Kamis, 29 November 2007

PRAKATA

Syaloom........
Lagi aku melihat dibawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik, karena waktu dan nasib dialami mereka semua”
Pengkotbah 9:11


Sudah merupakan suatu kebiasaan, bahwa pada setiap pintu masuk rumah biasanya di taruh keset. Maksudnya adalah siapapun yang berasal dari luar rumah yang akan masuk ke rumah, terlebih dahulu bisa keset. Agar barang kali ada kotoran yang melekat pada alas kaki tidak terbawa masuk. Sehingga tidak mengotori lantai dalam rumah. Pada umumnya lagi, bahan keset dibuat dari bahan yang murah, bukan dari barang yang mewah. Artinya sebenarnya barang tersebut sebelum di jadikan keset, tidaklah berharga. Tetapi nyatanya setelah menjadi keset, ternyata menjadi sangat berguna.

Filsafat inilah yang mengilhami penulis untuk berani tampil di internet, yang memungkinkan bisa dibaca oleh orang seluruh dunia tanpa adanya pengaruh intimidasi (netral). Karena Penulis merasa bukan seorang pendeta apalagi seorang pendeta yang kenamaan. Juga bukan seorang ahli teologia. Tetapi adalah seorang “kaum awam” atau jemaat biasa yang tidak mempunyai jabatan apa-apa di Gereja. Penulis menyadari dan mengerti mengapa tidak mendapatkan tugas pelayanan di Gereja. Yakni karena penulis adalah seorang pebisnis yang telah beberapa tahun mengalami kebangkrutan sehingga harus hidup sengsara dan menderita selama kurun waktu yang lama. Setelah puluhan tahun di ijinkan mengalami sukses ekonomi. Begitu juga soal kehidupan ke sucian, penulis mengakui pernah menjadi orang berdosa yang tak mampu menjaga kebersihan tempat tidur alias pernah jadi orang rusak, jadi bukan orang yang bersih seperti kebanyakan pak Pendeta dan pak Majelis. Sehingga meskipun dari atas mimbar pak Pendeta selalu mengundang jemaat untuk aktif melayani di Gereja, tetapi barangkali penulis dianggap tidak layak melayani karena tidak kaya dan tidak akan bisa di suruh-suruh berhubung sudah tua.

Namun karena dorongan Roh Kudus, maka penulis meberanikan diri menulis tentang Firman Tuhan yang di sajikan secara terbuka. Bukankah Rasul Paulus dan Petrus juga tidak kaya? Dengan maksud pelayanan penulis bisa menjadi lengan kepanjangan dari tugas pelayanan yang langsung Tuhan pimpin sendiri. Bukan untuk menarik jemaat dari jemaat di Gereja Bapak agar menjadi jemaat penulis, karena penulis bukanlah Pendeta yang memimpin Gereja.
Jika bahan keset yang mestinya dibuang, tetapi bisa menjadi keset yang berguna, jika kain aval dan kain gombal yang mestinya dibuang, tetapi ternyata sangat berguna bagi para montir untuk membersihkan olie yang nempel, jika kacungnya Nabi Elisa perkataannya bisa menjadi berkat bagi Jendral Naaman, siapa tau penulis juga menjadi berkat bagi banyak orang.
Apalagi jangkauan pelayanan sesuai dengan apa yang dikatakan Yesus, adalah orang-orang yang belum benar, orang-orang yang berdosa, orang-orang yang rusak pokoknya bukan orang alim atau orang yang saleh. Yaitu yang memerlukan tabib adalah orang yang sakit, bukan orang yang sehat.

Kebetulan pengalaman penulis sebagai pebisnis yang kebetulan juga pernah di ijinkan Tuhan bergaul (pernah) dengan orang klas atas (ketika sukses), dan juga pernah bergaul dengan orang gembel atau akar rumput (ketika di hajar Tuhan).
Semoga pengalaman penulis ini bisa masuk kepada mereka yang cara berfikirnya tidak se alur atau se frekwensi dengan alam pikiran Pendeta atau Rohaniawan yang belum pernah hidup kotor dan berdosa. Karena latar belakang mereka (orang-orang yang membutuhkan pelayanan) kebanyakan adalah karena adanya dorongan untuk mencukupi suatu kebutuhan. Harapan mereka masuk ke Gereja akan mendapatkan penyelesaian atau petunjuk sesuai dengan logikanya. Dan sebagian dari mereka berharap akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan (ada yang berharap mendapat penyelesaian secara instant).
Padahal konseling yang harus diberikan kepadanya adalah penyelesaian berdasarkan Firman Tuhan yang pada umumnya bertolak belakang dengan logika mereka, dan belum tentu hasilnya instant seperti yang mereka harapkan. Karena mujizat dari Tuhan, kapan datangnya dan dalam bentuk apa adalah tergantung Tuhan sendiri, manusia tak dapat menyelami pikiran Tuhan.

Tidak terjawabnya apa yang menjadi pertanyaan jemaat inilah yang membuat fenomena pindah-pindah gereja dengan berbagai alasan. Ada yang menginginkan mendapat filsafat hidup bagaimana sebenarnya hidup bersama Tuhan, ada yang alasannya memburu mujizat, ada yang memburu pemulihan secara instant, ada yang memburu ganti relasi, ada yang memburu menjadi penjilat orang terkenal, ada yang memburu numpang terkenal dan banyak lagi alasan. Dan semua apa saja alasan pindah-pindah Gereja ini haruslah diluruskan, sehingga mereka mendapat kelegaan yang berasal dari Tuhan dan tidak terperosok kepada ajaran-ajaran guru palsu.

Mengingat tangan pak Pendeta hanya dua, kakinya juga hanya dua, artinya pak Pendeta juga punya keterbatasan, maka mustahillah bisa menjangkau semua kebutuhan (spiritual dan pengetahuan) dari jemaatnya. Belum lagi jika pak pendeta usianya lebih muda dari jemaat, dan sejak lulus SMA langsung sekolah Teologia dan langsung ditahbiskan menjadi Pendeta setelah lulus Sekolah Teologia. Pastilah pak Pendeta tersebut bukan orang rusak, karena sejak SMA pergaulannya sudah selalu bergaul dengan orang-orang saleh, baik ring satu, ring dua maupun ring tiga adalah orang-orang saleh semua dan pendoa-pendoa. Belum lagi jika belum pernah mengalami kekurangan ekonomi (kebutuhan pokok untuk makan). Sehingga kemungkinan besar kurang mengerti alam pikirannya orang yang susah itu bagaimana, caranya memberi solusi, kesulitan dan kebiasaan orang berdosa itu bagaimana. Terutama jika empaty yang dimiliki masih sebatas teori (mengira-ira) karena belum pernah mengalami sendiri sebagai orang susah.

Penulis merasa (ibarat) pernah kecebur sumur, melalui pengalamannya ketika bisa keluar dari kecebur sumur tanpa pertolongan orang lain dan tanpa pertolongan orang Kristen dan petuah pak Pendeta, ingin men sharingkan pengalaman ini kepada orang lain yang memerlukan. Terutama kepada mereka yang tidak terjangkau oleh tangan pak Pendeta. Agar juga mengalami mendapat pertolongan dari Tuhan sehingga bisa keluar dari sumur kenistaan dan kesulitan.

Namun demikian, menyadari penulis sendiri adalah mantan orang rusak dan berdosa sehingga dan hanya berlatar belakang sekolah teknik bangunan, pengalaman pekerjaannya juga hanya sebagai civil enginer bukan Majelis dan bukan seorang sastrawan dan ahli bahasa, apalagi kepribadian penulis Kholerik, tentu tulisan ini berkesan kaku dan ceplas-ceplos apa adanya tanpa basa-basi. Untuk itu kami mohon maaf sebesar-besarnya jika tulisan ini kurang berkenan di hati pembaca yang budiman, meskipun sebenarnya ingin juga memperhalus kalimat sehingga enak dibaca dan didengar. Semoga Roh Kudus sendirilah yang menyempurnakan.
Amin.Tuhan memberkati Para Pembaca.

Kamis, 08 November 2007

KESAKSIAN DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN KELUARGA

SELAMAT DATANG...





DALAM HALAMAN KESAKSIAN

DINAMIKA KEHIDUPAN DALAM TUHAN




Anda masuk dalam halaman
Kesaksian pribadi penulis.




Agar sedikit mengeti latar belakang dan pengalaman penulis, guna menghantar sedikit memahami apa dan siapa penulis Kemudian akan lebih mengerti Pewahyuan apa yang dimakdudkan dalam sharing pengalaman ini kaitanya dengan Firman Tuhan.
Semoga Roh Kudus MembimbingNya




Salam dari penulis




Sudaryono Ws



MENGHAJAR

Saya aselinya adalah orang miskin, karena ayah saya yang miskin telah dipanggil Tuhan ketika saya belum lulus Sekolah Rakyat, yang tidak meninggalkan harta kekayaan dan kebetulan rumah saya di desa yang tidak ada listrik maupun PAM. Bermukin pada wilayah Moslem yang fanatik. Radius 20 km dari rumah saya tidak ada Gereja, jadi saya belum mengerti Kristen itu apa dan Katolik itu apa, dan kebetulan tidak ada yang memberi cerita tentang agama diluar Islam. Beruntunglah saya memiliki tekat yang kuat untuk menjadi orang yang tidak mau dipandang oleh sebelah mata, sehingga saya rela membanting tulang demi bisa sekolah sejak lulus sekolah Rakyat dengan mencari biaya sendiri. Mengerti Yesus setelah usia saya menjelang tigapuluh tahun melalui tetangga saya di Semarang, waktu itu saya sedang menjadi mahasiswa di Akademi Teknik Sipil.




Ketika saya lulus Akademi, saya telah jatuh cinta kepada Kristus, karenanya saya gemar baca Alkitap dan rajin ke Gereja. Upah yang saya terima dari hasil kepatuhan saya pada Tuhan, saya diberkati Tuhan sehingga “batur munggah kasur” artinya ibarat PembantuRumahTangga, tidurnya naik ke kasur, yang seharusnya tidurnya cukup di tikar saja. Karena saya rajin ke Gereja dan sukses ekonomi, pernah merasakan memiliki beberapa rumah, simpanan beberapa bidang tanah, beberapa mobil yang lumayan mewah waktu itu. Dan menikmatinya selama lebih dari limabelas tahun, yang juga menghantarkan saya di beri tugas oleh Gereja untuk penginjilan dan renungan (pimpin persekutuan doa pagi di Gereja) dan ditarik di beberapa organesasi ke Kristenan misalnya Yayasan Christhopherus, Gideon, Full Gospel dan lain lain yang ke semuanya mendapat jabatan minimal Sekretaris.

Tuhan Menghajar

“Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.”
Ibr 12:17

Ringkasnya cerita, setelah saya mengalami sukses puluhan tahun, saya menjadi bangkrut. Dari sisa kekayaan saya yang masih ada, dari bisnis kontraktor, saya beralih profesi dengan mendirikan Perguruan Tinggi Swasta. Perguruan Tinggi yang saya dirikan hanya hidup belasan tahun, karena tergusur imbas Krisis moneter tahun 1997 yang mana banyak Perusahaan Swasta yang bangkrut. Sedangkan Perguruan Tinggi yang saya dirikan spesialis untuk melayani Perusahaan Swasta, artinya tidak mengutamakan Ijasah Negara, melainkan lebih mengutamakan kualitas yang siap pakai di Swasta. Jadi mau tak mau harus ikut bangkrut, karena Perusahaan yang menjadi lahan alumni PT saya bangkrut, yang berdampak mahasiswa saya juga turun drastis.
Akibatnya saya juga harus bangkrut, tentu saya mencari-cari lagi format bisnis yang saya harapkan menjadi sawah ladang mata pencaharian saya. Namun apa hasilnya ? Bertahun-tahun saya merenungi nasib yang tidak menyenangkan, setiap bisnis yang menurut perhitungan pasti berhasil, dimana menurut teori untung sudah di depan mata, tetapi tak kunjung tiba. Dan ini berkali-kali kejadiannya. Tentu lama-lama harta kekayaan saya ludes, tidak lagi punya harta, punyanya hutang disana sini. Bahkan saya sering tidak bisa ke Gereja karena tidak ada uang untuk naik angkot, Begitulah derita yang saya alami dalam kurun waktu yang cukup lama, sampai sepedamotor saja tidak punya, apalagi mobil, uang untuk naik angkot dan persembahan saja tidak punya. Pernah mengalami tidak mampu membayar kontrakkan rumah, padahal dahulunya pernah memiliki beberapa rumah yang dikosongkan.
Tuhan Membuka Selubungku

“Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus , Tuhan kita.”
2 Pet 1:2

Ketika itu saya sedang duduk di sebuah bus yang saya naiki dalam berpergian ke sesuatu tempat. Waktu itu bus masih kosong dan sedang ngetem yang cukup lama di terminal. Mata saya terbawa tertuju kepada seorang anak peminta-minta yang masih kecil yang ada di terminal tersebut. Kemudian dalam pikiran saya timbul pertanyaan begini : Seandainya anak (pengemis) itu duduk di kursi disamping saya bagaimana? Saya senang apa tidak. Kemudian timbul lagi pertanyaan berikutnya,: setelah duduk, kemudian ia mengaku bahwa ia anak saya, bagaimana?
Saudara-saudara yang dikasihi Yesus. Seketika itu saya menangis meneteskan air mata. Mengapa ? Karena kemudian timbul jawaban: Baru seorang pengemis duduk disampingmu dan mengaku sebagai anakmu saja, kamu sudah tidak mau. Apalagi Tuhan disuruh mengaku sebagai Bapamu. Apakah kamu layak menyebut Allah Bapa sebagai Bapamu, atau kamu menyebut sebagai anak Tuhan ? Bukankah kamu belum tentu lebih baik dari si anak pengemis tersebut? Jadi jangan heran jika doa-doamu tidak didengar Tuhan !


Saudara-saudaraku yang kekasih dalam Tuhan, sejak itu saya nelongso , artinya introspeksi diri secara mendalam seraya menangis dalam hati. Tidak henti-hentinya minta ampun kepada Tuhan, dan ringkasnya cerita kemudian dalam hati saya timbul komitmen secara pribadi bahwa hidup saya harus menjadi lebih layak, supaya saya dilayakkan Tuhan menyebut sebagai anak Tuhan. Karena saya sadar bahwa sebagai akibat saya tidak layak lagi dihadapan Tuhan, doa-doa saya tidak lagi didengar Tuhan seperti pada jaman dahulu ketika doaku masih didengar Tuhan.

“Tetapi barang siapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya dahulu telah dihapuskan.”
2 Pet 1:9

Saya menjadi sadar bahwa dari pengenalan saya terhadap pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib untuk menebus dosa-dosa saya yang dahulu, hanyalah sebatas kepercayaan dan pengetahuan secara intelek. Yang implikasinya dalam kehidupan saya, kemudian saya menganggap enteng pengorbanan Yesus. Yang kemudian berimplikasi kepada perbuatan dan sepak terjang saya mudah berbuat dosa, asal tidak diketahui orang lain atau pak Pendeta! Sebab saya tidak memeteraikan dalam hati saya, bahwa pembaharuan hidup saya adalah berkat pengorbanan Yesus yang sebenarnya sangat mahal. Bukannya murah hati ibarat seperti anaknya orang kaya yang pakai mobil mewah pemberian orang tuanya, sehingga memakainya sembarangan. Sebab menganggap wajar jika orang tua membelikan mobil mewah untuk anaknya, sebab ia kaya apalagi baik hati. Sebab jika rusak nanti minta lagi yang baru.

Sisi lain, saya sering mendengar pengkotbah pada perkabungan orang mati orang Kristen, katanya orang Kristen jika mati, sudah disediakan tempat di surga. Sehingga keluarga yang ditinggalkan tidak perlu gelisah dan duka cita terlalu amat sangat ! Sebab dosa-dosanya telah ditebus Yesus yang baik hati dan murah hati, seperti pengertian orang tua yang super kaya membelikan mobil kepada anaknya ! Hebat benar. Jadi kalau benar begitu, apa gunanya kehidupan orang Kristen yang harus lurus ? Sebab dengan demikian berarti hidupnya bengkak bengkok sekalipun kan akan tetap punya “kapling” di surga. Menurut kata yang berkotbah dalam perkabungan tersebut. Terus apa arti dan hubungannya dengan ayat berikut ini ?

“Janganlah sesat ! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, 10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 11 Dan beberapa orang diantara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan , kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan, dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
1 Kor 6:9-11

“…….Lalu dibuka semua kitab lain, yaitu kitab kehidupan . Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis didalam kitab-kitab itu.”
Why 20:12 b

“Dan tidak ada satu maklukpun yang tersembunyi dihadapanNya, sebab segala sesuatutelanjang dan terbuka didepan mata Dia, yang kepadaNYa kita harus memberikan pertanggungan jawab.”
Ibr 4:13

“Demikianlah setiap orang diantara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.”
Rom 14:12

Saya menjadi sadar karena Tuhan menyadarkan dan membuka selubung yang menutupi qalbu / pikiran dan mata hati saya, setelah lebih dari tujuh tahun saya harus bayar harga dengan menderita amat sangat. Saya menjadi mengerti bahwa seharusnya saya harusnya menerima hukuman yang jauh lebih berat dari yang saya alami sekarang ini berhubung dengan dosa-dosa saya, terutama dosa setelah saya mengenal Kristus. Seandainya saya belum menerima Yesus yang kemudian saya diperbaharui oleh Yesus melalui pengorbananNya disiksa dan menderita dikayu salib. Jadi tidak sekedar seperti pengorbanan orang tua (biologis) yang kaya raya kepada anaknya.

