. Fasilitas tersebut adalah hormon seks yang ada dalam tubuh manusia yang mempengaruhi pikiran manusia. Itulah sebabnya mengapa Yakobus dalam tulisannya mengatakan bahwa manusia dicobai dan terpikat dan terseret oleh keinginan dirinya sendiri (Yak 2:15), karena iblis masuk melalui pikiran.
Biasanya jika sudah berulang kali manusia terus mengusahakan untuk melakukan, Tuhan kemudian melepaskanNya seperti orang yang mau cerai, yaitu Tuhan mengijinkan hanya karena atas kemauannya sendir yang keras untuk melakukannya.
lSekarang dari sudut biologis, manusia secara genetikal memiliki hormon seksual. Hormon ini sebenarnya diciptakan Tuhan untuk keperluan regenerasi dan guna mengerti betapa kebesaran Tuhan atas penciptaanNya yang tidak tertandingi (hanya gesekan dari dua kulit = alat kelamin, dapat menimbulkan kenikmatan yang luar biasa, dan para ahli belum ada yang mampu membuat imitasinya) Hormon seks tersebut disebut progresteron bagi hormon perempuan dan testoteron bagi hormon lelaki, setiap hari selalu diproduksi terus oleh tubuh secara otomatis oleh setiap orang yang telah dewasa, jadi anak yang belum dewasa belum memproduksi hormon ini. Tanda-tanda dari telah diproduksinya hormon ini adalah dimulainya ada haid bagi wanita dan adanya mimpi basah bagi anak lelaki atau mulai tumbuhnya rambut diluar kepala. Efek samping dari hormon ini adalah adanya dorongan yang kuat untuk melakukan hubungan seks (tanpa melihat sudah menikah atau belum menikah). Bagi yang subur produksinya dan kemudian ditunjang dengan kualitas hormon yang baik, maka keinginan ini semakin menggebu-nggebu. Produksi sperma (pria) selama 24 jam akan mampu untuk melakukan hubungan seks lebih dari 3x sehari
*). Testoteron merupakan hormon seks yang kemudian disebut sperma ini terproduksi dengan cepat setelah masa pubertas dengan perantaraan stimulus hormon-hormon gonadotro pin hipofisis anterior. Puncak diagram yang tertinggi adalah pada usia 20 tahunan dan kemudian terus menurun
**). Kegunaan testoteron tidak hanya untuk keperluan seks saja, namun sebenarnya juga untuk keperluan perkembangan dan pertumbuhan phisik dan kekuatan otot atau perkembangan muskulatur. Oleh karenanya pria yang terlalu over produksi testoteron akan baik jika disalurkan untuk kegiatan fisik misalnya olah raga. Kebalikannya orang yang over melakukan hubungan seks akan terlihat loyo atau rapuh (pria dan wanita sama saja).
Rangsangan
Rangsangan timbulnya birahi ada bermacam-macam. bisa timbul dari produksi hormon yang subur yang kemudian mempengaruhi otak, dan juga bisa dari penyebab yang lain, namun muaranya tetap ada pada tersedianya hormon seks yang berlebihan. Penyebab kesuburan ini terutama dari kandungan makanan atau minuman tertentu yang mengandung mineral dan vitamin tertentu terutama B dan E dan mineral misalnya Zat besi dan kalsium. Sebagai contoh daging kambing, buah durian, buah nanas, kacang-kacangan, minuman bir dan sebagainya adalah menyuburkan produksi hormon seks.
Rangsangan untuk memproduksi hormon selain berasal dari makanan ada juga rangsangan yang berasal dari fikiran. Rangsangan dari fikiran ini biasanya timbul dari penglihatan mata dan chayalan, kemudian sebagai akibat dari sentuhan kulit bagian tertentu dengan lawan jenis. Yang semuanya mengarah kepada otak untuk menjadi suatu pikiran dan membayangkan atau berchayal (Yakobus 1 : 14, 15) Mimpi cinta juga salah satu rangsangan yang kuat untuk menimbulkan pikiran-pikiran porno. Meskipun bisa jadi asal mimpi berasal dari bacaan porno atau tontonan yang merangsang atau rangsangan porno lainnya. Dalam hal ini menghindari tontonan-tontonan dan bacaan-bacaan porno sangat membantu untuk terhindar dari adanya mimpi basah yang otomatis berarti juga terhindar dari keinginan atau memuncaknya libido. Mimpi basah ada yang berasal secara alami, artinya tanpa menonton dan membayangkan sesuatu yang porno tetapi tiba-tiba justru bermimpi dan setelah bermimpi pikiran menjadi sangat terganggu karena mau tak mau memikirkan mimpinya yang sangat aneh dan terkesan itu. Hal demikian terjadi jika tanpa sadar sebetulnya hormon seks yang ada dalam tubuh over persediaan, perlu penyaluran (lihat peristiwa Tamar yang di perkosa oleh saudaranya sendiri, dan juga kedua anak perempuan Lot).
Kejadian AlamiDiatas telah kami sebutkan bahwa produksi hormon testoteron terus menurun setelah pada puncaknya berusia ± 20 tahun bagi pria. Penurunan produksi hormon ini juga diikuti dengan penurunan vitalitas tubuh. Namun bagi yang badannya fit tidak terlalu terasa. Terasanya hanya pada waktu habis terkena sakit yang agak lama.
Menurunnya vitalitas ini terjadi pada pria maupun wanita. Jika wanita klimaksnya pada waktu manoupause. Karena setelah manoupause tidak lagi memproduksi progresteron secara besar-besaran lagi karena persediaan telornya telah habis. Karena sudah tidak memproduksi lagi maka kemudian disebut mati haid. Awal bagi pria ada perselingkuhan adalah ada pada keinginannya untuk coba-coba mengetes dirinya sendiri, apakah masih fit dan masih “laku” atau tidak. Dorongan untuk melakukan test ini bermacam-macam, bisa karena lingkungan pergaulan, bisa karena suasana lingkungan rumah tangganya yang kurang baik dan kurang harmonis, bisa juga karena tuntutan pekerjaan misalnya pelobi, bisa karena godaan lawan jenis, bisa karena kejenuhan dan nostalgia pada waktu masih pacaran yang tak bisa terulang dengan istrinya karena telah punya anak dan tanggung jawab, dan sebagainya, bisa juga karena memang celutak (mata keranjang). Meskipun ini cuma coba-coba namun ini bisa menjadikan kecanduan jika sang isteri tidak memproteksinya dan melakukan tindakan preventif, bagi perempuan juga sama karena penulis sendiri pernah dikejar-kejar perempuan muda yang birahi.
Biasanya pria rawan kejadian ini pada usia 40 – 50 tahun, sedang bagi wanita biasanya ada pada usia setelah usia 25 tahun menjelang 30 tahun jika belum menikah dan terulang lagi ketika usia 36 – 40 tahun. Pengaruh yang besar adalah lingkungan dan pergaulan, serta ketebalan imannya bagaimana.
Dorongan Kebutuhan Hidup
Cerita Abraham dan Sarai ketika datang ke Istana Firaun di Mesir (Kej 12:10, Kej 20:2) dan Ishak dengan Ribka (Kej 26:7) adalah keinginan melakukan perzinahan demi kebutuhan hidup. (namun Tuhan melindungi dan tidak mengijinkan hal itu terjadi). Masih banyak lagi kejadian-kejadian perselingkuhan yang terjadi demi kebutuhan hidup, baik dalam cerita Alkitab maupun dalam kehidupan sehari-hari pada zaman ini. Pada zaman ini banyak PSK (pekerja seks komersial) mengaku ia terpaksa mau menjadi PSK karena adanya desakan ekonomi. Menurutnya untuk memenuhi desakan ekonomi yang paling mudah adalah menjadi PSK. Memang ada yang benar-benar karena desakan ekonomi, tetapi tidak jarang yang melakukan menjadi PSK sebenarnya bukan semata-mata oleh sebab kebutuhan ekonomi.
Akibat Rekayasa Iblis
Jika kita mengamati dengan teliti dialog iblis dengan Allah (Ayub 1 : 6 – 12) dapat disimpulkan bahwa iblis diberi kesempatan untuk mengacau umat Allah (baca menguji). Siapakah Ayub ? Ayub adalah umat Allah yang saleh dan taat (Ayub 1 : 8b) namun tetap di ijinkan oleh Allah untuk dijamah iblis, untuk dikocok kehidupannya. Begitu pula Daud orang yang diurapi Allah dan mempunyai kedudukan sebagai raja yang diurapi Allah dan bergengsi, mengapa ia sampai tergodai oleh Betsyeba? Potifar, Lot dengan kedua anaknya perempuan (Kej 19 : 31, 34, 35) adalah suatu kejadian yang tidak boleh dianggap sebagai mitos. Disini perlu dicurigai bahwa dalam peristiwa ini iblis turut ambil bagian dengan merekayasa membuat situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga sekenario iblis dapat terwujud, yaitu melalui situasi dan kondisi yang membuat orang mudah tergelincir.
Lahirnya PP no 10 th ‘70 tentang perkawinan adalah bukti nyata maraknya perzinahan yang terjadi pada suami dan isteri-isteri di Indonesia. Dengan demikian akan banyak orang menjadi tergelincir jatuh kedalam dosa ketujuh. Akibat beruntun dari adanya dosa ketujuh ini adalah orang menjadi menjauhi Tuhan, ingat ketika Adam dan Hawa berdosa dengan memakan buah pengetahuan, meskipun dipanggil Tuhan namun beliau menjauh dan mennyelinap sehingga Tuhan bertanya : “dimanakah engkau ?” apa maknanya pertanyaan ini di tulis dalam Alkitab ? manusia jauh dari Tuhan ! Dan kemudian menurut Yesaya 59 :1,2 dosa itu menjadi pemisah hubungan antara Tuhan dengan manusia yang berdosa. Nah jikalau manusia hubungannya dengan Tuhan telah pisah dan jauh, kemanakah kira-kira manusia akan menjalin hubungan ?
Kesimpulannya adalah perzinahan tidak boleh dianggap remeh atau dianggap sebagai sesuatu yang tidak terlalu mengganggu bagi jemaat Kristus, dan perlu di ingat bahwa iblis ada dibalik peristiwa tersebut melalui berbagai tipu daya. Bisa jadi yang tidak mau mempersoalkan masalah ini karena mengakui bahwa masalah ini adalah sesuatu yang rumit dan sulit penanggulangannya dan belum mendapatkan resep jalan keluarnya untuk menghindar, sehingga sebenarnya dirinya terkena juga tetapi tak ketahuan.
Melalui tulisan ini penulis ingatkan bahwa suami-suami dan istri-istri wajib memberi perhatian khusus dalam hal yang satu ini. Mengapa? Karena hal ini sebenarnya semacam percikan air ketika orang mandi terhadap kozyn kayu Kalimantan pada pintu kamar mandi, kelihatannya cuma sedikit tidak memperlihatkan akibat yang parah, tetapi lama-lama kayu Kalimantan tersebut menjadi busuk dan keropos yang kemudian menjadi tak berdaya untuk sebagai gantungan (centelan) daun pintu, karena paku engselnya harus lepas. Dalam kehidupan keluarga juga demikian, melalui perzinahan ini akan membuat menjadi busuknya nama kita (pelaku) dan terlepasnya segala hal yang sangat kita dambakan dari diri kita, dan masih ditambah lagi bagi yang percaya bahwa perzinahan menghalangi masuknya orang kesurga meskipun aktivis gereja dan tiap hari mengucapkan kata-kata iman dan percaya kepada Yesus (Ibr .13:4) ingat Matius 7 : 23.
Perzinahan timbul karena kebutuhan alami (biologis) yang berarti tanpa mengenal siapa orangnya. Perzinahan timbul karena kebutuhan hidup (kedagingan), berarti sangat rawan bagi orang-orang yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Perzinahan timbul karena kebutuhan harga diri (gengsi) berarti sangat rawan bagi orang-orang yang sedang top kehidupannya, orang-orang yang punya jabatan dan punya uang. Perzinahan timbul karena campur tangan iiblis, berarti rawan bagi orang-orang yang beriman, orang-orang yang menjadi calon-calon saleh Tuhan. Sasarannya adalah orang-orang saleh, orang-orang yang rajin pelayanan bahkan pendeta-pendeta adalah target-target iblis untuk dikacaukan. Pepatah mengatakan semakin tinggi memanjat, angin yang meniupnya akan semakin kencang.
Cara Iblis Menyerang
Berbagai ungkapan dalam tulisan ini adalah contoh-contoh iblis menyerang umat Tuhan dengan tujuan supaya gagal menjadi saleh-saleh Tuhan. Iblis menciptakan situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga sasarannya mudah tergelincir melalui keinginannya sendiri (Yakobus 1:14). Setelah tergelincir maka siapapun tak akan luput dari hukuman Allah.
Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah Ibr 12:4
Hasil dari penghakiman adalah tidak diijinkannya masuk ke surga. Sebab sesuatu yang najis tidak boleh masuk ke surga.
“Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupannya anak domba itu.”
Wahyu 21 : 27
“ Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah, jangan sesat ! orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, 10. Pencuri, orang kikir, pemabuk, pemitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.”
I Kor 6 : 9, 10
Ingatlah selalu apa yang tertulis dalam II Petrus 1 : 8. Sadarlah dan berjaga-jagalah ! lawanmu si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
Jelaslah disini bahwa orang yang berbuat najis dan berdosa dan tidak tertulis dalam buku kehidupan Anak Domba Allah tidak akan dapat masuk dalam kerajaan Allah, meskipun ia rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Karcis masuk kerajaan Allah adalah tercatat dalam buku kehidupan dan tidak najis, tidak dusta dan lain-lain sesuai dengan yang tertulis dalam I Kor 6:9,10 dan sesuai dengan yang tersirat dalam I Kor 6:12-20. Yaitu yang dapat menjaga diri bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus yang tidak pantas dinajisi. Oleh karena itu bagi pembaca yang merasa pernah menjadi najis dan pernah berzinah, bertobatlah dan mintalah ampun kepada Allah. Ingatlah terhadap apa yang di ucapkan oleh Yesus sendiri dalam Matius 7:23.
Melalui Usia Setengah Baya
Dari data statistik ternyata usia ikut menjadi peranan besar terhadap nafsu birahi. Bagi wanita, pada umumya usia 25 – 30 th dan 35 – 40 th, sedangkan bagi pria pada usia 25 – 30 dan 45 – 50 th. Pada usia-usia ini terjadi krisis diantaranya kumulasi nafsu birahi + krisis percaya diri + krisis rumah tangga + krisis iman yang membuat Resultante terhadap keinginan melakukan dosa seksual. Pada saat saat inilah iblis leluasa masuk ibarat melalui lorong yang terbuka lebar (Luk 4:13, I Pet 5:8). Dari pengalaman konseling yang saya tangani, para konseli dengan latar belakang suaminya menyeleweng menjadi urutan terbanyak. Dan pada umumnya kejadian ini terjadi (suami yang menyeleweng) pada usia 40 – 50 th, terutama bagi isteri-isterinya yang kurang lebih usianya isteri sebaya atau lebih tua dibanding dengan suami.
Timbulnya nafsu birahi adalah pada umumnya disebabkan sebagai akibat adanya hormon seks yang sangat produktif. Sehingga memerlukan penyaluran yang produktif pula. Dorongan berikutnya ada pada krisis percaya diri, adalah sebagai akibat dari kesadaran dirinya bahwa ia dimakan usia. Satu sisi produksi hormon (nafsu birahi) terus meningkat namun pada perjalanan hidupnya cara bergaulnya telah tidak lagi mampu menjadi “ bintang ”. Dari dua hal ini kemudian timbullah pertanyaan, “masihkah aku punya daya tarik ?” untuk mendapatkan jawaban ini kemudian sekedar coba – coba yang sebenarnya hanya untuk “ testing “ diri pribadi dengan cara coba-coba (sekedar iseng).
Pada krisis rumah tangga, biasanya akan terjadi pada keluarga – keluarga yang kurang romantis dan kurang mampu membina suasana romantisme. Biasanya disebabkan oleh banyaknya tanggung jawab dan tugas pekerjaan yang menyita waktu serta perhatian pada romantisme. Kemesraan hubungan suami isteri menjadi terabaikan atau menjadi monoton (tanpa inofasi dan variasi) ibarat makan seharian, makannya nasi gudeg dan nasi sayur terus menerus. Begitu melihat bistik atau sate, maksudnya begitu melihat masakan yang lebih variatif menjadi “ lupa daratan “. Apalagi bagi keluarga-keluarga yang cintanya masih berkelas cinta eros (cinta kedagingan yang masih di dominasi oleh birahi) dan belum menyentuh cinta yang berdasarkan roh dan jiwa atau cinta agape.
Pada krisis iman biasanya ada pada orang yang sedang sukses sosial dan ekonomi. Biasanya pada orang – orang usia setengah baya adalah saat – saat dimana ia sukses secara ekonomi. Banyak uang dan banyak jabatan, termasuk jabatan pelayanan penginjilan. Apabila merasa bangga karena jabatannya, maka perasaan superior sering muncul dan mendominasi. Tanda tanda ini adalah banyaknya ucapan yang mengatakan ‘sibuk’ atau sok sibuk yang sesungguhnya telah dilanda rendah hatinya telah menipis. Seandainya ia gemar membaca Injil maka akan cenderung menafsirkan sesuai logikanya sendiri, karena merasa tak perlu “ meguru “. Apalagi bila kemudian tak ada waktu baca Alkitab dan belajar, akibatnya dapat ditebak apa pendapatnya terhadap Mat 23:27 ; 28.Hal ini bisa terjadi karena banyaknya orang yang memberi pujian kepadanya (pujian tidak murni, pujian basa basi, pujian yang bernuansa sanjungan dari si penjilat). Disinilah iblis leluasa masuk ! sebab ia terlalu mengandalakan kehebatan dirinya dan merasa superior, tandanya bila dikritik ia marah dan sulit menerima masukan dari orang lain terutama dari orang yang kurang sukses dari segi ekonomi, karena ia cenderung menganggap remeh.
Melalui Ketika Isteri Menopause
Setiap wanita menjelang monopause, biasanya mengalami banyak problem internal yang erat kaitannya dengan hormon dan emosi. Akibat dari dua hal ini akan erat hubungannya dengan interaksi suami - isteri (hubungan emosi dengan suami). Akan banyak keanehan – keanehan yang dapat menjengkelkan suami maupun isterinya sendiri. Hal yang sepele menjadi masalah dan rasa – rasanya tak masuk dinalar.
Dari akibat ini suami seperti terdorong untuk mencari “ hawa sejuk “ diluar rumah, yang besar kemungkinan iblis akan memanfaatkannya. Bagi orang yang beriman pada saat – saat demikian merupakan ujian berat sejauh mana memahami dan memegang firman Tuhan. Karena praktek langsung dari imannya dituntut untuk dibuktikan. Mengapa? Karena kurang lebih empat tahun sampai lima tahun menjelang menopause, banyak kejadian yang tidak jelas juntrungnya dan ujung pangkalnya yang dialami oleh para wanita yang menjelang menopause ini. Kejadian itu diantaranya adalah meningkatnya rasa cemburu terhadap suami, menjadi lebih sensitive sehingga kurang menggunakan akal sehat, pikirannya tidak tenang dan kacau seperti ketika menjelang menstruasi tiba, tetapi ini berlangsung setiap hari terus menerus. Kesemuanya ini sebagai akibat dari adanya perubahan dalam dirinya secara phisik maupun secara non phisik (perasaan , pikiran) diantaranya jika malam hari tiba, maka sering terjadi keluar keringat yang cukup banyak tanpa sebab, pengecapan perasa mulutnya terganggu yaitu gigi-giginya rasanya bak sebagai tembaga, bibir dan lidahnya berubah dalam mengecap rasa, sering pening, wajahnya mulai timbul fleg-fleg kemerah-merahan yang jika dilihat dengan cermin akan mengganggu kecantikannya. Secara hormonal kesemuanya ini sebagai akibat dimulainya berhenti memproduksi hormon progresteron dari dalam tubuhnya secara alami karena faktor usia) yang nantinya akan diikuti oleh berhentinya haid untuk selama-lamanya.
Dalam posisi demikian merupakan saat-saat yang sangat rawan bagi suami untuk meyeleweng, hanya karena isterinya sangat menjengkelkan dan tidak bersahabat, bahkan dikit-dikit salah paham atau marah-marah tanpa sebab yang jelas, bisa-bisa suasana rumah tangganya lebih banyak tidak harmonisnya dibanding dengan yang romantis. Disinilah rawan iblis masuk dalam rumah tangga jika tidak dilandasi oleh pengetahuan dan doa.
Menghilangkan Kemesraan
Menjadi tipisnya kemesraan antara suami dan isteri yang biasanya timbul sebagai akibat adanya yang kurang harmonis dalam rumah tangga, terutama sebagai akibat dari salah satu, suami atau isteri merasa lebih hebat atau merasa selalu benar atau saling ingin dominan akan menimbulkan kejengkelan – kejengkelan atau kemarahan – kemarahan.
Kejengkelan dan kemarahan ini akan menggangu romantisme hubungan suami isteri karena biasanya tidak ditampakkan secara fulgar jika sebenarnya terjadi kejengkelan atau merasa kalah dalam dominasi keluarga. Sebenarnya hanya berawal dari komunikasi yang tidak terjaga baik dan kemudian komunikasi itu sendiri terganggu, jadi sudah tidak terjaga dengan baik masih ditambah lagi dengan terganggu. Komunikasi yang terlalu jujur atau polos tanpa ada basa- basi menyesuaikan situasi tidak selalu tepat digunakan dalam segala situasi, kebalikannya komunikasi yang selalu ada basa-basi dan banyak tidak jujur juga tidak selalu tepat digunakan dalam segala situasi. Jadi penggunaan model komunikasi ini juga memerlukan seni berkomunikasi agar terjadi komunikasi yang baik dan dapat menjaga situasi tanpa menghilangkan sesuatu yang harus dikomunikasikan. Pada saat-saat tertentu harus jujur, dan pada saat-saat tertentu harus bisa berbasa basi. Jika tanpa memperhatikan lawan komunikan perasaannya sedang bagaimana, misalnya asal jawab maka akan dapat membuat situasi yang baik menjadi tidak baik dan panas. Terlebih jika kebetulan yang menerima jawaban sedang dalam posisi sensitif atau temperatur tinggi atau sedang dalam keadaan ”siklus”.
Dari uraian ini, sebaiknya setiap komponen keluarga (suami atau isteri) semestinya menyadari bahwa menjaga situasi untuk selalu dalam posisi mesra tidak bisa dengan cuma mengandalkan bahwa karena sudah menjadi suami dan isteri lalu asal bicara polos-polosan saja tanpa melihat situasi dan kondisi. Karena faktanya setiap individu apakah isteri atau suami posisi pikiran dan perasaannya berubah-rubah sesuai dengan beban pikirannya yang sedang menjadi beban saat itu. Beban pikiran tidak hanya beban keluarga secara makro saja tetapi juga beban secara individu yang bersifat pribadi, misalnya saja seorang ibu yang sedang mencemaskan anaknya karena lupa membawa salah satu perlengkapan sekolah katakanlah tipe ex. Meskipun ini menurut suami hanyalah sesuatu yang sepele, tetapi jika isteri mencemaskannya maka sudah menjadi beban pikirannya. Begitu pula suami, andaikata tadi dalam pekerjaan habis berselisih paham dengan relasi atau karyawannya bisa jadi ini menjadi beban pikirannya yang menjadikan menipisnya romantisme dengan isteri. Hal-hal yang demikian suami dan isteri perlu mempersiapkan diri senantiasa dalam berkomunikasi agar selalu terjaga dengan baik. Dengan kata lain kedua belah pihak tetap harus selalu saling menjaga, tidak asal berkomunikasi tanpa pikiran hanya dengan alasan karena sudah menjadi suami dan isteri, dengan anggapan harus dapat menerima dalam segala keadaan apa adanya, ingatlah suami maupun isteri bukan malaekat yang sempurna.
Penyakit yang lain adalah adanya perasaan super yang menghinggapi dirinya yaitu merasa lebih, dan biasanya perasaan seperti ini ter-implementasikan dalam sepak terjangnya sehari-hari. Sikap dan gayanya menjadi boss, lupa bahwa isteri atau suaminya adalah bukan anak buahnya (karyawannya) atau muridnya. Sikap dan gaya semacam ini jika terlalu lama, apalagi jika ditambahi dengan terlalu sering menyalahkan, meskipun faktanya memang kedapatan salah, akan menimbulkan depresi bagi yang sering disalahkan. Depresi kecil-kecilan ini akan mengganggu komunikasi dan menipisnya kemesraan hubungan antara suami dengan isteri. Dan kemudian juga mengganggu komunikasi yang menjadi kurang sehat. Depresi terselubung atau kecil-kecilan ini kadangkala akan menelorkan kalimat-kalimat atau tindakan yang kurang menyenangkan dan kurang nalar. Jadi jika dalam komunikasi keluarga sering terjadi kalimat dan tindakan yang kurang nalar perlu dicermati apakah ia sebenarnya sedang dalam keadaan depresi.
Penghilangan depresi ini salah satunya cara adalah diajak refresing apa saja yang dapat membuat menjadi terhibur, bisa sekedar diajak ngrumpi dan kemudian menghasilkan pencurahan isi hati, atau makan-makan diluar atau jalan-jalan di Mall pokoknya yang kira-kira menjadikan senang dan lega karena bisa rileks.
Rohaninya Di butakan
Cemburu buta oleh isteri terhadap suami biasanya hanyalah ibarat merupakan batang pohon yang nampak sebab berada diatas tanah, tetapi sesungguhnya yang terjadi bukanlah cemburunya itu sebab yang sesungguhnya adalah ibarat akar yang tertanam dalam tanah. Namun akar batang pohonnya yang tak nampak tersebut biasanya sangat beraneka ragam. Hal ini berdasarkan pengalaman yang saya tangani pada banyak konseling keluarga. Berikut beraneka ragam masalah dan kejadian yang kemudian nantinya akan menjadi penyebab terjadiya cemburu buta.
Kebutuhan Biologis Yang Tak Terpenuhi
Dari banyak kasus yang saya tangani, kebanyakan yang merasa kurang terpenuhinya kebutuhan biologis (kurang puas) pada umumnya adalah isteri. Jarang suami yang merasa kekurangan kebutuhan biologisnya. Karena biasanya suami yang kekurangan kebutuhan biologisnya lebih banyak mencari jalan pintas dengan “jajan diluar” bukan melampiaskannya dalam bentuk cemburu terhadap isteri, kecuali bagi mereka yang tidak “mau jajan” diluar atau yang suami hidupnya numpang isteri (suami pengangguran). Suami yang cemburuan biasanya dilatar belakangi bahwa justru dirinya sendiri (suami) merasa mempunyai kekurangan dalam bidang seks, atau merasa kurang di dalam penampilan istilah lain kurang PeDe.
Isteri-isteri yang merasa tidak terpenuhi kebutuhan seksnya (kurang puas), biasanya dalam usia 30 – 48 th. Untuk yang usia sekitar 30 th biasanya riel kurang kenyang. Sedangkan yang sekitar 40 th ke atas bukan riel kurang kenyang, melainkan karena gangguan emosional oleh sebab usia ( ± 40 th ) inilah yang rawan berselingkuh karena sedang dalam gangguan emosional yang berkaitan erat dengan masalah pertumbuhan hormon dalam tubuh. Oleh sebab itu pria-pria hidung belang atau pemuda-pemuda gigolo ada yang lebih suka mencari teman kencan dengan wanita-wanita setengah baya ( ± usia menjelang 40 th ). Untuk wanita-wanita yang kekurangan “jatah” biologisnya namun ia tidak berselingkuh, biasanya melampiaskannya menjadi cemburu terhadap suami. Kekurangan kebutuhan biologis ini banyak penyebab. Ada penyebab dari suami yang terlalu padat bekerja sehingga kecapaian dari sudut phisik dan psikis, sebab dari kecapaian ini libido akan turun drastis, karena hormon yang semestinya untuk keperluan seks telah disedot menjadi energi untuk bekerja secara otot dan pikiran. Secara otomatis juga mengurangi kemampuan dan mengurangi frekwensi aktivitas seks yang biasanya tiap hari, bisa menjadi seminggu sekali, yang biasanya berdurasi 15 menit menjadi 3 menit. Hal inilah yang menjadikan isteri kelabakan karena kekurangan “jatah” atau kurang kenyang.
Jika tidak karena tersebut diatas, suami kurang punya variasi, yaitu selalu menggunakan cara-cara konvensional dan monoton jika bersenggama. Selain kecapaian dan monoton kurang variasi, juga bisa karena suami sedang setres atau depresi. Pikiran dari beban berat (stress) akan sangat berpengaruh pada libido yang biasanya menjadi enjakulasi dini, sebab energinya telah dihabiskan untuk menanggapi steresnya atau depresinya. Setres yang berkepanjangan dapat berakibat terkena depresi yang berarti akan menambah lebih parah lagi terhadap kemampuannya untuk ereksi. Nah karena kurang mampunya berereksi dengan jangka waktu yang panjang ini, isteri belum mencapai orgasme tetapi suami telah keok duluan. Padahal sebagai akibat melakukan bersenggama dengan tidak sampai melakukan orgasme, akan sangat mengganggu pikiran dan perasaan yang akibatnya juga merembet ke emosi. Terkecuali jika memang disengaja untuk tidak sampai orgasme (dilakukan dengan kemauannya secara sadar)
Jika suami dalam posisi tersebut diatas tanpa diikuti dengan pengertian yang benar oleh isteri (isteri tidak paham betul penyebab – penyebab yang membuat menurunnya kemampuan seks) biasanya isteri menjadi bertanya-tanya dalam hati, jika ada pihak ketiga yang bikin gosip, maka timbullah cemburu meskipun tidak beralasan. Karena isteri tidak bisa menerima kejadian tersebut dengan begitu saja dan juga tidak dapat memaafkannya begitu saja meski suami tidak bersalah, karena suami memang tidak berselingkuh. Tentu jika suami tidak menyadari kekurangannya, kecemburuan oleh isterinya ini akan menjadi masalah yang bisa saja berkepanjangan.
Melaui Pengaruh Ekonomi
Kegoncangan ekonomi yang berkepanjangan juga dapat memicu terjadinya kecemburuan. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa ada yang ekonominya sedang menanjak tetapi juga timbul kecemburuan dari sebab menanjaknya ekonomi tersebut.
Ekonomi yang merosot sampai dengan mengganggu cash flow ekonomi rumah tangga membuat isteri menjadi tegang. Akibat tegang yang terus menerus dan tidak terjawab doanya (tak terpecahkan masalahnya) apalagi sampai harus menjual harta kesayangannya akan sangat portensial untuk menjadi emosional. Tegang + emosional + belum mendapat jalan keluar, akan rawan terhadap pikiran yang membayangkan keluar dan melamun yang tidak – tidak. Pikirannya menjadi kurang rasional. Pelampiasannya adalah cemburu tanpa dasar.
Ekonomi yang nanjak juga bisa membuat kecemburuan jika ekonomi yang nanjak tersebut membuat berubahnya gaya hidup dan pergaulan yang tidak melibatkan isteri. Teman bisnis berubah, menjadi lebih royal dan isteri hanya ditinggal dirumah (meskipun dicukupi dari segi materialnya). Perubahan gaya hidup yang tidak mengikutsertakan isteri inilah yang menjadi pemicu adanya kecemburuan. Apalagi pulangnya kerumah menjadi sering lewat malam.
Merasa Mempunyai Kekurangan
Tidak semua suami – isteri yang mampu melakukan komunikasi yang sehat. Akibat dari tidak adanya komunikasi yang sehat ini adalah masing – masing (suami – isteri) tidak terlalu mengenal dengan jelas permasalahan yang dihadapi masing – masing pihak. Sisi lain, tiap orang mempunyai pendapat yang tak terkatakan, yakni pendapat dalam hati, manakala pendapat dalam hati ini membayangkan sesuatu akan timbul pertanyaan – pertanyaan. Anehnya pertanyaan ini juga tidak disampaikan (tidak di pertanyakan secara verbal), hanya ada dalam hati saja. Pertanyaan dalam hati ini disebut juga menduga - duga (mempunyai dugaan sesuatu) untuk membuktikan dugaan ini ia tidak menanyakan, tetapi mencoba mencari jawaban melalui mengamati gerak-geriknya. Contoh : suami berubah sikap. Biasanya pulang kantor masih sore dan sesudah di rumah banyak bicara. Namun setelah pulang kerjanya sering malam dan tidak banyak bicara.
Perubahan perilaku ini sesungguhnya oleh sebab bisnis yang menuntut adanya perubahan. Yaitu bertambah banyak volume pekerjaan, oleh sebab itu pulangnya menjadi sering terlambat menjadi lebih malam. Sedangkan kurangnya ia bicara adalah karena terlalu letihnya secara phisik dan psikis. Ia menjadi pendiam, biasanya perilaku yang demikian ini diikuti dengan menurunnya libido.
Pada posisi demikian anehnya isteri tidak bertanya langsung pada suami, malah sharing kepada teman-temannya sesama ibu-ibu, bisa jadi jawabannya akan memicu terhadap dugaannya bahwa suaminya punya simpanan. Karena ibu-ibu temannya tidak mendapat informasi yang lengkap, dan kemudian menanggapi hanya sesuai pengetahuannya ‘sesuai pada umumnya’ yang tidak bisa dipertanggung jawabkan atau sesuatu jawaban yang ilmiah, jawaban ini akhirnya berbentuk gosip (menjadi gosip).
Banyak terjadi isteri- isteri tidak berkomunikasi sehat dengan suaminya, melainkan justru curhat dengan sesama ibu-ibu ketika kumpul pada waktu arisan atau lewat telepon. Kemudian isteri menghubung-hubungkan kejadian demi kejadian dengan tidak akurat. Sebagian hanya dugaan atau perkiraan. Jika hal ini langsung disikapi negatif, berarti isteri telah membuat suatu kesimpulan yang salah terhadap suaminya. Dan hal seperti ini sama saja membuka peluang untuk terjadinya konflik. Dengan bentuk cemburu, meskipun sebenarnya tak ada alasan untuk cemburu, sebab fakta yang terjadi tidak berselingkuh.
Karena Luka – luka Lama
Luka – luka lama atau juga disebut akar kepahitan adalah merupakan trauma dari kejadian masa lalu. Berarti harus pernah terjadi sesuatu. Berarti pasangannya pernah mengadakan perselingkuhan yang akhirnya ketahuan dan menimbulkan sakit hati.
Tindakan yang dilakukan tidak sekedar tindakan preventif atau pengamanan. Tetapi lebih dari itu. Luka hati biasanya lebih pedih daripada saat – saat kejadian. Jika sakit hati pada waktu kejadian, fakta masih didukung oleh situasi dan kondisi. Artinya ketika sakit hati itu timbul, yang bersangkutan tidak selalu dalam posisi ketakutan atau mudah marah yang akut. Karena dilingkupi oleh kondisi dan situasi saat itu. Namun jika luka lama, emosi yang melingkupi adalah pasti pada posisi marah dan tak ada pengampunan. Sehingga sudah didasari hati dan emosi yang tidak baik dan kemudian ditumpangi dengan rasa pedih yang masih diingat – ingatnya, yang kemudian menjadikan trauma.
Biasanya orang yang mempunyai trauma luka – luka lama ini pintu nalarnya tidak mudah mau membuka diri. Belum – belum sudah didasari rasa ketakutan yang berlebihan bahwa kejadian lama akan menghantui dan akan terulang lagi. Perasaan menghantui inilah menjadikan cemburu, atau tindakan emosional yang kurang terkendali. Persis dengan seseorang yang ketakutan sesuatu.
Jalan keluarnya harus melalui pihak ketiga yang dianggap netral (tidak memihak). Sebab begitu ia mensinyalir bahwa pihak ketiga berpihak pada “musuh” ia kontan tak akan membuka pintu. Tugas utama pihak ketiga adalah memasuki wilayah nalar supaya nalarnya berjalan normal. Mendorong untuk mampu berfikir secara jernih, sebab akibat dari mampu memilah – milah mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting akan membuat menjadi bukan harga mati siapa yang salah dan siapa yang benar. Sebab jika masih bersikukuh siapa yang salah dan siapa yang benar (harga mati), ia akan sulit untuk mengampuni. Namun jika ia mampu melihat mana yang lebih penting yang harus diutamakan maka baru ia bisa mengampuni kesalahan. Tanpa pengampunan dari dirinya untuk memaafkan kesalahan pasangannya pada masa lalu cemburu terus akan mewarnai sepak terjang dan pikirannya, sehingga pemulihan tak terjadi, yang terjadi justeru cemburu buta dan perselisihan.
Untuk itu mencari orang ketiga harus hati – hati dan harus orang yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk memberi kesadaran serta mempunyai kharisma supaya advisnya didengar dan mendorongnya untuk mau berfikir secara jernih dan jujur. Bisa jadi mulutnya bicara ya, tetapi hatinya masih dongkol, bicara ya hanya untuk menyenangkan konselor.
Karena Melihat Orang Lain
Perselingkuhan bagi orang yang diluar Tuhan adalah merupakan sesuatu yang umum. Sembilan dari sepuluh orang berselingkuh. Namun keadaan perselingkuhannya berbeda – beda. Ada yang hanya iseng – iseng karena bukan hobi. Ada yang memang gemar berselingkuh atau orang jawa mengatakan klintoh. Kemudian dari sisi teman selingkuh ini juga berbeda – beda. Ada yang juga tidak sengaja mau melayani rayuan gombal orang lain. Ada yang dipakai memang untuk mata pencaharian (PSK ) untuk yang PSK ini ada dua kelompok. Satu kelompok yang wajar – wajar saja. Artinya seperti penjaja biasa, kalau ada “orang beli” ya dilayani dan jika tidak “beli” juga tak dilayani atau tidak diambil pusing. Tetapi ada kelompok lain yang jahat. Ia dengan sengaja mencengkeram mangsanya untuk tidak bisa berkutik. Tidak jarang ia menggunakan kuasa – kuasa gelap. Jika motivasinya hanya kepuasan batin, korban tidak terlalu parah. Tetapi jika mengcengkramnya bermotivasi uang, korban akan mejadi sangat parah. Korban selain lupa anak dan isteri, ia dengan rela menuruti segala permintaan yang ia pinta (Herodeas ; Mat 14:7) Bisa saja PSK tersebut menggaet orang yang sebenarnya tidak ingin berselingkuh, namun karena PSK ini mensinyalir bahwa ia banyak uang dan akan menguntungkan, maka digaetnyalah dengan japa-japi (kuasa gelap) sehingga ia menjadi tergila-gila cinta, bahasa jawanya terkintil-kintil, dan dukun Jawa biasanya menggunakan bunga kantil sebagai sarana (alat). Jadi hati-hatilah dan waspadalah jika ada seseorang sengaja membawa atau memakai bunga kantil dalam berinteraksi dengan anda. Kejadian semacam ini sangat mengerikan bagi yang melihat (karena yang melihat dalam keadaan sadar). Jika yang melihat (mengetahui dengan melihat dengan mata kepalanya sendiri) kurang kuat dalam iman dan nalarnya kurang, maka ia bisa jadi akan terkena trauma. Trauma dari yang melanda orang lain yang ia lihat. Dari hal ini, karena ia kurang beriman dan berpikiran sempit maka ia ketakutan kalau – kalau hal serupa melanda pasangannya sendiri (suaminya).