“Namun yang murtad lagi, tidak mungkin diperbaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka meyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya dimuka umum.”
Ibr6:6


Wow, ternyata sangatlah berat pelanggarannya. Jadi melanggar dosa ke tujuh adalah berarti menyalibkan kembali Tuhan Yesus dimuka umum. Dari sudut etika saja sudah tidak benar.

Beruntunglah saya, dimana saya di ingatkan, disadarkan, dan tidak perlu ke neraka mengalami hukuman yang lebih berat. Hukuman yang sudah saya alami sekarang ini saja sudah teramat berat. Dimana dari puluhan tahun menjadi direktur dalam arti selalu naik mobil dan dihormati orang, sekarang harus berkomunitas dengan rakyat jelata, masyarakat akar rumput atau rakyat gembel dan dengan dompet yang kosong. Dan kemudian dihinakan, di cerca dijahui oleh teman-temannya se iman sendiri yang dahulu semuanya baik-baik (Ibr 10:32,33). Dari penderitaan ini menjadikan saya sadar bahwa dosa-dosa saya yang diampuni adalah dosa-dosa masa lalu saya, tepatnya ketika saya belum mengerti benar Firman Tuhan (2 Pet 1:9), bukannya dosa saya yang akan datang setelah saya ditebus oleh Kristus. Sebab seharusnya saya setelah ditebus oleh Kristus, dan kemudian setelah diperbaharuiNya, porsi saya adalah menjaga perbaharuan tersebut dengan baik dan menanggalkan manusia lama saya ! Yaitu menjadi hidup baru dalam realita, bukan hidup baru dalam ucapan bibir dan pengakuan dan iman saja. Karena setelah saya diperbaharui, saya tetap harus mempertanggungjawabkan perilaku saya, sudah sesuai belum dengan pembaharuan yang telah diberikan kepada saya.

Anak Tangga Yang Harus Dilalui

Melalui penderitaan jasmani dan batin, dimana saya menjadi penggenapan Firman Tuhan seperti yang tertulis dalam Amsal 19:4. Karena saya miskin dan ditinggalkan sahabat-sahabat saya (orang Kristen) dan kemudian harus pindah komunitas dari masyarakat klas menengah ke atas menjadi ke masyarakat klas bawah dan gembel Teman-teman se pelayanan di Christhopherus, Gideon, Fullgospel, Gereja dimana saya mengabdi puluhan tahun, semuanya menjahui saya. Pak Majelis maupun pak Pendeta tidak ada yang melawat atau bezuk saya. Padahal saya juga tidak bertengkar dengan mereka, tidak menipu mereka, tidak minta uang kepada mereka, tetapi semua menjahui saya begitu mengerti saya mulai jatuh miskin. Mengapa ? Untuk menggenapi Firman Tuhan dalam Amsal 19:4. Saya menjadi mengerti arti sesungguhnya dari kalimat ‘kasih’ itu apa. Padahal memiliki ‘kasih’ adalah perintah Tuhan dan merupakan indentitas sebagai orang beriman. Melalui pengalaman ini, saya sampaikan bahwa orang yang sedang dalam posisi seperti saya pada waktu itu sangatlah sakit rasanya. Pesan saya, janganlah mau menjadi penggenap Firman Tuhan dalam hal tidak memiliki Kasih. Berusahalah untuk tidak menjadi penggenap Firman Tuhan dalam arti negatife, melainkan berusahalah menjadi penggenap Firman Tuhan yang positif saja (menjadi pelaku firman).

“aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikianpula kamu harus saling mengasihi. 35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Yoh 13:34,35

Selain memiliki kasih itu adalah perintah, kasih adalah juga merupakan hukum yang kedua yang bobotnya sama seperti hukum yang terutama. (Markus 12:31). Sebenarnya bentuk phisik kayu salib yang terdiri dari dua bagian namun menjadi satu kesatuan, yaitu vertical dan horizontal adalah menggambarkan kesatuan hukum pertama dan hukum ke dua. Ternyata saya dipaksa pindah komunitas dari klas orang kecukupan ke kelas orang kekurangan adalah untuk mengerti arti kasih itu bagaimana. Untuk mengerti seharusnya bagaimana melaksanakan amanat Firman yang berbunyi : Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi


Manfaat Mengalami Penderitaan

Menurut logika saya, ketika saya menderita amat sangat, logikanya orang Kristenlah yang menolong saya, karena orang Kristen adalah gudangnya kasih. Kenyataannya tidak. Orang Jawa bilang : boro-boro ditolong, didatangi saja katanya sibuk atau tidak ada, begitu pula jika di telpon. Padahal pada posisi seperti itu, saya memerlukan pendampingan rohani, atau penghiburan. Tidak hanya pertolongan materi saja. Pertolongan materi tidak, pendampingan juga tidak. Adanya cuma kalimat nanti saya doakan! Kemudian kalau diminatai pertolongan, jawabnya nanti saya Tanya Tuhan dahulu. Emangnya Tanya Tuhan itu semudah Tanya kepada pak Satpam? Kalau tidak, jawabnya adalah : Saya tidak berani menolong orang yang sedang diproses Tuhan, katanya nanti saya kena sendiri dan kesalahan! Kok tahu ya, darimana kamusnya mengerti bahwa sedang diproses Tuhan dan dilarang mengasihinya? Dalam Firman Tuhan tentang mengasihi tidak ada kalimat : kecuali yang sedang diproses Tuhan. Apalagi kebutuhan orang yang sedang menderita seperti saya, tidak hanya masalah materi saja. Bahkan bisa jadi bimbingan rohani atau penghiburan secara rohani bisa lebih berharga. Jika menganggap kemiskinan saya sebagai akibat dosa-dosa saya, nah disinilah peranan firman yang berbunyi :tetapi marilah kita saling menasehati (Ibr 10 :25) Apalagi jika bisa memberikan perndampingan atau konseling. Jadi tidak harus memberi modal materi! Berupaya menyadarkan pengertian yang bengkok, diajak sadar akan kesalahannya supaya tidak menjadi keterlanjuran. Seandainya merasa tidak memiliki kemampuan untuk pendampingan atau menjadi konselor, cukup dengan sering datang mengajak baca alkitab dan berdoa bersama. Lama-lama kan iblisnya risih sendiri. Sehingga dalam mengasihi sesama, janganlah dengan obsesesi mendapat ketenaran bahwa memiliki kasih, melainkan berobsesilah mendapatkan hasil dari menjalankan perintah Tuhan. Sehingga siapa yang dipilih untuk dikasihi adalah yang memang memerlukan dikasihi, bukan yang menjadikan tenar.


“Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.”
Gal 6:1

Kualitas Kasih

Sesuai dengan pengalaman dan hikmat yang diberikan kepada saya, mengapa terjadinya pada umumnya seperti itu adalah karena ia tidak mau ribet. Mengapa tidak mau ribet ? Baru menawari tumpangan mobil jika pulang dari gereja kepada saudara yang satu kelompok KOMSEL saja tidak mau, apalagi ribet yang lain. Padahal ditawari juga belum tentu mau, karena kurang merdeka. Jawaban mengapa tidak mau ribet adalah karena belum pernah mengalami menderita, sehingga tidak mampu ber tat twam asi atau ber empaty. Tidak mampu merasakan seperti apa kesulitan dan perasaan orang yang sedang sulit, bagaimana bingungnya orang yang sedang tak punya uang dan tak punya pengharapan dari mana akan mendapatkan kecukupan materi untuk kebutuhan hidup sehari-hari karena tidak punya mata pencaharian yang jelas, apalagi dibayangi dengan dikejar-kejar hutang.

PUJI TUHAN, berarti saya disekolahkan Tuhan supaya mengalami bagaimana rasanya orang yang sedang kesulitan। (Efesus 5:20). Sebab jika saya tidak mampu memiliki kasih (2 Pet 1:8,9) menjadi buta dan picik. Selain buta dan picik akan mudah tersandung.(ay.10). dan ternyata untuk memiliki kasih tidaklah cukup didasari oleh pengertian secara koqnitif saja, tetapi secara mendarah daging penuh dengan pengertian dan perasaan. Dengan pengalaman pergumulan dari kesulitan yang menyangkut perilaku saudara se iman kepada orang yang sedang menderita ini akan bisa dipakai menolong saudara yang sedang mengalamai masalah serupa. Selain itu agar mengerti apa bedanya pemberian orang kaya yang memberi persembahan ratusan juta atau membayari biaya SPK kepada puluhan saudaranya se iman, tetapi lewat bendahara atau panitia atau pak majelis,bahwa kasihnya tersebut belum tentu sebesar kasih yang dimiliki oleh kaum gembel yang memberi sekerat jagung kepada tetangganya duduk yang tidak punya jagung! Karena si gembel ini didalam membagi jagungnya untuk dimakan berdua taruhannya adalah dirinya sendiri diancam kelaparan, sebab punyanya cuma sebatang jagung, namun mengingat temannya tidak punya jagung dan sama-sama lapar, maka di bagi dualah jagungnya. Padahal jatah rejekinya dia masih “makan manna”, artinya besuk makan apa tidaklah tahu, nunggu belas kasihan Tuhan. Berbeda dengan orang kaya yang menolong teman bisnisnya atau memberi persembahan ke diakonia ratusan juta, ia tak perlu mempertaruhkan besuk makan apa, atau tidak akan menjadikannya ia miskin meskipun memberinya dengan nominal jutaan kali lipat dibanding dengan nilai sekerat jagung rebus. Jadi janganlah mengeklaim dirinya sudah punya kasih, hanya karena persembahannya ratusan juta atau suka memberikan persembahan untuk pekerjaan Tuhan dengan jutaan rupiah.


“......yang Ku kehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan......”
Mat 9:13


Tahapan Anak Tangga Yang Harus Dilalui.

“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, 6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, 7 dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.”
2 Pet 1 :5-7

Tekun dan Saleh

Untuk memiliki kasih akan saudara-saudara ternyata terlebih dahulu harus memiliki kesalehan. Jadi tanpa kesalehan (2 Pet 1:7) kasihnya adalah …….tebak sendiri Begitu pula untuk memiliki kesalehan juga ada persyaratannya, yaitu terlebih dahulu punya ketekunan (ay :6). Mengapa harus memiliki ketekunan ? Siapakah orang yang tekun itu ? Orang yang tekun adalah orang yang punya pengharapan. Orang yang punya pengharapan adalah orang yang ber iman. Orang yang ber iman adalah orang yang percaya bahwa segala sesuatu terjadi adalah dibawah kendali Tuhan. Bahwa rambutpun tak akan jatuh tanpa control Tuhan. Jadi orang yang percaya benar bahwa Tuhanlah yang pegang kendali dan otoritas atau kuasa. Orang yang sakit lumpuh di kolam Bethesda tidaklah akan sembuh, jika tidak tekun menunggu di kolam. Apalagi ia belum mengenal Yesus dan pula tidak diberitakan bahwa Yesus akan ke Bethesda. Kebalikannya orang yang tidak beriman adalah, orang yang sukanya cari jalan pintas atau mengandalkan logikanya sendiri atau masuk akal, seperti ilmunya si pentrener ‘hidup sukses’ ala bisnis duniawi yang mengandalkan otak dan ketrampilan yang kemudian mengabaikan otoritas Tuhan. Orang yang ketakutan akan menjadi miskin jika ia murah hati, karena kurang percaya bahwa rejeki adalah berkat Tuhan. Jadi rejeki itu bukan 100 % karya manusia. Bahkan hukum tabur tuai mengatakan siapa yang menabur akan menuai, taburlah pada tanah yang benar ! Siapa dan yang bagaimana tanah yang benar, kajilah sendiri, pada perikup ini tidak diuraikan. Asal menabur dengan benar, memiliki kasih kepada semua orang tidaklah akan jatuh miskin (Ams 10:4,22) jadi jangan terlalu kikir dan egois. Begitu pula janganlah pilih-pilih karena Tuhan tidak senang dengan orang yang memandang muka Meskipun harus disyukuri bahwa kepandaian dan kesungguhan kerja adalah juga berkat Tuhan yang harus di budidayakan. Artinya tidaklah boleh orang menjadi malas dan tidak menggunakan talenta kepandaiannya. Jadi jika kita merasa cerdas, maka kecerdasan itu harus dipergunakan. Jika kita punya kekuatan untuk melakukan, janganlah malas, kita harus berupaya. Tetapi berkat tetaplah menjadi otoritas Tuhan.(2Tim 2:6)

Penguasaan Diri

Untuk memiliki hidup tekun tahapan sebelumnya adalah penguasaan diri (ay : 6). Siapakah orang yang mampu menguasahi diri ? Misalnya saja dihina dan dicerca bekas teman se Gerejanya sendiri ? Atau menagih hutang tetapi tidak dibayar-bayar sesuai janjinya dahulu ketika berhutang? Kalimat yang sering dilontarkan oleh penagih hutang adalah : “Dahulu waktu meminjam janjinya bagaimana? Bukankah sudah janji sendiri ? Oky, sekarang saya maklumi belum bisa bayar hutang tetapi janji kapan mau bayar ?” Kalimat ini aneh dan menangnya sendiri, karena patokannya parsial sebatas kata-kata, yaitu kalimat janji. Orang yang tidak punya gaji atau penghasilan yang pasti diminta janji tanggal berapa membayar, darimanakah dasar hitungannya untuk bisa membuat janji ? Bukankah untuk makan besuk pagi saja belum mengerti dari mana asalnya ? Dalam hal ini si penagih hutang maupun yang ditagih langsung teruji bagaimana penguasaan dirinya. Bagi yang belum mampu menguasai diri dorongan kesal dan emosi menjadi dominan dan kuat, tetapi orang yang imannya kepada Tuhan kuat dalam arti bahwa percaya bahwa manusia hanyalah yang dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat dan mengelola harta kekayaan, penguasaan dirinya akan lebih kuat. Karena percaya jika dipaksakan dengan berbagai cara sehingga uang tersebut keluar, nantinya cuma akan lewat saja. Artinya uang tersebut tidak akan banyak bermanfaat bagi dirinya atau tidak dapat dinikmati manfaatnya, karena sebenarnya Tuhan belum mengijinkan menikmatinya. (Ams 19:21) Anda ingin tahu buktinya ? Praktekkan saja atau telusur ulang peristiwa yang serupa yang pernah terjadi pada diri anda. Ternyata bayar harga yang harus saya alami adalah “dipaksa” untuk sabar, dan tekun saya untuk mendapatkan ‘pengetahuan’ karena (ayat 5) penguasaan diri diperlukan pengetahuan. Ternyata dengan tekun dan sabar, sekarang saya mendapatkan pengetahuan itu. Jika ketika saya menderita, dihina dan dicerca, kemudian saya tidak kuat alias tidak tekun maka pengetahuan itu tidak saya peroleh. Kebajikan tanpa pengetahuan adalah ngambang, asal melakukan kebajikan. Begitu pula kebajikan yang berdasar pengetahuan (politik bersosial) tanpa dilandasi kesalehan, kasihnya menjadi munafik. Karena bisa jadi kasihnya menjadi kasih filea, bukan kasih agape. Atau kasih untuk menjilat mencari keuntungan (Yudas 16) Karena kasihnya berkandung maksud biar banyak teman dan banyak relasi. Bahkan bisa jadi biar mendapat predikat pemurah dan memiliki kasih yang kemudian diangkat menjadi pejabat di gereja.




Dalam kesaksian saya ini, tidaklah bermasud menghakimi seseorang, atau menggerutu, melainkan mengutarakan apa yang terjadi ketika saya dihajar Tuhan. Bahwa melalui hajaran ini saya mendapatkan banyak pengetahuan, dan semoga saja saya dikuatkan menjalankan pengetahuan yang sudah diberikan kepada saya. Sebab tidaklah serta merta yang memiliki pengetahuan pasti mampu menjalankan pengetahuannya. Selain hal tersebut, biarlah pembaca menjadi lebih mengerti siapa saja yang termasuk guru-guru palsu, sehingga dapat merubah motivasinya dalam keinginannya memiliki kebajikan untuk menjadi bermotivasi yang diterima Tuhan. Tidak asal berkebajikan dan bermurah hati atau yang keren disebut rela berkorban untuk Pekerjaan Tuhan. Pembaca akan bisa menimbang sendiri, bagaimana seandainya mudah tersentuh untuk rela berkorban untuk pekerjaan Tuhan, tetapi kurang memiliki kasih agape terhadap sekeliling apalagi kenalan dekatnya yang memerlukan bantuan.