Tindakan pengamanannya yang ia lakukan tidak melalui doa dan strategi tetapi melalui proteksi yang tanpa teori. Ia terlalu khawatir sehingga sangat melindunginya (sangat protektif) yaitu dengan tindakannya berupa cemburu buta tanpa dasar karena sangat ketakutan jika pasangannya tergaet.
Pada jaman modern ini, cengkeraman wanita terhadap pria-pria beristeri tidak hanya dilakukan oleh PSK – PSK saja, tetapi juga oleh wanita – wanita yang bukan berprofesi sebagai WTS / PSK. Banyak gadis – gadis (tua) yang berupaya menjerat suami orang lain dengan motivasi cari “nafkah batin”. Karena gadis ini kesulitan mencari suami yang betulan, namun disisi lain ia telah tidak mampu “berpuasa” dibidang biologis, maka demi terpenuhi kebutuhan seksnya tidak jarang gadis – gadis ini “pinjam paksa” suami orang lain dan dicengkeramnya. Oleh karena itu jika ada isteri – isteri yang melihat dan mengerti terhadap kejadian ini, pantaslah jika ia cemburu buta terhadap suaminya. Atmosfer suami isteri jika telah dilingkupi kecemburuan yang keterlaluan akan mudah terjadi salah paham (pertengkaran mulut).
Melalui Isteri Menekan Suami
Ada semacam isu bahwa para ibu – ibu mempunyai organisasi yang disebut ITS singkatan dari Isteri – isteri Tekan Suami, dan kemudian ada guyonan suami – suami takut isteri atau ISTI. Organisasi ini hanya organisasi guyonan dalam pembicaraan sehingga tidak ada ornagisasi tersebut secara riil / sungguh-sungguh. Tetapi sepak terjangnya ada, timbulnya sepak terjang semacam ini melalui kumpulan – kumpulan arisan pada ibu – ibu tersebut atau kegiatan lain yang intinya membuat terjadinya kumpul-kumpul secara rutin yang tanpa dihadiri oleh suaminya masing-masing. Pada waktu ibu – ibu (isteri – isteri) kumpul, mereka saling tukar pengalaman dan berdiskusi tentang suami masing – masing dalam rangka ingin menyenangkan dirinya sendiri atau mau menang terhadap suaminya. Tekanan yang mereka lancarkan beraneka ragam.
Dari sudut posisi isteri yang pegang kunci memang memungkinkan isteri menekan suami meskipun tidak mengikuti perkumpulan arisan yang didominasi oleh orang – orang yang menekan suami. Tekanan – tekanan yang paling halus adalah kemanjaan. Jika naik mobil minta pintu dibukakan pintunya, minta diperlakukan sebagai permaisuri atau ratu. Kemudian ngambek jika permintaan isteri tidak dituruti. Minta dibelikan sesuatu yang sebetulnya belum waktunya untuk dibelikan dll. Tekanan yang kuat adalah cemburu. Biasanya isteri yang belum bisa menerima orang lain tampil lebih cantik atau tampil lebih baik darinya (punya rasa iri hati) yang punya potensi cemburu pada suami.
Kecemburuan terhadap suami sebenarnya tidak beralasan. Sebab sesungguhnya hanya karena mempunyai rasa iri hati rasa dengki terhadap wanita lain yang kebetulan menjadi relasi suaminya, ia tidak menerima jika ada wanita lain yang lebih dari dia dalam banyak hal (penampilan, kecantikan, kekayaan dll.). Sebenarnya isteri yang demikian ia kurang PeDe, selalu berprasangka bahwa dirinya banyak kekurangan, sehingga takut jika suaminya digaet oleh perempuan lain yang menurut bayangan dia mempunyai kelebihan daripadanya. Pelampiasannya kemudian dengan menekan suami. Isteri – isteri semacam ini biasanya ketika melihat wanita lain yang cantik (tanpa diminta) ia mengomentari / melontarkan kata – kata negatif atau mencibirkan mulutnya (bahasa jawanya mencep).
Ada juga isteri – isteri yang menekan suami tetapi tidak berkonotasi cemburu. Ia menekan suami karena punya power atau suami terlalu mabuk cinta kepada isteri. Mungkin yang lebih kaya isterinya, atau yang lebih pandai isterinya sehingga suaminya sering kepeleset. Penulis punya banyak kenalan yang modelnya demikian. Suaminya diposisikan sebagai “patung” atau sopir isteri, yang memerintah suami atau mengatur suami adalah isterinya, jadi dalam hal ini yang menjadi komandan adalah isteri. Suami biasanya tidak mau membantah karena malu jika ribut, dan biasanya suami yang demikian memang punya kelemahan yang diketahui oleh isterinya.
Pada posisi seperti ini, dapat mendorong suami berselingkuh, dorongan itu berasal dari keninginannya mendapat kebebasan. Jika dirumah rasanya seperti pesakitan yang dikawal polisi. Dalam hatinya ia ingi bebas merdeka. Orang yang pasti sanggup memberi kebebasan dan memanjakannya adalah PSK.
Buku seri 5, 6 & 7 merupakan satu kesatuan topik, seyogyanya dibaca semua.
Jika diperlukan Anda dapat berkonsultasi melalui telepon:021-98791377, 024 -7473096, 08889149388
Bagi yang tergerak untuk mendukung pelayanan ini
Dapat mengirimkannya ke Bank mandiri
a/n Sudaryono AC no. 135 000 3099 890
DOAKAN PELAYANAN
CD GRATIS UNTUK MENJANGKAU YANG TIDAK SUKA INTERNET
*) Baverly 65:25
**) Guyton 1994 : 317
SERI 6
lanjutan seri 5
PIKIRAN YANG MENGGANGGU
(LANJUTAN SERI 5)
K
emampuan pikir seseorang tidak hanya masalah IQ yaitu cerdas atau tidak cerdas, pandai atau tidak pandai. Tetapi juga menyangkut punya pandangan luas atau hanya berpandangan sempit, ia mempunyai kelemahan kurang mampu menganalisis sesuatu dari banyak sudut pandang. Juga kurang mampu membuat detail – detail masalah. Logika pikirannya cenderung global dan sempit. Ia melihat segala sesuatu dalam prospektif global (intinya apa) karena tidak mampu melihat secara detail. Orang –orang yang demikian agak sulit diberi penjelasan atau masukan yang bersifat baru dan mendetail. Alasannya ia tak mau bertele – tele, biasanya ia bilang bahwa ia adalah orang yang praktis sehingga maunya yang pragmatis saja katanya; yang sesungguhnya belum tentu demikian.
Jika kelemahan semacam ini tidak diketahui oleh pasangannya (suami atau isterinya) niscaya akan sering terjadi beda pendapat atau membuat kejengkelan – kejengkelan yang akhirnya akan memicu adanya percekcokan, hanya karena percaya bahwa ia orang praktis. Dari hasil pengetesan kami melalui psikotes terhadap ribuan orang, memang ada orang-orang yang kemampuan pikirnya sangat terbatas. Yaitu kurangmampu berfikir secara meyeluruh dan jernih. Dan tak mampu membayangkan segala sesuatu secara jelas dan benar. Nah orang-orang yang demikian dalam pergaulan biasanya berlagak sok ngerti namun sesungguhnya belum mengerti betul, sehingga akhirnya terjadi beda pendapat dan berselisih paham.
Sisi lain, jika ia merasa ketakutan akan suaminya atau isterinya di gaet oleh orang lain maka ia akan cemburu. Ia akan banyak cemburu sebagai akibat dari kurang mampunya mencari tahu sebab–sebab pasangannya (suami atau isteri) melakukan sesuatu. Jadi belum apa-apa telah ketakutan oleh banyangannya sendiri dahulu yang membuatnya ia menjadi cemburu tanpa dasar.
Salah satu contohnya :
Suami isteri yang kedua-duanya bekerja. Suami bekerja sebagai adminitrasi BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang jumlah karyawannya tidak terlalu banyak begitu pula lingkup pekerjaannya tidak terlalu luas. Sedangkan isteri bekerja menjadi PR diperusahaan eksporter yang cukup besar. Tidak sengaja suami melihat dengan mata kepala sendiri bahwa isterinya sedang makan–makan di restoran besar dengan seorang buyer (boss) importer. Sesampainya dirumah langsung terjadi perang mulut dengan latar belakang cemburu. Suami tak mau mengerti itu buyer atau bukan, yang ia pertahankan pokoknya ia berduaan makan–makan di restoran dan kelihatan mesra dan itu bukan atasannya. Ia tidak mau tahu bahwa kala itu ia diminta oleh boss untuk menemani makan buyernya yang dari luar kota. Tetapi suami berpikiran bahwa isteri punya Pria Idaman Lain.
Mengapa hal ini terjadi, sebab suami punya kelemahan tidak mampu melihat sesuatu dari banyak sudut pandang dan kepentingan atau dengan kata lain berpandangan sempit. Sehingga ia cenderung berpikiran sempit. Tidak mengerti jika PR itu ada tugas yang disebut meloby buyer atau relasi. Suami mengertinya bekerja itu seperti yang ia lihat di BPR yang cuma menerima tamu didalam kantor atau mengerjakan administrasi dikantor. Melobynya cukup dengan merayu dengan omongan dan janji – janji, tak perlu traktir makan direstoran segala. Dikarenakan tidak paham, bahwa semacam ini merupakan salah satu tugasnya, maka ia menjadi cemburu. Dikiranya boss itu mentraktir isterinya. Padahal yang benar yang mentraktir makan adalah perusahaan isterinya.
Mengapa cemburu? Selain karena pandangannya yang sempit juga bisa jadi karena cintanya kurang tulus. Akibat dari cinta yang kurang tulus ini membuat motivasi cintanya hanya untuk memiliki (mendapatkan), nah ekses dari ingin memiliki ini jika merasa tidak dapat sepenuhnya menguasahi maka akan menjadi marah, pelampiasan amarahnya ini menjadi cemburu. Jika cintanya itu tulus, niscaya dapat mempersempit keinginannya untuk harus menguasahi, berarti tidak menjadi pencemburu dan pemarah, jadi sebuah cinta suami-isteri itu memerlukan ketulusan hati. Cintanya Abraham terhadap Sarai yang tulus menjadikan keberaniannya mengaku sebagai saudaranya dihadapan raja Melkisedik, begitu pula ketulusan cintanya Yusuf terhadap tunangannya Maria yang mengandung dari Roh Kudus, membuahkan Yusuf tidak menceraikannya agar supaya Maria tidak menanggung malu. Ketulusan tidak hanya bisa meredam kemarahan, kecemburuhan dan tindakan negatif lain yang merugikan, tetapi juga menghasilkan berkat dari Allah. Tulusnya kecintaan Abraham terhadap Sarai isterinya dan cintanya Melkisedik juga terhadap Sarai yang juga ketulusannya untuk menolong Abraham, membuahkan turunnya ‘proteksi’ dari Tuhan yang langsung mengingatkan Malkisedik untuk tidak terkana dosa, dan memproteksi Abraham untuk juga tidak terkena dosa, malah mendapat berkat jasmani melalui raja Melkisedik. Jika Abraham cintanya terhadap Sarai tidak tulus, pastilah Abraham akan cemburu terhadap sarai jika mengaku sebagai saudaranya. Begitu pula ketika Melkisedik tidak tulus dalam menolong Abraham, pastilah Abraham tidak dihadiahi sejumlah ternak dan yang lain-lain karena keinginannya (nafsunya) mengawini Sarai tak terpenuhi, bahkan jika Melkisedik marah karena kecewanya bisa jadi Abraham dibunuh, atau minimal tidak diberi sejumlah ternak. Begitu pula Yusuf pasti tidak mau mengawini Maria, sebab selain gengsi juga menuduh Maria berselingkuh. Jika suami-isteri dapat meneladan Yusuf dan Abraham yaitu cintanya tulus, niscaya kedamaian dalam rumah tangganya akan terpelihara dengan baik.
Rohani yang dibutakan berakibat bermacam-macam akibat perilaku yang semuanya akan bermuara atau berbuntut kepada cemburu dan renggangnya hubungan suami isteri, kendati menurutnya maksudnya ia bertindak seperti itu ia sebenarnya tidak mau dipisahkan dengan kekasihnya. Namun karena rohaninya “buta” maka tindakannya tidak terarah dan tidak terstruktur. Persis seperti orang buta yang berjalan membawa tongkat, dimana tongkatnya dipukulkan kekanan dan kekiri. Secara ekstrem orang yang sedang dibutakan rohaninya seperti sedang abnormal, alias kurang bernalar jernih, dan ia tidak mampu melihat posisinya dimana, ada pada posisi yang benar atau ada pada posisi yang salah. Tekanan suami atau isteri yang berpikiran sempit ini juga dapat mendorong isteri untuk benar-benar mempunyai PIL, atau suami mempunyai WIL karena suasana di rumah yang tidak nyaman.
“KERETAKAN” MENDORONG PERSELINGKUHAN
Ketika tulisan ini ditulis, kebetulan sedang musim penghujan. Pada musim penghujan rumah – rumah yang kurang sempurna biasanya terjadi kebocoran yang hanya dapat dilihat jikalau terjadi hujan lebat. Biasanya penanggulangan sementara yang dilakukan adalah dengan menyingkirkan barang – barang berharga di sekitar kebocoran supaya tidak terkena air hujan. Atau kemudian mencarikan tempat (bisa ember, bisa panci dan apa saja) untuk menampung kucuran kebocoran tersebut supaya airnya tak kemana-mana. Biasanya begitu hujan itu reda, apalagi dalam waktu lama tak terjadi hujan, maka terjadilah “lupa” memperbaiki sumber kebocoran tersebut. Apabila pemilik rumah tidak ahli tentang pertukangan apa yang akan terjadi ? Sekian tahun kemudian, tahu – tahu rumah tersebut harus direvisi berat karena kayu konstruksinya rapuh dan membusuk. Sebagai akibat terkena kebocoran yang terlupakan karena tidak nampak, minimal kayu perangkai plafonnya (plafon hanger) yang busuk. Dalam rumah tangga juga terjadi hal yang serupa. Bedanya bukan bentuk kebocoran akibat hujan, melainkan kebocoran iblis masuk dengan licik dan halus ! Sehingga tidak terlihat bahwa itu iblis. Itu hanya slip in tongue. Padahal itu iblis yang menyusup. Iblis mengacau kita dengan berbagai cara, bahkan bisa menyamar sebagai malaikat terang. Ibarat jambu yang didalamnya ada bibit ulatnya.
Hal itu tidak uasah mengherankan, sebab iblispun menyamar sebagai malaikat terang
(II Kor 11:14).
Biasanya kebocoran itu terjadi melalui dari sekedar tidak ‘mau mengalah dalam bicara’. Sering terjadi perbedaan pendapat antara suami dan isteri. Suami lebih mengalah dan lantaran kebetulan suami lebih dewasa dan lebih rohani. Dengan alasan malu terhadap anak – anak apalagi di dengar tetangga, “masalah sepele saja kok dipanjang - panjang” , sudahlah tak perlu diperpanjang lagi, batinnya sehingga ia banyak mengalah. Dan nyatanya juga reda, saat itu berhentilah pertikaian itu. Beberapa bulan lagi terjadi lagi pertikaian mulut kecil-kecilan lagi. Penyelesaiannya sama lagi yaitu suaminya mengalah lagi sebab malu didengar tetangga jika ribut. Beberapa bulan lagi terulang lagi dan terulang lagi dan lama – lama semakin seru. Mengapa semakin seru ? banyak hal penyebabnya.
Pertama :
Isteri merasa bangga, suaminya kalah bertengkar. Ia menganggapnya isterilah yang benar, buktinya suami tak bisa jawab dan tak bisa menang. (Padahal maksud suami tak memperpanjang pertengkaran karena mengalah dan malu dan demi menjaga kedamaian). Akibat hal ini, isteri menjadi menganggap ringan dan menganggap remeh dan kemudian semakin ada keberanian terhadap suami. Apalagi rasa hatinya menjadi plong atau lega jika berhasil bisa menundukkan suami dalam bertengkar, isteri lupa bahwa plong itu berarti ada lobang, ada rongga sebagai tempat tinggal iblis bercokol dibalik semua kejadian !.
Kedua :
Salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak teliti, bahwa akibat yang kecil itu adalah embrio atau bibit sesuatu yang akan menjadi besar. Dan masih di tambah tidak memikirkan akibat jangka panjangnya. Artinya, sama sekali tidak memikirkan akibat negatif dari kata – katanya yang dapat membuat menyakitkan hati sehingga memancing pembalasan pada kesempatan yang akan datang. Berarti sama saja menabur unak dan duri di tanah ladang keluarga miliknya (Ibrani 6:8). Tumbuhnya juga duri dan unak.
Karena yang merasa kalah akan menjadi sakit hatinya, dan kedua – duanya bisa sama – sama sakit hati, sehingga tanpa sadar sudah menyimpan iblis, yaitu dimana (telah tertulis) cita-cita iblis suatu ketika nanti akan balas dendam ! karena sakit hati.
Hati – hatilah terhadap tutur kata karena bisa membuat sakit hati dan dendam dan ini bisa membuat malapetaka yang besar (Maz 52:4 ; Yak 3:4, 5, 6 ).
Engkau merancangkan penghancuran, lidahmu seperti piasau cukur
Yang diasah, hai engkau penipu !
Mazmur 52:4
Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan 0leh kemudi yang amat kecil menurt kehendak juru mudi. 5 Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. 6 Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat diantara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.
Yak 3:4,5,6
Ketiga :
Merasa super, merasa paling punya hak dan akibatnya selalu membenarkan dirinya sendiri. Hal ini sebagai akibat tidak adanya rendah hati. Karena tidak mau direndahkan sehingga jika dalam percaturan ia merasa diremehkan, maka ia akan tersinggung. Karena mudah tersinggung inilah mendorong untuk suka membantah. Karena merasa diremehkan. Orang yang suka demikian biasanya adalah orang yang kurang mau tau diri dan biasanya berpikiran sempit, tidak mau mengakui kekurangannya sehingga merasa dirinya adalah orang yang paling benar, tetapi mengapa ia selalu diremehkan ? Demikian perasaan dalam hatinya. Karena merasa hebat, namun merasa tidak diperhatikan, merasa tidak didengarkan suaranya, merasa tidak dianggap. Kemudian ia over kompensasi ingin dihargai dan ingin “kelihatan” atau ingin diperhitungkan keberadaannya. Bisa jadi perasaan ini timbul karena ia bodoh dan bisa jadi karena kerohaniannya belum mendalam sehingga perlu ditanamkan pengetahuan rendah hati, rendah hati berarti lebih mendahulukan orang lain dan mengakui kekurangan dirinya sendiri dan kelebihan orang lain (Filp 2 :3) .
Struktur Organisasi
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolese menegaskan pentingnya struktur organisasi kekeluargaan
Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya didalam Tuhan. 19 Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan jangan berlaku kasar terhadap dia.
Kolose 3:18,19
Dalam Kol 3:18 – 4 : 6. dapat dibaca dengan lengkap apa yang dimaksud dengan struktur organesasi keluarga yang harus dipatuhi. Karena struktur organisasi suami – isteri dan anak ini sebenarnya merupakan regulator dan katalisator atau pengendali berbagai intrik – intrik rumah tangga.
Jika suatu saat, suami benar – benar melakukan suatu kesalahan, namun isteri sadar aka kedudukannya sebagai isteri yang harus tunduk kepada suami (Kol 3:18). Tentu isteri tidak akan semena – mena membantah suami, kendati suaminya nyata- nyata bersalah. Begitu pula jika isterinya kedapatan bersalah, namun jika suami mengasihi isteri (Ayat 19) tentu suami akan hati – hati. Anak – anak yang meskipun tidak melihat perilaku orang tuanya yang tidak seperti yang diajarkan oleh Alkitab atau Pendeta, namun jika si anak menyadari kedudukannya sebagai anak yang harus taat pada orang tuanya tentulah anak tidak berani secara terbuka maupun tertutup untuk menentang dan melawan orang tuanya melalui bantahan-bantahan dan membangkang terhadap advis orang tua. Anak wajib menghormati meskipun (ekstremnya) ayahnya masuk penjara karena mencuri atau karena kesalahan lain ( Efs 6:2 ).
Cara Untuk Mentaati Struktur Organisasi
Struktur organisasi kekeluargaan ini tidak akan mudah diterima oleh isteri dan anak-anak karena menganggap struktur ini berat sebelah, anggapnya menjadikan ayah menjadi egois dan menang – menangan. Kecuali jika isteri dan anak kerohaniannya telah mendalam. Dalam arti mengerti bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa menjadi ideal sesuai dengan aturan Alkitab atau sempurna. Kesadaran akan hal ini hanya terdapat pada orang – orang yang mau dengan peka instropeksi diri, berkaca cermin pada firman Allah dan mau rendah hati. Terutama bagi orang – orang muda yang belum terkena “dosa” yang merupakan bukti bahwa ternyata tidak semudah itu taat (menjadi ideal) terhadap aturan – aturan Alkitab. Anak – anak ini akan cenderung tinggi hati (ketus), karena perkiraannya mengikuti aturan-aturan Alkitab adalah sesuatu yang mudah. Bisa jadi dalam pikirannya ia berpendapat bisa memerintah (berujar) tetapi tidak bisa melakukan sendiri (Jar-koni). Sehingga ia berpendapat : “Sempurnakanlah dulu dirimu hai ayah” atau suami baru aku akan taat kepadamu. Apabila hal ini yang terjadi, maka ia akan mudah terpancing menjadi “hakim” dan kemudian menghakimi ayahnya, menghakimi suaminya atau menghakimi istrinya. Pada posisi seperti ini sulit rasanya untuk menerima dan menjalankan sruktur organisasi keluarga yang digariskan oleh Paulus dalam Kol 3:18-4 :6. Karena dalam pikirannya, masih ada keinginan :“masing – masing ikut dahululah garis – garis Alkitab baru kemudian sama - sama mengikuti struktur organisasi keluarga tersebut”. Hal ini tak akan mungkin dapat dilaksanakan.
Kepala / pemimpin
AYAH
ISTERI
ANAK
Padahal Rasul Paulus membuat struktur yang demikian karena kesadarannya bahwa setiap orang ‘pasti’ (suami – isteri dan anak) mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan – keterbatasan. Sehingga sulit untuk mematuhi hukum Taurat, bahkan tak mungkin dapat melakukan 100% hukum Taurat. Jika masing – masing komponen keluarga mau menyadari bahwa dirinya dan diri orang lain (ayahnya atau ibunya) itu penuh dengan kekurangan, dan kemudian mau rendah hati maka barulah struktur tersebut dapat ditaati. Struktur ini dibuat adalah untuk mengerem dan mengatasi keinginan keinginan daging (emosi), sebagai pijakan atau kamarnya masing-masing demi menghindari distorsi (kebocoran rumah / pertengakaran). Bukankah Mazmur 37:11 mengatakan, orang –orang rendah hati dikasihi Tuhan dan menerima pujian. Karena orang yang berjiwa rendah hati yang mau menempati “kamarnya” masing – masing sesuai Kol 3:18 – 4:6. Melalui menempatkan diri ini kedamaian dan “negeri” akan diwarisi. Ibarat iring-iringan mobil yang padat pada jalan tikungan, jika masing-masing mau berada pada jalurnya sendiri dan tidak nyodok kejalur nya orang lain pasti lebih aman. Marilah kita minta sih rahmat Tuhan untuk memiliki rendah hati, untuk mau berada pada jalurnya sendiri demi “kebocoran – kebocoran” atau perselisihan tersebut tidak terjadi dalam rumah tangga kita. Kesimpulannya jika suatu keluarga mendambakan suatu kedamaian keluarga caranya adalah :
a. Sadarilah bahwa siapa saja, apakah ayah, ibu, atau anak, semuanya dibawah hukum dan setiap pribadi punya banyak kelemahan dan kekurangan.
b. Iblis senantiasa mengintai kita, masuk “pintu” apa saja, bisa lewat “pintu kelemahan” atau bisa lewat emosi kita, yaitu gengsi atau “rasanya tidak plong atau tidak lega” jika tidak melakukan ………. (misalnya membantah ). Melalui hal – hal ini iblis mengadu domba kita, bahkan sering iblis justru yang membuat skenarionya agar terjadi situasi yang mendukung adanya perselisihan. Setidak – tidaknya menjadi tukang kipas atau “ngompori” dalam angan-angan dan emosi.
c. Berupaya untuk senantiasa sadar akan hal – hal tersebut. Agar bisa menerima kekurangan orang lain, bukannya menuntut agar orang lain menjadi sempurna (karena itu tak akan mungkin).
d. Berupayalah untuk senantiasa menempatkan diri pada struktur yang sudah digariskan. Seperti penggarisan Paulus yang tercantum dalam Kol 3:18 – 4:6.
e. Mintalah pertolongan dan tuntunan Tuhan Allah kita senantiasa, untuk dilindungi dari kipasan – kipasan iblis.
f. Dapat dibantu dengan pemahaman secara nalar, jika kita melakukan sesuatu pada orang lain, bagaimana seandainya
orang lain tersebut adalah saya sendiri yang melakukan. Maukah kita diperlakukan hal yang sama seperti perlakuan kita terhadaporang lain? Setelah mentaati beberapa tahap tertulis diatas, kemudian setiap pribadi wajib menyadari bahwa jika dalam satu tim (misalnya tim sepak bola atau voley) setiap anggota keinginannya menempati kedudukan yang sama, misalnya semua ingin menjadi “kapten”, atau semua ingin menjadi penyerang maka tim tersebut pasti akan kalah bermain. Sebab dengan demikian tidak akan terjadi kekompakan, karena yang bukan kapten tidak mau menuruti komando kaptennya sebab merasa setara dengan kaptennya. Sehingga tempat bersiapnya juga akan menggerombol disatu tempat karena rebutan tempat yang dianggapnya bergengsi.
Mengapa demikian? Orang ini ketika masih kecil tidak ditanamkan kepatuhan terhadap yang lebih tua, sehingga tidak terbiasa menghargai orang yang lebih tua. Cara berfikirnya terfokus pada masalah gengsi, merasa tidak bangga jika tidak dapat menjadi pelaku yang tidak bergengsi. bukannya berfikir bagaimana supaya dapat menjadi pelaksana / pelaku yang baik apapun posisinya. Sisi yang lain, ia terlalu terbiasa hidup berkecukupan sehingga kurang sering merasakan merengek-rengek minta tolong kepada orang lain agar sesuatu kebutuhannya terpenuhi. Ketika masih kecil sampai dewasa jarang mendapatkan kesulitan memerintah orang lain, dan terkena “boikot” (biasanya anak tunggal atau anak yang dimanja oleh orang tua dan saudara-saudaranya), sehingga didalam hatinya tidak tertanam rasa gotong royong dan kebersamaan, kebalikannya yang tertanam dalam hatinya adalah individualisme yang tinggi. Oleh sebab itu kemudian menjadi kurang menghargai hak orang lain terutama suaminya dan malah justru cenderung untuk memerintah suami. Jadi fokus kesulitannya untuk dapat mentaati pada struktur organesasi keluarga ada pada kerelaannya menempati tempat yang tidak harus sebagai orang nomor satu dan mau diperintah dan direndahkan. Jika tidak terjadi demikian suasana rumah tangga akan banyak panasnya, suasana yang tak nyaman juga merupakan pendorong terjadinya perselingkuhan.
PENGETAHUAN IMAN
YANG PERLU DIBENAHI
Banyak orang yang salah penggunaan terhadap arti kata ‘Tuhan berkuasa melindungi’ dari hal iman, meskipun dalam hal ini tidak dapat dikatakan secara mutlak bahwa itu ‘salah’ seperti menyalahkan bahwa 5 x 5 = 21 adalah salah karena yang benar jelas harus 25, tetapi berhubung tiada kalimat yang lebih tepat yang dapat dipakai dalam hal ini maka terpaksa menggunakan kalimat ‘salah’. Salah satu contoh dari kasus ini diantaranya mereka yang menganggap jika seseorang yang saleh dan rajin ke gereja pasti tidak akan terkena dosa perzinahan, keyakinan seperti ini timbul adalah sebagai buah dari adanya iman (kepercayaan) dari keyakinannya terhadap bayangan yang akan didapatkan bahwa dari rajinnya ke gereja ini akan memproteksi terhadap godaan. Dalam tulisan bagian depan sebelum judul ini telah memberi pengertian bahwa (baru dari secara jasmani / biologi) dorongan seseorang untuk menyeleweng sudah cukup kuat. Padahal dorongan untuk terjadinya perzinahan tidak hanya dari dorongan-dorongan dari sudut biologi saja (Yehuda dan Tamar Kej 38 : 1-30 ; Amnon dan Tamar II Sam 13 : 14), masih ada dorongan-dorongan yang lain yang sangat kuat lainnya yang telah kami uraikan di atas.
KESIMPULAN
Perselingkuhan tidak berdiri sendiri, artinya ujug-ujug selingkuh seperti orang tergiur beli baju, tidak ! tidak demikian. Pasti ada penyebabnya. Penyebab yang lumrah dan pasti, adalah pertumbuhan hormon seks yang lazim disebut birahi yang tak tersalurkan dengan baik, yang kemudian mempengaruhi otak untuk berfikiran dan berkeinginan porno (cabul). Penyebab berikutnya oleh sebab pengetahuan rohani yang dangkal yang menyebabkan dangkalnya dan rapuhnya langkah iman, yang secara umum disebut imannya kurang kuat, sehingga rem moralnya kurang kuat (I Kor 5:9,10). Menjadikan mudah dikalahkan oleh keinginan cabul dan yang irasional. Berikutnya disebabkan oleh situasi. Pada penyebab situasi ini belum tentu si pelaku selingkuh yang salah mutlak. Yang salah adalah mengapa membiarkan situasi menjadi “lorong mulus” bagi terjadinya perselingkuhan. Bisa jadi suami berselingkuh karena situasi yang membosankan, atau penampilan isteri yang kurang merangsang birahi suami. Atau situasi keluarga yang tidak harmonis sehingga sebenarnya justru kondisi dan situasi keluargalah yang menciptakan situasi untuk pasangan anda terdorong berselingkuh. Bisa jadi seperti yang dialami oleh seorang ibu di Jl.dr.Wahidin Semarang yang berselingkuh dengan pak Pendetanya. Oleh karena itu anda selaku kekasihnya yang ditinggal selingkuh sangat perlu introspeksi diri. Meski secara fakta kekasih anda yang berselingkuh dan itu jelas-jelas salah dan berdosa. Faktor lain dari luar adalah situasi yang berbentuk godaan dari lawan selingkuh. Karena kekasih anda kurang kuat imannya maka ketika di godain oleh orang yang ingin berselingkuh dengan kekasih anda, ia menjadi tergoda dan kena. Karena kurang kuatnya proteksi (bisa karena kurang pengetahuan, bisa karena kurang pengalaman, bisa karena imannya dangkal dan rapuh, bisa karena kekasihnya kurang memproteksi secara metaphisik (berdoa) maupun phisik (pengawasan) Sehingga mudah diguna-guna dengan kuasa gelap, atau tanpa guna-guna pun telah terkena yaitu cukup dengan godaan yang wajar-wajar saja (situasional) jika imannya dan pengetahuannya dangkal. Penyebab berikutnya adalah karena “kurang jatah” dan kurang variatif. Penyebab yang lain (populasinya sedikit) adalah karena faktor keturunan, ada orang yang menyebut terkena kutukan orang tua. Faktor kutukan orang tua atau keturunan ini berawal dari pengetahuannya yang didapat dari pengalaman orang tuanya yang kebetulan tidak menimbulkan kontra pendapat (sehingga dapat menyetujui / menerima terhadap apa yang dilakukan oleh orang tuanya) sehingga tidak berupaya untuk menghindar, tetapi justru mengikuti. Contoh dari masalah lain, orang tua yang perokok, anaknya tidak kontra tetapi justru ikut-ikut menjadi perokok. Pematahan ‘kutuk’ semacam ini adalah dengan menanamkan pengertian bahwa hal tersebut merupakan kekejian bagi Tuhan, tidak cukup dengan berdoa mohon kekuatan Tuhan saja. Atau tidak cukup didoakan oleh orang lain (pendeta) saja, karena harus dengan tindakan nyata yang dilakukan oleh yang bersangkutan sendiri juga.
Perselingkuhan kurang pas jika dihadapi dengan panas hati dan emosi, melainkan harus dengan penuh kasih dan rendah hati. Sadarilah bahwa pasangan anda yang sedang berselingkuh sedang dibelenggu iblis, nalarnya yang normal sedang dibutakan. Jadi sebenarnya “sedang abnormal”. Bantulah dengan doa supaya kuasa Tuhan ikut campur tangan melepaskan belenggu iblis itu. Bisa jadi sebenarnya ia sudah sadar dan ingin terlepas, tetapi kekuatan untuk melepaskan dirinya dari belenggu belum mampu, karena ikatan iblis begitu kuat dan ini perlu dibantu dengan kuasa Tuhan. Contohnya baru suka bangun siang dan tidak disiplin saja sudah sangat sulit untuk melepaskannya, apalagi berselingkuh dengan imbalan kenikmatan seks yang sangat luar biasa nikmatnya, tentu lebih sulit dari sekedar bangun siang, apalagi pasangan berselingkuhnya pasti tak mau kehilangan. Bagi orang beriman cara yang baik adalah minta ampun kepada Tuhan untuk dirinya sendiri karena meskipun sedikit pasti ikut andil kesalahan terhadap kekasihnya yang berselingkuh, kemudian mau mengampuni kesalahan kekasihnya dan mau menerima dengan apa adanya meskipun “pernah mengkhianati”, mintalah petunjuk Tuhan kesalahan diri anda sendiri itu apa dan anda sendiri harus mau memperbaikinya, tidak hanya menyalahkan yang berselingkuh saja. Mintalah campur tangan Tuhan supaya kuasa Tuhan dinyatakan. Janganlah emosional, karena belum tentu kesalahan mutlak pada kekasih anda. Berfikirlah untuk masa depan yang lebih jauh seperti khayalan anda ketika sedang pacaran dan mau menikah dahulu. Tercapainya tujuan utama pernikahan adalah lebih penting .
PENYEBAB PERTENGKARAN
ANTARA SUAMI DENGAN ISTERI
Mengapa antara suami - isteri terjadi pertengkaran ? Jawaban dari pertanyaan ini bukan sesuatu yang sederhana, meskipun pertanyaannya cukup sederhana. Ada banyak jawaban dari pertanyaan ini. Pertama jawaban dari dimensi pengetahuan khususnya psikologi dan yang kedua dari dimensi Iman. Jawaban dari dimensi psikologi, secara umum adalah merupakan sebagai akibat bahwa:
Manusia Itu Rumit
Salah satu akibat dari rumitnya manusia, adalah sulitnya memahami manusia. Contoh konkrit dari sulitnya memahami manusia ini, dimulai dengan sering adanya beda pendapat atau pertengkaran antara kakak dan adik sekandung atau, apalagi antara suami dengan isteri.
Mengapa manusia itu rumit, disebabkan antara lain :
Manusia mempunyai cacat biologis yaitu bawaan sejak lahir. Dari ilmu genetikal dibuktikan bahwa dalam diri manusia satu dengan yang lain tidak ada yang mempunyai kromosom kembar (sama), kecuali manusia dari hasil klone. Komposisi Gen yang ada pada diri manusia, disebut konstruksi biologis. Konstruksi biologis inilah yang kemudian mewujudkan temperamen / watak / akhlak / karakter seseorang sehingga mengapa antara seorang yang satu berbeda watak dengan seorang yang lain karena susunan kromosom dan kromosomnya sendiri berbeda.
Gen dari hasil keturunan orang tua (bapak dan ibu) menghasilkan adanya cacat biologis, yaitu cacat bawaan sejak lahir yang berasal dari orang tuanya. Perlu pula diketahui bahwa akibat dari keberdosaan manusia sejak Adam dan Hawa (Rom 3:23) maka manusia dijuluki manusia tak sempurna, yaitu banyak kelemahan yang telah dimilikinya secara turun temurun.
Dari kelemahan inilah yang kemudian melahirkan kesulitan-kesulitan dalam hidup kebersamaan (karena manusia serakah, srei, dengki tamak dan lain-lain) atau dengan kata lain tidak mudah mau menjalankan bersaudara dengan yang lain. Contoh nyata adalah antara Kain dan Habel, serta Esau dan Yakub.
Manusia di didik dan di besarkan melalui lingkungan yang kenyataan berbeda situasi, meskipun dalam satu keluarga tetapi situasinya tidak selalu sama. Misalnya situasi ketika ayahnya sedang menghadapi masalah berat akan berbeda ketika tak ada masalah yang berarti, dan masih lagi situasi ini juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Dari hasil didikan ini kemudian melahirkan jati diri yang tidak selalu sama dengan orang lain. Karena model didikannya berbeda model dan situasinya berbeda. Anak yang lahir ketika perang berkecamuk akan berbeda dengan yang dilahirkan ketika negara gemah ripah. Padahal suami pasti didik oleh bukan orang yang mendidik isteri, jadi pastilah kualitas dari hasil pendidikan dari sang suami pasti berbeda dengan sang isteri. Jadi jangan heran jika suami beda dengan isteri didalam cara-cara menanggapi sesuatu.
Manusia memiliki kebutuhan. Kebutuhan pokok berupa menghirup oksigen /udara (bernafas), makan, minum dan lain-lain dan juga kebutuhan biologis, kebutuhan emosi termasuk didalamnya harga diri dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, misalnya : keberhasilan, kecukupan, ketenangan dan lain-lain. Karena memiliki kebutuhan ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku.
Dari banyak hal di atas (masih banyak yang belum dijabarkan) kemudian timbulah agresi dan kecemasan. Dua hal inilah semakin memperumit watak manusia.
CACAT BIOLOGIS
Cacat biologis manusia, bukan berarti cacat seperti yang diasumsikan misalnya cacat mental, atau cacat phisik dan sebagainya. Cacat biologis disini lebih bernuansa kulaitas, memang demikian adanya. Artinya manusia itu tidak sempurna. Lebih bernuansa kodrati. Manusia memang sudah dikodratkan tidak sempurna. Ketidak sempurnaan ini dapat dilihat secara genetikal, atau bisa dilihat secara aktual, namun lebih akan membicarakan secara praktisnya saja, aktualisasinya bagaimana. Konon bagi yang percaya bahwa cacat manusia sebagai akibat kedosaannya secara turun temurun (Rum 3:23). Yang pasti kita rasakan sebagai akibat kecacatannya ini (tidak sempurna) , manusia menjadi serba ‘kurang’. Kurang mengerti terhadap sesuatu yang diterima. Manusia setiap hari menerima udara termasuk oksigen dan sinar matahari termasuk vitamin D, biasanya kurang mengerti secara bulat sebetulnya dua hal tersebut diterima manusia maksudnya untuk apa saja . Mengertinya cuma terbatas. Misalnya biar bisa dipakai untuk bernafas, biar segar, biar badan tak kedinginan, biar ada persenyawaan dalam tubuh atau biar terjadi metabolisme sehingga terbentuk vitamin D, biar saja untuk menjemur pakaian dsb. Artinya sangat terbatas mengertinya.
Dari keterbatasan menerima ini, termasuk juga didalam keterbatasannya mengartikan sinyal-sinyal atau tanda-tanda yang disampaikan oleh orang lain yang diberikan kepada kita dalam rangka persahabatan. Ketika orang berkenalan pertama kali dengan orang lain, timbulah kesan, dan dari kesan ini timbulah konsep bahwa kenalan barunya ini adalah…...(tergatung dari penerimaan yang menerima kesan, misalnya sombong atau ramah). Kemudian dari konsep, lahirlah respon dari diri kita menyikapi kenalan baru tersebut. Misalnya ketika kita kenalan dengan orang baru, kesan yang kita terima orang ini galak, maka kemudian kita mempunyai konsep bahwa orang ini galak, oleh karenanya sikap kita terhadap orang ini menyesuaikan dengan konsep kita bahwa dia galak. Kebalikannya, respon dari kita diterima mereka sebagai sinyal yang kemudian sama-sama seperti diri kita yaitu melahirkan konsep dan respon juga . Jika manusia itu sempurna, niscaya respon yang kita berikan sama persis dengan maksud dan tujuan mereka berkenalan dengan kita dan sama pula dengan respon mereka terhadap kita. Nyatanya bagaimana? Apakah mesti selalu sama ? bisa saja maksudnya memberi sinyal dengan tujuan baik, namun diterima dengan maksud lain misalnya sinyal yang diberikan adalah ramah, tetapi sinyal ramah yang dipancarkan tersebut diterima sebagai orang yang murahan. Akhirnya akibat semacam ini disebutlah bahwa manusia itu sulit atau rumit. Ini terjadi karena manusia mempunyai cacat biologis yang berakibat menjadi tidak sempurna. Jika hal ini tidak diketahui, akan bisa menjurus menyalahkan orang lain atau mendakwa negatif orang lain. Padahal sesungguhnya yang terjadi belum tentu demikian dan bisa saja berkebalikan dengan dugaan kita, karena kita egois dan serakah atau merasa paling benar, serta tak punya kasih yang bermuara tak mau menghargai orang lain seperti harapan kita terhadap orang lain dalam menghargai kita (ingin mendapat penghargaan tetapi tak mau menghargai). Pernah terjadi penulis berselisih paham dengan seorang pejabat gereja, dalam berselisih paham ini ia mengatakan kepada penulis…..”maaf pak, jujur saja karena menurut informasi sejarah hidup bapak ini kurang baik, maka mohon maaf saya tak bisa mempromosikan buku bapak” Padahal yang benar, setiap orang itu pasti punya sejarah yang tidak baik cuma disadari atau tidak, ketahuan orang lain atau tidak sebab semua orang adalah keturunannya orang berdosa. Jadi termasuk anggota gereja yang berdasi ini juga pasti punya kejelekan, cuma ia sendiri tidak menyadari kejelekan masa lalunya sendiri. Waktu itu penulis hanya menjawab, maaf pak; bapak boleh menghakimi atau menilai saya apa saja, tetapi orang lain termasuk saya juga berhak menilai bapak. Pembaca yang terkasih; harus selalu di ingat bahwa siapa saja mempunyai hak dan mampu menilai orang namun tak perlu diutarakan dan dimasukkan ke hati, karena diri kita sendiri sama saja juga berhak di nilai oleh orang lain dan diri kita pasti punya kekurangan. Tidak berarti jika sedang menjabat suatu jabatan di gereja menjadi orang berdasi pasti 100 % benar. Apa lagi khusus buat penulis; seandainya dahulu penulis tak menyadari bahwa mempunyai kekurangan atau kejelekan, setelah Tuhan membukakan selubung yang menutupi mata rohani penulis, maka tak akan terjadi menulis buku ini. Buku ini ditulis adalah untuk men - sharingkan pengalaman penulis ketika di jamah Tuhan disadarkan dari perbuatannya sebagai orang berdosa melalui diperbaharui oleh Roh Kudus. Supaya melalui sharing tulisan ini banyak orang akan menjadi menyadari kesalahannya dan kemudian diperbaharui oleh Roh Kudus yang mengajar dan menerangi. Mata rohaninya menjadi mengerti. Barang kali pak pejabat gereja yang berdasi tersebut lupa kepada sejarah perempuan Samaria (WTS) yang dipakai Yesus menjadi penginjil, lupa kepada sejarah Zakius si pemungut cukai (pemeras), lupa kepada sejarah Paulus yang dahulunya pembunuh orang Kristen, namun sekarang tulisannya dipakai acuan oleh orang Kristen seluruh dunia termasuk pak pejabat gereja yang berdasi ini. Inilah bukti bahwa manusia itu rumit.
Didikan yang Berbeda
Diri kita dengan orang lain (isteri atau suami) dahulunya pasti mempunyai latar belakang didikan yang berbeda. Mempunyai lingkungan yang berbeda, mempunyai pengalaman yang berbeda . Padahal watak terbentuk dari jati diri yang dimodifikasi dengan emosi + akal budi + keputusan dari hasil pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan. Sehingga jangan heran jika watak seseorang dengan watak orang yang lain (suami dengan isteri) tak sama dan pasti berbeda. Jika mengerti demikian, mengapa yang sering terjadi suami menghendaki orang lain (isteri) harus mengerti suami. Atau kita mengharap orang lain mengerti kita ? Menuruti kehendak kita ? Bisa saja orang lain mengerti dan menuruti kita, tetapi harus melewati suatu proses tidak harus langsung serta merta atau ujug-ujug.
Manusia Mempunyai Kebutuhan
Kebutuhan manusia pada umumnya dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama disebut kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan untuk hidup. Diantaranya bernafas, makan dan minum. Dan yang kedua disebut kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan biologis dan emosi. Dua hal itu sering berganti posisi mengikuti situasi dan kondisi serta pengetahuan rohani. Artinya tidak selalu kebutuhan emosi lebih utama dibandingkan kebutuhan biologi. Dari kebutuhan inilah kemudian manusia berbuat sesuatu (bekerja mau menjadi buruh, menjadi relawan sosial, menjadi penjaja seks, mau menjadi pengemis dll.) adalah dalam rangka agar keinginannnya terpenuhi. Bagaimana jika isteri anda adalah orang kaya, dalam arti kebutuhan pokoknya terjamin terpenuhi semua ? Pasti didalam ia menjadi isteri anda adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan emosi, yakni aktualisasi diri dan harga diri. Bagaimana jika isteri anda juga telah mampu beraktualisasi diri (telah punya nama dan reputasi) yang baik, misalnya selebrity dan ia masih mau menjadi isteri untuk anda ?
HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI
Memimpin (menjalin kerja sama selaku Kapten kapal dengan nakoda) dengan orang berbeda dengan memimpin makhluk lain yang bukan orang, misalnya binatang Apalagi kepemimpinan pada zaman yang dikenal dengan orde reformasi. Hubungan antara suami dengan isteri selain berisikan unsur cinta, juga berisikan unsur kerja sama. Yaitu bekerja sama untuk menggapai cita-citanya bersama.
Untuk mengisi hal ini kita harus tanggap, dan harus lebih hati-hati, sebab jika salah bertindak akan fatal akibatnya minimum menjadi kurang sinkrun. Untuk menghindari berbagai akses negatif atau setidak-tidaknya meminimalisir akibat negatif ketidaksinkrunan ini adalah jika kita mampu membaca hati (dibalik apa yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang lain). Atau dengan kata lain melalui pendekatan psikologi. Raja Salomo ketika menghadapi dua wanita yang rebutan anak adalah menggunakan ilmu psikologi. Dalam banyak perintah (mengajukan permintaan) tidak lagi melalui keharusan atau intimidasi atau menakut-nakuti dengan “….kan itu kuwajiban kamu…….” dan lain-lain, tetapi melalui memberi kesempatan yang bersangkutan bisa menerima secara nalar sehat mereka bahwa sebenarnya apa yang diharapkan kekasihnya tersebut adalah kuwajibannya. Untuk bisa menjadi demikian, maka diperlukan pengetahuan sesungguhnya manusia itu siapa, kebutuhannya apa, keinginannya apa dan pantangannya apa serta apa saja yang membuat seseorang melakukan suatu perbuatan.
Pertama-tama perlu diketahui bahwa kemampuan berfikir seseorang itu dipengaruhi oleh beberapa hal. Tidak hanya dengan sekolahnya tinggi atau tidak tinggi. Disini sering orang menjadi terjebak dengan asumsi bahwa jika orang yang sekolahnya tinggi diasumsikan ia mesti pandai, padahal belum tentu. Sekolah tinggi adalah mencerminkan luas dan banyaknya ilmu yang telah dipelajari. Begitu pula jika orang sukses ekonomi (kaya) pasti pandai. Tetapi sejauh mana orang mampu menyerap ilmu yang telah dipelajarinya, sejauh mana pulalah orang mampu menerapkan ilmu pengetahuannya dalam pekerjaan dan hidup sehari-hari tidak tergantung dari sekolahnya. Jadi tidak tergantung dari sekolah tinggi atau tidak tinggi. tetapi terpengaruh oleh bagaimana kecerdasan otaknya atau yang kemudian disebut dengan IQ. Inipun hanya berpengaruh sekitar 15 % saja. Sistim berfikir yang mempengaruhi system kerjanya bagaimana, apakah condong ke otak kiri atau condong ke otak kanan atau mampu memberdayakan semuanya. Kemudian tipologi orang tersebut apa, sebab menyangkut kebiasaan-kebiasaan berperilaku. Sebagai contoh orang yang telah terbiasa meremehkan orang lain; Orang lain ini sebenarnya memiliki masukan yang sangat mahal baginya, namun sebagai akibat dari kebiasaannya yang suka meremehkan orang lain, menjadikan ketika sebenarnya ada masukan yang sebenarnya tinggi nilainya, justru tidak di respon . Kebetulan penulis pernah bertindak sebagai sales promotion, pernah menawarkan tester gratis kepada seseorang yang sebenarnya orang tersebut sangat membutuhkan barang yang testernya kami tawarkan tersebut. Tetapi orang tersebut menolaknya, mengapa ? karena dalam hatinya meremehkan penulis bahwa penulis bukan dokter yang terkenal, hanya karena konsep pikirannya bahwa orang yang menawarkan barang tersebut bukan orang terkenal apalagi diberikan gratis maka ia menolaknya. Padahal barang tersebut sangat dicari orang karena telah teruji kehebatannya, cuma belum banyak yang mengerti. Inilah contoh orang yang suka meremehkan orang yang akibatnya merugikan dirinya sendiri. Kemampuan feeling dan perasaannya bagaimana. Sebab tidak semua orang mempunyai feeling dan ketajaman perasaan yang sama. Feeling dan ketajaman perasaan akan berpengaruh kepada bagaimana ia mampu menangkap sesuatu masukan. Kemampuan menangkap sesuatu masukan ini berhubungan dengan bagaimana memberi respon terhadap masukan. Hasil kerja atau kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah adalah terpengaruh bagaimana orang memberi respon terhadap sinyal yang ia terima.
Kedua bagaimana kemampuan merespon adalah terpengaruh bagaimana orang menangkap sinyal-sinyal. Orang yang kurang mampu menangkap sinyal, atau menangkapnya sinyal baru akan bisa jika setelah menjadi kenyataan yang nyata, maka akan lebih terlambat responnya jika dibandingkan dengan orang yang telah mampu menyimpulkan sinyal menjadi kesimpulan sebelum kenyataan tersebut terjadi. Sebab sinyal lebih dahulu dari kejadian yang terjadi. Lihatlah sejarah Raja Daud ketika menerima berita bahwa anaknya Absalom mati dan dibunuh (Yoab, II Sam 18:12,13,14), orang yang membunuh Absalom tidak mengerti betul apa yang dimaksutkan Daud yang sebenarnya tidak menginginkan kematiannya Absalom (II Sam 18:5), begitu pula orang Etiopia dan Ahimas yang lari memberi tahu Daud tentang kematian Absalom (II Sam 18:21-23). Contoh lain dari hal ini adalah akan terjadinya hujan, atau bencana alam misalnya gelombang Tsunami, binatang lebih peka dibanding manusia. Bagi orang yang tak mampu menangkap sinyal, ia akan menyimpulkan bahwa akan terjadi hujan jika hanya kalau ia telah melihat adanya mendung. Berbeda dengan orang yang yang mampu menangkap sinyal, ketika mendung tersebut belum datang, tetapi telah merasakan bahwa udara lebih panas dari biasanya, maka ia telah mampu menangkap sinyal dan mengerti bahwa akan terjadi hujan meskipun mendungnya belum kelihatan ada.
Disamping kemampuan untuk menangkap sesuatu perlu diketahui pula bahwa demi keselamatan diri setiap orang tidak selalu lugu (jujur apa adanya). Yaitu selalu ada upaya untuk mempertahankan diri dari ancaman yang ia perkirakan dengan bertopeng, seperti berbohong tetapi tidak bohong karena berupa perbuatan atau tingkah. Ancaman itu tidak berupa mau dibunuh atau mau di culik, tetapi ancaman mendapat penilaian jelek atau kurang. Misalnya orang takut dikatakan (diancam) bodoh, akhirnya orang ini untuk menutupi kebodohannya menjadi sok tahu atau ngeyel tidak mudah menerima kritikan orang lain. Dari hal kekhawatirannya terhadap hal ini ia akan melakukan yang disebut pertahanan diri atau atau bahasa asingnya disebut defense mechanisms. Contoh lain pertahanan diri: orang yang ditawari makan dan tanduk (tambah), sebenarnya orang ini memang masih lapar tetapi takut di cap sebagai orang rakus maka ia tidak mau tambah / tanduk dengan mengatakan bahwa ia sudah kenyang, yang sebenarnya belum kenyang.
Yang penulis sajikan ini baru sebagian saja, belum seluruhnya. Oleh karena itu janganlah heran bahwa pergaulan sosial itu tidak mudah, yang sudah menjadi suami dan isteri pun pergaulannya tidak mudah dan pasti sering bertengkar. Sajian tulisan yang kami sharingkan ini adalah untuk membantu pembaca menjadi lebih mengerti kena apa antara suami dan isteri masih terjadi pertengkaran dan selisih pendapat meskipun telah puluhan tahun hidup bersama.
Buku seri 5,6 & 7 merupakan satu kesatuan topik, seyogyanya dibaca semua.
SERI 7
(bagian akhir)
TIDAK DIHARAPKAN
NAMUN PASTI TERJADI
D
dDD
PERSELINGKUHAN
dan
PERSELISIHAN SUAMI -- ISTERI
P
enulis pernah ngobrol santai dengan seorang ibu muda. Ibu ini seorang Kristen yang taat. Ia bersuamikan seorang aktivis gereja, yang rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Karena itulah DD
D
alam bab ini kita akan membicarakan bagaimana memahami individu lepas individu . Tujuan dari memahami individu lepas individu adalah untuk membetulkan konsep kita terhadap penilaian individu seseorang yang kita kenal, khususnya suami atau isteri kita. Jika kita belum mengenal unsur-unsur pemahaman individu, maka kita akan mudah terjebak dalam konsep yang salah. Sebagai contoh : Ketika kita belum mengenal tipologi manusia dan kemudian pada waktu itu mendapati orang yang berkripadian Melankolis. Dimana ciri kepribadian Melankolis adalah tenang dan pendiam, orangnya kalem dan sopan. Jika kita percaya dari arti pepatah ‘air beriak tanda tak dalam’ dan ‘padi semakin berisi semakin tunduk’ maka kita bisa terbawa kepada bayangan konsep bahwa orang ini (yang baru kita kenal) adalah orang pandai dan rohani! Kemudian ketika belum mengenal jenis-jenis mekanisme pertahanan diri (topeng kepribadian), akan mudah terjebak kedalam penampilan yang sebenarnya adalah tindakan kamuflase, bukan aseli kepribadiannya. Meskipun ini baru bayangan belum merupakan penilaian final. Namun bayangan yang demikian bisa saja membuat suatu kesalahan berikutnya. Tentu dalam kita bergaul ingin tidak tertipu dari akibat kesalahan penilaian. Sebab untuk membuktikan penilaian kita perlu waktu. Jika pada waktu pembuktian ternyata dugaan awal sudah meleset, maka akan kehilangan energi dan waktu. Akan lebih indah jika kita dapat membaca apa sebenarnya yang ingin disampaikan melalui penampilan dan tindakannya, karena pada umumnya orang tidak selalu apa adanya dalam penampilan maupun dalam menyikapi / merespon terhadap sesuatu yang ia terima dari orang lain. Respon ini akan ditampilkan melalui perubahan raut wajah, perubahan pupil mata , melalui sikap , melalui kata-kata, melalui tindakan . Biasanya bagi yang sudah pandai, ia akan merubah seluruh bentuk yang mereka responkan dengan yang kamuflase agar supaya yang sesungguhnya ada dalam hatinya tidak diketahui orang yang diajak interaksi atau direspon. Untuk itu dalam tulisan berikut ini, khusus membicarakan berbagai unsur apa saja, untuk mengenal individu lepas individu secara detail. Agar nantinya tidak terjebak dalam konsep penilaian yang keliru, yang dapat berakibat salah mengambil keputusan, yang dapat mendorong menjadi berselisih.
EMAMPUAN BERFIKIR
Pada umumnya kebanyakan orang telah mengerti dan menyadari bahwa tidak setiap individu mempunyai kemampuan berpikir yang sama. Artinya ada orang yang cerdas dan ada orang yang kurang cerdas. Tetapi mengerti seseorang itu cerdas atau tidak cerdas masih kurang cukup.
Kemampuan berpikir yang erat hubungannya dengan perbuatan sehari – hari adalah daya tangkap. Seorang bergaul tidak bisa lepas dari kemampuannya untuk menagkap suatu masukan yang kemudian diolah dalam pikirannya, kemampuan untuk mengolah ini kemudian popular dengan subutan kecerdasan atau IQ. Perlu diketahui bahwa setiap orang mrmpunyai IQ atau tingkat kecerdasan yang berbeda. Perbedaan IQ ini berasal dari score yang dapat diukur. Pengukuran IQ berdasarkan usia , artinya score yang didapat dari hasil test dibagi dengan usia kemudian di kalikan dengan angka 100.
ma
X 100 = IQ
ca
ma = Mental Age = jumlah score dari hasil tes.
ca = Calender Age = usia peserta tes saat di tes
Untuk hasil (jumlah score) yang kurang dari 100 disebut kurang cerdas karena parameternya adalah 100. Dan untuk hasil diatas 100 disebut pandai. Urut-urutannya adalah :
Sangat superior = diatas 139
Superior = 120 - 139
Di atas rata-rata = 110 - 119
Rata-rata = 90 - 109
Dibawah rata-rata = 80 - 89
Bordeline = 70 - 79
Ideot = Dibawah 70
Data tersebut diatas dapat membantu kita bahwa setiap orang mempunyai kecerdasan (IQ) yang berbeda-beda. Namun perlu diketahui bahwa IQ hanya berpengaruh kurang lebih 15 % dari keberhasilan seseorang. IQ bukan segala-galanya. Tes pertama kali diperkenalkan di Perancis oleh Alfred Binet (pakar psikologi) tahun 1857 – 1911. Dan kemudian pada tahun 1881 pemerinath Perancis mensahkan undang-undang yang mewajibkan semua untuk sekolah. Binet dalam hal ini punya andil besar sebab harus menyusun test untuk mengukur perbedaan intelektual anak.. Hasil dari test ini (yang direvisi terakhir tahun 1911) adalah membuat kita menjadi mudah menggolongkan anak sesuai dengan jenjang intelektualitasnya, sehingga anak yang IQ-nya dibawah 100 dalam pendidikan tidak dicampur dengan anak yang intelektulitasnya diatas 100. Untuk memudahkan mengajar. Dalam pekerjaan jika unsur IQ ini diikutsertakan dalam kelompok kerja akan sangat membantu.
Ternyata tidak hanya tidak hanya sudut IQ saja yang berbeda. Dari sudut daya tangkap juga berbeda. Kemudian dari sudut pengolah data (otak) juga berbeda. Jadi seseorang menangkap informasi kemudian diolah disimpulkan direkam atau dimasukan ke hati atau dicamkan dikeluarkan lagi sebagai potensi yang kemudian disebut kemampuan.
Menurut penelitian, daya tangkap lewat indera mata merupakan daya tangkap terkuat, disusul kemudian daya tangkap lewat pendengaran. Sayang banyak tempat pendidikan tidak menggunakan media yang bisa ditangkap oleh mata. Hanya gerakan bibir sajalah yang bisa membantu lewat tangkapan mata. Daya tangkap mata ini disebut visual dan daya tangkap pendengaran auditorial dan terakhir daya tangkap melalui gerakan disebut kinestik. Disinilah kegunaan alat yang disebut multi media, merupakan alat untuk memperbesar melalui layar lebar sehingga orang dapat lebih jelas melihat mimik pembicara atau pembaca teks dan skema-skema yang diajarkan, sehingga antara mata dan telinga bekerja bersama saling sama-sama bersinergi untuk mencerna apa yang dikotbahkan.
Dengan cara demikian orang dimungkinkan lebih mudah menangkap daripada hanya mendengar saja. Setelah seseorang menangkap suatu informasi kemudian diolah. Cara-cara mengolah data informasi ini berbeda –beda antara seseorang dengan seseorang lainnya. Perbedaan atau gaya mengolah data oleh para ahli dikelompokkan dalam empat macam gaya. Dalam hubungannya dengan peselisihan antara suami dengan isteri adalah, jika dalam suatu percakapan yang berbicara telah merasa berbicara jelas, namun si pendengar salah menangkap apa yang dimaksudkan pembicara. Sedangkan pembicara belum mengetes salah atau betul penerimaan si lawan bicara namun telah keburu dengan respon yang ternyata tidak sesuai dengan maksud pembicara. Biasanya disinilah awal perselisihan terjadi, jika sipembicara tidak panjang sabar untuk mengulang dengan baik apa yang dimaksudkan dalam pembicaraan. Jadi pengertian tentang kemampuan daya tangkap dan kemampuan penyimpulan terhadap suami atau isteri adalah signifikan.
Masukan yang ditangkap dari luar (yang didengar
atau yang dilihat)
pikiran
manusia
Diolah dalam otak disimpulkan
Direspon dalam bentuk sikap atau jawaban
OTAK KIRI DAN OTAK KANAN
Selain unsur IQ kemudian gaya / model kebiasaan seseorang menanggapi sesuatu, masih ada lagi kemampuan menyimpulkan yang disebabkan oleh kemampuan otak. Yaitu ada orang yang sukanya praktis saja, suka ‘potong kompas’ dengan alasan yang penting tujuannya apa, meskipun belum ada banyak data ia telah berani memberi kesimpulan. Tetapi ada juga orang yang sukanya harus melalui alasan yang kuat untuk mencari penyelesaian masalah. Ia tidak mau buru-buru memberi kesimpulan jika belum didukung fakta-fakta. Ada orang yang mudah percaya terhadap sesuatu yang belum diuji kebenarannya, kebalikannya ada juga orang yang tidak mudah percaya terhadap sesuatu jika menurutnya belum teruji kebenarannya. Mengapa terjadi demikian ?
Bermula dari banyaknya korban perang yang mendapat cedera di otak, maka Inggris pada waktu itu tahun limapuluhan, para dokter melakukan penelitian tentang otak. Dengan tujuan agar dapat memprogram kembali bagian sisa otak yang sehat yang masih didayagunakan. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa ada bagian otak yang disebut otak kiri dan bagian otak yang disebut otak kanan. Otak kanan mempunyai kerja agak berbeda dengan otak kiri. Ternyata ada perbedaan fungsi radikal antara kedua belah otak tersebut.
Belahan kiri memproses bahasa dan matematika . Pemrosesan tersebut berjalan secara sistematis dengan cara kerja yang logis . Cara kerjanya langkah demi langkah secara bertahap berurutan dan memerlukan waktu.
Belahan kanan bersifat visual dan merekam perasaan, bagian grafika dan kinestesis. kreatifitas adalah merupakan kerja otak bagian kanan. Komputer tidak mampu digunakan untuk meniru otak kanan, hanya mampu untuk meniru kinerja otak kiri, sebab komputer bekerja berdasarkan data bukan pengamatan visual yang kinetis. Kerja sama antara otak kiri dan otak kanan secara sinergistis akan menghasilkan orang-orang kreatif. Otak kiri mengambil kesimpulan berdasarkan masukan dari luar, dari orang lain. Otak kanan menerima masukan dari hal yang nyata yang dilihat sendiri. Kecuali sesuatu yang khayal dan mimpi. Oleh karena otak kanan melihat sendiri sesuatu yang nyata (bukan berupa laporan orang lain melalui pendengaran) maka lebih tepatlah kalau kita percaya pada otak kanan yang memberi jawaban yang tepat.
Otak kiri mendengar dan kemudian mempertimbangkan untuk membuat suatu kesimpulan, sedang otak kanan melihat sendiri dan menyimpulkan. Kerjasama antara otak kiri dan otak kanan perlu dilatih untuk mendapatkan hasil yang bagus. Teguran Yesus terhadap para ulama, dengan mengatakan “mereka mempunyai mata tetapi tidak melihat” dan “mereka mempunyai telinga tetapi tidak mendengar” adalah tersirat untuk terjadinya kerjasama antara otak kanan dan otak kiri.
Dalam hal wanita dan pria ada perbedaan intelektual yang mendasar dan kodrati sifatnya berdasarkan kaitan erat dengan otak kiri dan otak kanan. Para wanita lebih cenderung mendominasi otak kiri. Sehingga lebih mudah belajar dalam bahasa (verbal) . Kebalikannya pria akan lebih cepat dan kreatif untuk belajar dengan yang berhubungan dengan gerak dan ruang (kinestis). Oleh karena itu pada umumnya mental wanita tidak sama dengan mental pria. Terutama mental wanita tiga tahun lebih cepat berkembang dibanding pria. Oleh karena itu untuk hafal –menghafal, para wanita akan lebih jago . Sedangkan untuk pengamatan dan keputusan cepat , pria lebih jago dibandingkan wanita. Hal ini sejalan dengan penciptaan Allah, dimana pria diciptakan adalah sebagai pejuang akan lebih cocok jika mempunyai model berpikir cepat dan pemberani (berani menghadapi resiko). Dalam hal ini otak kanan lebih mendominasi. Kebalikannya wanita diciptakan sebagai penolong (pemelihara) dan melayani. Harus banyak kehati-hatian, dan teliti dan sabar, disini otak kiri akan lebih cocok. Itulah sebabnya pada umumnya wanita lebih suka “nguping” atau mendengar cerita dari suami, dan juga lebih senang banyak bicara jika dibanding dengan pria. Begitu pula jika ia belanja, ia lebih hati-hati dibanding pria yang cenderung kurang sabaran. Ia akan rela mengorbankan waktu untuk keliling hanya demi mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya baru disimpulkan dan diputuskan. Hal ini berkaitan erat dari sistim wanita mengambil suatu keputusan yang terpengaruh oleh kinerja otak kiri. Otak kanan akan kurang cocok untuk bekerja sebagai juru masak, sekretaris atau administrasi . Oleh sebab itu wanita akan lebih cocok bekerja di kantor yang bersifat ketatausahaan, atau pemeliharaan, pelayanan public dan lain-lain. Dan kurang cocok jika harus di lapangan dengan banyak perjuangan dan membuka jalan baru.
Contoh kejadian :
Seorang montir mobil, mencari penyebab mengapa mesinnya sulit di starter. Montir yang berotak kanan ini langsung melihat setelan platinanya atau mengetes condensatornya, untuk mengetahui penyebab kerusakannya. Montir yang berotak kiri (montir yang lain) cara kerjanya tidak demikian. Dia mengetes apinya dahulu, besar apa kecil, kemudian mengurutkan kabel businya ada yang kendor apa tidak. Jika belum kedapatan penyebabnya baru melihat setelan platinanya dan mengetes condensator.
Suami yang belum mengerti akan hal ini disebut belum memahami watak wanita, meskipun mungkin sudah puluhan tahun menikah. Sikap suami yang demikian biasanya menganggap dirinya sendiri sebagai prototip atau tolok ukur yang benar. Sehingga ketika isterinya tidak berfikir atau bekerja seperti yang layaknya (suami) lakukan, kemudian menilai bahwa isterinya memiliki kekurangan. Menganggapnya cara berfikir isterinya (seharusnya) sama dengan dirinya, padahal dari sebab pengaruh otak kirinya, isteri akan lebih banyak menggunakan perasaan dari pada fikiran. Bertolak belakang dengan suaminya yang lebih banyak menggunakan fikirannya dari pada perasaannya. Disinilah perlunya seorang suami atau isteri mengerti kinerja otak kiri dan otak kanan, karena menyangkut terhadap interaksinya sehari-hari yang dapat membuat rawan perselisihan.
TIPOLOGI SESEORANG
Setelah mengenali orang lain (suami atau isteri) dari sudut kemampuan otak dan sistem kerja otak, yang banyak berpengaruh terhadap kemampuan menangkap sinyal seseorang, sekarang meningkat pada tingkah laku. Atau pembawaan dari kepribadian seseorang. Bagaimana perbedaan antara kepribadian seorang yang satu dengan orang yang lain.
Seperti sudah diakui oleh dunia bahwa sidik jari seseorang dengan orang lain tidak ada yang sama. Oleh karenanya pihak kepolisian menggunakan identifikasi orang dengan sidik jari. Hal ini memperkuat pendapat bahwa kepribadian seseorang dengan orang lain tidak sama. Ketidaksamaan seseorang dengan yang lain selain sebagai akibat dari genetikal yang telah diuraiakan sebelum uraian ini, juga dari banyak faktor. Pada intinya seseorang berbeda dengan orang lain tidak hanya pada sudut genetikal dan sudut phisik saja, tetapi menyangkut hal-hal lain yakni kepandaiannya, IQ-nya, kemampuannya. Dan yang akan dibahas pada uraian ini adalah kepribadiannya.
Perlu diketahui bahwa kepribadian berbeda dengan kepandaian kemampuan berfikir. Sebelum kita membicarakan tentang kepribadian, kita akan membicarakan dahulu bagian-bagian kepribadian.
Tim La Haye membedakan tiga istilah kepribadian.
1. Temperamen ialah perpaduan sifat-sifat pembawaan yang tanpa sadar mempengaruhi sikap-sikap dan tingkah laku.
2. Achlak adalah ciri kita yang sebenarnya , yang terdiri dari akal budi, emosi dan keputusan.
3. Kepribadian adalah merupakan perpaduan dari jati diri dengan kedok yang ditampilkan dalam penampilannya sehari-hari dalam masyarakat luar.
Lindgren dan Fisk menganggap bahwa kepribadian merupakan perpaduan dari sifat-sifat yang khas dengan pengalamannya dari sebab pengaruh lingkungan yang memberi pembelajaran kepada dirinya dalam rangka beradaptasi dengan lingkungannya. Berarti dengan demikian lingkungan turut membentuk kepribadian seseorang.
Ada beberapa ahli psikologi yang mampu mengelompokkan dasar-dasar kepribadian demi kepribadian , diantaranya Kritschemer. Ia mengelompokkan kepribadian orang berdasar postur tubuh, misalnya orang yang berpostur tubuh gempal seperti orang-orang yang hobinya olah raga dengan otot-otot yang kuat dan kencang tubuhnya dan tegap. Orang ini disebut berkepribadian atletis. Menurut Kritschemer orang yang berkepribadian atletis mempunyai kecenderungan watak sebagai berikut :
Tenang, lamban, angkuh, tidak mudah terharu, spesifik, konsekuen, hati-hati, tekun kurang luas perhatian.
Untuk orang-orang yang bertubuh gemuk, agak membungkuk dan relatif sedikit pendek biasanya kepala dan leher sedikit ke depan dari pada punggungnya, orang semacam ini disebut berkepribadian pyknis. Orang yang berkepribadian pyknis disimpulkan kecenderungan wataknya adalah sebagai berikut :
Ekstrofet, cukup punya percaya diri yang tinggi, suka menarik perhatian orang, mudah menyesuaikan diri, interaksi sosialnya bagus, ramah, supel Penuh humor, praktis. Ekonomis, suka , Terbuka, pikirannya konkrit namun kurang mendalam.
Orang yang kurus ceking disebutnya melankolik. Orang yang melankolik ini dikatakan memiliki kecenderungan watak sebagai berikut : Mudah tersinggung, sukar melupakan hal-hal yang negatif, tidak suka humor, lebih suka serius, tertutup teliti, dan tekun, gila hormat, sukar menyesuaikan diri, logis dan konsekuen, kritis tapi subyektif, berpegang teguh pada prinsip.
Yang terakhir gabungan dari ketiga kepribadian disebut Asthemis. Phisik maupun kecenderungan wataknya merupakan gabungan dari ketiga kepribadian tersebut. Pembaca dapat membuktikan sendiri teori ini berapa prosen benar dengan mengamati orang lain yang dicocokkan dengan tulisan ini.
Lain lagi menurut Hippochrates (ahli jiwa yang lain) , membagi kepribadian orang dalam 4 golongan watak atau kepribadian. Cara pengelompokannya tidak berdasarkan pada postur tubuh melainkan berdasarkan berdasarkan temperamen. Yaitu berdasarkan cairan-cairan tubuh yang berada pada diri manusia. Dikatakannya bahwa cairan ini mempengaruhi seluruh syaraf yang beroperasi pada setiap diri manusia. Menurut Hippochrates kelompok kepribadian tersebut disebut : Sanguin. Kholerik, Melankolis dan Plegmatik Hipochrates mendiskripsikan kepribadian ini pada sekitar 400 SM . Dan sebelumnya Raja Salomo atau juga dikenal dengan nama nabi Soleman atau Salomo yang tertulis dalam Amsal-amsalnya. Juga telah mendiskripsikan tentang dasar-dasar keempat kepribadian ini dalam Amsal 30; 11-14. Kemudian jaman ini tim La Haye menyadurnya kembali dengan lebih lebih detail dan luas. Berikut diskripsi dari masing-masing kepribadian yang kami sadur dari Tim La Haye:
MELANKOLIS
Amsal 30 :11
Ada keturunan yang mengutuki ayahnya dan tidak
Memberkati ibunya.
Amsal 30:11
Salomo telah membuat diskribsi tentang perbedaan kepribadian, yang dalam tulisannya dalam kitab Amsal tersebut memakai : ada keturunan……. Artinya perbedaan kepribadian antara seorang degan yang lain meskipun satu bapak dan satu ibu atau saudara sekandung, kepribadiannya tetap tidak sama. Diskribsi ini kemudian oleh Hippocrates dikembangkan dan lebih diperjelas sebagai berikut:
Ciri-ciri orang Melankolis ; terlalu banyak pertimbangan / berfikir sebelum bertindak , penampilannya sopan, mudah sakit hati karena segala sesuatu dimasukan pikiran dan disimpan dalam hati, tahan kesepian, pendiam, tepat janji, kurang berani bertindak dan sebagainya. Sehingga kurang cepat dan kurang mudah menolong. Pada umumnya sangat sopan dan rapi dalam berbusana serta penampilannya rohani. Hatinya belum tentu rohani, karena tergantung telah lahir baru atau belum, tetapi penampilannya telah rohani karena bawaan sejak lahir. Bicaranya tidak ceplas-ceplos karena hati-hati, bertindak atas dasar keyakinan yang telah dipikirkan masak-masak, tidak mudah tergerak untuk menolong, tidak suka konflik, tidak inferior dan sebagainya. Kepribadian ini cocok sebagai pemegang buku atau pekerjaan ketata usahaan dan lebih senang indor, sehingga isteri-isteri yang berkepribadian melankolis ini akan betah di rumah meskipun tak ada teman dan suasana sepi. Perasaannya halus, sehingga mudah tersinggung jika terkena kata-kata kasar atau keras . Tidak mudah menolong karena penakut, termasuk takut terhadap resiko. Orang ini tahan kesepian, jadi cocok untuk isteri yang harus banyak menunggu di rumah. Biasanya kurang senang kerja kelompok atau kerja di lapangan sehingga kurang senang berorganisasi yang bersifat ubyang-ubyung. Dan ia tahan di ruangan yang tidak banyak orang dengan suasana sepi. Bertolak belakang dengan orang Sanguin yang tak tahan kesepian . Cocok juga jadi guru, apalagi ia sopan penampilannya, juga disiplin . Kelemahannya ia mudah GR, sehingga mudah patah hati. Hati-hatilah yang mempunyai pasangan berkepribadian Melankolis, karena kelihatannya tak apa-apa tetapi nyatanya telah sakit hati dan tahu-tahu minta cerai. Dan mudah tersinggung karena segala sesuatu selalu dimasukan kehati dan dipikir mendalam. Jika menegur jangan dengan kata-kata yang keras dan kasar ia akan sangat tidak suka . Sehingga tak jarang seringkali bentrok batin atau tak cocok dengan teman karena tersinggung, padahal temannya tak bermaksud menyinggung. Orang Melankolis kurang cocok dijadikan mediator, atau penyelesai masalah atau ujung tombak. Karena ia penakut, dan takut terkena resiko, sehingga tidak suka terhadap yang bersifat spekulasi. Jika menjadi Sekeretaris dan kebetulan jika kebetulan pasangannya Kholeris atau Sanguinis akan serasi sekali. Jika ia laki-laki sepertinya agak cengeng , tetapi jika ia perempuan terlihat sekali sebagai keibuannya. Orang ini pendendam dan termasuk “pembunuh darah dingin” dan agak sulit sratenannya atau layanannya.
PLEGMATIG
Amsal 30: 12
Ada keturunan yang menganggap dirinya tahir,
Tetapi belum dibasuh dari kotorannya sendiri.