Kesimpulan yang lain, dalam kesaksian ini adalah : jika menginginkan sejarah perjalanan hidupnya agar tidak banyak tersandung adalah memiliki lima point seperti yang tertulis dalam 2 Pet 1: 4 -11. Melalui luput dari hawa nafsu duniawi, akan memiliki kasih. Sebab selama hawa nafsu duniawi masih melingkupi, akan sulit memiliki kasih agape. Dan selama belum memiliki kasih agape, ancaman tersandung akan menghantuinya dalam kehidupan. Ringkasnya cerita, halangan untuk memiliki kasih yang agape adalah hawa nafsu duniawi atau juga yang disebut srakah. Karena srakah adalah sumbernya kikir alias pelit dan egois. Dan barang siapa tidak punya kasih agape, niscaya akan mudah tersandung karena buta dan picik mata hatinya.

Bagi pembaca yang kebetulan tengah mengalami banyak masalah dan musibah seperti saya dahulu, janganlah buru-buru undur dari Tuhan atau benci dan kecewa terhadap saudara se imannya yang tidak mau menolong. Telusurlah sejarah kehidupan saudara dimasa yang lalu dahulu, dan mintalah hikmat Tuhan. Kemudian semoga Tuhan membukakan selubung yang menutupinya. Sehingga anda boleh mengerti apa sebenarnya dibalik semua kejadian yang terjadi dan melanda anda tersebut.


Akhir kata, beryukurlah jika anda sudah diberi kesempatan untuk menderita dan bayar harga sebelum dipanggil Tuhan, berarti anda termasuk dikasihi Tuhan dengan bukti Tuhan masih peduli dengan memukulnya dengan ”rotan” tidak langsung dipukul dengan api neraka. Sehingga anda masih ada waktu untuk bertobat memperbaiki diri sebelum dipanggil Tuhan. Bagi penulis sendiri, pengalaman ini dianggap memberikan tantangan secara pribadi agar dimampukan menjadi GARAM DAN TERANG bagi sesama umat.

Jika diperlukan Anda dapat berkonsultasi melalui telepon: 021-98791377, 024 -7473096, 08889149388 Bagi yang tergerak untuk mendukung pelayanan iniDapat mengirimkannya ke Bank Mandiri
a/n Sudaryono AC no. 135 000 3099 890 Artikel Lain SERI KONSELING(10session), BUKU KUNCI KEHIDUPAN(10seri)

DOAKAN PELAYANAN CD GRATIS UNTUK MENJANGKAU
YANG TIDAK SUKA INTERNET







Seri konseling KELUARGA yang dipecah dalam 10 session ini merupakan perpaduan
Antara Pewahyuan Alkitab,
Pengalaman ketika mengalami sendiri,
Pengalaman dalam memberi konseling.
Yang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip konseling yang Alkitabiah.
Tujuan dipaparkannya disini adalah agar menjadikan saluran berkat bagi yang memerlukan.
Sehingga membantu pribadi-pribadi yang akan memperbaiki kehidupannya dan memulyakan Tuhan.



SERI KONSELING KELUARGA 1 (10 SESSION)




BAHAGIA DALAM TUHAN

“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis,berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”
1 Pet 5:8

Bibit Awal Terjadinya Dosa

Jika kita memperhatikan dan menelusur, keinginan yang murni, pada sebagian besar orang beriman adalah tidak senang jika berbuat dosa. Keinginan yang lain dan menjadi obsesi hidupnya adalah ingin berkecukupan (merupakan istilah yang dianggap lebih rohani jika menggunakan kalimat kaya), yang sebenarnya jika jujur akan senang jika tidak sekedar kecukupan melainkan kaya raya.
Namun bagaimanakah kenyataan dilapangan ? Apakah banyak yang berdosa atau banyak yang tidak berdosa ? Tulisan berikut secara kusus akan membahas tuntas tentang dosa ke tujuh, bagaimana awal mulanya terjadinya dan bagaimana cara untuk menghadapinya.


“Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan diatas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.”
2 Sam 11:2

Sepenggal ayat tersebut diatas adalah merupakan awal cerita Daud yang kemudian jatuh dalam dosa ketujuh. Dalam ayat tersebut dituliskan dengan jelas : Ketika bangun dari pembaringannya………….jika di wilayah Jawa, kira-kira waktu itu adalah sekitar jam 5 sore. Yaitu waktunya orang kaya bangun dari tidur siang. Oleh karenanya masih bisa jalan-jalan dan mampu melihat sesuatu dalam jarak jauh. Pasti tempat Batsyeba mandi terletak jauh dari istana. Tidaklah mungkin sebuah istana hanya rumah bertipe 36 ! Jadi pasti besar dan halamannya juga pasti luas. Jadi jarak dari sotoh istana ketempat penghunian rakyat pastilah jauh, namun ternyata masih terlihat jelas bahwa yang mandi seorang yang cantik. Sebab jika tidak cantik, tidak Mungkin Daud terangsang.
Kalimat berikutnya berbunyi : tampak kepadanya……artinya Daud tidaklah sengaja mencari-cari pandangan sesuatu. Melihatnya Batsyeba tidaklah sengaja. Namun mengapa penglihatan yang tidak sengaja tersebut justru membawa Daud jatuh dalam dosa, yang kemudian harus menanggung resiko yang tidak ringan ? Yang perlu dicermati adalah : mengapa Daud ketika bangun dari pembaringan kemudian naik ke sotoh istana ? Mengapa tidak ke ruang santai apakah ke serambi atau ruang tengah nonton TV sambil minum Nescaffe ? Kemudian mengapa matanya / pandangannya tertuju kepada Batsyeba yang tengah mandi nun jauh letaknya ? Inilah yang perlu dicermati dan diwaspadai. Bahwa iblis kadangkala punya peranan, dalam hal ini sekenario tentang Daud saat itu ada dalam kendali iblis.
Sekenario iblis bisa jadi melalui mata, melalui kejadian, melalui bujukan, melalui kebutuhan yang akhirnya setelah melalui proses akan bermuara menjadi suatu keinginan.
Selain dosa ketujuh merupakan salah satu sekenario iblis, dalam setiap diri manusia juga ada bibit dosa itu yang selalu melekat dalam diri manusia. Bibit itu adalah hormone seks. Jadi setiap manusia memiliki hormone seks. Setelah manusia menginjak remaja, hormone seks ini secara otomatis atau secara naluri mulai diproduksi. Tanda bahwa hormone ini sudah mulai diproduksi adalah : jika perempuan, sudah mulai haid. Jika lelaki, sudah mulai tumbuh rambut diluar kepala. Misalnya di kaki atau di ketiak, atau kumis.
Hormon ini selain untuk keperluan seks, juga untuk keperluan pertumbuhan phisik dan kegiatan phisik. Oleh karenanya setiap anak remaja, mulai senang melakukan kegiatan phisik. Misalnya lari-lari, main-main, sepak bola, dan lain-lain yang pada pokoknya menggunakan banyak kegerakan phisik. Jika tidak digunakan untuk kegerakan phisik yang banyak, maka akan lari ke seks. Yang kemudian ditandai dengan pikiran porno karenanya sudah mulai mimpi porno. Sehingga sebenarnya anak remaja yang dilarang atau sangat dibatasi melakukan kegiatan phisik misalnya olah raga, atau main-main sesama teman yang banyak kegerakan adalah kurang baik. Karena sama saja membiarkan hormone seks tidak digunakan untuk kegiatan phisik, melainkan menjurus kepada masalah biologis atau seks. Anak yang banyak kegiatan olahraga, biasanya keinginan untuk seks menjadi terlambat. Kebalikannya anak yang tidak banyak gerak phisik, nafsu seksnya lebih cepat.
Selain penyaluran hormone melalui kegerakan phisik, perlu juga diwaspadai jenis nutrisi yang dikonsumsi. Ada jenis-jenis nutrisi tertentu yang dapat mamacu tumbuhnya hormone seks. Dalam hal ini, penulis telah berhasil membuktikannya dengan menjadikan minuman suplemen untuk menambah power atau urusan seks yang sekarang sudah penulis produksi. Begitu pula telah memproduksi minuman yang dapat menghambat tumbuhnya gairah seks. Sehingga yang mengkonsumsi perasaannya menjadi tenang, damai dan kurang nafsu terhadap seks. Pembaca dapat membuka web kami pada http://www.friendster.com/ dan http://www.vimisee@yahoo.co.id/
Oleh sebab itu salah memberi nutrisi dan membatasi kegiatan fhisik adalah sama saja mendorong kuatnya libido. Yang akhirnya nafsu birahinya menggebu-gebu yang kemudian rawan terhadap dosa ketujuh.

Siapakah Target iblis ?

Setiap orang beriman menjadi target iblis. Terutama siapa saja yang memiliki jabatan dalam komunitas. Tidak peduli seorang Pendeta atau seorang Majelis atau tokoh dengan sebutan yang lain. Jadi janganlah heran jika mendengar seorang tokoh gereja kemudian jatuh dalam dosa. Sebab jika targetnya cuma orang biasa, maka dapat satu ya cuma satu. Tetapi jikalau dapatnya seorang tokoh dan terkenal, yang terkena satu tetapi yang didapatkan banyak. Jadi orang yang tokoh dan terkenal menjadi lebih dicari iblis.
Jika anak-anak remaja, penyamaran iblis masuk biasanya menggunakan istilah ‘gaul’. Anak yang tidak mau berbuat dosa dikatakan tidak gaul. Dan biasanya anak ketakutan jika disebut tidak gaul. Untuk karyawan muda, biasanya melalui istilah setiakawan atau intimasi, mereka biasanya membentuk ‘geng’ atau kelompok untuk melampiaskan kebutuhan intimasinya Perlu diketahui wanita-wanita usia sekitar 22 th keatas dan pria-pria sekitar 30 th kebawah memiliki kebutuhan biologis yang disebut intimasi. Kebutuhan ini lebih kuat dari kebutuhan yang lain-lain. Untuk professional, biasanya melalui tuntutan profesi. Jika marketing, merasa kurang oke jika tidak menggandeng seks. Untuk pengusaha, biasanya melalui istilah relasi atau buyers. Takut tidak mendapat order jika tidak melibatkan seks. Jika rohaniawan, biasanya melalui rasa belas kasihan dan menolong. Untuk rumah tangga-rumah tangga melalui kesepiannya. Dan jika yang kurang mampu menggunakan kebutuhan ekonomi atau refressing. Kemudian berbagai istilah tersebut dikemas sedemikian rupa guna memperdaya pikiran masing-masing untuk bisa terlaksanya abuse seksual. Yang kemudian terjadilah dosa ketujuh.
Yang perlu diwaspadai adalah; penelitian penulis terhadap calon tenaga kerja wanita usia dibawah 22 tahun, 70 % nya telah di ijon oleh iblis. Yaitu telah melakukan seks pranikah.

Penangkal Bawaan Dari Tuhan

Sebenarnya setiap manusia telah diberi penangkalnya oleh Tuhan, dan penangkal itu melekat pada setiap manusia itu sendiri. Penangkal itu adalah pengetahuan dan pengertian. Ketika seorang menghadapi sesuatu pilihan yang membingungkan, manusia telah diperlengkapi oleh pikiran sebagai dasar mempertimbangkan. Dan dalam pikiran tersebut terdapat apa yang disebut jiwa dan roh. Sehingga dalam paham trikotomi, tubuh terdiri dari roh, jiwa dan tubuh. Yang kemudian Rasul Paulus mendoakannya yang tertulis dalam 1 Tes 5:23.

“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.”
1 Tes 5 : 23
Dalam doa ini dengan jelas yang di doakan adalah roh, jiwa dan tubuh supaya dikuduskan. Sebab jika salah satu dari tiga unsure ini tidak kudus lagi, berarti pertahanan diri terhadap serangan dosa akan menjadi rapuh. Selain didoakan supaya kudus juga didoakan supaya terpeliharakan. Ibarat kucing jika sudah terpeliharakan dengan kenyang tidak akan lagi keluyuran mencari tikus. Demikian juga tubuh kita, jika tubuh kita terpeliharakan oleh firman Tuhan dan dikuduskan, dosa tak akan mampu meledeknya atau menggiurkannya.
Dalam Iberani 4:12 disebutkan bahwa firman Allah sangat kuat sehingga mampu masuk ke jiwa dan roh , pertimbangan dan pikiran atau keinginan. Yang oleh ahli jiwa sekuler disebut sebagai super ego, ego dan id. Artinya didalam pikiran manusia masih ada lagi bagian-bagian yang berfungsi untuk mengambil suatu keputusan yang terbaik. Mula-mula, manusia ada keinginan. Sebelum keinginan tersebut dilaksanakan maka timbullah pertanyaan dalam hati yang lazimnya disebut menimbang-nimbang. Pertimbangan ini antara id dan ego beradu argumentasi, kemudian muncullah yang disebut super ego. Yaitu bertugas memberi masukan sebagai pertimbangan antara apa yang dikata id dan apa yang dikata ego. Barulah keluar suatu keputusan. Jadi apa tidak manusia berbuat. Jadi terjadinya tidaklah langsung berbuat tanpa pertimbangan. Persoalannya tinggal bagaimana dominasi warna dari ketiga bagian tersebut. Bagi orang bodoh akan berbeda dengan orang berilmu, orang sekuler akan berbeda dengan orang yang gemar baca Alkitab. Orang beriman yang tak suka baca Alkitab dan filsafatnya akan berbeda dengan orang beriman yang kaya akan pengetahuan filsafat Alkitab. Oleh karenanya sesuai dengan 2 Tes 3 :15,16 penulis menganjurkan untuk banyak baca Alkitab dan opengetahuan yang terkait dengan teologi. Agar memiliki pertimbangan yang lebih luas. Penangkal pertama terhadap dosa manusia tersebut yang diuraikan diatas disebut pertimbangan naluri atau pengertian.

“Tetapi pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpi serta berfirman kepadanya; “Engkau harus mati oleh karena perempuan yang telah kau ambil itu;sebab ia sudah bersuami.”
Kej 20:3

Dalam peristiwa ini Allah memberikan pengertian kepada Abimelekh melalui mimpinya. Jika tidak peka Abimelekh bisa saja tidak percaya kepada mimpinya. Karena menganggapnya mimpinya hanyalah bunga-bunga tidur. Namun karena Abimelekh peka dan dorongan id nya tidak terlalu kuat seperti Daud, maka disini keputusan Daud berbeda dengan keputusan Abimelekh. Yang kemudian di ikuti dengan tindakan tidak jadi menggauli Sarah isteri Abraham. Sebagai penebusan dosanya yang belum terlanjur, maka kepada Abraham memberikan banyak hadiah kepada Abraham termasuk boleh bertempat tinggal di kerajaan Gerar. Ringkasnya cerita Abraham mengikuti sekenario Allah. Begitu pula Abimelekh, tidak tergoda oleh sekenario iblis.
Para petinggi gereja percaya apa tidak terserah. Namun hasil penelitian kami memang seperti itu. Apakah tindak lanjut gereja terhadap sinyalemen ini, berpulang kepada masing-masing. Mana yang akan lebih dipentingkan, membangun kaum muda atau membangun gedung gereja atau membangun komunitas yang besar supaya jemaatnya bertambah banyak dan menjadi besar.

Intelek
Penangkal yang ke dua disebut intelek atau logika. Seperti telah saya uraikan diatas bahwa sebelum seseorang berbuat, biasanya selalu telah melalui suatu proses yang disebut menimbang-nimbang untung ruginya.
Tidak semua orang yang akan keliru jalan selalu mendapatkan peringatan seperti Abimelekh. Tetapi dalam dirinya telah ada logika atau pengetahuan yang dapat menjadi dasar pertimbangan. Berarti pertimbangan orang pandai berbeda dengan pertimbangannya orang yang kurang pandai. Oleh karenanya jangan heran jika banyak orang yang berkonsultasi kepada orang pandai atau kepada pak pendeta. Untuk di Jawa, yang kebanyakan jika mau pesta perkawinan sebelum menentukan hari H, berkonsultasi dahulu kepada orang lain yang dianggap lebih mengerti supaya hari H nya tidak salah. Penentuan hari H sesuai perhitungan yang katanya orang pandai tersebut dalam tulisan ini tidak dibahas. Namun saya ada tanda Tanya, salah seorang Pendeta besar di Semarang menantunya menggunakan hari H yang lazim dipakai oleh orang banyak yang dalam Tuhan maupun orang yang diluar Kristus. Apakah itu berdasar hitungan atau kebetulan tanyakanlah sendiri kepada pak Pendeta yang bersangkutan.
Artinya, suatu ilmu atau pengetahuan adalah sangat diperlukan didalam kita mau melangkah dalam bebrbuat sesuatu. Karena pengetahuan tersebut akan mewarnahi hasil keputusan kita. Sebagai contoh (bukan masalah rohani): Ketika saya belum mengerti olie mesin motor, saya mengambil keputusan memakai olie yang paling murah. Namun ketika mesin motor saya kepanasan ketika naik tanjakan gombel kemudian mati, kemudian olie saya ganti dengan merk lain yang kebetulan harganya lebih mahal, ternyata ketika naik tanjakan gombel rasanya lebih enak dan tidak mati kepanasan. Saya baru mengerti bahwa memilih olie pun memakai ilmu pengetahuan. Ini baru pertimbangan menggunakan olie mesin, belum keputusan-keputusan lain yang bersifat metafisika.
Dalam hal supaya mampu menghindar dari dosa, dimana bentuk-bentuk dosa sangat tidak nyata, apalagi ada campur tangan iblis dalam sekenario, maka memiliki kepandaian atau pengetahuan adalah sangat diperlukan. Contoh : ada orang yang tidak takut pergi dugem atau ke diskotik, tetapi untuk yang mengerti akan membuat keputusan menghindari dugem dan diskotik. Ada oaring yang tidak bisa lepas dari nonton sinetron atau film, dengan alasan hiburan biar tidak setres. Tetapi orang yang mengerti bahayanya, ia akan menghindari sinetron dan film. Termasuk juga perokok atau tidak mau merokok. BHagi yang mengerti, menonton film sronok atau ke diskotik adalah sama saja membongkar pagar pengaman sensor. Karena bagi yang suka menonton, alam pikirannya sudah di dominasi oleh pikiran-pikiran cabul. Dan barang siapa pikirannya cabul adalah sudah berdosa.(1 Kor 6:9) Selain sudah berdosa, pertahannannya telah menjadi rapuh. Sebab ibarat perusuh teroris dan polisi, jumlahnya akan telah lebih banyak perusuh terrorisnya. (baca ulang teori ego dan super ego) Inilah hasil dari berkat memiliki pengetahuan. Jadi sangatlah benar jika Rasul Paulus menganjurkan banyak membaca alkitab seperti yang tertulis dalam 2 Tes 2 :15,16. Sebab dengan gemar membaca alkitab, selain mendapatkan ilmu pengetahuan juga memiliki dominasi pengetahuan iman yang mendominasi pada organisasi pertimbangan.