Amsal 30:12
Kepribadian Plegmatig termasuk kelompok introvert, tidak banyak bicara, tenang, dingin, tidak bersemangat, tidak mudah bergeming dengan hiruk pikuk sekeliling . Orang plegmatig mempunyai kelebihan adil, obyektif dan tenang . Ia berfikir sebelum bertindak. Sedang kekurangannya lamban, malas, dan tidak mudah diajak kompromi oleh situasi (tidak mudah terobsesi / terpengaruh oleh situasi). Sulit dimintai bantuan oleh orang lain, jika tidak atas kehendaknya sendiri, sehingga jika dijadikan Diakonia akan di anggap kurang peduli dan kurang tanggap. Kepribadian ini cocok untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan hubungan interaksi sosial. Juga cocok untuk pekerjaan yang harus memegang teguh peraturan misalnya bendahara. Artinya harus disiplin dengan apa yang harus diputuskan. Juga cocok dengan pekerjaan ketatausahaan atau tata tulis. Bila pada bidang hukum, ia cocok sebagai hakimnya, tidak cocok sebagai pengacaranya. Kebalikannya tidak cocok memegang jabatan yang memerlukan pertimbangan sosial dimana dimana harus memberikan kebijakan (diskriminasi). Begitu pula tidak cocok untuk hal-hal yang memerlukan tindakan cepat, misalnya pemadam kebakaran, reserse, penembak jitu dll. Karena sifatnya yang lamban. Jika menjadi suami ia terkesan kurang peduli dan cuek, dan jika menjadi isteri ia terkesan kurang gemati dan kurang perhatian kepada suami, jika jadi pendeta terkesan ia sombong dan kurang kasih dan lebih suka cuci tangan. Sebab bila tidak di suruh ia tidak melakukan, karena kelemahannya ia kurang mau mencari tahu. Dan biasanya tidak mau ikut campur urusan suaminya karena juga kurang pandai mengoper bagian. Berbeda dengan kepribadian Kholerik, orang ini mudah bereaksi dan kurang pandai merahasiakan pendapat dan perasaannya. Kholerik biasanya reaksioner, terlebih jika terkena “batunya” Biasanya dalam pergaulan lebih sulit sratenannya atau mudah layanannya jika dibanding dengan orang Kholerik. Sedangkan orang Melankolis sangat pandai merahasiakan pendapat dan perasaannya jika merasa ditekan. Orang Kholerik dan Sanguin sama-sama ekstrovert , kebalikannya orang Melankolis dan Plegmatig sama-sana Introvert. Orang Plegmatig sebaiknya jodohnya orang Kholerik atau Sanguin.
SANGUIN
Amsal 30:13
Ada keturunan yang berpandangan angkuh, yang
Yang terangkat kelopak matanya.
Amsal 30:13
Ciri-ciri kepribadian Sanguin ditandai dengan : Supel , banyak bicara, pandai bergaul, tetapi sering suka lupa janji , tidak tahan kesepian, periang, sepertinya tidak serius dalam memberi pertolongan sebab motivasinya dalam memberi pertolongan adalah basa-basi dalam rangka mencari muka (bahasa jawa : Cuma lamis), tidak mudah patah hati, ingin selalu mendapat perhatian, tidak suka konflik, selalu ingin bisa diterima di lingkungan dimana berada dan sebagainya. Jika ia jadi penerima tamu akan kelihatan ramah dan menyenangkan. Yang diucapkan belum tentu yang dijalankan. Mencari tahu apakah seseorang berkepribadian sanguin atau bukan cukup mudah. Yaitu ia periang dan supel apa tidak. Kalau dimanapun ia selalu periang dan supel tanpa melihat tempat dapat dipastikan bahwa ia seorang sanguinis.
Orang Sanguin lebih suka berada ditempat yang dinamis dan romantis, ada kehidupan. Tidak senang dengan suasana yang sepi. Jika kesepian ia lebih senang menyetel radio atau CD untuk menemaninya. Dan akan lebih senang jika ada orang lain yang bisa diajak berinteraksi, oleh karenanya isteri-isteri yang berkepribadian Sanguin akan tidak tahan dirumah sendirian dengan suasana yang sepi. Jika kesepian ia lebih suka pergi mencari keramaian, jadi suami yang punya isteri Sanguin jangan buru-buru cemburu jika ia suka berpergian dan punya kenalan banyak. Dalam pikirannya ia selalu ingin bisa mengikuti situasi dengan mendapat nilai. Tidak suka jika tenggelam sampai tak tersebut namanya. Bahkan cenderung berupaya untuk selalu menjadi bintang dimana lingkungan ia berada. Hebatnya ia pandai membawa diri. Kekurangannya adalah tidak tahan kesepian dan merasa tidak berguna jika ia tidak mendapat perhatian, oleh karenanya ia mencari perhatian bila ada kesempatan. Disini para suami atau isteri harus tahu bahwa jika pasangan hidupnya berkepribadian Sanguin salah satu kebutuhan pokoknya adalah perhatian. Biasanya orangnya supel cepat berbaur dan pandai bergaul, termasuk pandai menempatkan diri dimana ia berada.
Oleh karenanya itu, biasanya temannya cukup banyak. Dari berbagai keadaan ini ia menjadi mudah lupa terhadap janji-janji, karena lebih mengutamakan apa yang di depan matanya. Itulah yang membuat ia mudah lupa janji. Kekurangannya yang lain adalah tidak tekun terhadap pekerjaan-pekerjaan yang bersifat tata usaha. Dan juga tidak tahan kesepian. Oleh karenanya orang sanguin lebih baik jangan ditempatkan sebagai auditor, atau pemegang buku. Jika sekolahan ia bagian ekonomi, maka ekonomi hanya dipakai sebagai ilmu pengetahuan saja yang mendukung kegiatannya, bukan pekerjaan pokoknya. Sanguinis lebih cocok dijadikan humas, atau pelobi termasuk mediator. Artinya pekerjaan yang ‘berhubungan’ dengan banyak orang (harus berinteraksi sosial) Cocok juga bagian marketing. Ia juga mampu menjadi kepala dengan tugas utama membina karyawan – karyawan yang telah bisa berjalan sendiri. Pantangan orang ini jangan dipermalukan di depan umum. Atau jangan di kejar (di teter) tentang pertanggungan jawab pekerjaan sewaktu terjadi kesalahan. Berilah waktu untuk membuat suatu pertangungjawaban. Tanya jawab seperlunya saja supaya tidak malu. Kepribadian Sanguin sebaiknya mencari jodoh orang Kholerik.
KHOLERIK
Amsal 30:14
Ada keturunan yang giginya adalah pedang, yang
Gigi geliginya adalah pisau,untuk memakan ha-
Bis dari bumi orang-orang yang tertindas, ora-
Orang yang miskin diantara manusia.
Amsal 30: 14
Ciri-ciri orang Kholerik : bereaksi cepat, cepat tanggap, mudah emosi, serius dalam segala hal, tidak basa-basi atau apa adanya, pemberani, pantang mundur, tidak bisa diam, suka menolong kepada yang tertindas dan orang miskin, kurang banyak pertimbangan dalam bertindak, tidak sabaran . Biasanya disebut bertemperamen tinggi. Dia pemberani dan tidak takut mengambil resiko. Galak . Bicaranya ceplas-ceplos. Namun layanannya mudah cukup dengan kesabaran dan mau menunggu untuk mengerti kehendaknya. Karena ia apa adanya dan pemaaf yang sportif.
Orang Kholerik potensial menjadi pemuka. Orangnya bertanggung jawab, dan berani mengambil resiko. Suka membela yang tertindas dan suka menolong. Jika ia jadi pimpinan akan disenangi oleh anak buahnya dan berani berspekulasi. Berani menghadapi masalah dan tidak pengecut. Kelemahannya ia terlalu cepat mengambil keputusan, karena orang kholerik cenderung berotak kanan dan bertemperamen tinggi, ini bisa berakibat positif tapi juga bisa berakibat negatif. Hebatnya ia tidak malu meminta maaf jika terdapat kesalahan, karena ia bukan pengecut dan berani menanggung resiko. Orang ini cocok diberi tugas-tugas yang penuh resiko atau sebagai tulang punggung. Berbahagialah isteri yang punya suami seorang Kholerik, karena ia penuh tanggung jawab dan belas kasihan tetapi tidak sabaran dan gampang marah namun gampang pula reda tanpa sakit hati, berbeda dengan orang Melankolis yang suka sakit hati tetapi tidak kelihatan jika marah karena kalem dan sopan.
Ia berjiwa petualang dan pendobrak. Namun ia konsisten. Karena orang Kholerik orangnya pemberani dan keras, maka menghadapinya jangan dengan kekerasan. Tetapi dengan lemah lembut dengan mengutamakan nalar, oleh karenanya jodohnya adalah orang yang berkepribadian Melankolis atau Sanguin. Orang Kholerik ajaklah dan berilah kesempatan untuk ia bisa berfikir dengan tenang, jangan dipepet waktu, sebab ia akan berani melawan. Bawalah supaya ia bertindak atas kesadarannya sendiri, jangan digurui jika anda memang betul-betul tidak lebih top pengetahuannya. Orang Kholerik biasanya feelingnya tinggi, hati-hatilah dengan orang kholerik yang pandai. Bisa jadi ia sangat cerdik. Kebalikannya ia tulus dan tidak suka basa-basi atau mencari kambing hitam, sebab orangnya konsisten. Gerakannya cepat, termasuk pikirannya. Ia juga cocok untuk menjadi pemimpin keluarga yang perlu bertindak cepat dan penuh resiko termasuk berani berspekulasi yang dalam hal ini sangat bertolak belakang dengan orang Melankolis.
Dari beberapa uraian tersebut, jelas bahwa seseorang terdiri dari salah satu kepribadian yang punya kelebihan dan kelemahan yang tidak selalu sama satu dengan yang lain . Oleh karena itu kita dalam menghadapi dan menilai individu demi individu sebaiknya telah mengerti dahulu ia berkepribadian apa, baru kemudian menilai, jangan lagi menjadikan diri kita sebagai ukuran (tolok ukur) jika orang lain tidak sama dengan diri kita berarti itu salah, tidak demikian caranya. Dari beberapa pakar psikologi tersebut, yang sampai saat ini masih banyak yang relevan adalah uraian dari Hipochrates sesuai dengan tulisan dalam Amsal 30: 11-14. Perlu diketahui bahwa keempat tipe kepribadian tersebut, tidak ada yang lebih jelek dan tak ada yang lebih baik. Semuanya sama bobotnya, dan semua itupun pemberian Tuhan. Dibuat demikian agar lebih mendukung kehendak Allah untuk saling mengasihi dan mendukung, dimana masing-masing mempunyai keunikan tersendiri, Masing-masing mempunyai ciri khasnya sendiri, sehingga rasanya tak perlu adanya upaya untuk merubah tipe, tetapi justru wajib mensyukuri terhadap tipenya sebagai pemberian Allah yang harus dipertanggungjawabkan.
Oleh karenya bagi yang merasa Kholerik tidak perlu minta Mujizat Tuhan untuk menjadi Melankolis atau Sanguin, yang merasa Plegmatig tidak perlu berubah menjadi Melankolis dan sebagainya. Yang perlu adalah bagaimana kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya untuk tidak terlalu mengganggu dalam eksistenssi berkawan dan berinteraks sosial . Kelemahan-kelemahan yang merugikan inilah yang harus dijaga supaya tidak terlalu eksis dan membuat kerugian .
Dalam pembagian tipologi ini ada dua kelompok yang saling bertolak belakang, satu kelompok Introvert yaitu Melankolis dan Plegmatig, serta kelompok berikutnya ekstrovert yaitu Sanguin dan Kholerik. Perlu diketahui pula bahwa orang Melankolis bila tersinggung lama pulihnya jika dibanding tipe Kholerik yang juga sama tersinggung. Tersinggungnya melankolis bernuasa sakit hati, sedangkan tersinggungnya Kholerik bernuansa marah. Plegmatig lebih lamban dan cuek. Kelebihannya ia obyektif pemikirannya, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh pendapat orang lain, dan tidak pilih kasih.
Bagaimana seandainya sekarang jika kebetulan anda telah menikah dengan orang yang berkepribadian tidak di rekomendasikan sesuai tulisan ini? Misalnya saja suami berkepribadian Melankolis, dan isterinya berkepribadian Plegmatik? Apakah harus cerai ? Jawabnya adalah tidak harus cerai, melainkan syukurilah, karena berarti anda diminta untuk mengerti dan menghormati kebesaran Tuhan melalui tahan uji, panjang sabar karena harus bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan emosinya, tidak mengharapkan suport dari pasangan hidupnya.
Atau seandainya suami dan isteri sama-sama berkepribadian Kholerik, maka berarti anda perlu senantiasa rendah hati dan panjang sabar yang selalu dipraktekkan setiap hari, sebab jika tidak maka akan sering salah paham dan tidak mau mengalah yang akhirnya akan berselisih paham.
Banyak kenyataan bahwa orang menikah hanya berangkat dari niatnya untuk dapat menikah dengan pilihannya yang waktu itu hanya berdasarkan dicintai dan mencintai. Menyenangi dan disenangi, dan belum mempersiapkan dengan pertimbangan kepribadian. Kecocokannya hanyalah dari dasar saling menerima cintanya yang kadangkala lupa bahwa cintanya pada waktu itu sebenarnya tengah didominasi oleh cinta birahi atau cinta eros, yang pada kenyataannya karena besarnya cinta eros tersebut akan mampu mengalahkan segalanya (yang sebenarnya kurang baik pun menjadi seperti baik). Namun pada saatnya cinta eros ini tidak akan dipertahankan dalam kurun waktu yang lama, dan ketika cinta eros ini telah menipis maka terjadilah perselisihan-perselisihan yang disebabkan atau diawali karena kurang bisa saling menyesuaikan diri (melayani), hal ini dikarenakan karena upayanya untuk menyelami hati masing-masing kekasihnya selama bertahun-tahun baru mendapatkan kebiasaan-kebiasaan perilaku. Belum menyentuh kepada dasar kepribadian yang sesungguhnya. Sehingga belum mampu saling menjaga perasaan dan belum bisa saling memenuhi kebutuhan emosinya didalam hidup kebersamaannya. Akhirnya sering timbul salah paham atau bertengkar hanya karena belum bisa memenuhi dan menjaga kebutuhan emosi masing-masing. Sedangkan dahulu ketika masih baru, cinta erosnya masih kuat sehingga segala kekurangan pelayanan emosinya dapat tertutupi oleh besarnya cinta mereka. Dari pengertian ini, minimal dapat mengerti kepribadian kita sendiri, terutama mencatat kelemahan-kelemahan kita sesuai kepribadian kita tersebut dan kemudian berupaya agar kel;emahan-kelemahan tersebut dapat diminimalisir untuk tidak merugikan diri kita sendiri.
“setiaqp orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”
Yakobus 1 :10 b
Uraian semuanya ini adalah dari dimensi Psikologi, bagaimana sekarang dari dimensi Iman?
DIMENSI IMAN
Beda pendapat atau salah persepsi adalah sesuatu yang biasa, apalagi jika menyadari kita semua adalah orang yang tak sempurna. Tetapi mengapa masalah yang sebenarnya kecil tersebut harus menjadi besar dan menjadi pertengkaran ?
Jika dilihat dari dimensi iman, adalah karena cintanya dalam pernikahan masih sebatas cinta eros, yaitu cinta birahi yang didominasi oleh kedagingan. Dalam paham Trikotomi ada istilah TUBUH, ROH dan JIWA Pernikahan yang hanya didominasi oleh cinta birahi adalah masih cinta sebatas tubuh atau kedagingan. Ujung-ujungnya yang dijadikan incaran adalah masalah kedagingan yaitu seks dan emosi. Sedangkan cinta yang telah memiliki komitmen, atau mengikat janji (yang dilaksanakan) telah meningkat pada cinta dalam roh. Pernikahan semacam ini sudah mampu mengenyampingkan masalah-masalah yang bersifat kedagingan. Cintanya bukan lagi karena mendapat imbalan yang bersifat kedagingan, karena yang diincar adalah cita-cita hasil yang akan didapat karena pernikahannya. Misalnya mengukir sejarah hidup, regenerasi, memuliakan Tuhan melalui kesaksian pernikahannya dan sebagainya. Masa depan dan orientasi masa depan menjadi incaran utama. Cinta dalam jiwa pernikahan yang telah dilandasi cinta dalam jiwa artinya bahwa pernikahannya tidak sekedar berdiri sendiri. Pertama-tama adalah sadar akan nama baik dari dua keturunan orang tuanya masing-masing (keturunan suami dan keturunan isteri) untuk sama-sama saling dipadukan dan dijaga nama baiknya sekarang dan kelak kemudian hari. Jadi tidak sekedar perkawinan antara lelaki dan perempuan (si penganten) saja, melainkan mengikut sertakan dan mempertaruhkan nama kedua orang tuanya. Kedua; Pernikahannya tidak sekedar menjadi masalah kedua orang tuanya dan yang bersangkutan saja, melainkan telah melibatkan Tuhan untuk ikut ambil bagian dalam skenario pertkawinan ini, dan yang disatukan adalah dua jiwa, bukan sekedar dua tubuh. Pernikahan yang hanya setingkat kedagingan kurang proteksi, karena proteksinya hanyalah kenikmatan seksual (kedagingan dan emosi), sehingga ketika tidak lagi mendapat kenikmatan seksual dan emosi, maka proteksi tersebut hilang, berarti mudah terkena “tiupan angin” yang memperbesarkan masalah yang semestinya hanya sepele tetapi menjadi besar. Untuk pernikahan setingkat jiwa, memiliki proteksi tambahan berupa cita-cita yang luhur. Seperti pelari yang handal yang tak akan menyerah sebelum sampai garis finish, godaan apapun sebelum garis finish tak akan dihiraukan. Sedangkan pada tingkat pernikahan jiwa proteksinya bertambah lagi yaitu takut kepada Tuhan. Menyadari pernikahannya adalah skenario dari Tuhan, maka tidak lagi menganggap remeh pernikahannya. Dan tidak sebatas seks dan kepuasan emosi saja. Disini berarti akan memiliki proteksi yang triple (dobel tiga) sehingga tidak mudah dihembusi angin untuk dibesar-besarkan dalam menghadapi masalah, karena memandangnya selalu mengikut sertakan Tuhan.
EMOSI:Kepahitan kegelisahan,depresi,dsb..
ROH:EF 2:1-3.merasa kurang terus karena cemas dan srakah, jahat, tidak punya kasih .KEHENDAK:hawa nafsu,cabul,kecemaran dll
EMOSI:damai sejahtera,Kol 3:15, Filp 4:4ROH:keselamatan Yoh 3:3,9.Pengampunan Kis2:38 Kepastian Rom 8:16.KEHENDAK Hidup menurut roh, sukacita,kesabaran,kemurahan Gal 5:16-18
dada
hidup dalam daging hidup dalam roh
Iblis Ikut Campur tangan
Iblis pernah berucap kepada Yesus, ketika iblis gagal mencobai Yesus di bukit, bahwa ia akan kembali lagi pada waktu yang baik dan juga akan mengambil kesempatan untuk mencobai umat Kristus. Tuduhan bahwa iblis campur tangan dalam pertengkaran rumah tangga dapat terlihat ketika pertengkaran tersebut telah reda, yang diakhiri dengan membaiknya kembali hubungan antara suami dengan isteri. Apa yang terjadi setelah reda ? Biasanya dalam hati masing-masing timbul penyesalan mengapa sesuatu yang sebenarnya sepele saja dipertengkarkan! Biasanya pertengkaran antara suami dengan isteri dimulai dengan beda pendapat. Dari beda pendapat ini salah satu menanyakan untuk mencari kejelasan, atau minta pertanggungan jawab, atau menyalahkan, atau tidak bisa menerimanya. Kemudian satu pihak biasanya tidak mengakui tuduhan-tuduhan tersebut, atau mengakui dengan menjelaskannya namun dalam kalimat penjelasan tersebut kurang bisa diterima atau tetap membela diri. Nah beginilah kebiasaan pertengkaran dimulai. Apa yang terjadi setelah mereka berbaikan kembali? Dalam hati biasanya mereka menyesal, mengapa masalah yang sebenarnya cuma sepele dan sebenarnya bisa dimaafkan tetapi menjadi pertengkaran. Atau jika tidak, mengapa begitu emosional dalam waktu itu ? Siapakah yang membuat begitu emosionel? Biasanya iblis membonceng pada kesempatan yang ada pada kesempitan dan pada situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan.
Bisikan iblis dengan cara ‘menjadi tidak terima’, atau ‘merasa diremehkan’. Akibat dari tidak terima atau merasa diremehkan inilah dasar dari emosi yang meluap - luap. Sedangkan bagi si lawan bertengkar biasanya juga dengan alasan tidak menerimanya atas tuduhan tersebut, merasa martabatnya direndahkan (tersinggung), maka melawanlah ia. Jika tidak dengan cara yang demikian, biasanya dibuatnya suasana kacau menjadi tidak sesuai dengan suasana yang diinginkan. Dalam suasana kacau inilah mudah diatur oleh iblis untuk terjadi masalah.
Bagaimana jalan keluarnya ?
Ketika kita sedang emosi (bertengkar), akuilah sebenarnya pada waktu itu kita tengah tidak lagi pada posisi hidup baru. Sebab sebenarnya jika kita senantiasa dalam posisi hidup baru, yakni panjang sabar, rendah hati dan lain-lain, apakah yang akan memicu menjadi naik pitam? Bukankah kita menjadi memaklumi kekurangan orang lain dan kemudian memaafkannya karena kita mengasihinya? Jadi karena kita kehilangan kasih saat itu, sehingga tak mau memaafkan. Karena tak mau memaafkan maka justru minta pertanggungan jawab dengan kalimat yang keluar adalah mempertanyakan atau mengumpat atau menyalahkan dan yang lain-lain. Jadi, dari sisi rohani, cara-cara untuk terhindar dari pertengkaran adalah dengan belajar hidup baru terus menerus agar supaya posisi kita senantiasa dalam posisi hidup baru, Percaya bahwa Kuasa Tuhan berada diatas segala-galanya, dan Tuhan berkuasa mengaturnya. Bukan alam pikiran kita yang menjadi patokkannya (patrunnya). Sering kita cemas hanya karena alam pikiran kita yang menghantui bahwa jangan-jangan akan terjadi seperti yang kita cemaskan sesuai prediksi alam pikiran kita. Boleh saja alam pikiran kita berprediksi dan memiliki kecemasan, tetapi ingatlah bahwa Tuhan itu Maha Kuasa dan Maha Pengasih, jika memang Tuhan menghendakiNya kita tidak bisa protes, oleh karenanya serahkanlah kepada kasih dan kuasa Tuhan, berdoalah supaya Tuhan menyertainya apapun yang akan terjadi dengan senantiasa rendah hati. Ingatlah bahwa diri kita hanyalah umat yang tak sempurna. Bukankah kita cuma akan mendapat ‘lega’ ketika kita menuntut pertanggungjawaban kepada kekasih yang sedang diajak bertengkar dengan berbagai cara dan kalimat dari kekasih kita ketika ia melakukan kesalahan? Bukankah sesuatu yang tidak kita inginkan tersebut sudah terlanjur berlalu (terjadi)?
Secara fakta bagaimana?
Dari sudut fakta, memang kadangkala faktanya kekasih kita dalam posisi yang salah, dan jika secara keadilan yang semu layaklah dituntut pertanggungan jawab. Namun bagaimana dengan diri kita sendiri? Mampukah kita sendiri selalu bertahan dalam kebenaran (tidak pernah khilaf dan melakukan kesalahan)? Bukankah diri kita juga sama saja dengan kebanyakan orang lain termasuk kekasih kita, yaitu sebagai makhluk yang tidak sempurna? Sehingga dengan demikian suatu saat nantinya pasti diri kita juga mengalami melakukan sesuatu kesalahan!
Biasanya, kesadaran ini tidak selalu melekat pada diri kita. Karena itu kemudian ketika tersinggung, langsung menandinginya dengan dalam hatinya tidak menerimakannya tuduhan-tuduhan tersebut dengan menjawabnya asal jawab. Apalagi buat yang belum pernah mengerti psikologi kepribadian sehingga terpicu oleh konsep dirinya yang salah, yaitu memakai tolok ukur bahwa dirinyalah orang yang paling benar. Sehingga apabila orang lain tidak seperti dirinya maka dianggaplah salah. Jawaban asal jawab inilah menjadi “angin kencang yang meniup api menjadi membesar” Bagaimana seandainya tidak asal jawab, atau diam saja, meskipun pasangan kita marah-marah tetapi kita diam saja dengan menyikapi mendengarkan kemarahan tersebut dengan serius tetapi tidak menjawab sepatah katapun, apakah kekasih kita mampu bertahan marah terus-
menerus ? Bukankah bertepuk tangan itu tak akan keras suaranya jika cuma dengan tangan sebelah saja?
PETUNJUK PRAKTIS.
Pertama belajarlah psikologi kepribadian seperti yang kami uraikan pada awal tulisan ini, tujuannya adalah untuk memahami secara nalar ‘siapakah aku’ individu lepas individu. Dengan demikian setelah mampu memilah-milah kepribadianku seperti apa, kepribadian isteriku atau suamiku yang seperti apa dan kepribadian anakku seperti apa, hafalkanlah itu. Dan catatlah kelemahan-kelemahannya untuk di antisipasi, bukan untuk bahan olokan ! Oleh karenanya Firman Tuhan tertulis “kasihilah isterimu” Ketika anda mendapati sesuatu tindakan atau kata-kata yang anda rasakan kurang cocok, coba tariklah kepada konsep kepribadian yang anda telah hafal tersebut. Setelah mendapat jawabnya dan dipahami barulah anda bereaksi. Contoh: Suatu ketika anda mendapat tamu yang kebetulan tamu tersebut adalah teman lama yang lama tak ketemu, ia mampir karena kebetulan tengah melakukan perjalanan jauh. Setelah beberapa lama ngobrol ternyata isteri anda tidak mengeluarkan minuman untuk menjamunya. Nah terpaksa anda beranjak dari tempat duduk untuk bicara kepada isteri supaya memberi minum. Dalam posisi ini jika kebetulan anda belum mengerti bahwa kepribadian isteri anda adalah Plegmatig yang mempunyai ciri cuek, maka anda akan mudah terpicu dengan kemarahan mengapa isteri anda tidak pangerten atau tidak tanggap, ada tamu teman lama tidak mau menjamunya atau syukur ikut menemuinya. Tetapi jika anda telah mengerti kelemahan seorang berkepribadian Plegmatig (isteri anda), maka anda paling-paling akan ngelus dodo (meraba dada) sambil mengucap sabar-sabar! Dengan memaklumi kelemahan orang Plegmatig yang cenderung bersikap cuek !, maka anda tidak akan marah kepada isteri (karena memakluminya)
Langkah kedua, jangan lupa untuk snantiasa berupaya dan belajar bisa mengampuni terapkan betul hidup penuh ampun dalam diri anda setiap saat dan setiap supaya anda tidak terpancing oleh iblis. Kasih dan pengampun bukan slogan, tetapi harus dilakukan.
Langkah ketiga, ingatlah bahwa pernikahan anda tidak sekedar hubungan antara suami dengan isteri secara badani saja, tetapi dibalik itu ada cita-cita anda yang luhur untuk mengukir sejarah baik anda, dan dibalik anda mengukir sejarah ada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa yang ikut ambil bagian dan mengawasi setiap langkah anda. Apa lagi pernikahan anda diberkati (dinikahkan) oleh Tuhan. Anda suka cita, anda ceria, anda menggerutu, anda marah bukan pada tempatnya, apapun yang terjadi pada diri anda, akan selalu diketahui oleh Tuhan dan dicatat dalam buku kehidupan.
Langkah ke empat, berupayalah dan berdoalah agar anda betul-betul lahir baru. Sebab dengan lahir baru, anda akan dapat banyak menghindari pertiakian-pertikaian yang sebenarnya dapat dihindari atau minimal di redam. Kebalikannya jika anda telah mengaku lahir baru, namun nyatanya masih sering salah paham, sering marah atau sakit hati, dan juga masih iri hati atau dengki, sebenarnya anda belum lahir baru. Itu hanya lahir baru menurut pengakuan yang belum dipraktekkan. Seperti ketika anda nonton bulu tangkis, ketika smesh yang dipukulkan jago anda dan ternyata meleset dan mati, tetapi anda merasa bisa memukulkan smesh tersebut yang lebih baik tetapi jika dipraktekkan memukul beneran, mungkin kena saja tidak. Jadi anda merasa dapat memukul “shutel cok” dengan baik hanya dalam angan-angan, begitu pula anda lahir baru hanya dalam angan-angan. Ingat pohon dikenal dari buah yang dihasilkan. Dengan lahir baru, anda akan dapat menerima banyak keadaan situasi yang jika menurut ukuran kedagingan itu sulit diterima itulah buah roh yang menandakan anda telah dilahirkan kembali.
Langkah ke lima, berdoalah senantiasa minta bimbingan dan penyertaan Tuhan, mintalah kekuatan dan perlindungan Kepak sayapNya. Karena tak ada yang dapat menandingi Kuasa Tuhan. Nah saudaraku yang kekasih, cobalah resep tersebut, semoga Tuhan memberkati keluarga anda dengan damai sejahtera dan penuh rahmat.
“baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.”
Amsal 1 :5
“Dibibir orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal budi. 14 Orang bijak menyimpan pengetahuan, tetapi mulut orang bodoh adalah kebinasaan yang mengancam.”
Amsal 10: 13,14
“Karena hikmat akan masuk kedalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu”
Amsal 2 : 10
“Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan.”
Amsal 8:10
buku seri 5,6 & 7 merupakan satu kesatuan topik, seyogyanya dibaca semua.
SERI 8 11111111 TUHAN MILIK
SEMUA ORANG
kisah nyata dari penulis
Tuhan Itu Ada Sungguh Ada dan Maha Mendengar
w
aktu itu umurku belum menginjak belasan tahun, dan aku hanya berduaan dengan ibuku, sebab ayahku telah dipanggil Tuhan, sedangkan kakak-kakakku bekerja diluar kota. Sesuai dengan kepercayaanku yang aku peroleh dari para tetanggaku dan juga ajaran di Masjid bahwa di dunia itu ada yang namanya Tuhan Allah. Allah hanya satu, tak punya isteri tak punya anak dan tak terlihat. Allah itu Maha Kuasa katanya. Juga Maha Pengasih (waktu itu aku belum menjadi Kristen). Suatu ketika aku sedang gemar bermain tulup-tulupan. Yaitu senjata yang menggunakan paku atau batang belahan bambu dibuat seperti paku yang lancip kemudian diberi kertas untuk menampung udara sebagai pendorong yang saat ini masih dipakai senjata oleh orang pedalaman Irian disamping panah berbisanya. Kertasnya dicontong pada bagian belakang batang bambu tersebut menyerupai rokok tingwe (melinting dewe) , alat ini dimasukkan ketabung, bisa bambu atau kertas tebal atau pipa besi atau jika sekarang lebih bagus dari pipa almunium tulup ini akan melesat bagaikan roket. Dan bisa ditujukan kesasaran yang dikehendaki, sedang jarak tembaknya tergantung kekuatan kita meniup. Ketika itu aku tanpa berfikir lebih dahulu aku megarahkan tulupku ke se ekor ayam dan…saya tiup. Keok-keok-keok ayam tersebut terkena tembakan tulupku dan tepat kena matanya sampai tembus. Aku kebingungan, sebab aku takut dimarahi oleh orang yang punya ayam. Jika aku biarkan orang pasti tahu bahwa itu perbuatannku, sebab satu kampung yang punya mainan tulup-tulupan cuma saya. Tetapi jika aku akan pegang ayam itu kemudian saya lepas tulupnya aku takut jika ayam tersebut keok-keok dengan keras sehingga mengundang orang yang kemungkinan akan mengira bahwa aku akan mencuri ayam. Akhirnya aku mengambil keputusan untuk berdoa minta Tuhan Allah melepas tulup saya tersebut dari ayam itu. Aku duduk dibawah pohon singkong sambil berdoa terus-menerus dan mengamati ayam tersebut. Apa yang terjadi ? Ternyata mata tulup yang terbuat dari bilah bambu menyerupai pensil yang lebih ramping tersebut lepas dari kepala sang ayam. Padahal tadinya menembus dari mata kiri ke mata kanannya dan cukup dalam.
Mulai detik itu aku percaya dengan sungguh bahwa Tuhan itu ada dan mau mendengar doa umatNya. Meskipun doaku tidak menyebut nama Yesus karena aku belum kenal Yesus, tetapi nyatanya doanya didengarkan. Sekarang setelah aku mempelajari Alkitab menjadi tahu, bahwa dahulu jamannya PL orang berdoa juga tidak menyebut nama Yesus.
Tuhan Itu Penuh Kasih Sayang
Ketika itu umurku masih dibawah sepuluh tahun (belum kenal Yesus), hidupku pada waktu itu sangat miskin karena ibuku sudah menjanda. Karena kemiskinanku itu aku didorong oleh kebutuhan yang tak selalu terpenuhi. Sehingga dalam setiap detik kehidupanku sudah mengharapkan mujizat Tuhan secara kecil-kecilan. Oleh karena itu jika aku berjalan mataku tidak hanya melihat kedepan tetapi juga melihat kebawah, maksudku barangkali ada sesuatu yang aku membutuhkan aku dapat mengambilnya.
Tuhan itu memang pengajar yang penuh kasih sayang yang luar biasa ! Mengapa ? Melalui barang-barang yang aku menemukan dijalan ternyata aku diberi hikmat. Misalnya jika aku menemukan pensil, maka tak lama kemudian pensilku sendiri yang aku beli hilang. Jika aku menemukan sekeping uang, maka uangku sendiri hasil pemberian orang tuaku hilang. Dari hikmat ini aku kemudian mengerti bahwa aku tak boleh menyentuh milik orang lain yang bukan milikku sendiri. Meskipun waktu itu aku belum baca firman yang berbunyi : jangan kamu mengingini…………………
Sejak aku mengerti hal itu, tanpa orang lain menyuruhku aku tidak mau memiliki barang yang sebenarnya bukan milikku meskipun barang tersebut disebut barang tak bertuan, misalnya jatuh atau ketinggalan. Sebab aku takut nanti justru akan membawa barangku sendiri yang kusayangi menjadi hilang. Aku menjadi senang ketika aku mulai mengerti firman Tuhan bahwa ternyata apa yang aku lakukan tersebut benar. Semoga Tuhan memeteraikanNya dalam hatiku dan anak-anakku untuk tidak mau berkeinginan memiliki barang orang lain dengan cara apapun. Karena ternyata Tuhan itu pendidik yang ulung dengan penuh kasih sayang. Ia mendidik aku melalui kejadian dan hikmat supaya aku lebih baik. Tuhan penuh kasih sayang !
Tuhan Melindungi UmatNya Dari Kehancuran
Ketika aku telah menginjak dewasa, setelah aku berhasil setengah berdikari dengan bisnis kecil-kecilan setelah aku tidak lagi menjadi PRT, kebetulan aku termasuk sukses dalam pergaulan. Mengapa kukatakan sukses ? Orang sekeliling aku bermukim mengerti bahwa aku dahulunya adalah PRT ! Suatu kelas sosial yang paling bawah jika dibanding dengan anaknya orang kaya. Tetapi justru dalam kampungku (tengah kota Semarang) justeru aku diangkat oleh kawan-kawanku menjadi ketua muda-mudi. Padahal kawan-kawanku banyak sekali yang orang kaya, dan pejabat. Sebab dalam lingkunganku saja ada empat orang yang mantan Bupati yang otomatis anaknya menjadi anggota perkumpulanku. Aku tergolong sukses menjadi pimpinan, karena anggotaku terus bertambah meskipun dari luar daerah dimana aku bermukim. Bahkan ada beberapa geng pemuda yang tadinya memusuhi kelompokku, menjadi bergabung dan mendukung perkumpulanku. Sehingga anggota aktifku lebih dari seratus orang. Salah satu daya tarik perkumpulanku adalah dikembangkannya berbagai kegiatan positif, mulai dari kursus Bahasa inggris gratis, ketrampilan membuat dekorasi, drama dan lain-lain yang dapat menandingi aksi gengsot atau melantai saat itu yang kebetulan sedang menjamur dan tidak banyak direstui oleh orang tua. Sedangkan kegiatan-kegiatanku direstui oleh kebanyakan orang tua mereka, sehingga banyak dukungan. Meskipun dukungan tersebut hanya berbentuk makanan kecil gratis jika mengadakan kumpul-kumpul.
Sisi lain dari kesuksesanku dalam berorganesasi, tentu ada ikutannya. Ikutannya ialah aku dikejar-kejar oleh cewek-cewek. Mereka yang mengejar tidak hanya yang berasal dari dalam kota dan yang menjadi anggota perkumpulanku saja, tetapi juga yang berasal dari luar kota. Aku menjadi selamat dari efek negatif kesuksesanku adalah karena aku lebih mementingkan persatuan dan keutuhan organesasiku, sehingga aku tetap membawa keseimbangan terhadap siapa saja yang sengaja mendekatiku. Atau dengan kata lain aku tak mau mengambil pacar dari anggotaku sendiri, hanya demi keutuhan.
Bagaimana yang dari luar kota ? Ada beberapa yang sampai dengan alasan ingin melihat kota Semarang, kemudian menginap dirumahku, bahkan tidur dalam seranjang denganku ! Karena aku sendirian di Semarang, dan ranjangnya cuma satu. Apa yang terjadi ? Puji Tuhan, Tuhan mengingatkanku melalui pengertian bahwa aku harus menjaga nama baik keluargaku dan orang tuaku. Oleh karena itu tanpa ada yang menyuruhpun aku takut menjamah dan berbuat usil apalagi tak senonoh, meskipun aku tidur seranjang dengannya beberapa hari. Aku sendiri beberapa tahun kemudian menjadi heran, mengapa aku kuat dan bisa berbuat demikian ? Proteksi Tuhan memang luar biasa. Persis seperti cerita Daniel dan gua Singa. Apa jadinya jika misalnya aku usil dan kemudian terangsang dan kebablasan ? Bukankah cewek-cewek yang tidur seranjang denganku tersebut sudah lebih dewasa dariku ? Tetapi mengapa mereka juga ada ketakutan untuk memulai usil lebih dahulu ? Aku menjadi mengerti ketika aku membaca riwayat Abraham dan Sara yang mengungsi ke Mesir karena bencana kelaparan dengan mengaku bahwa Sara adalah saudaranya, bukan isterinya. Itulah proteksi Tuhan.