Penulis selaku pengikut Paulus juga menganjurkan pembaca untuk gemar membaca Alkitab. Bahkan buku-buku rohani yang lain termasuk psikologi jika mampu menyerapnya. Mengapa termasuk psikologi ? Memang ada psikologi yang sesat, misalnya paham evolosi, paham Freud tentang Takdir, psikologi Ego, psikologi Eksistensial dan lain-lain. Tetapi Psikologi Yang sebenarnya karangan Dr.WS.Heath pendiri Institut Alkitab Tiranus Bandung, sangatlah bagus. Buku yang saya tulis dengan judul Tongkat Bagi Gembala, 90 % isinya tentang psikologi yang saya tujukan bagi para Gembala atau Pendeta dan guru-guru yang menjadi panutan orang banyak. Kesimpulannya, jika ingin lebih aman dari godaan iblis, milikilah ilmu pengetahuan tentang firman Tuhan dan teologi serta filsafatnya. Firman Tuhan tentang bagaimana perintah-perintahNya, teologi tentang bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan dan ciptaanNya, filsafat tentang bagaimana implikasi-implikasinya dalam pengajaranNya terhadap manusia.

Hatinurani
Peringatan berikutnya setelah melalui pengetahuan adalah ‘hati nurani’ atau ‘intuisi’. Setiap orang mempunyai kelengkapan diri yang diberi nama hati nurani. Hati nurani ini akan berbicara dalam hati kepada dirinya sendiri. Apakah sebelum diperdebatkan dengan super ego dan id atau belum. Dalam dunia peradilan perdebatan ini seperti halnya Jaksa, pengacara dan hakim. Jika dalam pemerintahan seperti Eksekutif (pemerintah), Legislatif (DPR) dan Mahkamah Konsistusi atau DPA. Jadi sebelum keputusan diambil telah diperdebatkan dahulu.
Namun dalam hati nurani ini apapun dan bagaimanapun pertimbangannya dan keputusannya, ia tetap akan bereaksi jika keputusan yang diambil salah. Reaksinya melalui perasaan yang tidak enak atau kurang sejahtera atau deg-degan (berdebar-debar) ketika akan melakukan sebuah keputusan tersebut. Buktinya sekarang, coba telusur ulang. Apakah anda berdebar-debar atau perasaannya tidak enak ketika pertama kali berbuat dosa ? Kalau ya, berarti pengaman anda masih berfungsi, tetapi jika tidak berarti pengaman anda sudah di kebiri oleh keinginan iblis atau pengetahuan yang dari iblis. Sekarang tinggal bagaimana manusia memelihara keberadaan hati nurani. Apakah diperdayakan yang kemudian kebanyakan orang menyebutnya peka. Atau dibiarkan saja tanpa dipelihara. Bahkan peringatannyapun tidak di gubris. Bagi yang pandai mengolah batin, hati nurani akan menjadi peka dan lebih aktif memberikan sinyal-sinyal yang diantaranya disebut insting dan filling. Bagi yang pandai mengolah filling dan insting, akan banyak beruntung. Karena tidak hanya masalah dosa saja yang diperingatkan. Sampai masalah kunci pintu ketinggalan saja diperingatkan. Ada bahaya, misalnya ada copet juga diperingatkan.

Murka Allah

Mekanisme atau peringatan terakhir adalah murka Allah atau Fanism. Dalam perikup Daud, Allah murka dengan terjadinya bencana. Dimana anaknya sendiri membuat Daud kehilangan kenyamanan dan kewibawaan (harga diri). Semestinya Daud bisa tidur nyenyak diatas springbad di istana, tetapi ia harus meninggalkan istana dan melarikan diri tidur digua yang tak ada springbad dan AC. Makannya tidak seenak jika di Istana, karena hanya kiriman dan bekal yang ada saja. Masih ditambah gundik-gundiknya digauli anaknya sendiri dimuka umum. Hatinya menjadi kurang nyaman dan sebagainya, pembaca bisa membaca sendiri dalam 2 Samoel 11 dan seterusnya.
Murka Allah tentunya kualitasnya tidak selalu sama, kemungkinan disesuaikan dengan besarnya dosa. Sebagai contoh: Bileam yang hanya sakit kecil, yakni kakinya dipepetkan dengan tembok oleh keledainya sendiri (Bil 22:21-35) yang barangkali Cuma lecet-lecet atau terkilir. Berbeda dengan daud yang jauh lebih berat dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Artinya hukuman tersebut tidak sekejab selesai.

Nah sekarang bagaimana pembaca yang dikasihi Tuhan. Apakah kita akan mengikuti model Abimelekh, model Bileam atau model Daud dalam hal berbuat dosa. Artinya mundur sebelum peringatan-peringatan keras tiba seperti Abimelekh atau nunggu ada musibah dahulu seperti Bileam atau seperti daud yang mengabaikan peringatan yang kemudian harus menanggung murka Allah. Atau tidak percaya adanya hukuman oleh sebab dosa ketujuh. Kebetulan penulis pernah mengalami hukuman oleh sebab dosa ketujuh. Rasanya bukan main sengsara dan tidak enaknya. Mau mencoba ? Dahulu penulis tidak percaya kalau ada hukuman oleh sebab dosa ketujuh. Sebab orang yang berbuat dosa ketujuh dan yang tidak berbuat dosa ketujuh, rasa-rasanya lebih banyak yang berbuat dosa, dibanding yang tidak berbuat dosa. Termasuk orang Kristen juga lebih banyak yang berbuat dosa dari pada yang tidak berbuat dosa. Ketika penulis berkesempatan berdiskusi dengan orang-orang Kristen tersebut, jawabnya mudah. 1) Tidak ada manusia yang sempurna, jadi tidak ada yang dapat melakukan hukum taurat. 2) Kita hidup di jaman anugerah, bukan perbuatan yang nomer satu. 3). Yesus Maha pengampun, kekurangan kita pasti akan diampuni. Alasan – alas an ini diperkuat dengan kenyataan kemudian yang ternyata tidak semua orang yang melanggar dosa ketujuh langsung mendapatkan hukuman. Sebab barangkali yang mendapatkan hukuman seketika hanyalah yang dikasihi Tuhan saja. Karena jika diberi hukuman seketika berarti masih memiliki waktu untuk bertobat. Tetapi bagi yang tidak diberi hukuman seketika adalah yang sudah tidak memiliki waktu untuk bertobat. Apa pilihan anda terserah anda.
Session 2


CARA PENGHINDARAN

“Engkau mengetahui,kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. 3 Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi, 4 Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan.”
Maz 139:2-4

Sebaiknya kehidupan orang yang percaya kepada Tuhan, juga harus percaya adanya iblis. Tuhan selaku Yang Maha Kuasa dan yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, termasuk yang memberi kehidupan kepada kita. Sedangkan iblis adalah juga yang diciptakan Tuhan dengan bagian sebagai alat Tuhan menampi dan juga memperkuat iman kita.
Sebagai alat menampi kita, karena seringkali tanpa diundang langsung nylonong mengganggu kita supaya kita tidak lengah. Sebagai memperkuat kita, sebab tindakannya seringkali seolah-olah seperti sparing patner jika dalam dunia pertinjuan. Bedanya pada kedatangannya yang tiba-tiba tanpa diundang dan tidak kelihatan. Sehingga ketika iblis datang, jika kita tidak siap, begitu ia meninju kita, bisa saja jatuh. Barangkali ada pertanyaan, mengapa Tuhan tidak melenyapkan iblis saja? Jika iblis dilenyapkan, manusia justru menjadi lemah. Karena tidak ada masalah. Kesetiaan manusia terhadap Tuhan juga tidak teruji. Sebab pilihan manusia hanya Tuhan. Tetapi jika iblis ada, manusia bisa teruji. Tergiur kepada iming-iming iblis atau tahan uji mengikuti Kristus.



Maksud penulis terhadap kalimat : “juga harus percaya adanya iblis” bahwa manusia tidak boleh lengah. Senantiasa harus waspada. Sewaktu-waktu bisa saja ada bahaya yang tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya, seperti halnya akan ada tsunami apa tidak ada tsunami dimana sudah ada alat deteksi dan peringatannya.
Sedangkan percaya bahwa Tuhan itu ada dan pemelihara kita, artinya setelah kita waspada, kita tidak perlu panik atau ketakutan amat sangat terhadap iblis. Sebab Tuhan lebih kuasa dari iblis dan pemelihara kita. Jadi kita itu dipelihara (dilindungi) oleh Tuhan. Artinya jika sewaktu-waktu manusia lengah dan akan dimangsa iblis, Tuhan bertindak menyelamatkan kita jangan sampai kalah perang atau dimangsa iblis.
Oleh karena itu tindakan penyelamatan terhadap dosa sebaiknya:

· Berdoalah setiap pagi bersama isteri dan anak-anak, sebelum menunaikan tugas-tugas keseharian. Mintalah bimbingan, perlindungan dan mintalah berkat. Hal ini sangat penting bagi orang yang beriman. Pertama, menyadari bahwa diri kita adalah tidak sempurna, sehingga bisa saja salah jalan. Oleh karena minta perlindungan dan minta tuntunan. Kedua, menyadari bahwa iblis berkeliling mencari mangsa. Oleh karenanya minta perlindunganNya aga terluputkan dari marabahaya.
· Berdoalah ketika mau tidur. Ucapkan syukur segalanya yang telah kita terima, mintalah perlindungannya juga ketika kita tidur / beristirahat. Sebab bisa jadi ketika malam-malam tiba roh jahat datang. Menggoda tidur kita, contohnya menjadi mimpi buruk sampai kita mengingau. Begitu pula orang-orang jahat mengirimkan kuasa-kuasa kegelapannya adalah pada malam hari. Marabahaya sewaktu-waktu bisa datang. Tetapi jika kita telah menyerahkan diri dalam lindungan Tuhan, marabahaya tidak akan melanda kita. Sebab marabahaya yang satu ini tidak cukup di jaga oleh security saja meski jumlahnya banyak.
· Gemarlah baca alkitab. (2 Tes 2 ;15,16). Sebagai orang Kristen harus tahu bahwa alkitab adalah petunjuk-petunjuk dari Tuhan tentang kehidupan kita. Jadi dengan gemar membaca alkitab menjadikan kita semakin mengerti apa saja kehendak Tuhan terhadap manusia (kita). Alkitab adalah dasar kehidupan bagi orang beriman, jadi harus dipelajari. Bukan disimpan sebagai jimat. Dengan lebih mengerti alkitab, bagaikan seseorang berada disebuah kota besar yang baru saja di injak, namun telah memegang peta kota yang baru kita injak tersebut. Bayangkan lebih enak mana masuk sebuah kota yang besar yang belum pernah kita masuki, pada posisi membawa peta atau pada posisi tidak membawa peta?
Orang mengatakan alkitab itu adalah testament, atau kalau kita baca pada sampulnya ada tertulis Perjanjian Baru, Perjanjian Lama. Artinya alkitab adalah perjanjian. Perjanjian antara Tuhan dengan Manusia. Bagimana kita akan bisa menjalankan perjanjian dengan benar, jika isi perjanjian itu tidak pernah dipelajari. Sedangkan mengertinya isi perjanjian apa dan bagaimana hanya jika dibacakan dan diuraikan oleh pak Pendeta.
· Buatlah pagar hidup. Apa pagar hidup itu ? Saya berharap kita masih memiliki rasa malu dan etika. Artinya malu jika perbuatan yang tidak senonoh kita, diketahui oleh orang lain. Lebih bagus lagi, jika sudah malu jika yang mengetahui tersebut masih orang-orang yang tidak kita kenal, namun sudah timbul rasa malu. Setidak-tidaknya akan malu jika diketahui oleh orang yang kita kenal. Jadi disini, kelas martabat kita akan lebih bagus jika ketika kita melanggar etika kemudian diketahui oleh orang yang tidak kita kenal saja kita sudah malu. Kelas yang paling jelek adalah jika perbuatan tidak baik kita yang sudah diketahui oleh orang yang sudah kita kenal saja, tidak malu. Jika sudah seperti ini berarti sudah tidak mempunyai etika atau sudah tidak bermartabat lagi. Membuat pagar hidup yang kami maksud adalah mencari kenalan orang-orang yang ber etika atau bermartabat sebanyak mungkin dimanapun kita berada. Atau membuat komunitas dengan orang-orang yang bermartabat. Terlebih bagus masuklah ke komunitasnya orang-orang beriman. Mengapa orang-orang beriman?

“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
Ibr 10:25

Yang jelas alkitabnya sama, jadi etikanya juga sama. Kegunaan kenalan atau komunitas ini adalah untuk pengontrol etika yang kita lakukan. Jadi jika anda menginginkan terhindar dari dosa ketujuh, maka masuklah ke komunitas orang-orang yang memiliki etika bahwa berzinah itu jelek dan dosa. Sehingga mereka akan menjadi pengontrol. Tetapi jika komunitas itu justru komunitas yang etikanya berzinah itu normal dan sebuah tuntutan ……, maka mereka tidak akan menjadi pengontrol etika kita, tetapi justru menjadi pendorong untuk melakukannya. Dasar inilah yang penulis usulkan kepada Gereja dimana Penulis bergereja pada tahun 1980, yang sekarang kemudian disebut KOMSEL. Namun sayang pada waktu itu ditentang oleh petinggi-petinggi gereja pada waktu itu. Baru 15 tahun kemudian diadakan KOMSEL, setelah gereja-gereja lain ramai-ramai mengadakan KOMSEL. Jadi Komsel di Indonesia baru mulai ada setelah tahun 90 an. Sedangkan penulis usul pada gereja GKI Peterongan Semarang pada tahun 80. Begitu pula doa puasa, sebelum Bhetany lahir penulis sudah mempersoalkan doa puasa pada tahun 80 an pula.
· Sadar bahwa kita hidup adalah ibarat tanah yang kosong. Tanah yang kosong tersebut kita harapkan ditumbuhi apa. Ditumbuhi semak duri atau dibudidayakan untuk ditumbuhi tanaman yang berguna.

“namun yang murtad lagi, tidak mungkin diperbaharui sekali lagisedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka meyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya dimukla umum. 7 Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun keatasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; 8 Tetapi jika tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakir pada pembakaran.”
Ibr 6 :6-8


Sadarlah bahwa jika kita melanggarnya (melakukan
perzinahan) hidup kita akan sengsara.

“Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.”
Ibr 12 : 17

Hukuman menghina Yesus dimuka umum dengan menyalibkan lagi (melakukan dosa ketujuh) adalah hidup yang sengsara (hanya untuk orang yang dikasihi Tuhan saja). Jika tidak percaya, buktikan saja. Tetapi jika percaya, marilah berupaya menghindari dosa ketujuh ini, meskipun dengan iming-iming (sebenarnya hanya dalam angan-angan) enak dan nikmat.




SESSION 1 KONSELING KELUARGA

MENUJU SUKSES DARI ALLAH

Sebelum membicarakan sukses, jawab dahulu. Tidak sukses atau boleh disebut sengsara itu karena apa?

· Karena kurang modal?
· Karena kurang pandai mengelola, sehingga perlu training dahulu ke Kiat Hidup Sukses yang ada di Koran ?
· Belum mendapat kesempatan?
· Belum beruntung ?

“Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.2 Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu; 3 Diberkatilah engkau dikota dan diberkatilah engkau diladang.”
Ulangan 28:1-3



Pertama-tama, uraian saya ini hanya ditujukan kepada orang beriman dalam Kristus. Sehingga belum tentu berlaku bagi orang dunia. Ketika tulisa ini ditulis, penulis telah berusia diatas enampuluh tahun, dan kebetulan juga pernah mengalami sukses ekonomi puluhan tahun. Dan pernah juga mengalami sengsara hampir puluhan tahun juga setelah sukses yang puluhan tahun tersebut.
Dari sudut intelek, kebetulan Tuhan memberi talenta yang lumayan. Mendapat karunia sebagai visioner (pengakuan orang), sehingga pemikiran penulis 15 tahun lebih maju dari kebanyakan orang. (baca ulang tentang usulan dibuatnya KOMSEL dan DOA PUASA). Pernah belajar sampai tingkat S2 bidang alkitab dan konseling. Diluar basic aseli yang civil enginer kemudian jadi kontraktor. Lihat saja dalam kesaksian pribadi. Bukan maksud penulis pamer atau sombong, hanya untuk pengkajian belaka mengapa terjadi liku-liku.
Namun mengapa pernah sengsara dalam kurun waktu yang panjang? Hampir sepuluh tahun! Apakah Tuhan tidak mendengar doa -doaku?

Berikut kami berikan kesaksian kecil.

Kebetulan penulis dalam posisi jatuh ekonomi dan sengsara, menjalankan bisnis jual jamu. Jamu ini merupakan karunia Tuhan dalam bentuk resep yang luar biasa. Resepnya diberikan ketika penulis sudah sengsara. Resep pertama, minuman yang dapat sembuhkan batuk hanya dalam 5 menit. Bahkan lain-lain penyakit juga sembuh. Resep ke dua, minuman penambah energi yang mampu menambah energi dan tidak kecapaian setelah menguras energinya. Ke tiga, minuman yang membuat damai dihati dan tidak mendorong timbulnya nafsu biologis.
Nah, dari sekelumit ini, sudah aneh bukan ? Apa betul yang saya sebutkan tersebut, jawabnya buktikan sendiri saja. Jamu ini baru laku dijual setelah 4 tahun dipasarkan. Sehingga selama 4 tahun penjualannya merugi terus. Karena omset sangat kecil dan tidak laik untuk diteruskan. Ketika mulai laku dipasaran, penulis menggunakan yang namanya SPG untuk membantu penjualan. SPG adalah merupakan perpanjangan Sales Promotion Girl. Perempuan ini bertugas memasarkan dengan cara memberikan sample minum gratis. Dari pengalaman lebih dari 2 tahun, bahwa SPG adalah ujung tombak yang sangat mendukung. Sebab rata-rata dari 10 orang yang mau minum gratis, 2 atau 3 orang pasti beli tanpa harus dirayu-rayu. Padahal ditempat yang ramai, sangatlah mungkin mencari 100 orang lebih yang mau mencoba minum gratis.
Tetapi apa yang terjadi ? Penulis punya outlet di Mangga 2 Square Lantai Bassement, satu lantai dengan carrefoure. Aneh tetapi benar-benar terjadi. Selama lebih dari 9 bulan, penulis belum pernah mendapat SPG yang memenuhi syarat. Padahal gaji yang disediakan sudah diatas rata-rata orang lain menggaji. Jika SPG fashion yang rata-rata hanya Rp.600.000,- an, penulis menyediakan diatas 1, 2 juta. Bisa jadi gajinya 2 juta jika mampu mendapatkan orang minum gratis rata-rata 100 orang seharinya (pengunjung Carreffoure paling sepi 2000 orang), hanya menargetkan 100 orang saja dari pengunjung yang 2000 lebih. Mudah bukan? Ada-ada saja alasan, yang pokok belum pernah mendapat SPG yang pas dan mampu bertahan minimal 1 bulan. Padahal dalam hal menangani SPG penulis telah berpengalaman lebih dari 2 tahun. Sehingga sudah mengerti seluk beluk SPG. Aneh bukan ?
Kembali kepada firman Tuhan. Disinilah Tuhan mencelikkan mata rohani saya, bahwa apa yang tertulis dalam alkitab adalah betul. Yaitu bahwa Tuhan punya otoritas. Punya kekuatan untuk “menggembesi” ban ibarat sebuah mobil, supaya tidak jadi berjalan. Ingat cerita Billeam dengan keledainya. Tuhan belum mengijinkan penulis kaya raya saat itu. Jadi meskipun cuma pengadaan SPG saja Tuhan campur tangan dan menunjukkan otoritasNya. Sebab jika mendapatkan SPG yang pas dan bertahan lama, selesailah sengsara penulis, alias sudah berkecukupan secara materi. Dalam hal ini Tuhan belum mengijinkan saat itu berhasil.

“Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputuisan TUHANlah yang terlaksana.”
Amsal 19:21


Beberapa tahun silam, pesawat olak alik luar angkasa USA meledak. Mengapa meledak ? Jelas ada yang tidak beres. Pertanyaannya sekarang, apakah kurang canggih menejemennya? Atau apakah kurang dana ? Atau apakah persiapannya kurang cermat? Jawabnya secara logika jelas tidak ! Semuanya telah dipersiapkan dengan teliti dan cermat, teknologinya juga canggih. Tetapi karena Tuhan tidak mengijinkan, meledaklah.
Di Semarang, puluhan tahun silam akan dibuka supermarket Yogya. Yang terletak dilokasi pasar Dargo jl.Dr.Cipto. Persiapannya cukup lama, mulai dari perijinan sampai persiapan pembangunan gedung dan sampai semua persiapan dalam tokonya. Karena gedung telah selesai total tinggal meresmikannya saja. Apa yang terjadi ? Karena sesuatu hal yang sepele, supermarket tersebut tidak jadi dibuka sampai sekarang. Padahal gedung telah lunas dibayar sewanya untuk 20 tahun. Sampai sekarang toko tersebut kosong, Manajemen Yogya Supermarket tidak jadi membuka toko disitu, sedangkan pihak lain tidak berhak memakainya karena tidak mempunyai hak, dan akhirnya kosong sampai sekarang. Apakah kejadian ini semata-mata salah urus saja, atau Tuhan ikut campur tangan ? Kebetulan penulis pernah berbincang-bincang dengan orang yang mestinya dijadikan pimpinan di Supermarket tersebut , dan yang akhirnya harus pindah ke Bandung.

“Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; Tuhan Allahku menyinari kegelapanku.”
Maz 17 :29

Ini adalah Mazmur Daud, merupakan keyakinan Daud yang diungkapkan dalam doanya. Penulis juga sudah merasa mendapat penyinaran dari cahayaNya, tetapi belum menyentuh bidang keuangan. Baru dalam bidang pengertian dan pengetahuan dan talenta. Sehingga sadar, bahwa waktu Tuhan belum tiba, penulis masih diminta sabar dan tekun. Sehingga bisnis ini tidak saya tinggalkan, tetapi masih saya tekuni. Kecuali jika Tuhan memberi isyarat untuk ditinggalkan.
Artinya apa uraian ini ? Bahwa ternyata sukses itu tidak tergantung oleh modal + kepandaian berbisnis + teori-teori bisnis saja. Tetapi Kuasa Tuhan ikut campur tangan. Semua sarana dan prasarana bagus semua, tetapi jika Tuhan belum memberi sukses, maka sukses itupun tertunda. Penyertaan pengertian bahwa dalam segala sesuatu Tuhan punya otoritas untuk campur tangan adalah perlu. Sehingga dimana Tuhan menggunakan otoritasNya, sehingga rencana kita gagal total, menjadi mengerti posisi kita dimana. Dan kemudian tidak frustrasi.

Mengapa doa-doa kita tidak didengarNya?

“Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. 17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.”

Salah satu persiapan didalam berusaha, bagi orang beriman adalah kebersihan hati. Bagi orang yang dalam kendali Tuhan, kebersihan hati dan jalan yang tidak bengkak bengkok pegang peranan penting. Karena menyangkut doa-doanya didengar Tuhan apa tidak. Hal ini penting agar kita tidak ambisius atau srakah seperti Esau. Tidak bisa memilah mana yang lebih penting semangkuk sup kacang atau berkat kesulungan. Artinya, penglihatan mata hati kita jangan hanya yang bersifat logika dan matematis saja, tetapi perlu dikontrol dari segi metaphisik yaitu secara rohani.

Sebenarnya Sukses dan Bahagia itu dari mana?

“Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang kepadanya akan disebut bahagia.”


Amsal 3:18

Dalam alkitab juga disebutkan bahwa orang yang cerdik menghitung-hitung anggarannya sebelum membangun. (Luk 14:28), tetapi tidak boleh lupa bahwa pohon kehidupan yang mengelurkan buah itu adalah Allah sendiri, bukan kecanggihan rencana anggaran biaya. Melangkah tanpa perhitungan terlebih dahulu disebut tolol, tetapi melangkah tanpa mengikut sertakan Tuhan adalah konyol.

“Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”
Amsal 10:22

Dan kemudian bacalah dan renungkanlah ulang, Ulangan 28 :1- 9. Sehingga anda ingin sukses dan berbahagia, renungkanlah firman Tuhan tersebut diatas dan berupayalah untuk menjalankannya. Persiapkanlah dahulu secara rohani dalam diri anda dahulu. Sukses yang membawa kebahagiaan bagi orang beriman, berbeda dengan sukses bagi orang yang tidak beriman. Jika orang yang tidak beriman tidaklah merasa perlu mempersiapkan hati (perilaku), tidaklah perlu menjaga kesalehan dan kebersihan tangannya. Yang penting secara manajerial dan hukum ekonomi / bisnis bagaimana, sudah memenuhi syarat belum proposalnya. Begitu pula kebahagiaan orang dunia dengan kebahagiaan orang yang takut akan Tuhan juga berbeda. Artinya, kesuksesan orang yang takut akan Tuhan erat hubungannya dengan perilakunya, sudah bisa menjaga kebersihan hati (kebersihan tempat tidur) apa tidak (1 Kor 6:9,10). Artinya, bisa saja secara duniawi sukses dan kaya raya, tetapi secara rohani tidak berhak menikmati kesuksesan dan kekayannya. Dalam kehidupannya banyak dirundung masalah, tetapi secara dunia sukses atau kaya raya. Karena mereka tidak mendapatkan bagian dalam kerajaan sorga. Sorga adalah simbul kebahagiaan.

Semoga berkat Tuhan mengalir. Jangan mengandalkan kebolehan pikiran maupun kekayaan saja.












SESSI IV KONSELING KELUARGA



DOSA DAN SENGSARA



Kebetulan penulis mempunyai beberapa kenalan dan tetangga yang sudah cukup lama mengenal. Sehingga banyak mengerti bagaimana perilakunya yang sampai ketahuan orang banyak secara terang-terangan. (Mohon maaf bukan maksud untuk menghakimi orang, karena itu porsi Tuhan, melainkan sekedar memberikan gambaran yang nyata kejadian pada jaman ini, sebagai bahan kajian).

“Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak adalah nenek moyang mereka.”
Amsal 17:6

Bagi orang yang tidak suka berpindah-pindah tempat tinggal, sengaja atau tidak sengaja pasti mengerti siapa kenalannya. Bagaimana sejarah hidupnya. Dan bagaimana kehidupan anak cucunya. Meskipun ada beberapa orang dengan harapan biar dianggap rohani, kemudian akan mengatakan : aku tak mau mengurusi / memperhatikan orag lain, kita sendiri belum tentu. Ya, jika ada yang berpendapat seperti itu kami persilahkan. Tetapi dalam porsi pendidikan terhadap diri sendiri maupun untuk orang lain yang mau, memperhatikan untuk sekedar contoh secara sambil lalu adalah perlu, bukannya untuk menghakimi atau mengolok-olok. Karena sesuai dengan firman Tuhan, bahwa sejarah kehidupan tidaklah lepas dari hasil tanamannya sendiri dalam berkehidupan. Hasil tanaman ini selain dirinya sendiri yang harus memetik, anak dan cucunya juga harus ikut menanggung buah tanaman orang tuanya.
Oleh karenanya, ketika ketemu kenalan lama yang ditanyakan pertama-tama adalah kesehatannya dan berikutnya bagaimana kabar anak-anaknya. Apakah pertanyaa ini sungguh-sungguh atau hanya basa basi, terserah pembaca. Bukan menanyakan berapa perpuluhannya, atau sudah berapa tabungannya disurga, atau sudah berapa Masjid atau Gereja yang sudah diseponsorinya (maksudnya korban untuk pekerjaan Tuhan), melainkan menanyakan kesehatan dan anak-cucunya. Karena buah dari kebenaran sejarah kehidupannya adalah anak cucunya. Begitu pula anak dan cucu akan bangga kepada kakeknya jika ternyata sejarah hidup orang tuanyanya baik. Meskipun jaman sekarang ada fenomena baru, anak cucunya bangga jika orang tuanya kaya tanpa tidak mau mengerti bahwa kekayaannya adalah hasil dari korupsi atau “menipu” orang banyak.
Pertanyaannya sekarang, apakah yang membuat anak cucunya menjadi orang yang pantas dibanggakan ? Apakah kekayaannya dari hasil koruptornya? Atau kekayaan dari hasil penipuannya? Atau kekayaan dari hasil pekerjaannya yang kejam, dengan merampas hak milik orang lain secara tidak benar menurut alkitab, tetapi benar menurut administrasi dan hukum ? Atau bangga karena orang tuanya diberkati Tuhan ?
Apakah kebahagiaan yang dapat diraih oleh anak-anaknya tersebut sehingga pantas dibanggakan oleh orang tua?. Dari pengamatan penulis, ternyata membuat anak cucu dapat dibanggakan tidaklah mudah. Misalkan saja: ada anak-anak yang kurang waras/ cacat mental. Ada yang sejarah hidupnya kurang manis, atau didalam mencari nafkah dengan susah payah atau bengkak-bengkok. Atau ada yang kehidupannya jadi peminta-minta atau kurang bahagia karena sejarah hidupnya didominasi dengan makan manna. Atau sejarah perkawinan anaknya tidak manis. Siapakah yang berani menjamin akan terjadi demikian ? Tulisan ini ditulis, adalah untuk menghantar, sesuai dengan pemahaman alkitab apa saja yang harus diupayakan untuk memperoleh mahkota tersebut.
Kejadian yang lain. Siapakah yang berani menjamin bahwa sejarah hidup dirinya sendiri sampai nanti dipanggil Tuhan akan mengalami mendapatkan nama harum di masyarakat? Atau setidak-tidaknya siapakah yang berani menjamin bahwa sampai akhir hayatnya nanti pasti normal-normal saja dalam arti bahagia ?
Beberapa tetangga penulis ada yang sekian tahun sebelum dipanggil Tuhan, harus berbaring lemas dan tak berdaya ditempat tidur dahulu, tetapi dengan pikiran yang masih waras dan normal. Coba bayangkan, seberapa berat penderitaan batin yang ia rasakan ? Apalagi jika hasrat libidonya juga masih tinggi, tetapi phisiknya lemas bergerak saja tidak bisa. Sedangkan tidak usah masih berhasrat saja, sudah menjadikan susah seluruh keluarganya terutama yang serumah.

Beberapa tetangga penulis juga ada yang anak cucunya tidak dapat dipamerkan atau dibanggakan atau tidak bisa dijadikan mahkota. Malahan justru membuat nama keluarga menjadi tercoreng tidak baik.

“Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka.”
Maz 107:17

“Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.”
Amsal 5:22

Nah, dari kutipan dua ayat firman Tuhan ini jelaslah apa akibatnya bagi orang yang berdosa. Selain dosa, ternyata kelakuan juga ikut mewarnahi sejarah kehidupannya yang akan datang. Begitu pula penyampaian kenyataan kejadian tetangga penulis, membuktikan kebenaran firman Tuhan. Bahwa kebenaran tersebut tidak hanya untuk jaman alkitab saja, tetapi masih berlaku untuk jaman sekarang ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan, bahwa sesuai dengan firman Tuhan; sebuah kelakuan adalah sangat signifikan.

“Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman : Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”
Ibr 13:4,5

Dosa karena menjadi pezinah atau dosa karena menjadi hamba uang, sama-sama tidak akan dibiarkan. Tetapi akan dihakimi. Jadi; bolehkah mengatakan orang yang harus mengalami macam-macam yang tidak di ingini dan yang tidak mengenakkan, misalnya sakit yang tak kunjung sembuh sampai hayatnya tersebut boleh diartikan mendapat hukuman Tuhan? Atau apakah sekedar supaya nama Tuhan dipermuliakan? Atau harus menjadi perhatian bagi orang beriman. Sebab dengan demikian untuk menghindari agar tidak mendapatkan hal yang demikian, kemudian berupaya untuk menjalankan perintah Tuhan. Atau justru dibantah; bahwa kita sekarang hidup dalam era anugerah Yesus Tuhan yang telah menderita di kayu salib? Sehingga pemahamannya yang menderita cukuplah Yesus saja, manusia tinggal mengambil buahnya. Pembaca dipersilahkan menentukan sendiri akan menggunakan pemahaman yang mana.