Peristiwa lain, ketika aku telah berkeluarga dan telah punya anak. Ketika itu aku telah menjadi Kontaktor. Pada suatu hari aku ingin coba-coba berselingkuh melalui penerimaan calon karyawan baru. Saat itu ada salah satu perempuan cantik yang menjadi seleraku dan melamar pekerjaan, kesempatan yang aku anggap baik itu aku pergunakan sebaik-baiknya untuk menuruti keingin kedaginganku yang salah oleh karena itu ketika wawancara, kesempatan aku gunakan untuk pembicaraan yang mengarah kepada keinginanku yaitu perselingkuhan, mau tidak ia saya ajak selingkuh dengan imbalan mendapat pekerjaan ? Apa yang terjadi ? Entah apa waktu itu kata-kata yang keluar dari mulutku, memancing jawaban dari anak yang aku wawancarai tersebut. Dan dari jawaban anak tersebut ternyata mengundang aku untuk menginjil kepadanya. Sehingga secara otomatis aku tidak jadi mengeluarkan kata-kata yang menjurus kepada perselingkuhan sebab aku menginjil kepadanya. Dan ketika itu pula Tuhan mengingatkan melalui hati kecilku bahwa berselingkuh itu dilarang Tuhan. Puji Tuhan aku selamat lagi !
Saudara yang kekasih, mengapa cerita yang remeh ini aku paparkan disini ? Bukannya menceritakan hal-hal yang spektakuler atau peristiwa yang besar-besar, karena aku tak punya cerita yang spektakuler dan besar, dan juga aku hanya ingin menyampaikan bahwa Tuhan itu sungguh ada, dan telah terlebih dahulu membina kita, melindungi kita dan menyelamatkan kita dari keterperosokan yang menghancurkan. Tuhan telah merencanakan kita sejak dalam kandungan. Masalahnya hanyalah seringkali kita tidak peka sehingga tak mau mengerti dan cenderung menjadi bebal ! Allah sebenarnya telah lebih dahulu memeliharakan kita untuk diarahkan sesuai dengan rancanganNya, tetapi kita tak mengerti. Persis seperti Bileam dengan Balak dan keledainya yang terpaksa bicara karena Bileam menjadi bebal tak mau menuruti perintah Tuhan. Sebenarnya seandainya kita mau peka dan tidak bebal, mau mengamati kejadian-demi kejadian yang kecil sekalipun dan kemudian mengevaluasinya, Bileam tak perlu kesakitan kakinya dengan dihimpitkan dengan pagar tembok oleh keledainya sendiri. Berapa kali dalam perjalanan hidup kita terperosok dan kesakitan, terhimpit oleh masalah seperti Bileam dihimpitkan kepagar tembok karena kebebalan kita ?
Dari sinilah kita wajib mawas diri, bahwa kita sebagai manusia mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan atau kalimat kasarnya adalah kebodohan. Akibat kebodohan kita membuat kita sering bertindak sembrono yang sebenarnya sangat membahayakan masa depan kita sendiri. Tetapi karena Tuhan itu Maha Pengasih, sehingga tidak senang jika umatNya binasa maka ketika kita bertindak sembrono ini Tuhan ambil peran aktif, kira-kira seperti kakak yang momong adiknya yang baru bisa jalan. Ketika adiknya berjalan menuju tempat yang membahayakan maka dengan cepat menggapainya untuk dilindungi supaya selamat. Bagaimana perasaan kita jika kita menyadari bahwa Tuhan telah ribuan kali menggapai kita untuk melindungi dari bahaya karena kecerobohan kita, apakah kita mau tetap membodohkan diri kita dan ceroboh terus menerus? Atau menjadi sadar untuk berupaya supaya lebih banyak mandiri dan bertindak diatas rel? Sehingga tidak memperbudak Tuhan ?! Pembaca yang budiman, aku mohon maaf jika penulisanku ini dianggap tidak etis. Tetapi karena kenyataan yang terjadi seperti itu, maka aku menulis apa adanya dengan maksud menyadarkan bagi siapa saja yang kebetulan punya sejarah yang mirip-mirip.
SARCASM
Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara, penyayang dan rendah hati.
SARCASM adalah istilah psikologi, dipakai dalam defence mechanisms yang artinya empunya perilaku suka mengolok-olok orang lain dengan mencari keburukan orang lain.
Beberapa tahun setelah aku jatuh dari ekonomiku yang dahulu berkibar, aku sempat mengidap sarcasm ini. Yaitu aku mengutarakan kekecewaanku kepada siapa saja yang dapat aku jadikan curhat. Terutama kepada orang Kristen. Sebab pada waktu itu aku kecewa berat dengan banyak orang Kristen, terutama yang tadinya ketika ekonomiku berkibar menjadi teman pelayananku, termasuk pak pendetaku, para majelis di gerejaku, teman pelayanan dalam yayasan penginjilan termasuk “tukang pembawa firmannya atau gembala yayasan” dalam persekutuhan pelayanan yang disitu aku aktif puluhan tahun, dan lain-lain pokoknya yang ketika aku berjaya mereka berbaikan dengan aku, tetapi begitu ekonomiku jatuh mereka menjauh dariku dan mencari-cari kesalahanku seperti musuh politiknya. Dalam hatiku waktu itu, aku sangat membutuhkan petunjuk yang benar, penghiburan, bimbingan. Seandainya aku salah, aku juga membutuhkan petunjuk apa saja kesalahanku supaya aku bisa memperbaikinya, tetapi mengapa mereka justru menjauh dan menyebarkan isu yang “bagai tangga menimpa orang yang jatuh”. Menurut nalarku waktu itu, sahabatku atau pendetakulah yang pantas menggapai aku, meluruskan kesalahanku, membimbingku dan menghiburku. Puji Tuhan, penyakit ini (sarcasm) tidak terlalu lama menghinggapiku sebab Tuhan menghajar aku habis-habisan melalui aku digemarkan baca kitab Ayub sampai berulang kali, yang mencontohkan isteri Ayub sendiri pun tak menolongnya malah mengejek. Dekat manakah pendeta, majelis dan sahabatku dibanding dengan isterinya sendiri ? hingga aku menjadi mengerti duduk persoalannya mengapa masih banyak orang Kristen yang mengecewakan (tentu bukan anda pembaca buku ini). Sedangkan isterinya sendiri saja mengecewakan ! Dan lebih dari itu aku tidak sedikitpun terkena akar kepahitan. Berikut adalah latar belakangku sejak aku belum mengenal Yesus, sampai aku mengerti firman Tuhan sedikit lebih mendalam dibanding sebelumnya.
Banyak sebab yang rasanya tak perlu aku ungkapkan semua disini, bahwa kenyataannya sejak kecil (sewaktu masih sekolah Rakyat) sampai dewasa banyak teman sebayaku yang mengundang aku Pak! Ketika kecil mereka mengundang aku Pak karena ikut-ikutan teman-teman mereka yang kebetulan (mereka) adalah masih keponakanku ini “harus” menyapa aku dengan panggilan Pak, sebab aku dituakan menurut urutan darah. Meskipun ia usianya lebih tua dari mereka yang memanggil aku pak, tetapi tetap harus panggil aku Pak. Pak dalam arti kependekan dari Pak lik atau Pak cilik. (jika di kota populer dengan sapaan Om). Lain lagi ketika aku telah dewasa dan tidak lagi hidup di seputar sanak familiku, ternyata mereka (teman-temanku) masih mengundang aku Pak, karena aku menjadi ketua muda-mudi yang kebetulan disegani mereka sehingga aku dituakan secara struktural, sosial, secara informal. Sehingga aku dapat nama kehormatan “Pak Lurah”. Dan setelah menikah mereka banyak mengundang aku lagi juga dengan sapaan Pak, karena hidupku sukses (dunia). Begitu bekerja aku punya jabatan manajer, dan punya mobil mewah, padahal waktu itu tahun tujuh puluhan. Bisa jadi mereka mengundang aku Pak hanya karena jabatan atau kesuksesanku (secara dunia) dalam segi sosial. Apalagi setelah tak lagi menjadi kontraktor, aku beralih profesi menjadi pengajar, ya tentu Pak lagilah panggilan untuk menyapa aku
Tanpa aku sadari ternyata panggilan (sapaan) ‘Pak’ membuat aku sombong tanpa sadar. Karena merasa punya kelebihan dibanding orang lain. Apalagi setelah aku mengajar di perguruan Tinggi, aku lebih banyak merasa punya kelebihan dari orang lain. Perasaan ini membuat aku tinggi hati. Meskipun tampilanku tidak menyombongkan diri, tetapi aku tetap sombong. Minimal tak mau mendahului memberi salam kepada orang lain, sebab pada umumnya orang lainlah yang memberi salam lebih dahulu kepadaku. Dan ini sudah menjadi terbiasa.
Puji Tuhan ! Allah itu baik, aku tidak dibiarkan mati karena frustrasi atau bahasa jawanya ngenes. Sebelum aku dipanggil Tuhan aku dihajar habis – habisan dahulu oleh Tuhan untuk memberi kesempatan bertobat secara total sebelum aku di panggil pulang oleh Tuhan. Cara Tuhan menghajar aku, sangat unik. Pertama kali aku diberi talenta. Dari talenta aku menjadi mengerti, karena diberi kemampuan untuk mendapat hikmat dari setiap pengajaran, mampu berargumentasi dan menganalisis secara rohani, khususnya jika aku baca Alkitab. Berkat dari ini, aku tidak lagi kecewa terhadap sahabat-sahabat seiman yang mengecewakan aku melalui tak melawat aku ketika ekonomiku jatuh. Karena aku mengerti bahwa mereka hanyalah seperti Yudas Iskariot yang dipakai Tuhan untuk menggenapi nubuatNya dalam Amsal 19:4. Dengan demikian supaya kita tidak berharap kepada manusia, melainkan berharaplah kepada Tuhan, supaya kita tidak mengkultuskan manusia. Selain itu, tidak ada dasarnya bahwa jika jatuh haruslah sahabat dekat sepelayanan yang harus menolongnya, sebab hal ini bisa membuat menjadikan berharap kepada manusia terutama yang dipandang lebih mampu, dengan harapan dapat menolongnya jika jatuh, bukannya berharap kepada Tuhan. Justeru disinilah aku tertantang apa yang dapat aku lakukan agar tidak terjadi banyak sahabat (orang Kristen) yang mengecewakan sesama sahabat seimannya sebdiri, bagaimana agar orang-orang berdasi tersebut menjadi pelaku firman Tuhan dan punya kasih yang nyata. Dan inilah salah satu dorongan aku menulis buku. Aku mengerti bahwa masih ada pemahaman yang keliru dari Mazmur 23, bahwa jika orang Kristen dan beriman itu pasti jadi bos dan tidak pernah jatuh ekonominya sebab bagai domba dipadang rumput yang hijau, demikian pengertiannya. Pemahaman mereka semacam ini menyumbat kasih mereka terhadap orang Kristen yang sedang jatuh dengan menghakiminya dan menimpakan tangga kepada orang yang tengah jatuh karena menganggap orang yang jatuh pastilah dalam dosa dan kemudian dibuatkan isu-isu negatif dan dicari-cari kejelekannya untuk dijahuinya. Kasih kepada sesama manusia adalah merupakan buah iman, orang yang beriman kepada Kristus tak takut kehilangan sesuatu karena melakukan kebenaran, termasuk takut dimintai pertolongan bagi saudaranya yang sedang jatuh atau dicemooh oleh orang lain karena menolong orang lain. Sebab seandainya betul jatuhnya karena dosa, bimbingan konseling dan hiburan dari sahabat sangat diperlukan. Akibat masih tipisnya rasa kasih juga sesuai kalimat yang berbunyi : dimana hartamu disitulah hatimu……….., artinya hatinya masih kental terpaut kepada harta. Akibat berikutnya adalah pilih kasih dalam bergaul dan takut ditempeli “benalu” sebab orang yang sedang jatuh biasanya menjadi benalu karena serba kekurangan. Bagi orang yang telah tebal rasa kasihnya, pasti kasihan jika melihat sahabatnya menjadi benalu. Jadi harus berbuat sesuatu supaya tidak terjadi benalu, seperti yang dicontohkan oleh Yesus. Bukannya mencari-cari kejelekan dan kekurangannya. Tetapi buat orang yang hatinya pada hartanya mesti takut kehilangan hartanya dimakan benalu. Salib Kristus terdiri dari batang yang vertikal dan batang yang horizontal. Vertikal artinya melambangkan iman, hubungannya dan percayanya dengan Allah. Bahwa segala sesuatu harus dilihat dari kacamata iman. Horizontal artinya, buah dari imannya harus dipancarkan kepada sesama secara merata, tidak pilih kasih atau berat sebelah jika akan mengikut teladan Yesus dan memiliki buah kebenaran. Oleh karena hukum yang terutama adalah kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri. Setelah aku mengerti hal yang demikian aku diberi kemampuan untuk menulis. Didalam aku menulis (membuat suatu karangan) tentu aku tidak asal menulis. Bahkan tulisanku sering menjadi pedang bermata dua, artinya: tulisan tersebut tidak sekedar tulisan untuk orang lain yang membaca, namun juga menjadi alat introspeksi untuk diriku pribadiku sendiri. Menyadarkan kekurangan dan kesalahanku sendiri. Aku sering mendapat hikmat dari tulisanku sendiri, karanganku sendiri untuk meluruskan diriku sendiri. Jika aku melenceng dari apa yang aku tulis, Tuhan menghajarku dengan kejadian – kejadian yang diluar dugaan yang mau tak mau kejadian ini mengingatkanku terhadap karanganku sendiri (tulisan) yang aku buat. Seolah mengingatkan jangan asal menulis, untuk itu argumentasi dalam tulisanku kemudian dibuktikan yang membuat mencelikkan mata rohaniku. Dengan kalimat lain supaya kelakuanku menjadi lebih baik, tidak sombong, tidak tinggi hati dan lain – lain. Seolah – olah Tuhan bicara : kan kamu sendiri yang mengatakan lewat tulisan – tulisanmu ! sekarang harus kamu buktikan dan kamu praktekkan apa yang kau tulis itu. Janganlah terjadi bisa menulis tetapi tak bisa menjalankan sendiri, yang oleh orang jawa disebut jarkoni, artinya bisa berujar (bicara) tetapi tak bisa nglakoni (melakukan ) alias munafik. Tuhan memberi materi (bahan – bahan) untuk ditulis. Contohnya tulisan ini aku tulis pada tengah malam, ketika aku tak bisa tidur sebab merenungi kesukaran kesukaran yang melanda kehidupanku. Mengapa aku harus mengalami kesukaran ? jika ketika aku muda banyak disanjung orang tetapi setelah tua mengapa aku banyak mengalami sengsara dan kesukaran dan di ejek oleh orang berdasi ?
Bersamaan dengan pemberian talenta untuk menulis, adalah dijinkannya aku mengalami banyak penderitaan dan kesukaran yang amat sangat sebagai akibat ekonomiku yang jatuh. Akibat dari kesukaran ini mau tak mau aku diejek oleh teman – teman dekatku. mengapa ? karena hidupku menderita dan sengsara dan boleh dikata lebih banyak menderitanya dari pada bahagianya secara jasmani. Beberapa minggu aku terpaksa bolos tak ke Gereja hanya karena tak ada uang seribu rupiahpun untuk naik angkot. Suatu kali aku berbisnis ketemu dengan orang yang betul – betul tak mempercayaiku. Secara manusiawi aku merasa terhina karena aku tidak berniat menipu dia, dan belum kejadian (terbukti) menipu. Tetapi ia telah memprediksikan aku bahwa aku akan menipunya atau setidak –tidaknya ia memfonis bahwa aku tidak bisa dipercayai. Padahal belum terjadi. Tuhan membuat sedemikian rupa sehingga aku tidak bisa mengelak atau menghindar prasangka dan tuduhan bahwa aku penipu, atau tak bisa dipercaya. Disinilah hebatnya Tuhan, tidak ada satu titikpun di dunia ini yang tidak dibawah kendali otoritas Tuhan ! Situasi dikuasai Tuhan, mau tak mau aku masuk dalam situasi tersebut dan kemudian mau tak mau aku harus menerima penghinaan – penghinaan tersebut. Bahkan sampai-sampai kenalan se gerejapun mengatakan kepada kenalanku yang lain ketika ia memamerkan buku tulisanku dengan kalimat : Kalau bukunya aku merekom, tetapi jika orangnya aku tidak merekom ! Demikian dikatakan oleh seorang pelayan Tuhan di gerejaku.
Dalam I Pet 3 : 8 ada kata – kata ’seperasaan’ disinilah Tuhan menciptakan situasi yang harus aku alami, agar supaya aku menjiwai kata – kata seperasaan ini. Sebab tanpa aku mengalami dihina oleh orang, tanpa mengalami kesengsaraan dan kesulitan, aku tak merasakan perasaan orang yang sedang susah kemudian dihina orang dan diremehkan orang, empatynya cuma mengambang. Kemudian dalam Efesus 4 : 2 ada kata – kata tunjukkanlah kasihmu dalam saling membantu. Sharing tulisanku ini adalah sebagai rasa kasihku kepada saudara-saudaraku yang masih menjadi penggenap firman Tuhan dalam Amsal 19:4, Sisi lain secara horisontal perilaku menghina dan acuh terhadap saudara seiman yang sedang jatuh semacam itu tidak menguatkan iman orang Kristen baru, dan justeru cenderung menjadi batu sandungan, bahkan bisa jadi menjadikan mereka undur dari ke Kristenannya hanya karena kecewa terhadap orang Kristen lama. Oleh karenanya dalam Matius 9: 13 Yesus mengatakan : “Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki adalah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Tetapi jika mengaku sebagai manusia baru yang telah diperbaharui oleh Kristus tabiatnya menjadi penuh kasih terhadap semua orang yang perlu diberi kasih tanpa pandang bulu, memberi penghormatan kepada semua orang tanpa melihat miskin atau kaya, dan punya atau tidak punya jabatan di gereja. Oleh sebab Kristus telah bersabda : kasihilah sesamamu manusia seperti mengasihi dirimu sendiri, dan saling menghormatilah kamu. Karena orang yang percaya betul kepada Kristus mengakui bahwa dirinya sendiri sebenarnya tak berdaya tanpa Kristus, sehingga mengakui bahwa segala apa yang dimilikinya adalah berkat kasih dari Kristus bukan dari hasil karyanya sendiri, sehingga tidak menyombongkan diri dan tidak angkuh. Orang ini akan mengerti bahwa orang yang dihindari dan dibeda-bedakan oleh sesama orang Kristen rasanya lebih keronto-ronto jika dibanding dengan sama-sama ditolak atau tidak dihargai oleh bos yang bukan se iman. Dilihat dari sudut teologi, berarti sebagai orang yang berteologi ekor, takut resiko oleh manusia banyak yang belum lahir baru, takut diolok-olok oleh teman-temannya sehingga lebih membela (menjilat) kepada orang kaya atau orang yang tengah punya kuasa, tanpa teringat bahwa Tuhan lebih berkuasa dari orang kaya atau orang berkuasa. Ingatlah terhadap yang tertulis dalam Amsal 23:4,5 bahwa kekayaan tiba-tiba bersayap dan terbang keangkasa (lenyap). Banyak bukti kejadian orang kaya yang mendadak bermasalah seperti Ayub. Oleh karena itu jadilah garam dan terang, tunjukanlah sinar terangmu supaya dilihat oleh orang banyak. Tetapi aku percaya pembaca yang kekasih tidaklah berperilaku sejelek ini, sebab pembaca adalah orang yang telah sadar akan kasih Tuhan berupa keselamatan dan percaya terhadap hukum tabur tuai dan hari penghakiman.
Tanpa aku mengalami kesulitan dan kesukaran aku tak mengalami pedihnya orang dalam kesulitan. Sebab jika aku terus-terusan sukses seperti masa-masa dahulu, mau tidak mau aku banyak dikelilingi oleh orang-orang penjilat, terutama yang akan mendapatkan keuntungan daripadaku, dan aku melupakan pedihnya orang yang ditinggalkan oleh kawan-kawannya, oleh pendetanya sendiri. Tanda-tanda bahwa orang ini adalah penjilat, ketika aku membutuhkan penghiburan dan dukungan doa, mereka tak ada yang nongol, padahal mereka adalah tokoh dan aktivis gereja yang tadinya kesana kemari dalam pelayanan sering bersamaan dan sebagai orang-orang berdasi. Dalam hatiku aku membela diri, seandainya kejatuhanku itu merupakan konsekwensi dari kesalahanku dan dosa-dosaku, bukankah aku orang terdekat yang memerlukan pertolongan untuk disadarkan dari dosaku ? Untuk apa mereka banyak bicara melayani dan menginjil orang yang jauh jauh, jika kenalannya didepan hidung tidak ditolong ? Puji Tuan aku tidak kecewa dan tidak menyimpan akar kepahitan untuk sahabat-sahabatku yang masih begitu, dan aku tidak membenci mereka. Justeru aku bersyukur bahwa aku menjadi begini supaya mengerti dan merasakan bahwa sebenarnya masih banyak kawan-kawan seiman yang belum tuntas menerima ajaran kasih Tuhan sehingga masih enggan mentransformasikan kasihnya kepada yang memerlukan dan menjadi buah kebenaran meskipun ia telah berdasi. Dan supaya tidak mendewa-dewakan orang dengan mengenyampingkan kuasa Tuhan, teori manusia yang instan memang pertolongan logikanya dari teman dekat yang mampu, tetapi yang benar adalah dari Tuhan entah menggerakkan siapa yang dikehendakiNya. Supaya kita tidak menjilat dan berharap kepada orang kaya. Ingatlah cerita orang yang punya hutang dan berbaikan dengan orang lain yang diberi hutang dalam perikup bendahara yang tidak jujur (Luk 16:1-9). Dan kemudian terdorong menulis buku untuk di sharingkan dengan harapan menjadi berkat bagi yang jatuh dan ketimpa tangga untuk mendapatkan penghiburan melalui mengerti duduk permasalahannya, dan bagi pelayan Tuhan yang belum punya kasih, semoga menjadi tertarik untuk mengasihi saudaranya yang susah apapun penyebabnya, sebab tindakan mengasihi sesama adalah bukti dari buah imannya.
Sebab kesukaranku disini berbeda dengan kesukaran bisnis, dimana dalam kesulitan bisnis, orang masih punya kebanggaan ketika bisnisnya colaps, karena meskipun colaps toh masih disebut sebagai orang kaya, karena masih bisa berbisnis, meskipun dagangan yang dibisniskan dan mobil yang dikendarai tersebut barangnya orang lain (barang utangan) . Berbeda dengan aku yang sudah tidak punya kebanggaan. Bayangkan jika cuma ongkos angkot Rp 2.000,- saja tak punya ! Demikian juga dalam hal minta tolong. Minta tolong dalam perkara yang besar dengan minta tolong untuk kebutuhan makan atau uang Rp 2.000,- adalah berbeda. Padahal aku mantan seorang direktur dan masih punya harta harganya ratusan juta tetapi dijual tak laku, digadaikan tak laku (waktu itu) sehingga uang Rp 2.000,- saja tak punya ! Aneh tapi nyata bukan?. Persis seperti orang punya ATM platinum tetapi berada di tengah hutan yang tak ada mesin ATM dan tak punya makanan. Itulah keunikan dan ke Mahakuasaan Tuhan yang dinyatakan kepadaku. Tuhan berkuasa mengatur situasi ! hikmat yang kudapat dari kejadian ini adalah : Seperti pepatah yang berbunyi : janganlah menjadi kacang yang lupa kulitnya, dan lupa lanjarannya. Sesuai dengan Ayub 1:21 bahwa dengan telanjang aku keluar dari kandungan , dan dengan telanjang pula aku kembali… Dan mengapa rasul Paulus menekankan kalimat: hendaklah kamu seperasaan………Bagaimana bisa pas seperasaan jika belum pernah mengalami perasaan susah dan terhina dan kesulitan dengan mengalaminya sendiri? Bukankah perasaan dan empaty itu hanya berupa angan-angan atau kira-kira tetapi tidak mengerti secara persis rasanya seperti apa orang yang betul-betul terhina dan susah itu. Penangkal supaya aku tidak terkena akar kepahitan Tuhan mengirimkan dahulu pengertian dari kalimat yang tertulis dalam kitab Yudas dan juga Amsal 19:4 bahwa orang kaya banyak sahabat, dan orang miskin ditinggalkan sahabatnya. Jadi kawan-kawanku tersebut cuma sebatas penggenap firman Tuhan, aku tak boleh marah atau benci kepadanya ! Jadi kalau ada kejadian seperti itu, yaitu seperti aku ditinggalkan sahabat-sahabatku dan atau dibenci, itu adalah peristiwa alami yang alkitabiah yang juga dialami Ayub. Masalahnya untuk diri kita sendiri mau menerima atau tidak, dan jangan berharap kepada orang, karena Tuhan telah berfirman bahwa bijih itu ada yang jatuh ketanah yang baik, tetapi ada pula yang jatuh ketanah berbatu dan dimakan burung ! Jadi tidak setiap orang Kristen imannya bagaikan tanah yang baik yang menumbuhkan bijih yang jatuh kepada dirinya. Supaya kita tidak kecewa atau depresi. Itulah mengapa aku dapat sembuh dari sarcasm karena Tuhan telah terlebih dahulu memberi penangkalnya. Bagaimana perasaan Yesus ketika dikecewakan oleh polah tingkah murit-muritnya sendiri yang tidak mengakuinya ketika Yesus dihakimi oleh Mahkamah agama. Bagaimana Paulus diadu domba dan difitnah dengan teman sepelayanannya sendiri, sehingga keluar kalimat :aku menanam, Apolos menyiram tetapi Allah yang memberi pertumbuhan (1 Kor 3:6) Tuhan juga memberi pengharapan nyata masa depan di dunia dan (secara iman) di surga. Aku diberi banyak kelebihan oleh Tuhan meskipun satu sisi orang menghindariku dan meremehkanku karena menghinaku, disisi lain aku dihajar supaya kuat menghadapinya, itulah hiburan dan pengharapanku seperti yang disampaikan Paulus kepada Jemaat di Tesalonika bahwa : “Tuhan Yesus dan Allah, Bapa kita telah menganugerahkan penghiburan dan pengharapan…….”. Sebenarnya aku sadar bahwa kalimat ini dapat diartikan bahwa aku belum rendah hati dan masih menyombongkan diri, tetapi aku belum menemukan kalimat lain yang lebih tepat dan dari sisi iman, inilah yang membuat aku tidak frustrasi hanya gara-gara banyak orang yang meremehkanku. Karena aku merasa bangga dan aku harus bersyukur kepada Allah, bahwa Allah berkenan memberi aku talenta dan hikmat pengertian sehingga tidak diombang-ambingkan oleh sekedar omongan dan pendapat banyak orang yang tidak jujur, dan aku tidak boleh menyombongkan diri. Sebab rendah hati tidak hanya dalam tutur kata mulut, tetapi harus dilakukan dalam tindakan dan hatinya yang rendah hati, yaitu tidak menghina sesama meskipun secara nalar dan sosial sesama tersebut terhina mungkin karena bodoh atau melarat. Kita wajib menghargainya bahwa ia adalah sesama ciptaan Allah yang sama derajatnya di mata Allah, apalagi itu myakitkan hati orang yang terhina. Melalui aku megerti apa yang disebut psikotes proyektif atau gambar grafis dan kemudian aku diberi pendalaman tentang kejiwaan, aku menjadi mengerti mata rantai dan kostruksinya, atau jaringan rajutannya mengapa orang melakukan sesuatu tindakan atau berperilaku sesuatu. Melalui ini aku menjadi memahami mengapa ada orang yang melakukan sesuatu yang menyenangkanku atau menyenangkan orang lain, atau menyakitiku, atau menyentuh hatiku. Inilah yang mendorong untuk aku tidak terkena sarcasm terus menerus dan tidak terkena akar kepahitan karena memang demikianlah yang manusiawi (Manusia lama). Justeru tertantang bagaimana mengobati mereka khususnya yang belum sadar. Ketika aku dalam posisi jatuh aku diberi pengharapan yang nyata oleh Tuhan yang akan aku terima sebelum aku dipanggil Tuhan (imanku mengatakan tinggal menunggu waktu dari Tuhan kapan pengharapan tersebut menjadi kenyataan). Pengharapan ini adalah melalui tanpa aku duga sebelumnya menemukan sebuah resep minuman segar yang ternyata dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang telah aku buktikan pada beberapa ribu orang, dan kemudian resep temuanku tersebut pernah akan dibeli orang ratusan juta rupiah. Sehingga secara otomatis jika Tuhan mengijinkan dapat dipakai Tuhan untuk menopang ekonomiku kembali. Padahal aku bukan ahlinya dibidang obat atau jamu, sebab sekolahku adalah teknik sipil, jadi jika soal cor beton atau bikin rumah aku ahlinya, aselinya dahulu aku bukan ahli obat, kemudian setelah aku belajar psikologi konseling dan teologi aku juga sedikit mengerti tentang teologi dan konseling karena memang aku belajar secara formal. Tetapi jika obat-obatan ini aku belum pernah belajar secara formal, juga bukan keturunan orang ahli jampi-jampi. Jadi ini adalah murni karunia Tuhan.
“Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya;10. Ia memberi hujan keatas muka bumi dan menjatuhkan air keatas ladang; 12 Ia menempatkan orang yang hina pada derajat yang tinggi dan orang yang berduka cita mendapat pertolongan yang kuat; Ia menggagalkan rancangan orang cerdik, sehingga usaha tangan mereka tidak berhasil; 13 Ia menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya sendiri, sehingga rancangan orang yang berbelit-belit digagalkan.”
Ayub 5:9-13.
Inilah yang menjadikan penghiburan dan pengharapanku, semoga digenapiNya. Juga dibukakannya pengetahuanku tentang teologi dan iman yang memperkuat dan meluruskan berupa “resep” untuk bisa kesurga. Inilah yang kemudian mendorong aku untuk menanggalkan manusia lama dan memperbaiki kelakuanku seperti yang tertulis dalam 2 Timotius 3 :15,16 Pengetahuan dan iman pemberian Tuhan ini membuat kekuatanku dan pengharapanku menjadi luar biasa, sebab bersinerginya antara ditopang oleh kekuatan Tuhan dan pengertian yang mendalam. Bayangkan jika ketika aku miskin dan menghadapi kesukaran tersebut seandainya pada waktu itu aku belum punya pengetahuan (mengenal) tentang Tuhan itu siapa dan bagaimana apa yang mungkin terjadi ?. bisa saja aku marah dan kemudian ngenes dan jatuh sakit, karena terkena penyakit yang disebut pos power sydrom apalagi belum mampu melihat kemurahan dan pertolongannNya (Efesus 1:17). Jika kita melihat Ayub, raja Daud dan lain-lain yang Tuhan ijinkan iblis menjamahnya, adalah karena Ayub dan Daud dikasihi Allah supaya tidak sekedar “mendengar kata orang” tetapi “pernah mengalami sendiri” , begitu pula Rasul Petrus dalam suratnya meyebutnya : “orang-orang yang dipilih Allah………..” dan “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.”
Jadi bagi pembaca yang pernah dijungkir balikkan Tuhan kehidupan ekonominya, dan kemudian dibawa untuk mengenal lebih dalam tentang Allah dan firmanNya adalah berarti termasuk orang-orang yang dipilih Allah seperti Daud dan Petrus ! Untuk diluruskan jalannya sehingga tidak terperosok, jadi berbahagialah dan jangan mau terkena pos power syndrom. Sedangkan orang-orang yang tak dipilih Allah, mungkin tidak dijungkir balikkan dan tidak dibawa kepada pengenaalan akan Allah yang lebih mendalam. Sebab mereka merasa sudah “cukup mendalam” pengenalannya kepada Allah, maka ia sombong dan kurang punya kasih kepada orang yang miskin atau orang yang sedang bersalah.
Tetapi Tuhan menghendaki rendah hati yang sungguh – sungguh bukan rendah hati yang ditata seperti rendah hati yang dimainkan pemain sinetron dalam mimbar. Tampil dan tutur katanya rendah hati, tetapi hatinya yang tak terlihat berkebalikan dengan apa yang dikatakan. Dengan kesukaran, kesengsaraan ini aku mau tak mau harus mengerti rendah hati sesuai dengan yang dimaksud dalam firman Tuhan. Harus diaplikasikan dalam semua segi kehidupanku. Seandainya aku langsung diberi sukses lagi bukannya kesukaran, rendah hatiku niscaya rendah hati yang ditata dalam penampilan, perbuatan dan dalam berbicara. Yakni dengan tujuan biar dicap sebagai orang yang rendah hati ! bukan itu ! rendah hati dalam arti memang harus mau menerima semua orang apapun kelas sosialnya bahwa mereka mempunyai nilai dan hak yang sama didepanku maupun didepan mata Tuhan, sebab harus mengutamakan orang lain. Aku tidak boleh menghina orang yang menurut manusia secara manusiawi kurang beruntung (orang hina). Tidak hanya rendah hati terhadap orang – orang Kristen atau orang – orang tertentu saja. Tetapi juga agar kita merubah kelakuan kita yang tidak baik diganti dengan kelakuan yang lebih baik. (2 Tim 3:15,16) Tuhan tidak suka dengan prilakuku rendah hati yang ditata, yang Cuma pura-pura. Penampilannya rendah hati, tutur katanya rohani, manis mulutnya dan suka memuji –muji Tuhan dan melontarkan kata-kata syaloom, perbuatannya pemurah, dan suka menolong tetapi hatinya keras, hatinya jahat ada bulunya dan tak punya kasih karena serakah dan punya iri hati. Merasa tidak senang dan iri jika orang lain sukses.
Tuhan ingin agar kita benar – benar melihat Tuhan itu siapa biar aku benar – benar tunduk, takut dan taat kepada-Nya. Biar kita benar – benar merasa tak berdaya dihadapan sesama meskipun dihadapan orang yang secara manusiawi orang tersebut adalah orang yang tak berharga dimata manusia secara manusiawi. Tuhan dengan tangan kekerasan dan kasih Nya membuat menyadarkan aku bahwa ia meskipun orang hina, orang tak berharga, orang yang tak
punya kelebihan, tetapi mereka semua adalah punya hak yang sama dengan saya dihadapan Tuhan.
Unik sekali Tuhan menghajar dan memaksa aku, hanya untuk mengerti dan menghayati rendah hati dengan tidak mengijinkan aku frustasi dan ngenes. Terpujilah Tuhan selama – lamanya atas kasih setianya.(Iberani 12:10)
Pikirannya Menerima Tetapi Kedagingannya Menolak
Yang banyak terjadi adalah orang (dengan mulutnya) mengaku bersalah dan berdosa, tetapi ia masih mengulang lagi perbuatan salah yang sama. Padahal ketika menyatakan atau mengaku bersalah disertai dengan mengeluarkan teriakan keras atau menangis, namun mengapa tidak ada perubahan ?
Jika terjadi demikian, bisa jadi pengakuan kesalahan atau dosa tersebut masih dalam tingkat pengetahuan atau sebatas emosi saja yang belum mendarah daging (mengakar kuat dihati). Karena baru sebatas pengetahuan dan keinginan, maka ketika iblis membisiki dengan pengetahuan “tandingan” maka terjadilah perang argumentasi dalam pikirannya sendiri, jika meminjam istilah Segmund Freud pada waktu demikian terjadi debat atau perang argumentasi antara Ego dengan yang desebut Id (Ibr 4:12). Antara pengetahuannya yang mendukung pengakuan kesalahan dengan pengetahuannya yang baru (Ego yang memberi pertimbangan bahwa perbuatan tersebut adalah berdosa) dengan pendapat yang mendukung menganggap apa yang ia lakukan sebagai hal yang normal dan manusiawi yang sebenarnya merupakan keinginan (daging) atau Id kemudian mempertahankan keinginannya dengan mencari-cari dalih pembenarannya. Dan kemudian dengan ditambahi : “aku adalah manusia, bukan malaikat” ! Normalah jika aku berbuat salah, itu manusiawi, Yesus kan Maha Pengampun, demikian pembelaan dalam hatinya.
Pada kesempatan yang lain ketika emosinya di gelitik oleh iblis dengan kebutuhan-kebutuhan, ia berfikir dalam dirinya sendiri. Juga beradu argumentasi seperti pada tingkat pengetahuan, seraya membenarkan mana yang diutamakan antara kebutuhan dan kenikmatan dengan pengertiannya, tak banyak orang juga melakukan hal yang sama. Contoh kejadian ini adalah ketika berselingkuh. Terutama bagi orang yang belum menikah.
“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya”
Yak 1 : 14
Menyadari atau tidak menyadari, seringkali kita pikat oleh keinginan-keinginan kita sendiri, keinginan ini disebut keinginan daging, keinginan-keinginan ini biasanya dimotori oleh keinginan emosi yang sedemikian kuat sehingga keinginan tersebut seolah menjadi suatu kebutuhan. Contoh keinginan-keinginan ini adalah “serakah”. Serakah tampil dengan cara “kebutuhan” atau “tidak cukup” atau “gengsi” atau “malu” dsb.
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan”
(I Tim 3 : 16a)
Setelah menyatakan kesalahan kemudian kalimat berikutnya adalah: untuk memperbaiki kelakuan. Menyatakan kesalahan ini akan menjadi bermakna jika digandeng dengan kalimat berikutnya untuk memperbaiki kelakuan tetapi diteruskan dengan perbuatan. Banyak cara Tuhan untuk memperbaiki kelakukan ini, tetapi semuanya tak lepas dari firman Tuhan. Sebab mekanismenya harus di awali dengan pengetahuan dan pengertian dan keyakinan. Pengertian artinya harus mengerti betul secara akal sehat dan kebenaran bahwa tindakan tersebut salah, misalnya sebagai contoh bahwa karena mengerti betul jika api itu panas maka tidak berani memegangnya sebab takut kulitnya terkelupas. Keyakinan artinya memiliki keyakinan bahwa tindakannya tersebut berdosa, sedang berdosa atau hukuman dari dosa tidak dapat dibuktikan saat melakukan seperti ketika memegang api, pembuktiannya hanya dalam kepercayaan sehingga kuncinya ada pada kepercayaannya itu. Disinilah kejadian-kejadian yang diluar nalar sehat itu terjadi, karena dipakai Tuhan untuk menanamkan kepercayaan itu, sehingga kesaksiannya tidak ngawur seperti yang tertulis dalam Roma 10:2
“Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar 3 .Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.” [1])
Sedangkan dari sudut ilmu pengetahuan kejiwaan disebutkan bahwa ada orang yang mudah percaya dengan melalui nalar (fikiran) saja, tetapi ada juga yang tidak mudah percaya jika belum melihat bukti. Untuk kelompok orang yang selalu minta bukti ini juga ada negatifnya yaitu justru dapat ditipu dengan bukti itu sendiri misalnya saja dengan white magig atau black magig yang sering dapat memberikan bukti langsung. Padahal tentang dosa, buktinya ada yang hanya diketahui besuk setelah hari penghakiman saja, jadi jika mau cari bukti berarti tunggu mati dahulu dan menunggu datangnya hari kiamat baru nanti bisa melihat buktinya. Meskipun ada pula yang bukti hukuman tersebut dapat dilihat ketika masih hidup didunia, yaitu yang bersifat nubuat contohnya sengsara dan kesulitan sebagai upah dari perbuatan dosanya. Inipun tidak langsung dapat dilihat, sebab biasanya nunggu waktu yang sangat cukup lama karena Tuhan Itu Maha Pengasih maka waktunya sangat lama sebab memberi waktu dahulu untuk bertobat sebelum dihukum beneran (dapat melihat bukti). Hukuman ini banyak terdapat pada seputar hukum tabur tuai, yaitu memetik dari hasil perbuatannya sendiri. Berbahagialah bagi yang mendapat sih rachmat Tuhan, karena sebelum Tuhan menjatuhkan fonis hukuman tersebut telah menganugerahkan pertolonganNya berupa memberi terang secara rohani kepada yang dikasihinya, sehingga orang tersebut (yang diberi terang) secara rohani dapat melihat dengan jelas apa akibatnya nanti jika berbuat dosa itu sehingga menguatkan kepercayaan nalarnya bahwa hukuman itu betul akan ada.