Apakah arti menjadi hamba uang ?
Secara nyata sebenarnya tidak ada uang bisa memerintah manusia. Sebab uang tidak punya mulut dan tak bisa berkata-kata. Tetapi secara plesetan orang dapat saja mengatakan: membunuh orang itu mudah, tak perlu pakai senjata, karena cukup dengan uang. Pohon yang besar diameternya lebih dari satu meter, ternyata ambruk dengan kertas bertuliskan dollar (uang). Maksudnya uang berkuasa untuk dapat dipakai menyuruh mengerjakan apa saja.
Bentuk yang lain.
Penulis pernah pinjam uang disalah satu BPR. Bunga pada BPR ini sekilas relative murah, jika dibanding dengan rentener perorangan. Namun diluar kalimat bunga perbulan yang nominalnya murah, ternyata ada kalimat flat yang sengaja tidak di ekspus. Kemudian ada lagi uang administrasi sekian prosen, ada uang peninjauan sekian ribu, simpanan wajib sekian ribu, ada lagi uang meterai yang nyatanya tidak menggunakan meterai. Setelah di jumlah, misalkan pinjamannya 1 juta, yang harus diangsur dan dibayar bunganya juga 1 juta, tetapi yang diterimakan tinggal 850 ribu. Semacam inilah bentuk halus dari hamba uang. Artinya rela diperalat menjadi kejam atau kehilangan kasih demi untuk mendapatkan uang, meski harus kehilangan kasih yang mula-mula. Atau tega melihat oarng lain menjadi lebih menderita, demi dirinya mendapatkan uang. Termasuk menggunakan uangnya untuk memerintah orang lain mengerjakan sesuatu yang tidak senonoh atau diluar kewajaran. Mau tahu ? Lihat saja film-film dan sinetron sadis.
Meskipun penampilannya berdasi, komunitasnya orang-orang gereja, dan persepuluhannya banyak, tetapi bagaimana dengan Tuhan ?
Dosa yang berakibat kepada kesengsaraan, menurut firman Tuhan tidak hanya sepuluh hukum Allah saja, tetapi juga menjadi hamba uang dan kelakuan yang tidak mengikuti etika firman Tuhan.
Di Jakarta, terutama karena penulis juga bermukim di Jakarta. Banyak orang mengatakan bahwa hidup di Jakarta itu kejam. Kejam buat siapa ? Benar kejam, tetapi buat mereka yang tidak mau mempelajari firman Tuhan dan tidak mau memraktekkan.
Kebetulan penulis juga berkomunitas dengan masyarakat klas bawah. Gaji karyawan klas bawah sebulan masih banyak yang cuma bergaji Rp.400.000,- atau Rp.600.000,- kotor sebulannya. Coba bayangkan sampai mana uang 600.000 di Jakarta? Jika ia orang Kristen, darimanakah uang untuk transportasi ke Gereja, uang untuk persembahan dan apalagi untuk persembahan misi atau pembangunan gedung Gereja. Apalagi jika gerejanya menekankan persepuluhan. Inilah yang disebut kejam. Disinilah iblis lebih berleluasa memperalat manusia. Sebab dengan kebutuhan, menjadikan uang lebih berkuasa dan bisa dipakai untuk apa saja sesuai dengan yang punya uang. Uang bisa saja merupakan bibit dosa bagi yang punya uang, jika penggunannya tidak benar.

“Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas, dan berkata kepada kencana; Engkaulah kepercayaanku; 25 Jikalau aku bersukacita, karena kekayanku besar dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah; 26 Jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya, 27 sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya, 28 maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang diatas telah kuingkari.”
Ayub 31:24-28


Inilah pengakuan Ayub, ia merasa berdosa dan berhak mendapatkan penghakiman dari Yang Maha Adil. Jikalau ia main mata dengan kekayaan dan kenikmatan dengan tidak benar. Hal ini merupakan peringatan bagi siapa saja (yang mau diperingati) hati-hatilah menggunakan harta kekayaan, karena hal ini menyangkut erat dengan kelakuan yang nantinya bermuara kepada penghakiman. Matahari berbicara tentang kekuasaan dan mutlak diperlukan oleh orang banyak (kuasa dari sebab uang). Bulan yang beredar berbicara tentang kenikmatan dan keindahan. Sebagai contoh: seseorang mampu memielihara tanaman antorium cinta, atau cobra yang harganya ratusan juta, tetapi melihat saudaranya sendiri menderita, tidak tergerak dan tidak terbeban untuk menolongnya melainkan malah menghakimi dan mencari-cari kesalahan dan kekuranggannya. Adalah tidak pas.
Bagaimanakh dengan kita ? Apakah kita akan sesuka hati kita menggunakan kekayaan kita yang berlimpah-limpah ? Atau apakah kita akan menggunakan cara-cara sesuka hati kita untuk mendapatkan kekayaan? Apakah Tuhan akan memberi kebahagiaan? Atau kaya tetapi sengsara ?


SESSION V KONSELING KELUARGA

SENGSARA DAN KELUARGA


“Jagalah dirimu, janganlah berpaling kepada kejahatan, karena itulah sebabnya engkau dicobai oleh sengsara.”
Ayub 36:21


Pada session pertama telah kami paparkan bahwa iblis berkeliling mencari orang yang akan ditelan. Harus kita bayangkan bahwa kelilingnya iblis adalah 24 jam, artinya continu, terus menerus tanpa mengenal waktu. Begitu pula wilayahnya adalah wilayah seluruh bumi. Kemudian sasarannya adalah semua orang, terutama orang-orang yang berpotensi.
Sisi lain, ragam penyamarannya adalah berbagai macam penampilan. Bahkan sering menggunakan profesi pekerjaan dan yang sering adalah tuntutan. Pada jaman resesi seperti sekarang, menggunakan tuntutan ekonomi yang kemudian dikemas menjadi tuntutan zaman yang kemudian menimbulkan tuduhan tidak mengikuti zaman. Jika sudah terjebak pada sindikat kemudian terjebak dengan pengertian bahwa jika tidak ikut-ikut mereka, kemudian tertuduh tidak mengikuti zaman. Tetapi jika ikut-ikut harus nyrempet dan bergaul denganm dosa. Begitu pula anak-anak muda, jika tidak ikut-ikut mereka disebut banci dan tidak gaul. Tetapi jika ikut-ikut mereka , pasti berurusan dengan dosa. Oleh karena itu perlu hati-hati untuk bergabung dengan sesuatu komunitas. Sebab jika salah bisa menjadi seperti yang penulis sampaikan ini. Padahal perlu diketahui, konsekwensinya adalah sengsara. Apalagi bisa jadi, satu orang yang terlibat dalam dosa, satu keluarga terkena imbasnya semua. Oleh karena itu, tulisan ini ditulis, dimaksudkan bagi yang percaya dan sependapat akan memiliki pengetahuan bagaimana cara menghindari sengsara atau dosa. Tinggal bagaimana mampu atau tidak mampu mempraktekkan pengetahuan yang telah diketahuinya. Daripada sama sekali tidak mengerti sebab dan akibat dari adanya dosa, sehingga tahu-tahu telah terlanjur jatuh dalam dosa. Hanya gara-gara tidak mengerti mekanisme dosa masuk dalam diri kita melalui cara-cara yang bagaimana.
Sebagai contoh dosa ketujuh. Jarang bagi orang beriman apalagi intelek dan pejabat Gereja, ujug-ujug berminat berselingkuh. Karena dia sudah mengerti bahwa selingkuh itu dosa. Pada tahun sembilan puluhan, di Semarang ada seorang Pendeta yang berselingkuh dengan jemaatnya. Prosesnya juga bukan ujug-ujug saling berminat untuk saling berselingkuh, tidak. Melalui proses yang amat panjang, baru kemudian sering berduaan melakukan pelayanan. Baru kemudian terjadi perselingkuhan. Ada-ada saja situasi (mula-mula bukan di sengaja) yang membuat didalam mereka pelayanan tidak diikuti oleh orang lain atau isteri pak Pendeta yang bisa bertindak sebagai “polisi”. Lama-lama setelah embrio dosa masuk, barulah dengan tipu daya supaya pelayanannya sengaja berduaan saja.
Ada juga yang melalui pertengkaran rumah tangga, sehingga tidak terjadi kenyamanan dalam berkeluarga. Yang akhirnya membuat kehausan. Dalam situasi kehausan, sengaja didatangkanlah oleh iblis umpan gratisan dan menggiurkan. Misalnya saja, seorang Pendeta yang sangat sibuk pelayanan. Lupa kuwajibannya terhadap isteri yang kebetulan usia isterinya 40 tahunan. Karena kebetulan belum mengerti kondisi emosi isterinya yang sedang dalam kondisi tengah baya, sehingga dianggapnya biasa-biasa saja seperti yang sudah-sudah. Pada awalnya, isteri akan diam tetapi meredam perasaan kebutuhan. Lama-lama menjadi tidak tahan lagi, maka meletuslah yang intinya menjadi pertengkaran tanpa ujung pangkal. Karena menyadari seorang Pendeta, maka tabulah membicarakan secara fulgar. Konsekwensinya pak Pendeta tidak mengetahui sebab musabab pertengkaran.
Sesuai paham psikologi, wanita usia sekitar 40 tahun, biasanya sedang dilanda gejolak keintiman diatas normal. Artinya kebutuhan intimasi dan perhatian dari lawan jenis melonjak tajam. Pada posisi seperti ini, jika pasangannya tidak mengerti akan rawan penyelewengan atau pertengkaran hanya karena minta perhatian.

Oleh karena tetap tidak mengerti sebab musababnya, maka pertengkaran tidak kunjung padam, justru semakin tajam. Menurut pak Pendeta, cara yang terbaik adalah berdoa dan tetap menjalankan tugas pelayannannya dengan baik. Karena jabatannya malu sharing dengan orang yang mengerti tentang psikologi keluarga. Lama-lama karena situasi dirumah semakin tidak kondusif, yang kebetulan mendapat jemaat yang posisinya serupa. Awalnya jemaat ini hanya konseling, kemudian diteruskan dengan curhat. Apalagi setelah ditawari dengan pelayanan yang merupakan pekerjaan untuk Tuhan, maka disetujuinya. Padahal pelayanannya hanya digunakan untuk melarikan diri dari situasi rumahnya yang tidak nyaman, selain untuk curhat. Sama dengan pak Pendeta, semakin rajinnya pelayanan sebenarnya juga dalam rangka menghindar dari situasi rumah yang tidak nyaman. Apa yang terjadi ?
Dalam situasi seperti ini tinggal tahan atau tidak tahan pada kedua belah pihak. (jika ingin mengetahui lebih dalam tentang psikologi bacalah buku “TONGKAT BAGI GEMBALA’)

“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam didalam kamu? 17 Jika ada orang yang membinasakan bait allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait allah adalah kudus dan bait allah itu adalah kamu.”
1 Kor 3:16,17
Sebenarnya jika tidak membuat dikotomi antara kelakuan dengan tubuh, ayat diatas cukuplah mujarab untuk menangkal dosa. Selain juga perlu diketahui banyak sekali celah iblis bisa memboncengnya. Contoh tersebut barulah pak Pendeta yang pasti banyak bergaul dengan alkitab dan banyak doa. Apalagi pebisnis, yang belum tentu 5 hari menyentuh alkitab. Masih ditambah tuntutan bisnis yang menyerempet-nyerempet bahaya. Banyak oarng yang tanpa sengaja melupakan ayat tersebut diatas, sehingga tanpa sadar membiarkan tubuhnya dihampiri dosa.
Yang perlu dipikir panjang adalah : dikotorinya tubuh bait Allah, tidak berhenti kepada dirinya sendiri saja. Melainkan juga menyangkut keluarga, yaitu isteri dan anak-anaknya.
Disini, kuncinya adalah sejauh mana seseorang menilai sebuah ‘nama baik’ itu sejauh apa. Semakin orang menilai bahwa nama baik itu mahal (jadi tidak hanya surga yang mahal) orang akan menjaga benar nama baik. Orang yang menjaga nama baik bersinergi dengan menjaga kesucian bait Allah. Dan orang yang menjaga kekudusan bait Allah, akan menjagai dirinya agar tidak mudah jatuh dalam dosa.
Orang yang kurang menjagai nama baik, akan cenderung rela ganti pasangan atau cerai, atau punya simpanan. Maksudnya jika sedang bentrok dengan pasangannya, larilah ke simpanannya. Sebab tidak sependapat bahwa punya simpanan itu namanya tidak baik, selain jelas dosa. Apalagi jika perangkat gereja tidak ada yang berani menegur bahwa jemaatnya punya simpanan, oleh sebab terlanjur diberi jabatan atau persembahannya besar atau bi seng gie.
Apalagi tidak memikirkan akibat yang akan menyangkut konsekwensi terhadap keluarga dan anak dalam jangka panjang. Anak atau isteri bisa saja depresi melihat tingkah kepala keluarganya, meskipun berlimpah harta.

“Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjangdan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”
Ibr 4:13
Jadi persoalannya disini, tidak cukup perangkat gereja bi seng gie atau tidak. Tetapi di hadapan Tuhan semua tidak bisa mengelak, dan kita wajib mempertanggung jawabkan. Meskipun sudah di baptis.

Jika diperlukan Anda dapat berkonsultasi melalui telepon:021-98791377, 024 -7473096, 08889149388 Bagi yang tergerak untuk mendukung pelayanan ini. Dapat mengirimkannya ke Bank Mandiri
a/n Sudaryono AC no. 135 000 3099 890. (10 session),
BUKU KUNCI KEHIDUPAN(10seri)
DOAKAN PELAYANAN CD GRATIS UNTUK MENJANGKAU YANG TIDAK SUKA INTERNET

SESSION VI KONSELING KELUARGA

MENGAPA HARUS TERJADI
(khusus untuk suami)

Bagi orang Kristen yang belum mengerti, barangkali ada pertanyaan mengapa orang sudah punya isteri masih menyeleweng, bukankah isterinya sudah bisa mememenuhi hasrat biologisnyanya?
Penulis sendiri dahulu juga heran dan ada tanda tanya, terutama ketika masih manten baru, mengapa orang masih satu rumah dengan isterinya tetapi menyeleweng. Apalagi penulis termasuk tabu atau tidak hobbny hal-hal yang demikian. Tetapi setelah Tuhan memberikan pengertian, dan punya wawasan yang luas, sekarang justru bertolak belakang. Sangatlah pantas orang melakukan abuse jika Tuhan tidak menolong melindunginya. Sebab ternyata dorongan untuk abuse sangat kuat. Oleh karena itu, penulis tergerak untuk bias sharing kepada sesame bagaimana mencegah terjadinya abuse. Dalam artian ambil bagian yang nyata untuk mencegah terjadinya penyelewengan terutama bagi keluarga-keluarga beriman. Sebab hal tersebut menjadi sasaran iblis yang sangat lihai dan halus. Apalagi (mohon maaf kepada para Pendeta) jika hal ini mengandalkan Pendeta-pendeta yang mencegahnya, rasanya kasihan dengan yang dicegah untuk diamankan. Karena tugas pendeta sangat banyak, baru menghantarkan jemaatnya untuk cinta dan gemar baca alkitab saja susah. Belum lagi jika pendekatan pencegahan yang di berikan pak Pendeta terbatas dari sudut dosa, yaitu hanya menggunakan hukum taurat.
Penulis pernah berkonsultasi dengan seorang Pengkotbah terkenal (wanita), ketika itu penulis menyadari sudah diujung tombak iblis. Maksud penulis konsultasi adalah bagaimana caranya supaya tidak jadi kena mangsa iblis. Apa yang terjadi ? Penulis malahan dimarahi dan ditegaskan bahwa abuse itu dosa. Dalam hati penulis, udah tahu bahwa abuse itu dosa, makanya bertanya kepada rohaniawan, maksudnya agar memperoleh jurus yang jitu supaya tidak jadi terkena dosa.
Sekarang setelah penulis mengerti, menjadi tidak sakit hati atau kecewa dan menyalahkan ibu Pengkotbah tersebut. Melainkan berganti sekarang apa yang harus saya perbuat. Melayani Tuhan dengan menyelamatkan orang beriman agar tidak tergoda oleh iblis melalui sharing pengalaman dan pengetahuan. Puji syukur bahwa penulis adalah pebisnis (bukan rohaniawan) yang dikaruniai ilmu psikologi praktis dan mendalami teologi secara formal (firman Tuhan). Sehingga seharusnya bisa sharing melalui pendekatan alam pikiran bisnis dan psikologis untuk diarahkan kepada kebenaran firman Tuhan. Terpujilah jika artikel-artikel ini tertulis dan menjadi berkat bagi banyak orang. Dan kami percaya Roh Kudus yang memimpin penulisan ini.
Pertama-tama, perlu diketahui bahwa dalam tubuh manusia terdapat berbagai macam hormon, salah satunya adalah hormon seks. Hormon seks ini selain berfungsi untuk keperluan pertumbuhan phisik (soma) juga untuk kegiatan phisik. Oleh karenanya jika pertumbuhan phisik sudah tidak diperlukan lagi, karena sudah menjadi dewasa, tinggal untuk mensuport kegiatan phisik (otot) dan kegiatan seks atau libido.
Hormon seks mulai diproduksi secara intensif sejak anak disebut menginjak pubertas. Jika perempuan ditandai dengan di mulainya menstruasi, dan jika lelaki ditandai dengan dimulai dengan tumbuhnya rambut di luar kepala. Misalnya rambut pada kaki, ketiak, kumis dan lain-lain. Bagi yang memiliki kegiatan phisik cukup banyak, misalnya saja olah raga, maka hormone seks tersalurkan ke olah raga ini. Oleh karena itu, dianjurkan anak-anak muda pria dan wanita di dorong untuk banyak berolah raga. Bagi yang kurang kegiatan phisik, maka akan lari ke libido atau hasrat seksnya menjadi besar. Tanda-tandanya, banyak jerawat atau suka mimpi basah. Biasanya juga dimulainya banyak melamun. Mimpi basah tidak hanya bagi anak-anak yang sedang puber saja tetapi juga berlaku bagi usia tua yang kurang penyaluran hasrat seksnya.
Dari sisi nutrisi yang dikonsumsi, ada nutrisi tertentu yang sangat potensial untuk pembentukan hormone seks. Untuk kasus ini, kebetulan penulis telah berhasil memproduksinya menjadi minuman energi berkat anugerah Tuhan. Lih di http://www.friendster.com/ -- http://www.vimisee@yahoo.co.id/ . Oleh karena itu bagi siapa saja jika sengaja atau tidak sengaja terlalu banyak mengkonsumsi nutrisi yang berpotensi menjadi suburnya hormone seks, kemudian kurang penyalauran, pikirannya akan agak terganggu. Yaitu terganggu dengan pikiran-pikiran keinginan porno. Apalagi jika didukung oleh melihat hal-hal yang sronok apakah di telivisi, atau video dan film atau langsung, maka pikiran akan mudah terangsang dan akan membuahkan pikiran yang semakain mendorong kuatnya hasrat seks. Bagi yang tak terkendali bisa dilihat pada pandangan matanya atau tutur katanya yang kurang terkendali. Singkatnya cerita, pada setiap diri manusia akan ada gejolak batin dari dalam diri manusia yang mengarah kepada pornoisme.
Hal yang berikut: Setiap pria ada periode yang disebut ‘puber kedua’ . Puber kedua ini adalah merupakan gejolak alami bagi setiap orang yang berhkaitan erat dengan penuaan. Biasanya dimulai menjelang usia limapuluhan. Pada periode ini, pemicunya yang banyak pada masalah kejenuhan dan ketidak percayaan diri. Jenuh karena rutinitas, terutama masalah intimisme. Jadi jika model-model keintimannya dengan isteri monoton saja dan tidak variatif, maka kejenuhan akan menyerangnya. Oleh karenanya dianjurkan setahun sekali atau lebih, pasangan suami isteri supaya sering refreshing bersama keluarga dan dengan menjaga privancy suami dan isteri. Anak-anak bisa refreshing, dan isteri bersama suami juga refreshing dan membuat inovasi-inovasi baru untuk mengusir kejenuhan.
Dalam periode puber kedua ini, tanpa disadari seorang suami akan timbul pertanyaan. Apakah dirinya masih perkasa atau tidak, dan apakah dirinya masih memiliki daya tarik bagi lawan jenis apa tidak. Pertanyaan semacam inilah yang akan menjadi embrio abuse seksual. Tinggal kapan akan membuktikannya sangat tergantung kepada bagaimana kedalaman rohaninya, bagaimana sejarah perkawinannya, bagaimana kesempatannya, dan fasilitas yang mendorongnya berupa kualitas komunitas yang ia miliki serta situasi dan kondisi yang mengelilingi.

“Lalu berpalinglah Yehuda mendapatkan perempuan yang dipinggir jalan itu serta berkata :”Marilah, aku mau menghampiri engkau.” Sebab ia tidak tahu, bahwa perempuan itu menantunya. Tanya perempuan itu “ Apakah yang akan engkau berikan kepadaku, jika engkau menghampiri aku?”
Kej 36:16
Selain dari dalam pikiran, juga bisa timbul dari sebab-sebab yang bersifat eksternal. Diantaranya adalah tuntutan pekerjaan. Pagi yang menjadi peloby cari order, biasanya punya tugas sampingan “menservis” bos. Sering terjadi yang diservis tidak hanya bosnya yang akan memberi order, tetapi juga dirinya sendiri dengan alasan menemani dan apalagi dibayari perusahaan. Selain tuntutan pekerjaan juga meliu atau komunitas. Ada sekelompok masyarakat yang memandang abuse adalah sesuatu yang biasa. Kata mereka buat apa ada ‘dugem’ dan ada sauna, diskotik dan lain-lain jika tidak ada konsumennya. Meskipun ia percaya bahwa itu dosa. Komunitas yang semacam ini justru mendorong terjadinya abuse. Sebab bisa jadi yang tidak abuse akan di olok-olok oleh anggota komunitasnya.

Bertempat tinggal yang jauh dari rumahnya sendiri yang ditempati isteri (berpisah dengan isteri karena keharusan tempat tinggal) juga akan memicu terjadinya abuse. Mungkin karena tugas dan pekerjaan, sehingga berpisah dengan isterinya. Apalagi ada isteri-isteri yang merelakan suaminya “jajan” asal masih ingat yang di rumah!
Yang kebanyakan membahayakan sehingga membuatnya punya simpanan, biasanya di motori oleh kejenuhan isteri yang “kurang mengikuti zaman” atau suasana rumah tangga yang kurang menyenangkan. Jadi ada abuse yang sekedar “jajan” dan ada abuse yang kemudian punya “simpanan”.
Jika anda ingin lebih mendalam mengapa dan bagimana, dipersilahkan membaca buku karangan kami dengan judul : “DILARANG TETAPI TETAP DIBURU” Yang di cetak oleh Sekolah Alkitab iii Batu Malang.
Kesimpulannya, terjadinya abuse ada dua hal, yaitu masalah internal yang selalu melekat ada didalam diri manusia, dan masalah eksternal yang harus disikapi oleh dirinya sendiri dengan benar dan isteri juga punya tanggung jawab dan andil terjadinya abuse.


SESSI VII KONSELING KELUARGA

JALAN KELUAR


Untuk masalah internal.
Olah raga sebenarnya tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan phisik saja, tetapi juga untuk kesehatan psikis. Jadi sebaiknya suami wajib mengimbangi kegiatan pikirannya yang berat dengan kegiatan phisik yaitu olah raga bagi yang pekerjaannya tidak melibatkan banyak kegiatan phisik. Karena kegiatan phisik atau olah raga selain untuk mengendorkan syaraf-syaraf yang dapat menyehatkan, dapat juga menyalurkan hormone seks agar tidak menjurus kepada hasrat birahi saja. Kebalikannya, jika terlalu letih kebanyakan kegiatan phisik juga berbahaya. Karena akan mengurangi libido yang akan ber imbas kepada kepuasan isteri menjadi berkurang. Oleh karena ada mutiara kata bahwa di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat. Selain mengenyeimbangkan olah raga, menjaga mengeyeimbangkan nutrisi yang di konsumsi juga diperlukan. Karena jika kurang nutrisi akan cepat loyo, tetapi kebalikannya jika kebanyakan dan penyalurannya tidak imbang akan membuat ada dorongan kuat untuk menyalurkannya entah kemana.

Untuk masalah eksternal.
Suami hendaknya mewaspadai gejala alami yaitu puber kedua. Mempersiapkan diri dengan berbagai cara. Minimal mengerti gejolak yang akan timbul. Kemudian mengantisipasinya jauh-jauh sebelumnya.
Mempersiapkan situasi yang dapat mendukung terpeliharanya keharmonisan keluarga.

“Lihatlah, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”
Matius 10:16

Peperangan rohani tidak hanya terbatas pada tugas-tugas penginjilan saja. Tetapi sebelum mendapat tugas penginjilan secara nyata telah mendapat peperangan rohani, yakni melawan iblis. Jika hal ini tidak diantisipasi, maka sudah akan “gembes bannya” sebelum berangkat untuk menjalankan tugas. Sehingga tidak jadi berangkat bertugas di utus.
Domba ke tengah-tengah serigala, artinya kalau mengakui kita itu sangat “fragil” Menurut pengalaman penulis yang kebetulan sudah makan asam garam, sebenarnya jika kita bisa menyelamatkan diri kemudian bisa menjahui dosa, semata-mata adalah karunia Tuhan. Bukan karena kehebatan kita. Tetapi karena doa-doa kita yang minta perlindungan di kabulkan oleh Tuhan. Mengapa? Karena penyamaran dosa sangat halus sekali. Tidak hanya melalui bertugas men servis bos dan dibayari oleh perusahaan saja. Pada jaman akhir ini, banyak wanita-wanita yang menjadi utusan iblis. Misalnya banyak diantara mereka karena kebutuhan ekonomi, sengaja menggoda suami-suami orang demi mendapatkan uang. Yang karena kebutuhan kemewahan, banyak diantara mereka menggoda suami orang demi mendapatkan uang. Bahkan sebagai korban iklan dan penampilan, banyak gadis-gadis rela mengkorbankan gadisnya hanya untuk sebuah HP. Jika sudah mendapatkan HP nya kemudian mencari lagi untuk beli vucernya. Belum lagi masalah pekerjaan yang sulit. Masalah pekerjaan yang sulit, tidak hanya ber imbas pada mata pencaharian saja. Tetapi juga ber imbas kepada kejenuhan oleh sebab menganggur yang bikin BeTe. Belum lagi masalah harga diri, malu dengan tetangga. Bahwa sudah lulus sarjana tetapi menganggur. Singkatnya cerita, pekerjaan dapat menimbulkan kebutuhan yang amat kuat untuk di dapatkan karena ada ikutan lain yang membonceng. Oleh karenanya banyak kejadian demi mendapatkan pekerjaan ia rela menjadi tukang “servis” gratis diluar pekerjaan yang pokok! Padahal penampilan dan usianya pasti lebih menggiurkan dari isteri-isteri kita. Artinya Firman Tuhan yang mengatakan bahwa domba diutus di tengah-tengah serigala adalah terbukti. Dombanya suami ibu, serigalanya berwujut gadis manis.
Banyak anak usia dibawah 25 tahun bersedia menjadi wanita simpanan hanya dengan uang jutaan rupiah, yang bagi bos uang tersebut hanya cukup untuk sewa hotel dua hari dalam perjalanan bisnisnya. Ini untuk “servis gratis” selama satu bulan ! banyak sekretaris-sekretaris yang cukup mendapat tambahan sebesar dua hari sewa hotel dalam perjalanan bisnis, mau memberi “pelayanan” dobel luar dan dalam. Apa artinya bagi bos uang tiga juta atau lima juta? Inilah arti lain dari arti ‘domba diutus ditengah serigala’.
Untuk mengantisipasi terhadap kenyataan ini, tidaklah cukup jika hanya dibebankan kepada suami saja. Begitu pula tidaklah cukup jika hanya mengandalkan doa saja. Karena keampuhan doa, ada tempatnya. Tidak setiap doa Tuhan berkenan mendengarkan. Sebab ada yang menjadi porsi Tuhan, yaitu hal-hal diluar jangkauan manusia, dan ada yang menjadi porsi atau tanggung jawab manusia, yaitu hal-hal yang telah di perintahkan Tuihan kepada manusia. Oleh karena itu suami bersama isteri wajib bersatu berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Agar mampu mencegah serangan iblis. Tidak lupa senantiasa berdoa bersama minta perlindungan dan tuntunan Tuhan.

cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Didalam membina harmonisasi keluarga, tidak boleh ngotot sebagai kepala keluarga yang punya otoritas saja. Tidak asal menjadi kepala keluarga, kemudian sewenang-wenang. Suami juga diperlukan ketrampilan berkomunikasi dan berinteraksi dengan isteri.

“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya.”
Efesus 5:25

Tidak selalu jujur apa adanya atau to the point , kadangkala ada yang perlu dipoles, dan kadang kala perlu ada yang perlu di tutupi. Mengapa ? Kemampuan atau kapasitas dan karakter isteri belum tentu kuat untuk menerima sesuatu yang suami kuat menerimanya. Jadi jangan selalu fullgar dengan dalih suami harus jujur. Tetapi jangan lupa dasarnya memang harus jujur. Ingatlah bahwa biasanya isteri mengutamakan perasaan daripada rasio dan nalar. Cerdik berarti, kita mengarti kapan harus menutupi sesuatu, tulus berarti kita harus jujur dan rela berkorban demi kebaikan isteri.
Jika isteri berkemampuan pikir yang kuat dan mampu berfikir, utarakan masalah-masalah yang diprediksikan akan membahayakan. Tetapi jika kebetulan kapasitas nalar isteri terbatas, tidaklah perlu dikomunikasikan secara fullgar. Karena justru bisa menjadikan setres, atau kontra pendapat yang akhirnya menimbulkan ganjalan. Karena tidak setiap isteri mampu memberikan pertimbangan tertentu karena kapasitasnya tidak mampu atau sebab lain, tetapi juga tidak berarti isteri tidak boleh mendapatkan informasi dan konfirmasi. Disinilah peperangan pertama yang harus dimenangkan untuk menjaga keharmonisan. Jika situasi keluargi nyaman, maka akan mendukung berfikir yang tenang dan jernih yang akhirnya langkahnya benar.
Peperangan kedua ada pada bisnis. Bagaimana berbisnis atau berkerja dengan situasi yang dapat menjahui godaan iblis. Di Semarang ada seorang pebisnis, kemudian mengangkat dirinya menjadi tokoh agama dan punya sekolah teologia, menjadi politikus dan sejak sebelum ke dunia politik dan menjadi tokoh agama telah punya bisnis Hotel Drive In yang masih di peliharanya. Penulis tidak tahu bagaimana hubungan rumah tangganya, dan tidak ingin menghakimi orang, disini hanya ingin menyodorkan bagaimana sulitnya bisa terhindar dari dosa, jika bisnisnya Hotel Drive In dan terjun di dunia Politik. Begitu pula dengan saudara-saudara se iman yang lain, maksud saya jika ingin menang terhadap serigala, jahuilah bisnis yang bergaul dengan serigala.

“Jangankan kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan, ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menaserhati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
Ibr 10 : 25
Bagi orang beriman, pertemuan ibadah harus menjadi soko guru (penopang yang kuat). Karena melalui pertemuan ibadah ini firman Tuhan akan mengingatkan bias-bias kehidupan yang terjadi. Sebab meskipun sudah dipersiapkan dengan teliti, bias-bias kehidupan itu bisa saja ada. Apalagi jika percaya iblis kadangkala dibalik bias-bias ini.

“Pada suatu hari masuklah Yusuf kedalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorangpun tidak ada di rumah. 12 Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: “Marilah tidur dengan aku.” Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itudan lari keluar.”
Kej 39:11,12

Apakah yang terjadi seandainya Iman Yusuf tidak kuat dan rohaninya tidak dalam? Kedalaman rohani sangat diperlukan untuk memperkuat imannya, karena seperti contoh diatas, godaan tiba-tiba datang tanpa diduga sebelumnya. Karena ini isteri pejabat Negara, dapatlah dibayangkan pasti cantik dan seksi. Sebab jika tidak cantik dan tidak seksi pastilah tidak diambil menjadi isteri.
Dari pihak eksternal, isteri wajib mendukung terciptanya situasi dan kondisi keharmonisan keluarga. Memposisikan dirinya sebagi isteri sesuai dengan firman Tuhan.

“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh 24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.”
Efesus 5 : 22,23

Menciptakan situasi yang nyaman salah satunya adalah tunduk kepada suami. Ini Firman Tuhan. Tidak ada kalimat : kecuali suami………….misalnya salah atau menyeleweng atau tidak punya uang. Jadi meskipun suaminya kedapatan berselingkuh, isteri tetap harus tunduk kepada suami! Mengapa ? Untuk menciptakan situasi yang kondusif. Dengan situasi yang kondusif ini segala sesuatu (perbaikan) dapat dikerjakan lebih baik dibanding jika dengan situasi yang diliputi kemarahan.
Bagaimana caranya bisa bertindak demikian dengan meredam kekecewaan atau kemarahan berhubung dengan jelas suami punya simpanan atau suka jajan? Harus merubah pandangan secara rohani! Bagaimana jika ibu ketika berjalan di pasar, mendadak di ludahi orang dan masih ditambah dengan orang itu memaki-maki, tetapi ternyata orang itu adalah orang yang tidak waras? Apakah ibu akan membalas dengan umpatan dan makian sehingga menjadi tontonan orang banyak atau melaporkan ke Polisi dengan tuduhan melakukan tindakan yang tidak mengenakkan?
Suami yang bersalah atau melakukan kesalahan dengan punya simpanan atau suka jajan, harus dipandang bahwa dia sedang sakit yaitu sakit di hinggapi iblis perselingkuhan. Jadi tindakannya yang sekarang adalah bagaimana berupaya menghilangkan atau mengenyahkan iblis itu supaya terlepas dari suami ibu. Jikalau ketika dahulu belum terjadi, bagaimana tindakan ibu (isteri) melindungi dari serangan iblis.
Bagaimanakah merawat orang sakit ? Dengan penuh amarah atau dengan belaian kasih sayang? Jangan memandang yang salahnya saja, siapa tahu isteri juga ikut andil terjadinya kalah perang dengan iblis. Bagaimana sekarang menyadarkan suami yang sudah terlanjur sakit ini. Bisa jadi suami sudah sadar dan ingin terlepas dari dosa ketujuh, tetapi belum mampu terlepas oleh karena cengkeraman iblis sangat kuat dan tidak mau melepaskan suami ibu. Disinilah kuasa doa dinyatakan. Kuduskanlah diri ibu agar supaya doa ibu di dengar Tuhan. Bukannya suami yang di tuntut disuruh kudus dan bertobat. Suami ibu sedang terbelenggu iblis, jadi tidak bisa kudus. Yang harus kudus adalah yang mendoakan. Nanti setelah terlepas dari cengkeraman iblis baru dibawa untuk hidup kudus. Disinilah biasanya ibu-ibu kuarang menyadari atau tidak mau melepas kemarahan oleh sebab memandang suami yang kedapatan salah. Apa kata Yesus terhadap perempuan yang ketangkap berzinah dan mau di lempari batu? Melemparilah dahulu bagi yang merasa dirinya tidak berbuat dosa. Salah atau tidak salah, dosa atau tidak dosa itu masa lalu yang sudah lewat. Masanya sekarang suami ibu terbelenggu iblis, bagaimana melepaskannya.