“Bila tersingkap, firman-firmanMu, memberi terang, memberi pengertian kepada orang yang bodoh” (Maz 119:130)
Dari pengertian ini kita menjadi mengerti dan menyadari akan kesalahan-kesalahan kita. Berkat terang dari Tuhan yang telah dianugerahkan kepada kita yang dikasihi Tuhan dengan penyingkapannya. Jika kita beruntung, maka ada dorongan yang kuat untuk memperbaiki kelakuan dari dalam diri kita sendiri tanpa takut kepada orang lain. Tetapi jika kurang beruntung, pikiran kita berupaya mencari dalih-dalih untuk membenarkan pikiran diri sendiri, yang berarti semakin mengukuhkan perbuatan salahnya atau paling-paling sebatas malu atau rikuh jika ketahuan orang lain, tetapi ketika tidak ketahuan orang, dosa itu tetap dilanggar persis seperti yang tertulis dalam Roma 10 :3,
Kebetulan penulis pernah berulang kali melakukan hal yang demikian (slintat-slintut berbuat dosa). Yakni mencari dalih-dalih untuk membenarkan diri sendiri dalam berbuat salah. Malah kemudian memakai firman Tuhan untuk menghakimi orang lain, bukannya menghakimi diri sendiri sehingga dosa itu tidak penulis hindari.
Puji Tuhan, Allah mengasihi aku. Awal mulanya aku dibuai memiliki kesukaan baca Kitab Suci. Berkat dari sering baca Alkitab (karena suka) minimal aku secara pengetahuan (koqnitif) menjadi mengerti mana yang salah mana yang benar. Meskipun pada tingkat ini aku belum ada dorongan yang kuat untuk memperbaiki kelakuan. Meskipun dalam tingkat pengetahuan aku telah mempunyai kemampuan mengerti mana yang salah dan mana yang benar dan belum menjadi rhema, karena baru sebatas pengertian dalam pikiran. Pada waktu itu aku selalu mencari dalih-dalih membenarkan kesalahan-kesalahanku sebagai akibat pengertianku belum bulat betul, dan kemudian bersilat kata.
Beberapa tahun kemudian, setelah aku bertahun-tahun jungkir balik dengan argumen-argumentasiku yang salah pengetrapan, Tuhan mencelikkan mata rohaniku. Waktu itu aku sedang naik bus kota yang masih ngetem di terminal, mataku dibawa Tuhan untuk melihat anak jalanan peminta-minta yang ada di terminal. Tuhan membisikiku dengan pertanyaan kepada batinku, apakah kamu mau dan senang jika anak jalanan yang kumuh dengan baju kumal itu duduk di sampingmu, jawabku dalam batin ketika itu: tentu tidak senang Tuhan! Lalu pertanyaan berikutnya, bagaimana jika setelah duduk disampingmu kemudian berkata :”ia mengaku bahwa ia adalah anakmu,……..jadi aku adalah ayahnya anak itu ?” Apakah kamu tidak malu ?
Aku sadar, bahwa secara rohani diriku tidak jauh berbeda dengan anak jalanan itu, perbedaannya hanya pada penampilan phisik saja, hatinya belum tentu. Oleh karena itu sebenarnya aku tak layak mengaku menjadi anak Tuhan. Tuhan akan malu melihat kelakuanku yang brengsek ini. Aku menangis dan minta ampun kepada Tuhan. Mulai saat itulah aku dikuatkan Tuhan melalui pengertian – pengertian yang sering aku salah gunakan untuk menghambat pertobatanku dan memperbaiki kelakuan. Melalui penyingkapan ini aku berkomitmen untuk memperbaiki kelakuanku agar supaya pantas jika aku mengaku sebagai anak Tuhan. Supaya aku tidak mempermalukan Tuhan dengan perbuatan – perbuatanku yang kurang baik meskipun dengan alasan orang lain banyak yang berbuat demikian, Karena aku takut akan Tuhan (Amsal 1 : 17) sebab sebelumnya Tuhan telah menyingkapkan kepadaku bahwa dalam segala peri kehidupan manusia tidak ada yang tak terkontrol olehNya, Sebab pada hakekatnya orang berbuat sesuatu (yang aneh-aneh) adalah sebagai akibat dari adanya desakan untuk berbuat sesuatu sesuai situasi keadaan yang melingkupi saat itu. Yang kemudian menelorkan suatu pikiran dan angan-angan dan timbullah desakan itu. Seandainya aku tak gemar baca Alkitab dan Tuhan tidak mengasihiku dengan memberkati aku ketika baca Alkitab niscaya aku tak memiliki pengetahuan (secara koqnitif) mana yang salah dan bagaimana yang benar dan tidak membenarkan apa yang tersirat dalam Mazmur 119:130. Jika demikian ketika aku melihat anak jalanan yang kumuh tersebut akan biasa – biasa saja. Tidak menjadikan rhema bagi mata rohaniku untuk terbuka karena aku belum mengerti mana yang benar mana yang salah.
Ternyata untuk mengalahkan daging lebih sulit jika dibanding dengan mengalahkan pikiran, perlu proses yang panjang atau bayar harga yang cukup mahal. Oleh karenanya Tuhan sering menggunakan tangan besiNya melalui masalah atau musibah untuk menyadarkan daging dengan “terpaksa” melalui mengalami kesulitan atau kesakitan. Dari pengalaman yang terpaksa ini kita menjadi disadarkan dari kesalahan. Terimakasih kepada sobat-sobatku yang dipakai Tuhan untuk menyadarkanku melalui menjahui dan tidak menolong aku, jika mereka mempedulikanku mungin aku tak bisa menulis buku, aku tidak sakit hati kepadamu sobat.
“Dan inilah doaku, semoga kasihmu semakin me-
limpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam
segala macam pengertian,10 sehingga kamu dapat
memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, 11 penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.”
Filipi 1:9-11
SERI 9 11111111 GARAM DAN TERANG
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar , dengan apakah ia diasinkan ? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. 14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak diatas gunung tidak mungkin tersembunyi. 15 lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya dibawah gantang, melainkan diatas kaki dian sehingga menerangi semua orang didalam rumah itu. 16 Demikian hendaklah terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang si Surga.”
Matius 5: 13-16
F
dDD
PERSELINGKUHAN
dan
PERSELISIHAN SUAMI -- ISTERI
P
enulis pernah ngobrol santai dengan seorang ibu muda. Ibu ini seorang Kristen yang taat. Ia bersuamikan seorang aktivis gereja, yang rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Karena itulah DD
D
irman Tuhan yang tertulis dalam Matius 5: 13-16 ini sangat indah, oleh karenanya tidaklah mengherankan jika banyak orang Kristen yang menjadi ter obsesi untuk menjadi pelaku Firman Tuhan ini. Penulis sendiri juga sangat mau menjadi garam dan terang. Namun pada prakteknya bagaimana ? dan mudah atau tidak, mengapa? Pada kesempatan ini mari kita bersama-sama mencoba menelusur mencari penyebab kegagalan berkeinginan menjadi garam dan terang yang indah ini.
Secara phisik garam, mempunyai sifat yang mudah lebur, lebur karena terkena air ataupun karena di giling sebab tidak terlalu keras seperti merica misalnya. Jika garam tidak di haluskan (bahasa Jawanya di uleg) sambal terasi tersebut pasti akan tidak enak, meskipun menggunakan terasi made in Juwana, begitu pula ketika di masukkan ke nasi goreng dan garamnya tak lebur, maka nasi gorengnyapun tak akan enak dimakan karena asinnya tidak merata. Sambal atau sayur menjadi asin karena garamnya bersenyawa dengan molekul-molekul barang disekitarnya tersebut. Artinya, garam tersebut harus rela mengorbankan harga dirinya (wujud fisiknya hilang dan tak nampak lagi = aku-nya hilang), karena hanya dengan cara itulah barang lain di sekitarnya menjadi di asinkan.
Tuhan Yesus juga memberikan contoh yang konkret dalam hal ini. Beliau juga meleburkan diriNya untuk mengasinkan manusia berdosa, beliau adalah King of King tetapi mau meleburkan diriNya dari Allah Yang Maha Mulia menjadi manusia biasa dan bergaul dengan nelayan (bukan sekelasnya), koruptor dan pemeras (Zakius), pejinah (perempuan Samaria), orang yang masih punya iri hati (Maria dan Marta) dan orang-orang berdosa dari semua klas termasuk diri kita.
Tetapi kita bagaimana?, baru mau memilih tempat duduk di gereja saja bagaimana, melihat-lihat dahulu siapa yang sudah duduk disitu bukan ? Artinya kita tidak asal duduk ditempat yang masih kosong tetapi melihat siapa dulu yang sudah duduk di situ jika tak cocok tidak jadi duduk dibangku tersebut, padahal ini di gereja. Dan ini baru berdampingan duduk belum bergaul akrab, apa lagi menolong mengangkat mereka (menjadikan asin dari yang tadinya tawar). Mengapa demikian yang terjadi? (tentu bukan anda, ini terjadi di Gereja lain) Karena dalam hati orang yang pilih-pilh ini masih percaya bahwa keberhasilannya yang ia sekarang miliki apa saja, kekayaan, kepandaian, pergaulan sosial dll. adalah merupakan dari hasil jerih payahnya 100% secara murni, atau memandang segala kelebihan yang di miliki termasuk kecantikan, kegantengan, dan kepandaian tersebut adalah miliknya, paling tidak merasa memiliki karunia yang lebih dari orang lain sehingga tersirat rada-rada ‘sombong’ dikit begitulah atau ekstrimnya disebut angkuh. Mereka melihatnya orang lain masih secara phisik dan kekayaan belum secara rohani. Anehnya model seperti ini juga masih dilakukan oleh sementara pengkotbah (tentu bukan pengkotbah di gereja anda) yaitu minta dilayani secara VIP tidak mau membaur dengan jemaat siapa saja asal masih ada tempat yang kosong. Sebagai akibat dari tidak mengerti, bahwa selama rasa angkuh ini masih di pelihara dalam hatinya, sadar atau tidak, sama saja sudah mengeraskan hati untuk tidak mau meleburkan harga dirinya alias tidak rendah hati. Karena masih mementingkan “aku”. Jadi jika sebagai garam, sudah dimasukkan ke air tetapi tak mau lebur begitulah. Berarti tidak akan menjadi garam yang mengasinkan adonan di sekitarnya. Dan tanpa sadar ketika bicara, dasar bicaranya masih ketus atau tak mau mengalah dan tak mau kalah sebab merasa punya kelebihan dari orang lain. Padahal perasaan “lebih” yang tidak sengaja tertampilkan tersebut tetap akan di simak oleh roh kita (roh manusia) bersama-sama dengan Roh Kudus dan akan di catat dalam buku kehidupan (Roma 8:16) . Berarti meskipun mulut tidak mengatakan bahwa cari tempat duduknya milih-milih siapa yang akan menjadi tetangga duduknya tetapi Allah melalui roh (roh manusia, kita) akan melihat, dan Allah itu tidak senang terhadap kecongkaan (Yak.4:6 b). Jadi meskipun kita tidak memperlihatkan keangkuhan kita, misalnya saja ramah sekali dan mudah mengucapkan kata-kata syaloom atau kata rohani sekalipun, tetapi Tuhan tetap melihat hati yang angkuh (1 Taw 28:9, Ibr.4:13) atau dengan kata lain perbuatannya ini membuat Tuhan tidak senang. Meskipun perpuluhannya tebal, pelayanannya sangat rajin, sering memperkatakan firman Tuhan, ikut setiap kegiatan gereja. Belum lagi ketika bergaul dengan orang yang sudah peka, mereka akan merasakan bahwa sebenarnya boundrynya (keangkuhan pada dirinya) besar dan tebal. Meskipun sikapnya ramah dan kelihatan sopan tetapi tetap akan dirasakan basa-basinya. Rintangan untuk menjadi garam yang asin, selain angkuh adalah kurangnya rasa kasih sayang terhadap sesama yaitu hukum yang terutama. Rasa kasih ini menjadi sulit mengakar di hati karena adanya anggapan segala kelebihan yang dimiliki berasal dari dirinya sendiri. Perasaan seperti ini membuat lupa kepada Kuasa Tuhan bahwa sebenarnya kita cuma ketempatan atau bahasa rohaninya di anugerahi. Ingatlah sejarah Ayub orang yang paling saleh di seluruh muka bumi, ia masih diijinkan untuk dijamah iblis sehingga harta kekayaannya habis ludes. Apakah kita lebih hebat dari Ayub? Sehingga di istimewakan oleh Tuhan dilindungi dari jamahan iblis? Ingat seorang Bos sebuah Bank yang besar, orangnya gemar melayani dimana-mana, tetapi mendadak sekarang jadi buron. Hidup ini hanyalah sebagai pemeran sinetron, atau kalau orang jawa hanya sebagai lakon wayang, yang menentukan peran apa dan berapa lama menjadi peran utama adalah sutradara dan sutradara itu adalah Allah sendiri bukan kita manusia. Oleh sebab itu tak ada dasarnya jika kita menganggap tak akan mungkin terjadi seperti Ayub hanya meskipun persembahannya tebal dan pelayanannya 24 jam sehari masih di tambah lagi sering doa puasa dan berglosolali. Barang kali berkunjung ke ICU, dan RSJ merupakan cara yang cukup bagus sebagai sarana memperingatkan dan untuk menyadarkan diri kita bahwa siapapun sewaktu-waktu bisa saja terjadi seperti mereka. ……….yang berada di ICU atau RSJ itu.
Penulis pernah dicelikkan mata rohaninya oleh Tuhan, gara-gara salah cara dalam keinginannya menjadi garam dan terang. Ketika penulis masih muda, kebetulan sangat diberkati Tuhan. Penulis sangat terkesan dengan ayat garam dan terang ini, dan berupaya melakukannya. Penulis menjadi ringan tangan, maksudnya mudah memberi pertolongan. Apa lagi jika dengan embel-embel gereja. Banyak gereja pembangunan gerejanya yang ikut merasakan berkat lewat kocek penulis. Tidak hanya itu, waktu itu juga aktif dimana-mana. Organesasi pelayanan atau kegiatan pelayanan di dalam maupun diluar gereja penulis ikut aktif karena ditarik dan diperlukan mereka, sehingga sahabat penulis cukup banyak. Karena hampir setiap ada kegiatan pelayanan yang besar di kota Semarang penulis selalu ikut jadi panitia. Penulis waktu itu bangga sekali mendapat julukan menjadi orang Kristen yang pemurah dan rajin pelayanan dan “merasa dipakai Tuhan”. Bagaimana selanjutnya ? Suatu ketika Tuhan mengijinkan iblis menjamahnya, jadilah penulis seperti Ayub jaman modern. Ketika jatuh, sahabat yang dahulu kental, tilpun-pun untuk menanyakan kabarnya tidak, apalagi membesuk memberi penghiburan. Padahal pada waktu itu penulis sangat membutuhkan penghiburan meskipun dahulu sering menghibur orang. Jika saya tilpon pura-pura tak ada atau alasan lain karena takut dipinjami uang atau di sambati yang lain-lain. Setelah menderita beberapa tahun lamanya (seperti Daud di buang ke Zif dan ketika Daud dikutuki oleh Simei), untunglah Tuhan berkenan membukakan mata rohani satu persatu kesalahan penulis di ungkapkan. Salah satunya yang diberikan kepada penulis adalah yang memberikan bekal agar supaya aku tidak menyimpan akar kepahitan terhadap perlakuan sahabat-sahabatku yang menjahui aku, diantaranya melalui Amsal 19:4; Pkbh. 9:15. Jadi aku adalah penggenap nubuat Alkitab untuk menjadi miskin supaya merasakan pedihnya di tinggal sahabatnya, dan supaya mengerti terhadap motivasi yang benar menjadi garam yang asin.
Rintangan yang ke tiga dari menuju menjadi garam dan terang adalah merasa telah ditebus oleh kematian Yesus tetapi cuma sepotong-sepotong tidak secara lengkap. Yang diingat hanya sebatas mengampuni dosa dan menyelamatkan kita saja. Akibat dari hal ini, justru menjadi merasa lebih dari orang lain yang dianggap belum mengalami penebusan. Ia masih menggunakan pikiran manusia lama. Akibatnya dirinya terpecah menjadi dua bagian, sebagian berkeinginan menjadi garam dan melakukannya dan memang melakukannya dengan menjadi pemurah dan suka menolong seperti saya dulu, tetapi sebagian lagi (pikiran dibalik perilakunya) masih menggunakan pola lama yaitu tidak dengan hati yang di rendahkan, masih menonjolkan aku, jadi hanya bermodal dengan ketulusan saja (tidak minta imbalan materi). Memang pemberiannya dengan tulus, tetapi belum dengan rendah hati yang penuh kasih . Contoh: Ada orang tua datang minta pertolongan. Orang ini di sapanya dengan ramahnya, syalooom…, diberinya minum segala, setelah bicara sana-sini orang tua ini mengutarakan permintaan pertolongannya. Bukannya dipikirkan perlu dan pantas diberi pertolongan apa tidak, tetapi dijawab : Bapak, sementara bapak berdoa dulu kepada Tuhan dan jika bapak akan minta tolong itu, bisa tetapi jangan banyak banyak sebab tempatnya sudah penuh, kasihan nanti barangnya bapak rusak karena disenggol-senggol orang. Padahal permintaan bapak tua itu cuma nitip barang dagangan untuk dijualkan sesuai dengan yang menjadi dagangan toko tersebut, dan barangnya bapak tersebut sesungguhnya tidak makan tempat. Tetapi mengapa hanya diijinkan sedikit sekali ?, jika seandainya laku semua, hasil dari seluruh penjualan itu-pon untuk transportnya saja akan habis. Apa alasan tidak mengijinkan titip barang yang cukup sehingga cucuk dengan transportnya, karena bapak tua ini belum mereka kenal karena memang belum terkenal sehingga ia takut terhadap pertanyan jika ada yang tanya mengapa saya memberi bantuan kepada bapak tua ini, saya akan jawab apa nanti ?, apalagi bapak ini cuma jemaat biasa belum dikenal digereja ini. Jadi orang berdasi ini tidak berbelaskasihan dengan orang yang sudah tua yang rumahnya sangat jauh, tetapi lebih takut kepada bayangan akan adanya pertanyaan dari orang banyak yang sebenarnya belum tentu akan ada orang yang akan mempertanyakan. Orang ini berbuat demikian (bicaranya ramah, hatinya pahit) karena masih menggunakan pikirannya yang lama sebab belum berganti dengan pikiran yang baru yaitu berbelas kasihan. Padahal sebetulnya penebusan Yesus adalah satu paket dengan melahirkan kembali dari manusia lama menjadi manusia baru (Efesus 4:17-32). Pada ayat 23 terdapat kata: ‘supaya’ kamu diperbaharui….. Artinya kata supaya adalah kita dituntut aktif melakukan, bukannya cukup dengan percaya dan pasif saja kemudian otomatis akan diperbaharui. Sebab pembaharuan dari Yesus ada syaratnya yakni harus menanggalkan manusia lama (ayat 22). Yang menanggalkan adalah harus kita sendiri. Syarat yang lain adalah rendah hati dan saling mengasihi dalam hal membantu (4:2). Masalahnya manusia lama itu penuh kebahagiaan, oleh karenaya ya tentu aras-arasen untuk melepaskan sesuatu yang enak dan yang membahagiakan itu. Antara rendah harti dan mengasihi dalam membantu yang benar adalah selalu kait mengait. Membantu dengan kasih berbeda dengan memberi pengemis sejumlah uang dengan perasaan lebih hebat hanya dengan pertimbangan merasa bahwa pengemis tersebut lebih miskin sehingga layak diberi. Sedangkan mengasihi adalah seperti perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati. Orang Samaria ini belum tentu lebih kaya dari yang memerlukan bantuan.
Penebusan yang komprehensif (komplit) membuahkan diri kita tulus untuk di tebus dan melakukan persyaratan-persyaratannya diantaranya menanggalkan manusia lama. yang hidup di dalam hawa nafsu daging, dan pikirannya yang jahat (2:3). Sebab berkat dari penebusan tersebut kita menjadi mengerti (dibukakan) mana yang benar dan mana yang jahat. Tetapi kepada kita masih diberi kebebasan untuk menentukan jalan kita selanjutnya. Memilih yang benar tetapi melalui lorong yang sempit (penuh kesulitan dan tantangan) atau memilih yang jahat (tidak merasakan kontraksi dari lepasnya tabiat lama yang sebenarnya di gondeli iblis) sehingga tidak jadi lahir baru (Yoh 10:9). Setelah memilih jalan yang benarmaka kemudian menjadi mengerti bahwa setiap orang siapapun juga apakah ia miskin atau kaya, tuan atau hamba adalah sama-sama mempunyai tuan di sorga (Kolose 4:1). Dari mengerti bahwa setiap orang sama-sama mempunyai tuan di sorga, maka akan sadar bahwa apapun yang diperbuat adalah berbuat untuk sesama orang yang mempunyai harga yang sama dihadapan Tuhan (Kolose 3:23-25). Tidak lagi sebagai pejabat gereja dengan jemaat biasa, atau orang kaya terhadap orang miskin yang patut ditolong, tetapi mendasari bahwa semua perbuatannya adalah terhadap sesama umat Tuhan yang mempunyai nilai yang sama dihadapan Tuhan (ayat 25). Oleh karenanya perbuatannya sesuai dengan ayat 22, 23. Tetapi perlu disadari untuk dapat berbuat demikian bukan sesuatu yang mudah karena perlu proses, sebab itu bertentangan dengan manusia dunia. Jika kita berhasil mampu menghormati orang lain terutama yang secara sosial lebih rendah dari diri kita, barulah kita bisa mengasihi sesama kita seperti mengasihi diri kita sendiri. Untuk bisa berbuat demikian perbuatannya harus didasari oleh kasih yang didasari oleh kuwajiban kita untuk saling menghormati berdasarkan tauladan Yesus dan sadar akan kuwajiban dan mengakui bahwa dahulunya kita sama-sama orang berdosa yang kotor dan punya hak yang sama dihadapan Tuhan, hanya mungkin “baju” kekayaannya atau intelektualnya saja yang berbeda. Tetapi secara rohaninya sama saja yaitu sebenarnya adalah orang kotor dan berdosa (Rom 3:23) barulah menjadi garam yang tidak tawar karena mempunyai asin yang mampu menjadikan asin terhadap orang yang masih tawar. Tetapi ingat, syaratnya garam itu harus lebur dan kehilangan sebagian keasinannya untuk ditransformasikan kepada orang yang memerlukan, sanggupkah?
Sedangkan ketika aku dahulu menolong banyak orang, dalam hati kecilku aku masih merasa lebih baik dari yang aku tolong, sehingga dorongan aku menolong mereka bukan sebagai kuwajibanku sebagai sesama umat Tuhan dan menjalankan perintah Tuhan (“saling tolong menolonglah kamu”). Tetapi embel-embel di hati kecilku: inilah aku, aku adalah pemurah hati yang suka menolong, ngertilah kamu! Memberi pertolongan dengan motivasi semacam ini yang pernah aku lakukan ternyata salah besar ! Sehingga anjuran yang tertulis dalam Filipi 2 :1-11 tidak semuanya dipakai.
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan orang, supaya orang melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu di surga.”
Mat 5:16
Kalimat ini sangat menarik menjadi obsesi banyak orang, namun sayang yang tertarik untuk dilakukan hanya : supaya orang melihat perbuatannmu yang baik…, sedangkan kalimat yang berbunyi :dan memuliakan Bapamu di surga, sering tidak terbawa (tidak terikut kan) mengapa kalimat memuliakan tidak di ikut sertakan dalam perbuatan baik, karena tujuan melakukan perbuatan baik hanya sebatas berbuat baik. Bukan sebagai suatu kuwajiban melakukan perintah Tuhan, jika betul demikian maka tepatlah perikup “orang Samaria yang murah hati” Luk 10: 25-37.bahwa sebenarnya masih seperti orang yang bukan orang Samaria tersebut yaitu sebagai ‘seorang imam’ dan ‘seorang Lewi’ dalam contoh perikup tersebut. Ketika Abraham mempersembahkan anaknya di gunung Moria, dituliskan disitu bahwa Abraham harus mempersembahkannya di gunung. Arti gunung disini, adalah dataran tinggi, dan untuk naik ke puncak gunung diperlukan energi (pengorbanan) minimal korban keringat dan ngos-ngosan, apalagi setelah sampai di atas, keledai dan bujangnya yang membawakan peralatan harus ditinggalkannya sehingga Abraham harus membawanya sendiri keatas. Cukup berat bukan?. Mengapa Abraham mau melakukan itu ? Pemandangan pikiran Abraham melakukan itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena hal itu adalh merupakan perintah Tuhan. Perintah Tuhan itu tidak harus secara khusus berupa bisikan tolonglah dia, tetapi telah tertulis dalam Alkitab secara umum. Dengan menuruti perintah Tuhan adalah sama saja memuliakan Tuhan. Bukannya karena terdorong untuk menjadi terkenal sebagai orang yang gemar menolong. Jika perbuatan baik kita (terhadap siapapun), kita dapat menganggapnya sebagai perintah Tuhan dan wajib, niscaya tak perlu mengikut sertakan embel-embel untuk mendapatkan pujian. Sehingga melakukannya seperti yang tertulis dalam Matius 6:1-4. Tuhan juga diberi sebutan Bapa di sorga, jika kita sebagai ayah (bapak) kemudian mengharapkan (meminta) sesuatu kepada anak kita, misalkan memanggilkan orang yang kebetulan sedang dibutuhkan dengan naik sepeda motor yang telah di belikan oleh bapaknya, tetapi anak kita tersebut tak mau melakukan memanggilkan orang tersebut meskipun telah ada sepeda motor, rasanya bapaknya yang membelikan sepeda motor bagaimana?
Mengapa banyak orang Kristen (bukan anda tentunya) senang melakukan perbuatan baik memberi persembahan atau pertolongan tetapi melihat dahulu siapa yang akan diberi pertolongan dengan melihat koleganya atau bukan, orang Kristen atau bukan, bolonya dekat atau bukan, bukannya dari pertimbangan sangat membutuhkan pertolongan atau tidak, pertolongannya akan memuliakan Tuhan atau tidak. Melainkan menghitungnya dari hitungan untung rugi dan nama baik, untungnya apa menolong orang yang tak terkenal.
Tuhan Allah memberi contoh pemberian yang tidak pilih kasih yaitu terang (sinar matahari) ternyata Tuhan tidak dengan pilih-pilih. Orang yang baik dan orang yang jahat sama-sama menikmati terang matahari dari Allah tersebut. Tetapi mengapa ada orang mau berbuat baik melihat dahulu, orang yang akan ditolong tersebut aktivis gereja atau bukan, pengkotbah atau bukan, apa pelayanannya, sebab dengan alasan nanti harus mejawab (pertanggungan jawab) kepada orang banyak yang akan bertanya, meskipun belum ada yang bertanya sehingga pendiriannya akan mengekor kepada orang banyak yang akan bertanya (minta pertanggungan jawab setuju apa tidak) terhadap pemberian pertolongan yang akan dilakukan tersebut yang berarti disebut menjadi berteologi ekor.
Ada beberapa dorongan mengapa berbuat baik. Pertama dorongan berdasarkan pengertian secara logika dan naluriah bahwa berbuat baik itu baik adanya, jadi parameternya logika dan hukum tabur tuai. Kedua: dorongan yang berasal dari pengertian Firman Tuhan, bahwa berbuat baik adalah perintah Tuhan sebagai bukti dari hasil bahwa mata rohaninya telah dibukakan, sadar sebagai sesama umat Tuhan yang mempunyai nilai yang sama dan telah bisa merasakan kesulitan orang lain sebagai akibat kekurangannya, dan memenuhi hukum Kristus (Gal 6:2). Dari hasilnya merenungkan dan mempelajari Alkitab menjadikan kelakuannya menjadi lebih baik sebab punya pengertian (2 Tim.3:15,16) Berbuat baik karena bermotivasi menjalankan perintah Tuhan.
Selaku “mempelai perempuan” yang baik, jika ingin mendapat warisan (kerajaan surga) haruslah mengikuti “perjanjian pernikahannya” dan menjalankannya. Perjanjian itu adalah Kitap Perjanjian Baru. Ia akan dapat mampu menjalankan isi perjanjian tersebut dan menguasai isi perjanjiannya karena mempelajari perjanjian tersebut (Alkitab). Mana ada orang yang tak pernah membaca mempelajari perjanjiannya (Alkitab) tetapi bisa mengikuti isi perjanjiannya ? Jadi menjalankan perbuatan yang baik untuk menjadi terang yang bercahaya untuk semua orang (baik atau jahat, berjasa atau tidak) adalah adalah dalam rangka menjalankan perintah Tuhan (Gal 6:2), bukan berdasar logika, sehingga tidak pilih kasih dalam melaksanakan perbuatan baiknya karena motivasinya menjalankan perintah perjanjian. Tidak hanya dari hasil mendengarkan kotbah yang hanya seminggu sekali. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia di asinkan?. Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan di injak orang. Berarti supaya orang Kristen tidak menjadi garam yang tawar, dan kemudian dibuang dan di injak orang, perlu mengontrol ulang motivasi dirinya berbuat baik, jangan seperti penulis dahulu ketika belum mengerti, yaitu berbuat baik karena ingin mendapatkan “setempel”. Sebab banyak orang Kristen yang aktif pelayanan dan gemar berbuat baik, tetapi ketika jatuh ya jatuh juga, seperti yang penulis pernah alami sendiri. Seolah perbuatan baik dan keaktifannya dahulu tak berpengaruh apa-apa terhadap kejatuhannya. Datang membesuk saja tak mau. Oleh karenanya bagi yang sedang jatuh atau yang belum terlanjur jatuh, perlu mengontrol ulang apakah pelayanan dan gemarnya berbuat baik jaman dulu bermotivasi dari keinginannya untuk gemar berbuat baik karena akan mendatangkan predikat atau “setempel” sebagai orang baik yang pemurah dan mendapat sanjungan. Sehingga waktu itu berbuat baiknya (memberi pertolongan) sebelum berbuat mengontrol dahulu atau hitung-hitung dahulu siapa dia yang akan di tolong, aktivis gereja atau bukan, orang terkenal atau bukan, orang berdosa atau orang saleh dan sebagainya. Atau perbuatan baiknya yang suka menolong tersebut dimotivasi oleh dorongan sekedar belas kasihannya bahwa pantas dan memerlukan pertolongannya, dan ia merasa lebih akan terhormat jika menolong. Bukannya terdorong melakukan pertolongan karena mengerti bahwa ia adalah sesama manusia yang sangat dibutuhkan pertolongannya dan ia mampu memberi pertolongan itu walaupun harus dengan susah payah. Seperti dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati, ia menolong tanpa tanya dahulu siapa dia yang akan ditolong. Sadar bahwa orang yang ditolong sangat membutuhkan pertolongannya serta merasakan harga dirinya sama dengan yang di tolong di mata Tuhan, dan itu salah satu perintah Tuhan (Efs 4 : 2-6 & Rom 14:7-10). Yesus sebenarnya sangat sedih karena beda pendapat dengan murid-muridNya khususnya dalam rangka tugasnya menjadi Raja, dan harus turun dari tempat yang maha tinggi ke dunianya orang berdosa, dan masih harus menjalani penghinaan dan siksaan yang amat berat, ketika menolong kita orang berdosa. Bukannya menolong seperti orang kaya memberi uang kepada pengemis. Itulah tauladan jika ingin menjadi garam yang tidak dibuang dan tidak diinjak orang dengan menata ulang motivasinya berbuat baik atau memberi pertolongan. Sangatlah disayangkan jika sudah kehilangan energi dan sebagian hartanya dalam rangka maksud baiknya memberikan pertolongan dengan harapan akan menjadi persembahan yang berbahu harum di mata Tuhan (tabungan di sorga), tetapi ternyata belum benar. Sehingga tidak menjadikan garam itu menjadi asin yang berhasil mengasinkan sesama umat, melainkan menjadi garam yang tawar dan kemudian dibuang dan diinjak orang. Akhirnya energi dan harta seolah dibuang begitu saja sia-sia tanpa arti hanya karena motivasi yang salah. Seperti penulis yang dahulu lakukan, meskipun aku banyak memberi pertolongan dan membantu banyak gereja toh akhirnya aku di buang dan di injak-injak orang juga (dihinanakan), bahkan oleh sahabat-sahabatnya sendiri yang berdasi sekalipun.
Banyak perintah-perintah Tuhan (dalam Alkitab) yang menantang banyak orang Kristen untuk melakukannya karena perintah itu sangat bagus. Alangkah baiknya jika ketika menjalankan tantangan tersebut sudah sesuai dengan yang semestinya dan tidak menjadi sia-sia terhadap apa yang dilakukannya. Caranya adalah banyaklah membaca Alkitab dan mintalah hikmat dan pengertian dari Tuhan. Dalam 2 Timotius 3 : 15,16 disebutkan bahwa dari hasil membaca Alkitab, kita akan mendapat tuntunan iman menuju keselamatan. Artinya perjalanan yang kita jalankan sekarang ini tidak akan sia-sia atau supaya tidak terperosok kejalan yang salah sebab mendapatkan tuntunan iman. Perjalanan hidup yang sebetulnya belum kita ketahui, yang sebenarnya penuh misteri itu, belum terbukti kita akan selamat apa tidak, namun kita percai bahwa pasti akan terbukti itulah yang disebut iman. Kita akan mendapatkan pengajaran sehingga menjadi mengerti, bagaimana perbuatan yang sebenarnya kurang benar, dan bagaimana yang seharusnya kita lakukan. Melalui kesulitan dan kejadian yang ajaib yang menyenangkan, kemudian mendapat hikmat, dan dari hikmat inilah kita menjadi mengerti. Contoh uraian terdahulu ketika kita memberi pertolongan. Tetapi untuk orang yang bebal, meskipun ada hikmat ia tidak menangkapnya, sehingga tetap tidak menjadi mengerti. Jadi pengalaman hidupnya dibuang begitu saja, hanya karena ia sudah merasa benar. Untuk menyatakan kesalahan, karena mengerti dan sadar mana yang salah dan bagaimana yang benar, sebab meskipun maksud hati baik yaitu memberi pertolongan tetapi jika cara dan motivasinya salah akan menjadi sia-sia saja. Roh Kudus memberi hikmat dan memberi pengertian ketika kita membaca Alkitab. Tetapi untuk orang yang tidak disayang Tuhan, ketika membaca Alkitab hanya seperti membaca sejarah bangsa-bangsa saja atau seperti baca koran, sehingga yang di dapatkannya ilmu teologi yang tidak di praktekkan contohnya adalah orang Parisi. Jadi jangan heran jika banyak orang pandai teologi, tetapi tak berkarunia melakukan iman. Jadinya adalah mencari-cari kebenarannya sendiri, tandanya mereka sulit dipersatukan dalam memuliakan Tuhan.
Untuk memperbaiki kelakuan, terpujilah Tuhan jika kita disadarkan akan kesalahan kita ketika kita masih ada kesempatan untuk memperbaikinya (bertobat). Karena melalui kelakuan kita yang baik dengan motivasi yang benar inilah yang menjadikan diri kita menjadi garam yang asin dan terang yang bersinar. Menjadi garam tidak cukup dengan perbuatan yang baik saja. Kebalikannya untuk orang yang belum dibuka mata rohaninya, jika mendapat petunjuk melalui disalahkan tentang perbuatannya yang salah, ia berusaha membela diri dan mencari dalih bagaimana mempertahankan kesalahan yang ia lakukan. Bagi yang telah disadarkan dan dibuka mata rohaninya, sebelum disalahkan orang, ia mencari-cari apa kekurangannya dan selalu introspeksi diri. Tanda dari inrospeksi diri adalah kelakuannya menjadi berubah menjadi lebih baik, penuh belas kasihan, mau menghargai orang yang lebih rendah kelas sosialnya atau dengan kata lain rendah hati dan sabar terhadap segala kesulitan. Tetapi jika pergaulannya saja masih pilih-pilih dalam arti belum mengasihi sesama manusia, barangkali masih memiliki roh kesombongan.
Ada seorang ibu muda yang mengeluh bahwa suaminya telah didoakan beberapa tahun, tetapi belum juga mau pergi ke gereja. Alasan ibu ini ia mendoakan terus suaminya agar mau ke gereja adalah agar supaya mendapat kepastian selamat masuk surga seperti dirinya karena telah percaya kepada Yesus. Pendapatnya; bagaimana nanti setelah sama-sama dipanggil pulang jika suaminya masuk ke neraka sedangkan dirinya masuk ke surga. Oleh karena itu ibu ini mengeluh kepada sesama kelompok doanya agar ikut serta mendoakan supaya suaminya segera mau ikut ke gereja.
Peristiwa yang lain ada seorang bapak dan ibu, tanpa didoakan mereka berdua yang dahulunya dari penganut Pangestu pindah menjadi percaya Yesus, hanya karena anaknya di sekolahkan di sekolah Katolik yang kemudian masuk gereja dan bercerita kepada ayahnya tentang Yesus.
Peristiwa yang lain lagi seorang menjadi percaya Yesus karena melalui penyakitnya yang tak kunjung sembuh, ia merasa sudah bosan dengan berbagai upayanya mencari kesembuhan. Segala cara telah ditempuhnya, baik yang melalui medis maupun pengobatan alternatif termasuk mencari orang pintar (dukun) tetapi tak kunjung sembuh. Suatu ketika melalui didoakan dengan nama Yesus oleh seorang hamba Tuhan penyakitnya menjadi sembuh dan kemudian menjadi percaya kepada Yesus.
Peristiwa yang lain lagi seorang mau percaya kepada Yesus karena melalui mimpi-mimpinya bahwa ia ketemu dengan orang berjubah putih yang dalam mimpinya ia mengaku sebagai Yesus. Orang ini sedang dalam kesesakan, sehingga ia sangat sedih dan berupaya mencari penjelasan secara supranatural sesuai dengan pengetahuannya. Ketika ia bermimpi ketemu orang berjubah putih mengaku bahwa ia diminta datang ke gereja. Orang ini memberanikan diri datang ke gereja untuk bertanya-tanya dan mengutarakan kesesakannya, dan sejak itulah ia masuk gereja.
Penulis sendiri mau percaya Yesus melalui omong-omong santai diatas book (bangunan tembok menyerupai batu nisan diatas parit yang biasa untuk duduk-duduk santai orang), kemudian tertarik terhadap apa yang diceritakan oleh orang yang sama-sama santai duduk-duduk diatas book tersebut dan kemudian coba-coba ikut masuk gereja ingin tahu lebih mendalam, betul tidak terhadap apa yang dikatakan. Sampai beberapa bulan penulis belum megerti secara pasti gereja itu bagaimana dan Yesus itu siapa dan bagaimana. Jadi beberapa bulan cuma ikut-ikutan saja berbakti di gereja tanpa mengerti maknanya bagaimana. Melalui membaca Alkitab menjadi tertarik terhadap pengajarannya yang bagus-bagus menurut logika. Sampai beberapa tahun penulis belum paham betul tentang proses penyelamatan Yesus, apalagi proses sedangkan kedudukan atau perbedaan antara Yesus, Roh Kudus dan Allah Bapa saja belum paham meskipun sudah dibaptis. Jadi ketika Baptis cuma bohong-bohongan saja asal jawab seperti petunjuk atau sekenario pengarahan sebelum baptis yang penting jadi di baptis seperti kawan yang lain. Dan kemudian anut grubyug ikut-ikutan kegiatan gereja yang disarankan. Seingat penulis memerlukan waktu puluhan tahun untuk mengerti perbedaan secara jelas antara Yesus, Roh Kudus dan Allah Bapa serta proses penyelamatanNya. Meskipun sudah puluhan tahun pula sebagai aktivis gereja yang katanya melayani, namun sesungguhnya belum mengerti betul, penulis menjadi mengerti keKristenan itu bagaimana melalui banyak mengikuti KKR-KKR dan baca Alkitab secara intensif. Penulis menjadi lebih mengerti lagi tentang kemenangan orang Kristen, atau peranan Kristus kepada diri manusia berdosa baru setelah sekolah teologia secara formal. Sebelum itu penulis hanya anut grubyug percaya bahwa Yesus punya otoritas yang memberi kemenangan kepada umatNya, tetapi kronologi dan uraiannya mata rantai sebenarnya belum mengerti. itulah sejarah singkat ke Kristenan penulis. Dan mengapa penulis terdorong untuk menulis karena percaya bahwa sebenarnya banyak orang Kristen yang mirip-mirip seperti penulis, sebenarnya belum banyak tahu apa-apa tetapi telah pakai dasi dan melayani hanya karena punya power atau rajin ke gereja kemudian di usulkan koleganya. (tentu bukan anda pembaca buku ini).
Dalam kenyataan lapangan, memang panggilan seseorang untuk dipilih diperkenalkan dengan Kristus beraneka ragam, satu dengan yang lain tidak harus sama. Biasanya (tidak selalu), seseorang begitu menerima Yesus hidupnya diliputi dengan suka cita, entah karena merasakan damai sejahtera, entah karena merasakan ada yang klop atau lega, atau merasakan hidup ekonominya meningkat menjadi lebih baik atau hal-hal yang lain. Minimal disambut baik oleh teman-teman barunya sesama orang Kristen. Tetapi setelah itu banyak yang menjadi kecewa atau mengecewakan terhadap sesama orang Kristen. Oleh karena itu menurut para ahli, grafik kerohanian “orang Kristen baru” biasanya menanjak tajam pada tahun pertama, semangatnya ingin tahu tentang Injil dan Yesus meningkat terus sampai kurang lebih 2 th, dan setelah dua tahun grafik berubah arah yaitu menurun, dan setelah menurun kemudian berubah lagi tergantung pribadi masing-masing ada yang stagnan, ada yang kembali meningkat dan ada pula yang terjun kebawah atau hilang.
Grafik rohani Orang Kristen Baru
meningkat
constan
menurun tajam
menghilang
0th 1th 2th 3th 4th
Jika mengikuti grafik ini semestinya maka testing bagi pengenal baru memerlukan waktu minimal 2 tahun, karena biasanya selama 2 tahun keaktifannya sangat bagus. Jadi jika ada orang Kristen baru belum ada 2 tahun telah diberi jabatan di gereja untuk pelayanan tidaklah sesuai dengan grafik, hasilnya lihat saja mana yang benar. Jika grafik yang benar, maka ketika orang baru ini habis masa jabatannya atau tidak lagi menjabat biasanya ia menjadi undur atau menjadi oposisi atau pindah gereja. Jika setelah 3 tahun atau 4 tahun keaktifannya masih tetap baik, maka dapat diharapkan untuk menjadi orang Kristen beneran yang tangguh. Tetapi jika belum ada 2 tahun, masih merupakan tanda tanya, apakah betul percayanya kepada Yesus terus berlanjut atau tidak atau hanya sebab lain tentang keaktifannya yang cukup tinggi tersebut.
Kembali kepada bapak dan ibu yang menjadi percaya kepada Yesus melalui anaknya yang duluan menjadi Kristen, biasanya melalui melihat adanya perubahan yang nyata (signifikan) terhadap perilaku anaknya yang menjadi lebih baik dan lebih alim. Dengan kata lain si anak ini telah menjadi garam dan terang yang menerangi dan mengasinkan keluarga.
Bagaimana dengan ibu yang merindukan suaminya mejadi Kristen ? Sedikitnya ada dua hal yang perlu dikaji secara mendalam. Yang pertama adalah soal kepercayaannya tentang keselamatan. Di dunia ini memang ada dua paham kepercayaan tentang keselamatan. Yang pertama: percaya bahwa setiap orang Kristen yang telah mengaku percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang Tunggal yang menjadi juru selamatnya melalui pengorbanan kematianNya di kayu salib, pasti akan selamat setelah mengaku percaya dan di baptis. Keselamatan ini diperolehnya berkat anugerah Yesus,
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,tetapi pemberian Allah.”
Efesus 2:8
oleh karena itu orang Kristen ini disebut kelompok Kristen anugerah. Karena mereka percaya bahwa manusia tak mungkin mengikuti hukum taurat, dan dengan anugerah Yesus hukum taurat telah dibatalkan sehingga keselamatan hanya bisa melalui anugerah dari kematian dan kesengsaraan Yesus di kayu salib.
“sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya,untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru didalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, 16 dan untuk meperdamaikan keduanya , didalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib itu.”
Efesus 2 :15,16.
Kelompok yang kedua, menganggap bahwa orang Kristen dianugerahi keselamatan hanya pada masa lampaunya sebelum percaya kepada Yesus, sebab tanpa anugerah Tuhan berupa pengampunan tak akan mungkin dapat hidup baru, dan tanpa hidup baru tak akan mengerti kebenaran dan kuat menjalankan kebenaran. Tetapi setelah percaya kepada Yesus sampai dipanggil Tuhan menjadi muritNya masih harus mempertanggung jawabkannya di hari penghakiman, rapot kehidupannya setelah ditebus bagaimana.
“Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi dihadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka didepan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”
Iberani 4:13
“Tetapi yang ada adalah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.”
Iberani 10:27
“dan ia berseru dengan suara nyaring: Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakimanNya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.”
Wahyu 14:7
“Dan aku mendengar suara dari surga berkata: Tuliskan: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini .” “Sungguh”, kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka meyertai mereka”.
Wahyu 14:13
Menurut penulis mengibaratkan seperti orang mau masuk Taruna AKABRI, semestinya (kita) berdasarkan segala persyaratan yang dimiliki tidaklah akan lulus testing masuk AKABRI karena orang berdosa, jadi baru dari persyaratannya saja sudah tidak memenuhi oleh sebab manusia berdosa yang belum diampuni (disucikan).
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah hilang kemuliaan Allah.”
Rom 3:23
tetapi melalui pertolongan Yesus dalam anugerahNya yang cuma-cuma itu maka persyaratan itu dipenuhi oleh Yesus melalui pengorbanannya dan siksaanNya di kayu salib, yaitu diampuni dosa-dosanya sehingga tidak lagi berdosa oleh karenanya menjadi lulus
“Ia sendiri telah memikul dosa kita didalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurnya kamu telah sembuh.”
I Petrus 2:24
dan diterima menjadi Taruna yaitu ketika mau mengakui Yesus pengakuan dan percayanya kepada Anak Yang Tunggal Yesus sebagai juru selamatnya. Namun setelah percaya masih harus menjalaninya sebagai Taruna sebagai yang telah diperbaharui hidupnya harus mempertanggung jawabkan rapotnya sebagai seorang Tarunanya Tuhan.
“ Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri dedepan tahta itu . Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang tertulis di dalam kitab – kitab itu.”
Wahyu 20 :12
Dari orang bebas yang tadinya menggunakan hukum bebas, sekarang menjadi Taruna wajib menggunakan hukum Taruna (Injil) sejauh mana ketaatannya terhadap pengajaran Injil yang dipelajarinya setelah menjadi Taruna (telah diperbaharui) harus dipertanggung jawabkan dalam rapotnya nanti dalam buku kehidupan. Yang tadinya bebas kemul sarung sambil minum cong-yang (minuman keras) sekarang tak boleh bebas kemul sarung sebab harus pakai seragam Taruna dan tak lagi boleh minum cong yang Anugerah cuma-cuma dari Yesus membuat diluluskannya diterima menjadi Taruna yang semestinya tidak lulus. Karena tanpa melalui Kristus tak akan ada yang bisa lulus sebab dosa-dosa manusia yang terlalu banyak. Sedangkan Roh Kudus bertindak sebagai terang yang menerangi dan mengajari dan membimbingnya selama menjadi Taruna agar tetap bisa mencapai nilai yang baik.
Menurut argumentasi kelompok kedua ini pada kelompok Kristen anugerah dikawatirkan menjadi kurang termotivasi hidup benar, sebab sudah ada kepastian mesti masuk surga melalui anugerah Yesus. Untuk apa susah-susah menjadi baik, bukankah hukum taurat telah dibatalkan, dan bukankah telah pasti masuk surga meskipun hidupnya tidak menjadi garam dan terang.
Pembaca bebas memilih mana yang merasa sejalan dengan alam pikirannya, apakah Kristen anugerah atau Kristen pertobatan dengan hari penghakiman.
Kembali kepada ibu yang merindukan suaminya menjadi Kristen. Ada dua jawaban disini. Yang pertama bagaimana kepercayaannya dengan “yang dipilih Tuhan” artinya tidak setiap orang bebas masuk menjadi orang yang diselamatkan menjadi pengikut Yesus. Jika percaya dengan hal ini, berarti ada pertanyaan dia (suaminya) termasuk dipilih Tuhan atau tidak ?
Yang kedua; apakah ibu muda ini ke Kristenannya telah mampu menjadi garam dan terang seperti anak yang menyelamatkan (membawa) orang tuanya menjadi kenal dengan Kristus ? Atau dalam kepribadiannya tidak terjadi perubahan apa-apa. Perubahannya cuma sesuatu yang lahiriyah, yaitu yang tadinya tidak ke gereja sekarang ke gereja, yang tadinya rengeng-rengengnya dengan nyanyian dang dut, sekarang dengan nyanyian rohani. Tetapi kelakuannya tetap sama saja, yang tadinya suka ngapusi sekarang masih suka ngapusi suaminya, yang tadinya berani dengan suami sekarang masih berani dengan suaminya malah kalau bisa mau tambah menyertir suaminya !
Menjadi garam dan terang tidak hanya soal tolong menolong artinya, berkat pembaharuan dari Yesus melalui telah percayanya bahwa Ia adalah AnakNya yang Tunggal Juru Selamat bagi Kita, dan Allah Bapa yang telah mengutusNya. Bahwa melalui kematian Yesus di kayu salib adalah untuk menebus dosa-dosa kita, maka sejak kita mengakui dan menerima Yesus dan minta pengampunan dan bertobat, hidup kita menjadi diperbaharui dan dilahirkan kembali menjadi baru. Setelah kita menjadi ciptaan baru, kelakuan kita, hati dan pikiran kita menjadi baru yang tadinya serakah, yang tadinya penuh iri hati, yang tadinya jahat sekarang tidak lagi,serakah,iri hati dan jahat dan sebagainya yang pada pokoknya kehidupan kita menjadi berubah lebih baik dan mulia. Hubungan vertikal kepada Tuhan menjadi lebih erat dan begitu pula hubungan horizontal kepada sesama siapa saja menjadi lebih mesra tanpa iri hati dan tidak membeda-bedakan. Jika telah demikian maka sinar dan auora kita menjadi terang, tuturkata dan hati kita menjadi manis. Nah secara otomatis jika sudah demikian jadilah kita garam dan terang karena orang lain ketika melihat kita ia menjadi tergiur kepingin menjadi seperti kita. Itulah yang dimaksud dengan garam dan terang.
Bukannya mengaku telah lahir baru tetapi melihat ada emak-emak ketakutan menyeberang jalan pura-pura tak melihat, atau duduk berdampingan dengan sesama anggota gereja yang kelihatannya orang itu tidak punya, tidak mau. Pada intinya, setelah mengalami pembaharuan oleh Kristus hidupnya menjadi dibawah pimpinan Roh Kudus, dan berpola pikir baru. Sepak terjangnya juga baru yaitu tidak senantiasa menuruti hawa nafsu kedagingan dan mementingkan dirinya sendiri saja.
“Jadi karena dalam Kristus ada nasehat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir , dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan 3 tidak dengan mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. 4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. ”
Filipi 2:1-4
SERI 10 11111111 SIAPA PEMEGANG KUNCI
SUKSES KELUARGA ?
S
uatu hari datang kepada saya seorang remaja jemaat disalah satu gereja Puspowarno Semarang untuk berkonsultasi. Ia mengeluh bahwa ia akhir – akhir ini malas sekolah dan malas dirumah. Saya selaku konselor punya kebiasaan sebelum bertanya kepada konseli (pasien) saya beri tes dahulu dengan tes psikotes proyektif (tes grafis bagi orang psikologi). Dari hasil bacaan terhadap tes ini saya membaca bahwa anak remaja ini mempunyai akar kepahitan pada ayahnya. Setelah saya ketahui demikian barulah saya bertanya kepadanya untuk memastikan apakah benar dugaan saya tersebut. Tentu anak ini terperanjat dan heran mengapa saya tahu banyak masalah yang ia alami dan ia lakukan. Tak bisa tidak kecuali ia langsung nerocos bercerita panjang lebar yang intinya ia benci pada ayahnya, sebab jika ayahnya punya uang katanya ia gunakan untuk main judi dan main perempuan. Ia benci pada ayahnya sebab ia kasihan pada ibunya yang menderita amat sangat sebagai akibat ulah ayahnya yang tidak baik tersebut.
Kepadanya saya bukakan Matius 7:1-5 dan Efesus 6:1,2 & 3.
“Janganlah kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi. 2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan di hakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak kamu ketahui ? 4 Bagaimana engkau dapat berkata kepada saudaramu : Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok didalam matamu. 5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Matius 7:1-5
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.2 Hormatilah ayahmu dan ibumu—ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini : Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. 4 Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah didalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah di dalam ajaran dan nasehat Tuhan.”
Efesus 6:1-4
Anak itu saya suruh baca berulangkali dengan suara normal dan kemudian di ulang – ulang dengan suara yang lebih pelan sambil saya minta untuk berpikir apa perintah dan maknanya perikup ini. Kepadanya saya tanya apakah dalam bacaan Matius tadi ada pengecualian kecuali ayahnya berzina maka mendapat hak khusus untuk menghakimi? dan dari Efesus apakah ia juga dapat pengecualian boleh tidak taat dan tidak hormat kepada ayahnya jika ayahnya berjudi dan main perempuan? anak itu membela diri …. Tapi ….. tapi pak ayahku berdosa dan membiarkan ibu saya dan anak – anaknya menderita karena ulah dia ! Saya katakan kepadanya, bahwa saya idak membenarkan ulah orang tuanya, tetapi saya juga tidak membenarkan ulah anak ini. Kepadanya saya terangkan jika dilihat dari kenyataan ayahmu ini memang setuju jika ayahmu disebut berdosa dan salah besar karena tidak bertanggung jawab, tetapi kamu dan ibumu tak punya hak untuk menghakiminya.
Saudara yang kekasih, anak ini termasuk beruntung karena memiliki kepekaan. Artinya ia merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres sehingga ia berupaya mencari tahu apa yang membuatnya tidak beres. Jika anak ini tidak beruntung dan tidak memiliki kepekaan yang lumayan, maka ia tidak merasakan apa-apa di dalam ia membenci bapaknya sendiri tersebut. Barangkali dalam hatinya ada kepercayaan bahwa ia duroko atau takut terkutuk karena ia membenci ayahnya itu. Dan seharusnyalah setiap anak ada ketakutan terhadap orang tuanya yaitu ayah atau ibunya, jika ia bersikap tidak senonoh kepadanya ia akan menerima hukuman yang disebut terkutuk sehingga disebut duroko itu. Sesuai dengan yang tertulis dalam Kolese 3 :20 bahwa wajiblah anak-anak taat kepada orang tuanya dalam segala hal. Arti kalimat dalam segala hal ini harus digaris bawahi, yaitu apapun perilaku dan kedudukan orang tuanya, anak tetap wajib taat. Misalnya saja orang tuanya berada dalam penjara karena kesalahannya misalnya mencuri atau membunuh, sehingga secara nalar dan hukum orang tua ini jelas bersalah buktinya dipenjara. Tetapi hukumnya anak tetap harus taat. Terlebih ketaatan anak terhadap orang tua adalah secara rohani ! Banyak terjadi begitu anak melihat orang tuanya salah (salah dalam hal apa saja menurut anak tersebut) secara naluriah kemudian mengangkat dirinya sendiri menjadi hakim dan pahlawan membela kebenaran. Yaitu dengan menyalahkan dan kemudian jika bisa menghukumnya karena menganggapnya salah dan dengan membela yang dianggapnya benar. Entah orang tuanya atau ibunya sendiri atau ayahnya. Hal ini sebenarnya naluri yang baik, tetapi salah pengetrapan karena belum mengerti. Disinilah pentingnya pengajaran agar tidak terjadi salah pengetrapan terhadap naluri yang baik ini. Dari bacaan firman Tuhan Matius dan Efesus diatas diharapkan salah pengetrapan dapat dihindarkan.
Setelah anak tersebut saya minta membaca berulang kali terhadap ayat tersebut kemudian saya tanya, bagaimana pendapatmu ? Anak itu menjawab, iya pak saya yang salah, karena seharusnya saya tak berhak menghakimi. Bagus jawab saya. Tidak hanya menghakimi, tetapi juga menghukum, itu tidak diperbolehkan. Saya beri tahu ya, bahwa kamu itu masih muda, sehingga pengalaman dan pengetahuanmu juga masih terbatas. Artinya kamu belum merasakan bagaimana menghadapi berbagai masalah dan godaan. Kesalahan seperti yang dilakukan oleh ayahmu itu memang salah, tetapi mengapa sampai ia melakukan hal seperti itu kamu kan tidak mengerti penyebabnya secara rinci itulah artinya kamu masih sebagai anak yang belum banyak pengalaman dan makan asam garam sehingga belum mengerti karena pikiranmu yang belum nyampai. Saya beri contoh, ketika kamu sedang berkelana jalan kaki misalnya mancing bersama-kawan-kawanmu, dan kebetulan kamu haus, kemudian kamu melihat diladang ada pohon ace yang sedang banyak buahnya dan masak-masak yang kebetulan sangat banyak dan pemiliknya tak ada. Apa yang terjadi ? bukankah kamu bersama kawan-kawanmu berani mengambil buah ace yang bukan milikmu ? Alasannya karena kamu haus dan cuma mengambil seperlunya saja yaitu cuma sedikit untuk menahan kehausan bukan ? Ini hanya sebuah contoh pembelaan mengapa orang tuanya melakukan sebuah kesalahan. Jadi kesalahan itu tidak ujug-ujug dilakukan tanpa ada kaitan yang lain yang menekan sehingga salahpun dilakukan. Lha kaitan atau penyebab ini yang kamu belum bisa memahami, oleh karenanya Rasul Paulus mengerti terhadap hal ini, bahwa akan banyak terjadi orang kurang mampu memahami kaitan mengapa orang melakukan dosa atau kesalahan dan supaya dosa itu tidak membawa orang lain ikut-ikutan berdosa ditulislah firman itu (Efesus dan Kolose). Dengan demikian jika setiap orang mau mengikuti firman tersebut, kesalahan tidak seperti api yang menjilat-jilat ditiup angin membakar semua yang dekat, tetapi bisa di isoler atau dibatasi. Petunjuk dalam firman ini saya ibaratkan petunjuk lalu lintas yang berujud garis-garis batas jalan. Ketika mobil banyak dalam tikungan, seandainya semua mobil mengikuti garis batas meskipun mobil terlalu banyak dan antri niscaya tak ada yang bersenggolan. Tetapi seandainya ada yang nylonong keluar dari batas garis maka akan membahayakan mobil lain dan bisa terjadi bersenggolan atau macet.
Nah sekarang bagaimana komentarmu ? Ya pak, saya memang waktu itu persis seperti yang bapak katakan yaitu sok tahu dan bertindak yang sebenarnya bukan wewenang saya.
Tindakan yang dilakukan seperti anak ini, sebenarnya tidak terbatas dilakukan oleh anak saja, tetapi sering dilakukan oleh suami jika isterinya yang salah atau dilakukan oleh isteri jika suaminya yang salah. Melakukan “main hakim sendiri” atau memfonis bersalah kemudian menghukumnya. Dilakukan karena kurangnya pengetahuan bahwa dirinya tidak berhak menjadi hakim seperti yang di suratkan dalam Matius tadi. Selain kurangnya pengetahuan ialah juga kerena emosinya yang tak terkendali. Apalagi ditambah kasihnya kurang tebal. Padahal balok yang ada dimata tak nampak, yang nampak kesalahan pihak lain. Seorang suami menyeleweng atau suka mabuk-mabukan atau main judi, atau kebalikannya seorang isteri yang berselingkuh, belum tentu itu berdiri sendiri. Biasanya ada penyebab lain yang memicu dilakukannya demikian. Yang pasti adalah kurangnya proteksi dari pasangan hidupnya (isteri atau suami) dalam bentuk doa khususnya. Seharusnya orang beriman sebelum tidur dan bangun tidur wajib berdoa, dan dalam doa tersebut jangan lupa minta perlindungan Tuhan untuk semua keluarganya. Jika orang beriman membiasakan berdoa kepada Tuhan secara khusuk biasanya akan lebih peka dan ketika berdoa menjadi di ingatkan oleh Roh Kudus tentang sesuatu yang perlu di doakan termasuk jika suaminya tergodai oleh wanita lain atau tergodai oleh korupsi atau yang lain. Kemudian jangan hanya berhenti dalam doa saja tetapi tidak melakukan sesuatu, misalnya berprilakulah yang baik sesuai yang diucapkan dalam doa. Maksud saya selain berdoa, juga berupaya perilakunya membuat suka citanya suami, jangan habis berdoa minta perlindungan untuk suaminya tetapi tindakannya “njaragi” yang membuatnya suami menjadi marah-marah. Atau sudah mengerti suaminya berselera tinggi, tetapi isterinya justeru penampilannya “nglomprot” tidak berusaha mengimbangi seksi dan dengan membuat suasana rumah menjadi romantis, setidak-tidaknya yang membuat suami betah dirumah dan senang memandang isteri, jangan berkebalikannya menjadi masa bodoh dan cuek. Jika isteri cuek dan tidak membuat suka cita, maka suami makin berat godaannya untuk menyeleweng, karena ingat iblis bagai singa mengaum mencari mangsa berkeliling kemana-mana menjelma menjadi wanita-wanita cantik termasuk gadis-gadis. Jadi jangan memperberat godaan suaminya.
Kembali masalah anak tadi, sekarang mengapa anak sampai marah dan mempunyai rasa benci terhadap ayahnya sendiri ? mari kita meng-andai-andai.
a) Seandainya ayah yang tidak benar ini, yakni suka main judi dan main perempuan, mungkin yang diketahui anak cuma main judinya. Sebab biasanya yang main perempuan dilakukan secara-sembunyi-sembunyi. Yang berarti anaknya belum tentu mengetahui. Dan ketika sang anak mensinyalir bahwa ayahnya berbuat sesuatu yang tidak benar tersebut, biasanya ia tidak langsung bertindak melainkan rasan-rasan atau berbicara dahulu dengan ibunya. Jika ibunya menanggapi dingin terhadap “kenakalan” ayahnya dan kemudian memberitahu kepada anaknya untuk mengerti bahwa ayahnya sedang dalam belenggu iblis oleh karenanya perlu didoakan dan perlu kesabaran dan pengertian. Dan jangan dihadapi dengan hati panas atau benci, apa yang terjadi ? tetapi memintanya supaya anak banyak berdoa untuk ayahnya supaya segera di sadarkan Tuhan, apakah anaknya tetap menaruh kebencian terhadap ayahnya ? Meskipun dalam hati ibunya betul-betul pedih, tetapi ibunya bisa menahan emosi dan nafsu kemudian mampu memberi contoh kesabaran dan penuh pengertian kepada anaknya.
b) Seandainya ketika anaknya bertanya-tanya kepada ibunya, kemudian ibunya menjawab kepada anaknya dengan penuh pengertian dan menyarankan anaknya untuk tidak ikut campur urusan orang tua, tetapi memintanya untuk banyak berdoa supaya ayahnya lekas disadarkan Tuhan, dan memberi pengertian bahwa ayahnya melakukan hal yang demikian karena pikirannya yang berat sehingga tidak kuat yang membuatnya ia depresi dan kalut yang akhirnya terjerumus yang sebenarnya hanya ingin menghilangkan depresinya, apa yang terjadi ?
c) Ketika ibunya mengerti bahwa suaminya main judi, mabuk-mabukan dan berselingkuh dengan wanita lain, kemudian ia marah-marah tidak menerimakan jika suaminya berbuat demikian. Dan kemudian mengeluh kepada anaknya bahwa bapaknya melakukan hal yang semacam itu, sehingga menjadikan anaknya menjadi mengerti dan membela ibunya dengan marah dan benci kepada ayahnya.
d) Ketika ibunya mengerti bahwa suaminya melakukan mabuk-mabukan, berjudi dan main perempuan, isteri seolah-olah tidak mengerti tetapi kemudian banyak berdoa dan berusaha introspeksi diri mengapa suaminya sampai berbuat demikian. Selain itu merahasiakannya terhadap anaknya jangan sampai mengetahui hal tersebut.
e) Ia (isteri) melakukan seperti yang tertulis dalam Amsal 31:10-31. bertekad pada Tuhan memintakan ampun suaminya dan mohon Tuhan berkenan mengusir iblis yang membelenggu suaminya.
f) Isteri betul – betul taat pada suami seperti yang tertulis dalam Efesus 5:22. “Hai isteri tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,” tidak melakukan protes dan tidak melakukan aksi – aksi yang dapat dibaca oleh anak – anaknya. Ia hanya menangis pada Tuhan, dengan terus melayani suami dengan lebih baik. Siapa tahu iblis sampai bisa menjerat suaminya karena gara – gara isteri kelewat berani dengan suami atau “servisnya” kurang baik atau karena melakukan sesuatu kesalahan sehingga mendorong suaminya untuk berbuat yang tidak baik?.
Kira-kira mana yang paling baik untuk pembaca ? Bagaimana dampaknya terhadap anak ? Sudaraku yang terkasih, mengapa anak tersebut sampai benci pada ayah kandungnya sendiri? Dan berakibat malas sekolah dan malas dirumah. Untunglah belum bergaul dengan preman mabuk-mabukan atau anak berandal atau terkena narkoba!
Kunci pintu penyebab hancurnya keluarga ini ternyata dipegang oleh ibu (istri). Bukti dari hal ini adalah :
1. Contoh dalam Alkitab Esau dan Yakub, coba baca ayat 6,9,13 dan 15. dari patsal 27
6.berkatalah Ribka kepada Yakub, anaknya:”Telah kudengar ayahmu berkata kepada Esau, kakamu…..9 Pergilah ketempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya.10.Tetapi ibunya berkata kepadanya :“Akulah yang menanggung kutuk itu, anakku; dengarkan saja perkataanku, pergialah ambil kambing kambing itu.” 15.Kemudian Ribka mengambil pakaian yang indah kepunyaan Esau, anak sulungnya, pakaian yang disimpannya dirumah, lalu disuruhnyalah dikenakan oleh Yakub, anak bungsunya. 27.Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah anaknya. Ketika Iskak mencium bau pakaian Yakub, diberkatilah dia, katanya:”Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN.
Firman Tuhan bukan sekedar karangan Paulus, tetapi Rasul Paulus menulis atas ilham dari Tuhan. Mengapa isteri harus taat (taat secara rohani, bukan taat secara harafiah) adalah karena siapa saja pasti punya kekurangan dan kelemahan. Kekurangan dan kelemahan ini akan menjadi masalah jika masing – masing berada di luar “ kapling atau rel “ yang telah ditentukan. Ibarat rantai sepeda yang sudah tua itu akan menjadi mluntir atau mlengse. Tetapi jika girnya benar pada posisinya niscaya rantai itu kendati sudah tua belum tentu putus. Begitulah mengapa Paulus membuat struktur organisasi keluarga seperti yang dituliskan dalam Efesus 5 : 22 – 23 dan Kolose 3 : 18 – 20. Dan dengan jelas disitu tidak ada pengecualian apapun, termasuk jika suami / istri berdosa atau menyeleweng atau main judi dan sebagainya. Masalahnya maukah isteri / suami mau melihat jauh ke depan atau buru – buru kena provokator kenyataan yang terjadi yang kemudian dipakai untuk landasan final membuat perhitungan (baca menuruti hawa nafsu marah atau balas dendam). Jika kita meneliti kisah tentang Esau dan Yakub, sumber dan asal mula rusaknya keluarga dimulai dari Ribka ibu esau dan Yakub. Ia mengajarkan sesuatu yang tidak baik hanya karena Ribka pilih kasih terhadap anaknya sendiri. Ia lebih mengasihi Yakub dari pada Esau. Bagaimana pada kenyataannya jaman sekarang ? Apakah seorang ibu juga lebih suka pilih kasih ? Pilih kasih sebenarnya hanyalah menuruti emosi cinta, lebih cinta kepada salah satu anaknya. Kelihatannya sepele dan itu masih lumrah, karena jika dilihat dari sudut tipologi kepribadian memang setiap anak mempunyai kedekatan yang berbeda (daya tarik) terhadap suatu tipologi kepribadian tertentu. Sebagai contoh : Jika ibunya memiliki tipologi kepribadian Kholerik, dan kemudian kedua anaknya taruhlah kata misalnya Esau mempunyai tipologi Plegmatig dan kemudian Yakub mempunyai tipologi Sanguin maka Sanguin atau Yakub akan memiliki kedekatan kepribadian lebih dekat kepada Ribka yang Kholerik dibanding dengan Esau yang bertipologi Plegmatig dimana orangnya cuek dan dingin. Sedangkan Sanguin orangnya pandai merayu dan lebih supel hatinya lebih lentur. Disinilah seorang ibu dituntut lebih arif, jangan terpengaruh oleh kepribadian yang menyenangkan atau kurang menyenangkan emosi, tetapi ingatlah semua itu anak kandungnya semua yang harus diberlakukan sama. Jika seorang ibu tidak berfikir tanggung jawab dimasa yang akan datang maka akan mudah tergoda dengan diantaranya kepribadian yang menyenangkan dan tidak menyenangkan ini. Yang akhirnya bertindak seperti Ribka terhadap Esau dan Yakub.
Untuk seorang ibu yang bertanggung jawab kemasa depan terhadap anak-anaknya mesti adil terhadap anak-anaknya, sebab akan merasa bertanggung jawab jika salah satu nanti kelak anaknya tidak sukses. Sehingga mesti berupaya keras agar masing-masing nanti anaknya sama-sama sukses. Bukannya pilih kasih seperti Ribka ini. Selain pilih kasih Ribka juga berarti tidak taat kepada suami, dan justeru menipu Iskak suaminya hanya demi keinginannya lebih menguntungkan Yakub.
Dalam segi pendidikan, ternyata seorang isteri juga lebih berperanan jika dibanding ayahnya. Contohnya juga Ribka dan Iskak. Mengapa lebih berperanan ? Pada umumnya bagaimanapun juga, karena seorang ibu yang menyusui anaknya dengan ASI dan menggendongnya sendiri (yang tidak di asuhkan kepada baby sister) biasanya anak lebih dekat terhadap ibunya jika dibanding dengan ayahnya. Hal ini terpengaruh oleh kedekatannya sejak minum ASI dan digendongnya. Kecuali bagi isteri yang bekerja dan suaminya yang pengangguran, dimana tidak minum ASI tetapi minum susu kaleng, dan tidak digendong oleh ibunya tetapi digendong ayahnya atau pembantu. Dan biasanya anak lebih mudah diarahkan dengan “kedekatan” dan “hasil yang didapat” dari hal kenyamanan. Arti dari hasil kenyamanan adalah sesuatu yang mengenakkan atau membuat enak dan nyaman yaitu memanjakan. Pada umumnya wanita lebih lembut dan lebih sabar dari pria. Wanita lebih banyak cerita, beda dengan bapak yang lebih suka point-point saja apalagi lebih suka memerintah. Berbeda dengan Ibunya yang jika sayang dengan anaknya akan diikuti dengan memanjakannya, tetapi jika ayah yang sayang kepada anaknya biasanya hanya dengan memberi perintah dan petunjuk saja. Masih lagi soal waktu, biasanya ayah bekerja waktunya lebih sedikit dibanding ibu yang tidak bekerja. Oleh karenanya interaksinya lebih banyak dengan ibu dibanding dengan ayah. Apalagi jika yang memasak makanan sehari-hari adalah ibu, jelas yang berkuasa membagi makanan adalah ibunya bukan bapaknya meskipun uangnya dari bapaknya, ini juga mempengaruhi terhadap kedekatan dan ketaatan. Kesemuanya ini membuat seorang ibu lebih menguasai medan jika dibanding dengan ayahnya.
Mengingat seorang anak belum begitu paham tentang kebenaran, dan belum begitu pandai menilai mana yang benar dan mana yang salah, maka anak akan lebih mudah menurut petunjuk ibu dibanding petunjuk dari ayah sebab ibu lebih mendominasi medan.
Jika dilihat dari sini, maka gereja yang konsen terhadap pendidikan dan masa depan jemaatnya, seyogyanya lebih memprioritaskan pendidikan rohani kepada isteri-isteri dibanding kepada suami. Sebab isteri lebih berperanan dibanding suami dalam pendidikan anak.
Dan jika dilihat dari sudut Rohani, bukankah iblis berjalan keliling sama seperti singa mengaum – ngaum mencari mangsa (I Petrus 5 : 8) iblis didalam mencari mangsa tidaklah dalam wujud yang menyeramkan. Iblis akan menyamar berbagai macam samaran bahkan ia menyamar sebagai malaikat terang (2 Kor 2 : 11). Dari sudut inipun seorang isteri lebih memegang kuncinya, minimum memproteksinya lewat doa-doanya dan kelakuannya seperti tertulis dalam Amsal 31 sehingga suaminya tidak mudah tergodai.
SURGA DITELAPAK KAKI IBU
Disekitar wilayah Ampel – Boyolali berkeliaran truk yang bak bagian belakangnya dituliskan “ Surga ditelapak kaki ibu “. Apa maksud penulisan dengan cat dan besar – besar (dengan maksud secara permanent biar selalu dibaca banyak orang yang kebetulan diposisi belakang truk). Saya tidak tahu persis sebab belum pernah menanyakan kepada sopir truk tersebut. Bisanya saya hanya menduga – duga saja.
Kemungkinan besar tulisan itu bermaksud sebagai pesan kepada banyak orang, terutama anak untuk senantiasa menghormati, takut dan taat kepada ibunya jika ingin mendapatkan kebahagiaan (surga).
“ Hai anakku, dengarlah didikan ayahmu, dan jangan menyia – nyiakan ajaran ibumu “.
(Amsal 1 : 8; 6 : 20.)
Kalimat tersebut tertulis dua kali dalam Amsal, berarti kalimat tersebut penting sekali. Sebab muncul lebih dari satu kali. Dalam praktek keseharian ternyata ibu mempunyai kedudukan yang strategis. Khususnya dalam pendidikan terhadap anaknya.
Selain setrategis posisi ibu juga sebagai pemegang kunci.
mari kita amati :
Ayah mengajar kepada anaknya untuk berlaku disiplin dan sopan. Apa hasilnya jika :
a.Ibunya mendukung pengajaran yang diajarkan ayahnya dengan membimbing dan mengarahkan anaknya untuk mengikuti dan melatih anak menjadi disiplin dan sopan. Sesuai yang diajarkan ayahnya.
b.Ibu masa bodoh, tak mau tahu terhadap ajaran ayahnya apa saja dan bagaimana seolah tak mau tahu, ibu cuek saja. Terserah anak mau mengikuti ayahnya atau tidak masa bodoh.
c. Ibu terang – terangan menentang ajaran ayahnya. Ia langsung melontarkan kata – kata didepan anaknya dan ayahnya demikian : bisa ngajar kok tak bisa nglakoni. Dirinya sendiri saja tak disiplin dan tak sopan kok menyuruh anaknya disiplin dan sopan, lakukan sendiri dulu baru ngajari!
d.Ibu secara sengaja atau tak sengaja memberi contoh tidakdisipilin dan tidak sopan terhadap suaminya (ayah). Misalnya mudah membantah dan buang sampah disembarangan atau menaruh barang tidak tertib, contoh menaruh pakaian bekas pakai di tempat sembarangan, tidak menempatkan pakaian bekas pakai tersebut pada tempat yang sudah disediakan misalnya kapstok, makan sambil duduk dilantai sambil bicara-bicara dan nonton TV, tidak dimeja makan yang sudah disediakan. Mana hasil yang paling baik atau paling efektif untuk anak menjadi disiplin dan sopan. apakah ketika ibu berperan seperti ada contoh a ; b;c;atau d ?
Kemudian apa yang dipikirkan anak ketika melihat sikap-sikap ibu dan kemauan – kemauan ayah ketika ibu berlaku seperti contoh a; b;c; dan d ?
Dari keinginan dan sikap 3 oknum komponen situasi (ibu, ayah dan anak) akan menghasilkan situasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Yang paling baik adalah jika ibu mendukung policy ayah, karena dengan ibu mendukung policy ayah minimal tidak akan terjadi beda pendapat atau pertikaian dan rebutan pengaruh antara ayah dan ibu. Dan terjadilah situasi yang lebih baik jika dibanding antara ayah dan ibu beda pendapat. Berarti ibu adalah pemegang kunci.
“ Hai anakku, dengarkanlah ajaran ayahmu,Jangan menyia – nyiakan ajaran ibumu; “
(Amsal 1:8; 6:20)
Mengapa kalimat ini bunyinya seperti itu, Salomo lah yang lebih mengerti, namun kita bisa berhikmat terhadap kalimat :”menyia – nyiakan ajaran ibunya” yang dalam amsal saja sudah muncul dua kali berarti pastilah penting. Tetapi mengapa menyia – nyiakan ajaran ibunya?
Pada zaman dahulu seorang ibu mendapat tempat nomor dua setelah ayah pada bidang ilmu pengetahuan dan bidang kekuasaan. Memang Allah sudah merancang demikian, buktinya dalam phisik perempuan pada umumnya tidak lebih perkasa di banding pria. Apalagi jaman dahulu olah yuda (berperang) adalah sesuatu yang sangat penting. Siapa yang paling perkasa itulah yang banyak beruntung. Jadi karena seorang ibu itu kurang berperan dalam olah yuda atau berperang dimedan laga (kurang menonjol) maka disepelekan. Pada jaman modern sekararang ini ibu masih disepelekan karena kepala rumah tangga adalah ayah. Sayang kemudian di lapangan masih banyak ibu – ibu yang tidak mau menempatkan diri sebagai “ Co Pilot “ yang baik. Padahal seorang ibu memiliki posisi kunci, sebab kenyataannya yang pegang kendali ke dalam adalah ibu, meskipun pimpinan atau policy ada pada ayah sebagai selaku pimpinan rumah tangga memang ayahlah yang punya hak. Tetapi yang menjadi “Dirjen” adalah ibunya “Menteri” hanyalah pimpinan organisasi dan pimpinan politik, yang menjalankan policy dari Menteri adalah Dirjennya (ibu). Kurangnya kesadaran dan pengetahuan oleh ibu – ibu itu sendiri yang membuat ibu – ibu kurang menonjolkan perannya sebagai posisi kunci. Atau jikalau tidak demikian, banyak ibu – ibu yang menyalahgunakan posisi kuncinya untuk kepentingan kedagingan emosi dirinya sendiri bukan untuk kepentingan keluarga. Contohnya manja – manja dan mentang – mentang sebagai isteri yang harus dikasihi suami. Kemudian bertindak sewenang – wenang sebab mengerti jika suami berani menentang berarti akan timbul sesuatu kejadian “yang memalukan”. Dari pada malu sama anak atau malu sama tetangga lebih baik mengalah dan diam menuruti kehendak isteri demikian banyak suami berpikir. Dari pikiran suami yang seperti ini, isteri justru memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk kepentingan emosi dirinya sendiri dengan alasan sebagai kompensasi dari cintanya. Jika tidak demikian bisa juga karena kurangnya pengertian ‘pentingnya’ posisi isteri dalam rumah tangga, khususnya yang ada kaitannya dengan policy suami dan pendidikan anak. Karena kurangnya pengertian ini banyak isteri-isteri menjadi kurang dapat menempatkan diri pada posisi yang benar agar supaya lebih berdaya guna. Apalagi jika ditambah difasilitasi dengan suami yang banyak mengalah, atau suami kalah kaya, atau suami pernah ketahuan oleh isterinya pernah menyeleweng, atau suaminya berkepribadian Plegmatig atau Melankolis yang penampilannya lebih banyak pendiam dan cuek dan tidak ambisius.
Berbagai hal inilah contoh – contoh yang membuat anak menjadi kurang respek terhadap ibu yang kemudian menyia – nyiakan ajaran ibunya. Dan jika anak sudah menyia – nyiakan ajaran ibunya, anak sudah kurang patuh terhadap orang tua khususnya ibu. Akibat hal ini anak terlatih tidak taat kepada sesuatu yang lemah (tidak punya power). Kemudian setelah dewasa, terlatih tidak taat kepada hukum (firman Allah) sebab hukum dan firman Allah powernya abstrak. Tidak langsung kelihatan nyata. Nah sekarang bisa ditebak sendiri, apa akibat seseorang yang tidak taat kepada hukum dan firman Allah. Apakah ia mempunyai banyak peluang disurga ?
Kenyataan cukup banyak orang yang tidak dilatih untuk takut kepada sesuatu yang tidak punya power secara langsung. Terlatihnya hanya takut kepada sesuatu yang punya power dan terlihat menakutkan (sehingga tidak secara langsung mengambil tindakan / menghukum, jika terjadi ketidak taatan).
Dengan demikian ajaran untuk taat (takut, hormat, mengikuti ajaran-ajarannya dari orang tua) kepada ibunya adalah mempunyai makna yang tinggi. Namun demikian tidak kalah pentingnya untuk ibu itu sendiri harus bisa menempatkan diri sebagai orang yang layak diterima ajaran – ajarannya. Seorang ibu untuk bisa memiliki wibawa dan kemampuan agar anak mau menerima ajaran – ajarannya, tidaklah sesuatu yang mudah. Memerlukan banyak persyaratan, terutama dirinya sendiri patuh terhadap Firman Tuhan. Apakah ibu – ibu taat terhadap Firman Tuhan ? (apakah isteri – isteri benar – benar tunduk pada suaminya sesuai ajaran yang tersirat dalam – I Pet 3 : 1)
“ Demikian juga kamu, hai isteri – isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada diantara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isteri. “
(I Pet 3 :1) .
Benang merah dari uraian ini adalah dapat menyetujui apa yang tersirat dalam ungkapan yang dituliskan pada bagian belakang sebuah truk di wilayah Ampel itu, karena terjnyata ungkapan tersebut justru sebenarnya Alkitabiah. Sekarang bagaimana ibu-ibu atau isteri-isteri, sudah sadarkah bahwa kedudukannya sebagai “tulang rusuk” tidak sekedar sebagai penolong secara lahiriah dan harfiah saja? Bahwa kedudukannya sebagi isteri juga sebagai penolong yang lebih luas dan sangat signifikan. Bahkan sebagi salah satu penentu apakah anaknya besok berpeluang menikmati “surga” (dunia) atau kebahagiaan selama masih hidup didunia dan juga surga rohani, artinya surga yang dijanjikan oleh Allah setelah nantinya hari penghakiman tiba. Atau justru ibu – ibu sendiri sebenarnya masih kurang paham bagaimana mekanisme dan mata rantai mendapatkan kebahagiaan sejati selama masih hidup dan kebahagiaan karena mendapat anugerah dari Tuhan berupa boleh masuk dikerajaan surga? Yang pasti kerajaan Surga itu memang anugerah dari Allah melalui karya penebusan Kristus, tetapi ada persyaratannya yang harus dipenuhi yaitu bertobat, tetapi untuk menuju pertobatan ini ayah dan ibu wajib memfasilitasinya agar anak dapat lebih berpeluang mendapatkan anugerah Allah tersebut. Antuk masalah ini akan dibahas tersendiri dalam judul lain.
“ DIMENANGKAN OLEH KELAKUAN ISTERI“
Kelakuan isteri merupakan kunci emas dari segala kunci sebuah keluarga dari anak keturunannya. Isteri boleh punya phisik yang lemah, tidak punya jabatan yang tinggi seperti suami, tidak punya harta kekayaan yang banyak, karena mungkin kebetulan tak punya warisan (karena bukan anaknya orang kaya) tak menjadi profesor (karena tidak sekolah tinggi) tetapi mempunyai senjata yang ampuh yakni kelakuan. Melalui kelakuan isteri akan memenangkan segala peperangan dan kompetisi yang harus dilalui oleh suami dan anak-anaknya.
Dalam pertikain (konflik dengan suami) suami yang sedang terganggu, apakah terganggu karena pekerjaannya yang sedang kacau, atau karena kesalahan suami sendiri kecantol WIL atau sebab apa saja yang akhirnya suami menjadi sensitive dan mudah marah. Kemudian cari gara – gara dengan isteri Karena ia sensitive. Jika kelakuan isteri tidak mendukung (dalam posisi rohaninya baik dan taat pada firman Tuhan) kemungkinan isteri akan melayani kemarahan suami dengan alasan isteri tidak merasa bersalah mengapa di cari – cari kesalahanya. Maka terjadilah konflik yang sebenarnya tidak diharapkan oleh semua pihak. Tetapi kebalikannya jika isteri dalam posisi taat pada firman Allah, ia akan mengetahui bahwa posisinya harus tunduk pada suami. Dan kemudian akan menangkap (punya filing) bahwa suaminya sedang terganggu emosinya. Apakah terganggu oleh sebab pekerjaan yang begitu berat dan melelahkan atau oleh sebab lain, maka jawaban – jawaban yang diberikan kepada suami yang sedang sensituf atau sikap isteri dalam menanggapinya akan di tata sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan konflik. Karena dengan rela hati mau mengalah kepada suami kendati dirinya tidak salah.
Tetapi jika isteri tidak taat pada firman Allah maka ia akan melawan habis – habisan terhadap suami ketika isteri tersinggung sebab merasa tidak salah dan tidak mau mengalah. Nah dalam posisi seperti ini dimana isteri kelakuannya menjadi orang yang tak terkendali dan malah menjadi mudah tersinggung. Suami dalam posisi terganggu atau tidak terganggu namanya isteri mudah tersinggung, niscaya perselisiahan suami dengan isteri akan sering terjadi, jika posisi menjadi seperti ini apakah ada “surga” didalam rumah tangganya? Sebenarnya meskipun dalam posisi suami yang sedang dalam keadaan “sakit emosi “ isteri masih mempunyai senjata berupa peredam yang sangat efektif, apalagi suami dalam posisi normal baik – baik. Peredam itu adalah senyum ramah yang mempesona hati suami.
BEDA PENDAPAT.
Dalam posisi suami isteri terlibat beda pendapat. Diambil contoh beda pendapat dalam memilihkan tempat studi bagi anaknya yang akan sekolah dijenjang yang baru. Taruhlah kata berhubung dengan suami yang punya jangkauan luas pandangan dan pergaulan. Suami bermaksud menyekolahkan anaknya ditempat yang menurut teori akan menguntungkan dalam hal masa depan. Sekolahnya faforit, pergaulan alumninya bagus – bagus, suami memilih anaknya supaya di sekolah ditempat ini adalah bermaksud agar kelak kemudian hari anaknya punya pergaulan yang luas yang diharapkan akan dapat memberi konstribusi pergaluan besuknya. Menurut suami, pergaulan yang luas apalagi dengan banyak orang yang sukses dari para alumni sekolahan ini, maka akan sangat mendukung jika dibanding dengan tempat studi yang alumninya orang – orang yang sederhana dan kurang cakupan yang luas. Karena menurut suami ijasah tanpa didukung dengan relasi atau hubungan akan kurang berarti. Berbeda dengan pikiran isterinya. Berhubung anak ini anak perempuan apalagi ekonominya masih “Senin Kemis” mbok sudah di sekolahkan saja di sekolahan yang dekat, apalagi biayanya cukup murah sehingga tidak terlalu menjadi beban. Menurut isteri ijasah kan sama saja harganya. Buktinya Pemerintah tidak membedakan gajinya dulu dari sekolahan mana, pokoknya jika dari SI mendapat golongan IIIA, apakah ia lulusan UI, lulusan USM atau lulusan Oxsford Inggris. Dalam posisi seperti ini jika isteri tidak dalam posisi taat pada firman Allah, akan memicu adanya tarik menarik pengaruh. Kemudian memicu adanya konflik suami isteri dari sebab beda pendapat.
Jika terjadi konflik apa akibatnya terhadap pendidikan anak ? Apalagi melalui hal ini isteri terkesan oleh anak – anaknya bahwa ibunya tidak menghormati ayahnya. Apakah anak tidak ikut – ikutan tidak menghormati ayahnya, dan juga terhadap suaminya besok dikelak kemudian hari ? Apakah ibu mampu memberi tauladan yang baik terhadap anaknya tentang kehidupan antara isteri terhadap suami? Jika kelakuannya seperti ini ? Kelakuan ibunya akan ditiru anaknya perempuan tersebut. Pepatah mengatakan bahwa pohon dikenal dari buahnya, dan buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Selain itu pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Dalam hal seperti ini perilaku isteri sangat signifikan, karena tidak baik jika tindakannya hanya berdasarkan bahwa pendapatnya yang benar, tetapi juga harus memperhitungkan akibat / ekses berrantai dari tindakannya yang akan diambil khususnya dalam hubungannya dengan tauladan dan pendidikan anaknya.
.“ Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.”
(Mat 7 : 17).
Kelakuan seorang ibu yang akan kita soroti disini tidak hanya menyangkut pada hal – hal yang besar – besar saja, misalnya berzinah, mencuri dsb. Tetapi justru hal – hal yang kelihatannya sepele tetapi berdaya seperti ragi. Ragi kelihatannya sepele, namun mampu mengubah keadaan seluruh adonan. Rasanya akan menjadi berubah total hanya karena dengan sedikit ragi, yaiitu ketela pohong (singkong) sebakul akan berubah menjadi tape singkong yang enak, hanya dengan sepringkil (beberapa butir) ragi yang dapat mengubah seluruh singkong itu meskipun raginya sangat sedikit. Begitu jugalah kelakuan ibu bisa mengubah segala keadaan situasi dan kondisi sekalipun meskipun kelihatannya secara somatic tak berdaya. Contoh sepele :
a) Ibu suka makan sambil jalan-jalan atau makan tidak di meja makan, melainkan sambil di dapur tempat memasak ia makan dengan piring di pegang (tidak diletakkan di atas meja atau di songgo).
b) Ibu suka memotong pembicaraan sambil menunjukkan bahwa ia superior serta merasa lebih banyak mengerti dan sok pinter
c) Ibu terlalu relak, baik ketika duduk di rumah, duduknya tidak sopan dan tidak santun, bicaranya juga tidak santun, menaruh barang di sebarabng tempat terutama seusai bepergian dll.
Bagaimana anak – anaknya yang masih kecil ? akan meniru ayahnya yang jarang ketemu sebab tiap hari bekerja atau meniru ibunya yang lebih banyak bergaul dengan anaknya di rumah ? dalam pada ini seorang ibu secara langsung tanpa sadar telah memberi contoh yang buruk, bagi anak – anaknya yang masih kecil. Bahkan
tak memberi contoh yang baik, melainkan tanpa sadar ibu telah mengajari atau memberi contoh hal – hal yang tidak baik dan nantinya akan ditiru oleh anak – anaknya.
Dari berbagai contoh dan kajian tersebut diatas jelaslah seorang ibu betul – betul memegang kunci “surga”. Kunci yang pertama = menjadi stabilisator dan dinamisator situasi dan kondisi keluarga.
Kunci kedua = menjadi fasilisator dan regulator bagi pendidikan anak – anaknya melalui tauladan penguasaan diri dan kedisiplinan. Apakah ada orang sukses tanpa penguasaan diri dan tanpa kedisiplinan ? melalui ketaatan dan sopan santun, hormat menghormati. Jika isteri sudah tidak menaruh hormat bagi suaminya, bagaimana dengan anak-anaknya ?
PENYESUAIAN DIRI
Seorang ibu tengah baya, datang berkonsultasi kepada saya dan mengaku sudah 1 tahun dibiarkan oleh suaminya (tidak dijamah), tetapi tidak dicerai. Dari hasil penelusuran mengapa ini terjadi pada ibu ini karena ada beberapa unsur penyebab.
Penyebab pertama : suami tidak berdaya menghadapi orang tuanya sendiri (mertua bagi sang isteri) karena menghadapi orang tuanya yang meminta supaya isterinya dicerai saja.
Penyebab yang kedua: Mengapa permintaan dan tekanan ini dilakukan oleh orang tuanya laki-laki terhadap anaknya kerena isterinya yaitu menantunya bentrok dengan mertua.
Penyebab ketiga : Mengapa sampai mertua si ibu ini minta dan menekan anaknya laki-laki supaya menceraikan. Karena isteri atau menantunya perempuan ini tak mampu mengikuti budaya mertuanya yang masih berdarah biru. Mertua merasa punya nilai lebih dari masyarakat umum, sehingga ia lebih angkuh, termasuk angkuh terhadap menantu perempuannya. Titik persoalannya ada pada latar belakang isteri yang berlatar belakang dari masyarakat biasa yang kebetulan moderat. Sehingga tidak terlatih dengan memiliki tata cara keraton (darah biru) terutama dalam lingkungan sopan santun kehidupan sehari-hari yang senantiasa diselimuti dengan gaya sopan-santun tersendiri, dimana banyak hal harus mengikuti kaidah – kaidah tertentu misalnya dalam berbicara, dalam menyampaikan pendapat, dalam menanggapi sesuatu dan lain-lain. Apakah kaidah – kaidah ini dicari-cari karena iri hati terhadap menantunya perempuan atau memang sudah melekat pada keluarga ini sehingga tidak bisa menerima gaya hidup dan sopan santun orang jaman sekarang. Apapun alasannya, menantu tetap yang kurang bisa menempatkan diri, mengingat menantu adalah pendatang. Bahasa jawa mengatakan menantu yang pendatang adalah “ kalah awu “. Artinya kalah mampan dan kalah senior. Seharusnya tahu diri dan mau mengikuti budaya mertua dan menyesuaikan diri. Persoalannya disini ada dua, yakni tak waspada bahwa biasanya mertua perempuan iri hati dengan menantu perempuan, dan yang kemudian si menantu ini kurang mau rendah hati atau tidak mau mengalah terhadap mertuanya.
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu ditanah yang diberikan Tuhan, Allahmu kepadamu”.
(Ulangan 5:16)
Meskipun ini cuma mertua, namun kan disebut ayah dan ibu. Akan lebih berkualitas menghormatinya secara tulus. Tuhan akan menyaksikan dan mencatat. Setidak – tidaknya berbentuk cuma retorika belaka (biar menyenangkan hati saja).
Jika hal ini dapat dilakukan maka suami punya point untuk
membela isterinya. Apalagi Tuhan mencatat, dan berkuasa mengubah hati mertua yang ganas dan iri hati menjadi belas kasihan. Tetapi mengapa suaminya tidak bisa berkutik membela mati-matian terhadap isterinya, padahal anaknya sudah besar-besar. Secara logika seharusnya pembelaan ini dilakukan, tetapi mengapa tidak berarti isterinya yang dahulu dicintainya itu pasti ada kesalahan yang signifikan sehingga mampu melunturkan gairah cintanya.
“Sebab barang siapa yang kamu ampuni kesalahannya, Aku mengampuni, - seandainya ada yang harus Ku ampuni – maka hal itu Ku buat oleh karena kamu dihadapan Kristus. 11 supaya iblis jangan berolih keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya”.
(II Kor 2:10, 11)
Seandainya menantu yang benar, dan mertua yang salah dan kemudian menantu mau mengampuni, meskipun mertua tidak mengucap ia salah dan minta ampun maka :
a. Iblis tidak memperoleh keuntungan
b. Mengubah sikap menantu lebih netral kepada mertua. Tidak bersikap memusuhi, sebab seandainya dalam memusuhi mertua tersebut meskipun secara sembunyi – sembunyi toh tetap akan terasa oleh mertua. Hal inilah yang membuat mertua semakin benci terhadap kehadiarannya menantu.
c. Menantu perempuan tidak menghindarkan kuwajiban utama terhadap suami, yaitu berbuat sedemikian rupa suaminya tetap bergairah cinta kepadanya, maka suami akan mati-matian membela isterinya oleh sebab anaknya sudah besar-besar.
Penyebab yang ke dua :
“ Bersuka citalah dengan orang yang bersuka cita dan menangislah dengan orang yang menangis”.
(Rom 12:15)
Artinya, meskipun kita tidak dalam keadaan susah (menangis), namun menunjukkan empati kita ; yakni ikut merasakan perasaan susah yang dirasakan orang lain. Bukannya seolah dalam hatinya mengatakan : darah biru kan kamu, aku kan tidak mau ikut-ikutan menjadi darah biru. Singkatnya kata jika mau menyesuaikan diri keluarga mertua yang merasa masih keluarga berdarah biru (ningrat) memiliki budaya – budaya yang sebenarnya tidak cocok lagi dengan jaman modern, sehingga ia tetap veodal. Yang veodal biar mertuanya saja tetapi menantu harus menyesuaikan diri karena sebagai pendatang yang harus mengikuti situasi dan kondisi yang lebih kuat dan jangan menentang secara terang-terangan, persoalan tidak cocok itu urusan diri sendiri nanti jika dirumah sendiri atau minimal jika tidak sedang kontak muka (ketemu) dengan mertua. Apalagi berani berkata secara terbuka bahwa ia tak cocok dengan budaya darah biru tersebut. Jika menantu bisa mengikuti menyesuaikan diri niscaya suami punya satu point lagi untuk berbicara pada ibunya untuk membela isterinya, apalagi anaknya telah dewasa karena telah kuliah. Terlebih juga nanti ibunya (mertuanya) akan menaruh kasihan meskipun iri hati atau karena sebab lain karena bagaimana juga ibu mertua ini harus mengakui bahwa anak-anaknya dari ibu ini adalah cucu-cucunya juga. Jadi sang isteri seharusnya mengikuti sebisa mungkin dengan darah biru tersebut meskipun hanya retroika atau lamis - lamis saja dan hanya untuk selama berkumpul saja asal tidak diminta pindah agama, jadi harus bisa membedakan mana yang cuma budaya dan mana yang menyangkut iman kepercayaan kepada Tuhan. Biasanya orang tua akan lebih berkenan jika merasa dihormati dan disanjung, kebalikannya ia akan marah jika merasa ditentang atau diremehkan.
Bagi suaminya sendiri juga akan lebih respek pada isteri sebab isteri mampu beradaptasi dengan lingkungan. Karena respeknya ini mertua tak akan mampu mem veto hubungannya dengan suami. Seandainya mertua tetap ngotot minta anaknya menceraikan, permintaan ini tidak akan efektif. Apalagi anaknya sudah besar – besar (18 tahun). Harus timbul pertanyaan mengapa sampai bertahan 20 tahun ? kuncinya adalah pada rendah hati dari sang menantu. Karena kurangnya rendah hati ini menjadi sumber masalah – masalah berikutnya. Sebab iblis berkesempatan mengambil keuntungan.
Keuntungan yang diambil iblis diantaranya :
a. Ibu ini tergoda menyimpan akar kepahitan berupa benci dan tak hormat kepada mertua. Akibat beruntun dari hal ini adalah hubungan menantu dan mertua menjadi kurang sehat. Selalu dicari – cari kan gara – gara. Nah jika sudah dicarikan gara – gara apa jadinya? Situasi kerap kali tidak enak dan tidak ada damai sejahtera.
b. Menantu mudah emosional, minimum kurang patuh dan tulus. Sikap yang demikian jelas menciptakan suasana yang merugikan diri sendiri, sebab cenderung ingin mengikuti hawa nafsu. Sadar atau tak sadar suasana yang demikian memicu masalah – masalah yang berikutnya. Hal semacam ini biasanya disebabkan oleh keras kepalanya sang menantu perempuan yang mentang-mentang (tadinya) suaminya jatuh cinta kepadanya. Dan sekarang setelah bertambah tua ketika gairah seksi yang dimilikinya sudah luntur, maka ketika iblis masuk lunturlah pula cintanya suami kepada dirinya.
c. Suami menjadi kehilangan point untuk membela secara mati – matian. Ibarat orang berjalan, kakinya yang satu pincang bagaimana bisa menghadapi situasi yang sulit, padahal tanpa mertua turut campur bikin masalah, masalah – masalah yang lain pasti ada. Sayang ibu ini bukan orang Kristen yang karismatik. Seandainya ia seorang karismatik akan mempunyai kekuatan ekstra yakni Roh Tuhan untuk memberi kekuatan dan ikut campur tangan. Karena doa – doa yang bersama – sama di panjatkan hanya di hayati sebatas nalar. tidak masuk di hati dengan sungguh – sungguh. Doa dinaikkan seolah – olah hanya sebatas percaya bahwa Tuhan itu kuasa, hanya sebatas telah memenuhi kewajibannya untuk minta (berdoa) jadi sepertinya ketika berdoa, doanya hanyalah sebagai prasyarat untuk dapatnya terpenuhi keinginan dalam pikirannya saja.. Akan beda dengan orang yang karismatik. Orang yang karismatik percaya bahwa kuasa doa memiliki kekuatan. Kekuatan untuk memberi kekuatan dan mengubahkan situasi dan kondisi sesuatu yang diluar jangkauan akal sehat kita. Karena doa mempunyai kekuatan gaib dari Tuhan sebagai manifestasi dari kepercayaannya bahwa doa punya otoritas dari Allah jika Allah berkenan mendengar dan mengabulkannya.
Hal – hal yang sebenarnya tak masuk diakal (benci) bisa saja berubah menjadi mendukung dengan apa yang kita inginkan (bukan dengan kekuatan sendiri). Kekuatan sendiri berupa upaya dan nalar (pengetahuan) yang tetap dilakukan. Namun ditopang dengan kekuatan yang tak kelihatan yang mampu merubah kondisi dan situasi. Bisa saja akal dan nalar dan kekuatan kita hebat, namun jika situasi dan kondisi tak mendukung mau apa, akan menjadi ibarat mobil mesin turbo tetapi bannya kempes.
Saudara yang kekasih dalam Tuhan, dari beberapa kasus yang beraneka ragam yang telah saya kemukakan diatas jelaslah memberi pengertian bahwa seorang isteri ternyata menjadi kunci “surga” dalam sebuah keluarga. Mengapa demikian ? Karena ibarat tepuk tangan, akan bisa dilakukan jika kedua telapak tangan memberi keseimbangan untuk melakukan tepuk tangan. Dan jika salah satu telapak tangan tidak mengimbangi atau pasif maka tepuk tangan tersebut tak akan dapat dilakukan. Sebuah keluarga atau suami – isteri juga seperti orang melakukan tepuk tangan. Oleh karena itu dalam penciptaan Allah mengatakan : Akan Kubuatkan penolong bagimu. Tidak baik seorang diri. Kata “penolong” haruslah diamati dengan teliti. Berarti tidak akan ada seorang laki-laki yang tidak akan membutuhkan pertolongan seorang perempuan yaitu tulang rusuknya sendiri. Jadi pasti seorang laki-laki membutuhkan pertolongan dari tulang rusuknya, karena Allah memang sudah mendisain demikian. Dalam kehidupan nyata sehari-hari dalam kasus orang memerlukan pertolongan, siapakah yang pada waktu terjadi penolongan yang harus lebih terampil yang harus lebih sehat yang harus lebih kuat dan sebagainya ? Pastilah yang menolong bukan ? Namun kenyataannya bagaimana ? Apa yang dipersiapkan oleh kaum Hawa ? Apa yang dipersiapkan oleh pihak gereja untuk menolong umatnya dalam rangka menyelamatkan umatnya dari terkaman iblis ? Bukankah seharusnya kaum Hawa memiliki kualitas rohani dan ketrampilan sosial yang lebih ? Bahkan jika termasuk harus memegang ekonomi dapur seorang Hawa sebaiknya juga memiliki ketrampilan ekonomi meskipun minimal ekonomi dapur ? Banyak contoh keluarga korat-karit dan suaminya menjadi kedodoran hanya karena sang isteri tak memiliki kemampuan mengatur ekonomi dapur. Sehingga “gawangya jebol terus” meskipun didrop dana terus menerus. Berikut beberapa point yang seyogyanya diketahui oleh seorang isteri untuk mendampingi suami dan mengasuh anak dan merawat mertuanya.
MASALAH ROMANTISME
Oleh karena itu, suami dan isteri dan romantisme dirumah harus selalu terjagai, demi suami tidak mudah “jajan” diluar karena merasa bosan makan dirumah. Berikut tip dari Luciene Lanson dalam bukunya Dari Wanita ke Wanita :
a. Adanya KB (Keluarga berencana) adalah untuk mencegah adanya kehamilan meskipun melakukan hubungan seks. Untuk apa susah-susah ber KB jika hubungan seks hanya melulu untuk hamil. Tentunya cukup dengan tidak usah melakukan hubungan tempat tidur saja sudah akan selesai.
b. Adanya polygamy, khususnya bagi mereka yang telah mempunyai keturunan secara lengkap. Artinya anak putra maupun putri berserta jumlah yang diidam-idamkan telah terpenuhi, namun masih melakukan polygamy / polyandry.
c. Adanya perlakun ekstra marital, untuk apa melakukan hubungan perselingkuhan bila anak yang merupakan satu -satunya harapan telah terpenuhi.
d. Untuk apa melakukan tata boga dan raga misalnya fitness, senam seks dan sebagainya. Apabila keturunan juga sudah didapat. Bukannya tubuh kendor, penampilan sronok tidak membatalkan dan tidak menghalangi adanya kehamilan?
e. Obat-obatan dan jamu-jamuan bagi orang normal (bukan bagi orang sakit atau kelainan) yang ditujukan untuk kepentingan hubungan tempat tidur, bila tanpa obat-obatan dan jamu-jamuan tersebut sebenarnya kehamilan tidak juga terhalangi (TT.165)
f. Jangan lupa bahwa gairah seksual adalah merupakan tahapan emosi. Oleh karenanya sesuaikan emosi anda , artinya jangan pasif, melainkan pro aktiflah dalam bercumbu.
e. Bila suami dalam posisi lemah atau letih, demi untuk bisa orgasme, perlu melakukan posisi istri beada di atas, hal ini akan lebih membantu pengendalian orgasme.
Karena dalam posisi demikian suami lebih tahan dibanding bila posisi suami ada diatas.
f. Upayakan jangan terlalu lama puasa tidak bersanggama, karena dapat membuat vagina sempit dan mongering. Bila demikian maka perlu dibuat pembasahan alami. Supaya vagina tidak luka yang dapat menyebabkan kanker atau suami keburu “keluar” terlebih dahulu sebelum mampu menimbulkan kenikmatan.
g. Rasa takut juga akan membuat virgit dan menyempitnya vagina, hal ini akan merugikan dan rasanya sakit jika bersanggama.
h. Bila wanita sering sakit perut, pinggul, dan sakit pada punggung hal ini adalah merupakan tanda-tanda kurang banyak bersanggama tidak mencapai orgasme.
(lanson 216-232)
Menambah pengetahuan sangatlah penting bagi setiap orang yang mendambakan kenyamanan lebih dalam menikmati kehidupannya . Ibarat orang menempuh perjalanan, akan lebih aman dan nyaman jika telah mengerti peta dan mengenali medan (situasi) jalan yang akan dilaluinya. Inilah pengetahuan.
125
1 Untuk dapat memuaskan suami, perlu mengadakan latiahan otot secara berkala, yaitu supaya otot kegel dapat membantu orgasme. Caranya rentangkan kaki dan bayangkan seolah-olah anda menyedot dan melepas melalui vagina. Latihan ini dapat dengan duduk dikursi, sambil bekerja biasa. Kegunaannya adalah dinding vagina menjadi lentur dan peka terhadap buah zakar yang masuk. Latihan ini akan sangat bagus jika telah dilakukan jauh sebelum menopause. (Scheuneman.194.43)
2.Jangan Anggap Remeh Godaan Dari Luar
Godaan dari luar tidak bisa ditanggulangi dengan kalimat ‘yang penting imannya kuat’, banyak terjadi orang-orang yang secara nalar Manusia semestinya memiliki Iman Yang Kuat (Ustad,Pendeta,Pastur), namun nyatanya tergoda dan jatuh lewat seks. Fakta kenyataan ini harus dipakai sebagai “pematahan” terhadap anggapan bahwa iman yang kuat dapat terbebas dari godaan ekstra marital. Tuhan tidak mengajarkan demikian. Apalagi iman tanpa perbuatan adalah tong kosong, perbuatan disini perlu digaris bawahi. Arti dari kata perbuatan disini adalah tindakan yang nyata, Bagaimana suami tidak berfikir jika teman-teman selalu mengolok-olok bahwa isterinya gembrot, tidak seksi dan lain-lain yang diikuti oleh “iklan” yang menggiurkan enaknya perempuan yang seksi dan tampil ramping bagaikan penari ballet yang sangat enak dan lincah untuk berbagai bentuk covigurasi! Terlebih jika benar-benar telah disediaakan oleh orang-orang tertentu yang memang disekenario oleh iblis!
Bayangkan setebal apa iman suamimu menghadapi godaan semacam ini ! Belum lagi mereka jauh lebih muda dan gratis, apalagi dengan adanya hadiah (suap) dari rekanan kontraktor. Disinilah pentingnya isteri harus mampu menandingi kehebatan “hidangan” yang sengaja disuguhkan oleh para rekanan dari para kontraktor (rekan bisnis). Disamping bertaqwa dan minta perlindungan Tuhan dengan doa, tindakan nyata mengikuti senam, menjaga penampilan, menjaga berat badan,menambah pengetahuan dan mengadakan convigurasi-convigurasi berbagai stand adalah sangat perlu. Sehingga godaan dari luar dan teman sekeliling suami, tidak menjadikan goyah suami sebab isterinya sanggup diajak kompetisi dan lebih hebat. Sifat malas atau malu melangkah, oleh isteri-isteri inilah yang memberi peluang kepada iblis masuk ke pikiran suami terhadap WIL. Apalagi isteri tidak seksi dan ramah ketika suami dirumah, dengan alasan suami imannya kuat. Suaminya imannya kuat atau malas? Tampil seksi dan cantik jika berpergian sendirian, yang justru mengundang iblis masuk “mendampinginya” Suami tatkala dirumah janganlah disuguhi dengan penampilan yang sronok alakadarnya saja, apalagi ketika suami di rumah mukanya di masker seperti nini towok, menunjukan bahwa tanpa sadar justru seolah isteri lebih mementingkan orang lain dari pada suaminya sendiri. Buatlah suami menjadi kagum dan bangga terhadap isteri, bahwa tidak kalah dengan “hidangan” yang dihidangkan oleh para rekanan, dan dijamin tidak kotor serta terbebas dari AIDS. Begitu pula bagi suami, janganlah dirumah isinya hanya menunjukkan “bahwa akulah raja” yang berkuasa atas diri isteri, menampilkan diri sebagai “penjajah” dan superior apalagi diktatktor. Tindakan semacam ini akan memunculkan keinginan pertahanan diri berupa “fakta” aku tidak bisa dan tidak mau dijajah dan diperintah dengan berbagai aspeknya. Bisa dengan pelarian kepada PIL atau tindakan perlawanan langsung berupa konfrontasi terselubung dalam interaksi sehari-hari. Dan membuatnya suasana tidak nyaman. Tetapi tunjukkanlah bahwa suami adalah ‘patner’ dalam segala bidang bagi isteri. Patner untuk “bermain”, patner untuk menyelesaikan persoalan, patner dalam curhat,patner dalam mengasuh anak-anaknya, patner dalam beraktualisasi diri dan sebagainya. Serlain patner juga pelindung yang setia, selain pelindung yang setia juga pimpinan yang mengerti anak buah, bukan pimpinan yang diktaktor, juga seorang guru. Sehingga jaman dulu suami juga disebut guru laki.
KESADARAN
Fakta dalam kehidupan berumah tangga adalah bagaikan perjalanan mengarungi lautan luas yang tidak mempunyai peta laut, tetapi hanya memiliki kompas dan peta dunia. Artinya terlalu banyak hal yang harus dihadapi tanpa bisa memperkirakan dan memprediksinya lebih dahulu. Bisa jadi akan menjumpai badai yang dahsyat, tetapi bisa juga akan beruntung yang dihadapi hanyalah gelombang biasa bukan badai yang dahsyat.
Oleh karena itu bagi yang telah mengerti akan mempersiapkan diri sebaik mungkin, tetapi yang belum mengerti akan mengikuti arus apa nanti yang terjadi terserah nanti, sehingga akibatnya bisa terjadi kawin cerai tidak hanya satu kali, tetapi beberapa kali seperti yang dialami oleh sebagian artis-artis. Sebenarnya jika mereka yang kawin cerai tersebut jika ditanya, ia akan menjawab ia sendiri tidak menghendaki terjadi kawin cerai apalagi lebih dari satu kali. Tetapi karena “terpaksa” ya apa boleh buat. Itulah sebabnya buku ini ditulis agar memberikan wacana dan wawasan yang lebih, untuk mendekati mengerti “peta lautan” yang akan di raungi itu seperti apa.
Orang tua biasanya mengantisipasi dari ketidak mengertian dahsyatnya lautan yang harus dilalui ini dengan menghitung-hari pernikahan dengan teliti, karena tak mampu mengerti secara akal, maka menempuh jalan secara mistis. Karena menganggap tahun, bulan dan hari ada korelasinya dengan keselamatan dan kebahagiaan pernikahan. Yang ingin saya ungkapkan disini adalah adanya pengakuan bahwa mengarungi perjalanan hidup dalam pernikahan itu banyak misteri yang tak dapat dipecahkan sebelumnya. Menurut ilmuwan yang juga rohaniawan, ada sebagian yang dapat membantu mengungkap kemisteriusan “lautan pernikahan” tersebut yang sebagian telah kami paparkan sebelum tulisan ini.
· Kepribadian antara suami dengan isteri itu tidak sama (dari berbagai sudut) Dan ternyata dibalik ketidak samaan ini Tuhan telah mendisain sedemikian rupa agar ketidak samaannya ini dapat dipakai untuk “merangkai” suatu perjodohan. Jika kita melihat suatu beton konstruksi, dimana beton tersebut terdiri dari batu kerikil + pasir (yang sebenarnya sejenis dengan batu kerikil, bedanya hanya dimensinya saja) + pc yaitu yang disebut perekat + air. Jika beton tersebut tidak terdiri dari pasir dan kerikil, melainkan kerikil semua, maka beton akan keropos (ada lobang-lobang kecil) sehingga tidak kokoh. Demikian pula suami dan isteri karakteristiknya sama yaitu sama-sama batu, tetapi dimensinya berbeda yang satu “batu” dan yang satunya lagi “kerikil”. Bagi yang mampu memanfaatkan membedakan antara “batu kerikil” dengan (batu) “pasir” dan kemudian menyusunnya dengan tepat akan membuat kokohnya hubungan suami dengan isteri.
Berbahagialah yang mempunyai seorang Isteri
yang cakap melebihi permata harganya .
Amsal 31:10
[1]) Garis bawah oleh penulis, sebagai penekanan