“Isteri yang cakap siapakah yang akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata. 11 Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. 12 Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.”
Amsal 31 : 10-12

Isteri yang cakap lebih berharga dari pada permata. Artinya, sangatlah berharga kebaikan seorang isteri yang cakap. Kemudian akan berbuat baik kepada suaminya seumur hidupnya.
Persoalannya sekarang, isteri mau mempertahankan nama baiknya atau mau memberi tempat kepada emosinya yang meledak-ledak karena sakit hati ditinggal berselingkuh ? Atau menomor satukan selamatnya cita-cita dahulu ketika masih saling tidak cacat (perkawinan baru yang belum ada perselingkuhan) selama masih berkesempatan.

“Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada diantara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, 2 Jika mereka melihat, bagaimanan murni dan salehnyahidup isteri mereka itu. 3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriyah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah. 5 Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya.”
1 Pet 3:1-5


supaya jika ada diantara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,

Jika ada diantara mereka yang tidak taat, artinya suami yang menyeleweng terhadap Firman Tuhan. Yang memenangkan adalah isterinya. Dan di menangkan tanpa perkataan. Dalam bahasa kasar sehari-hari “ tidak banyak mulut atau pertengkaran, dengan menyalahkan suami dan membenarkan dirinya sendiri. Disini isteri dalam posisi ini sebenarnya justeru yang “pegang bola” mau di apakan bola tersebut adalah tergantung isteri.
Hanya persyaratannya, isteri tetap sadar dan kudus atau tidak? Atau justeru ikut-ikutan tidak beres. Meskipun ketidak beresannya cuma sakit hati, kemudian berani terhadap suami yang kebetulan sedang kedapatan bersalah. Karena berani, kemudian melampiaskan kemarahan dan kejengkelannya terhadap suami.
Nah, sekarang kita koreksi dahulu. Jika berdasarkan Firman Tuhan ini, isteri berani apalagi terus melampiaskan kemarahan terhadap suami itu termasuk tidak taat kepada Firman Tidak? Jawabnya Jelas termasuk tidak taat. Dengan demikian sama-sama salah. Lha, gambarannya jika kebetulan suami sedang berjalan dengan suami bersamaan, kemudian suami terperosok jalannya sehingga jatuh. Jika isteri juga ikut jatuh, apakah isteri bisa menolong suaminya untuk berdiri ? Isteri akan bisa menolong suami yang jatuh, hanya jika isteri masih tetap berdiri teguh tidak ikut terjatuh. Demikianlah gambarannya.










SESSION VIII KONSELING KELUARGA
ISTERI BERSELINGKUH


Pada jaman dahulu, isteri berselingkuh belum banyak kedengaran gaungnya. Sebab yang ada, hanya warung remang-remang yang menyediakan Wakom (wanita komersial) untuk para hidung belang. Namun pada jaman ini, jika anda berada di Jakarta bisa melihat Koran merah, anda akan geli dan kaget jika membaca lembaran iklan. Ternyata banyak tawaran Prikom (pria komersial) yang menawarkan diri lewat iklan tersebut. Biasanya ada tambahan kalimat : menjamin privancy. Sedang pada iklan Wakom, tidak ditambahkan kalimat menjamin privancy. Hal ini menandakan bahwa Wakom operasionalnya telah terang-terangan, sedangkan Prikom masih sembunyi-sembunyi.
Pertanyaannya sekarang, mengapa saat ini Prikom belum merebak seperti Wakom? Bukankah secara naluriah memiliki banyak kesamaan?
Jawabnya singkat, seiring dengan kemajuan jaman. Jika jaman dahulu di Indonesia, budayanya menomor duakan kaum wanita, tetapi kalau jaman sekarang, sudah dimulai dengan mensejajarkannya kaum wanita dengan pria yang kemudian terkenal dengan kalimat : Emansipasi perempuan. Dahulu pejabat wanita masih langka, jika sekarang pejabat wanita sudah mulai banyak. Sampai pada Kepolisian dan Angkatan sudah banyak petinggi yang dari Wanita.
Jika demikian apakah akibat Era Emansipasi Perempuanlah yang membawa dampak kepada tumbuhnya perselingkuhan wanita ? Barang bisa ya dan bisa tidak, tetapi yang jelas dampaknya kepada keberaniannya untuk eksis ada.

“Pada suatu hari masuklah Yusuf kedalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorangpun tidak ada di rumah. 12 Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: “Marilah tidur dengan aku.” Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari keluar.”
Kej 39:11,12


Dari kutipan ayat ini, jelas terlihat bahwa pada jaman Alkitb pun telah terjadi penyelewengan oleh isteri-isteri, hanya karena budaya eksisnya saja yang masih sembunyi-sembunyi dan populasinya masih sedikit, sehingga belum ada Prikom. Namun demikian meski populasinya masih sedikit, rasanya perlu juga diwaspadai untuk di bendung.

Mengapa terjadi ?
Sama halnya seperti yang terjadi dengan suami, yaitu ada masalah internal dan ada masalah eksternal.

“Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel.”
Kej 35:22a


Dalam catatan Alkitab tidak hanya Bilha dan Potifar saja yang berselingkuh, tetapi masih ada lagi yang lain. Artinya perselingkuhan oleh isteri-isteri dengan orang lain. Iblis sejak dahulu telah menggarapnya.
Dalam perempuan, masalah internal terdapat tiga peristiwa. Yaitu peristiwa rutin yang disebut bulanan dan periode yang disebut Umur Tengah Baya dan kemudian periode Menopause.

Peristiwa Rutin Bulanan.
Jika mau mengamati secara serksama, peristiwa bulanan bagi kaum wanita, sebenarnya tidak sekedar terjadinya mual-mual atau sedikit pusing-pusing saja, tetapi ada kaitan lain yang berkaitan erat dengan perasaan, emosi dan berfikir. Hal ini berkaitan erat dengan terjadinya perubahan susunan hormone selama satu bulan menjadi berubah-rubah selama empat kali jika terjadi menstruasi. Perubahan susunan hormone inilah yang menjadikan emosi dan model berfikirnya seorang perempuan menjadi berubah.

Mengapa?
Karena Mental tidak bisa terlepas dari keadaan jasmani. Kemudian kebanyakan Interaksi diatur oleh hormone. Dan setiap kelenjar memproduksi hormone-hormon tertentu, senyawa-senyawa ini merupakan katalis, yang merangsang beberapa fungsi jasmani, dan berpengaruh kepada intelek. Ketika sedang berlangsungnya menstruasi, terjadilah proses-proses kimia dalam tubuh yang berpengaruh kepada persenyawaan dan pembentukan hormone, kemudian akan mempengaruhi sususunan hormone dan susunan kimiawi dalam tubuh.
Ringkasnya cerita, sebagai akibat terjadinya perubahan posisi hormone Estrogen dan Progresterone, emosi wanita setiap minggunya pada saat menstruasi akan terjadi perubahan.

Pada minggu pertama, emosi cenderung bersifat spontan. Artinya, kurang mau berfikir secara mendalam seperti kebiasaan pada minggu lain. Misalnya sedang jalan-jalan di mall, maka akan cenderung untuk mudah tergiur oleh penawaran-penawaran tanpa dipikir panjang lebih dahulu. Dalam berinteraksi sosial, akan cenderung cepat merespon atau cepat menjawab sebelum dipikir masak-masak.
Pada minggu kedua, emosi cenderung terkendali. Atau boleh disebut normal. Dalam membuat sesuatu keputusan telah melalui pertimbangan yang berdasar nalar.
Pada minggu ke tiga, emosi cenderung tenang. Artinya, tidak mudah tersinggung. Boleh dikata santai normal. Tidak banyak terjadi gejolak. Dan bisa berfikir jernih.
Pada minggu ke empat, emosi cenderung negatif. Artinya mudah tersinggung, tidak mampu berfikir yang berat karena cenderung emosional. Oleh karenanya ada cuti haid. Jadi sebenarnya cuti haid tidak hanya untuk masalah “bocornya” saja yang saat ini sudah diantisipasi dengan adanya pembalut wanita. Tetapi lebih kepada kemampuan emosi dan berfikir. Oleh karena itu Dr.Heath menyarankan pembicaraan pranikah diadakan pada minggu ke dua atau ketiga, jangan dilakukan pada minggu ke empat atau minggu pertama yang pada waktu itu emosi sedang dalam keadaan spontan. Agar yang bersangkutan mampu berfikir panjang dan jernih.

Sisi lain, wanita-wanita akan mudah ketipu pada minggu pertama haid. Karena pada posisi ini spontanitasnya tinggi. Kaitannya dengan keluarga, biasanya perselisihan akan mudah terjadi pada minggu ke empat dan minggu pertama. Sehingga tidaklah salah bagi suami-suami mencatat tanggal menstruasi isterinya, untuk persiapan interaksinya agar terhindar dari pertengkaran dan perbedaan pendapat. Begitu pula jika diajak berfikir memutuskan sesuatu yang penting, sebaiknya menggunakan minggu ke dua dan ke tiga.

Periode Setengah Baya.
Pada periode ini, secara umum wanita akan terpengaruh oleh usianya dimana sudah terbayangi bahwa ia akan menjadi lebih tua. Selain sudah terlalu lama terkuranginya romantisme, yaitu ketika usianya masih sekitar duapuluhan. Dimana pada waktu itu romantisme lebih menyenangkan dan lebih mengesankan, sehingga ada keinginan untuk mengulang kembali romantisme yang indah tersebut.
Perilakunya biasanya ditandai seperti dahulu ketika masih puber. Kembali suka bersolek. Lebih suka keluar rumah dibanding kebiasaannya, lebih genit dan lebih mudah terangsang.
Penulis pernah mempunyai klien yang sedang dilanda pertengkaran rumah tangga sebagai akibat periode Tengah Baya. Selain sebagai akibat periode ini, juga sebagai akibat kurangnya pemahaman masalah kepribadian antara mereka berdua masing-masing. Melalui Pasien inilah menjadi salah satunya pendorong buku TONGKAT BAGI GEMBALA kami tulis. Dengan maksud memberi masukan bagi para Gembala, tentang psikologi praktis untuk keluarga. Sehingga ketika melakukan konseling keluarga akan lebih lengkap, tidak hanya diajar berdoa dan menanganinya secara logika saja. Akan lebih hebat lagi jika Gembala memiliki pengetahuan Psikotes Proyektif, sehingga tidak tertipu oleh penuturan sang Konseli saja. Sudah mengerti inipun masih diperlukan lagi bimbingan Roh Kudus

Oleh karena itu, suster-suster Katolik pengetesannya sampai pada usia tengah baya. Belum dinyatakan lulus sebagai suster jika belum melewati usia periode Tengah Baya.

“Kata kakaknya kepada adiknya: “Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. 32 Marilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.” 33 Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahuai ketika ia tidur dan ketika ia bangun.”
Kej 19:31-33

Anak Lot, melakukan hal yang tidak terpuji tersebut oleh karena kesepian, sehingga melakukannya dengan ayah kandungnya sendiri.
Orang yang kesepian bisa saja bertindak diluar akal sehat. Seperti halnya orang lapar yang kemudian mencuri demi mendapatkan makanan.

“Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasi diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin daripada hangus karena hawa nafsu.”
I Kor 7 : 9

Libido memang dapat membuat orang menjadi tidak bisa menguasai diri. Pada jaman Kejadian hal itu telah terjadi, begitu pula pada jaman setelah Kristus hal ini masih terjadi. Karena seperti telah kami uraikan di depan bahwa pada setiap manusia, di dalam dirinya terdapat hormone seks yang oleh karenanya menjadikan seseorang memiliki nafsu birahi.

Perselingkuhan pada isteri, kebanyakan mudah terjadi pada usia periode Tengah Baya. Terutama jika pemicu eksternalnya cukup kuat. Sedang penyelewengan pada usia jauh lebih tua dari periode Setengah Baya, tidak lagi sebagai gejala biasa, melainkan sudah merupakan kelakuan yang mendarah daging. Seperti halnya kakek-kakek yang usianya diatas enampuluh tetapi masih berselingkuh.
Hal yang ke tiga adalah Menopause.
Pada usia menopause jarang menjadi penyebab perselingkuhan. Meskipun ada orang yang usianya sudah diatas lima puluh tahun, tetapi masih seperti anak usia duapuluh tahun hasrat seksnya. Pada periode ini yang banyak adalah menjadi penyebab eksternal bagi suami. Yaitu melalui perubahan perilakunya yang mudah marah tanpa tahu ujung pangkalnya.

Penyebab Eksternal.
Biasanya berkaitan erat dengan hubungannya dengan suami. Suami yang kurang mampu memenuhi nafkah biologis isterinya menyebabkan terjadinya perselingkuhan. Apakah karena penyakit gula atau penyakit yang lain sehingga suaminya tidak perkasa lagi sebelum berusia tua. Atau karena penyebab pekerjaan yang sangat sibuk sehingga menyita seluruh energi dan waktu. Atau karena memiliki beban pikiran yang berat atau depresi. Biasanya orang yang terkena setres atau depresi, nafsu seksualnya menjadi terganggu. Tidak lagi bergairah dan tidak lagi perkasa. Atau terlalu lama tidak serumah, karena tugas atau hal lain sehingga membuatnya tidak terjamah. Selain kekurangan kepenuhan kebutuhan biologisnya juga juga karena kesepian. Isteri-isteri yang tidak punya anak, atau anaknya berada di luar kota dan kebetulan kurang memiliki kesibukan lain, bisa saja akan kesepian. Terlebih jika suami tidak mengerti dan tidak memperhatikan.






SESSION IX KONSELING KELUARGA
JALAN KELUAR

“Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. 33 Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya. 34 Dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian pada perkara Tuhan. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.”
1 Kor 7:32-34

Suami yang mengerti mendapati isterinya terkena perselingkuhan, sebaiknya introspeksi diri dahulu. Terutama jika pada awal mulanya pernikahan adalah normal – normal saja seperti lazimnya pernikahan orang lain. Artinya bukan karena kecelakaan atau sebenarnya pernikahannya tidak di inginkan. Mengapa wajib introspeksi diri secara mendalam? Sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia, biasanya perempuan lebih banyak mengalah dan lebih kuat menanggung resiko tidak melakukan hubungan seksual. Sebagai bukti dari argumentasi ini adalah dapat di lihat pada janda- janda dan duda-duda. Coba selidiki, mana yang lebih tahan uji tidak “jajan” apakah yang janda atau yang duda.
Oleh sebab itu, jika ada seorang isteri yang berselingkuh, selain kelakuan keturunan dari orang tuanya yang memang suka berselingkuh, kebanyakan adalah dari faktor eksternal. Faktor eksternal itu adalah suaminya sendiri penyebabnya. Biasanya kejadiannya setelah sudah diatas ambang kritis, barulah berani melakukan penyimpangan. Karena untuk perselingkuhan kaum isteri di Indonesia masih dianggap tabu, belum sesemarak kaum suami yang sudah sangat fulgar. Berani terang-terangan dan bangga jika punya simpanan. Tetapi kaum isteri masih langka yang berani terang-terangan punya simpanan apalagi bangga. Memang ada yang bangga, tetapi hanyalah mereka yang memang sudah mantan wakom atau masih jadi wakom.
Jadi siapakah penyebab terjadinya sampai diatas ambang kritis? Telusurlah apakah sebab-sebab eksternal yang telah kami uraikan diatas memang kejadian betul. Jika betul, terjadi apakah suami siap memperbaikinya? Jika siap memperbaikinya, apakah suami bisa mengampuninya? Jika bisa mengampuninya apakah suami lebih mementingkan nama baik dan masa depan anak-anak atau tidak. Jika lebih mementingkan masa depan dan nama baik anak-anak supaya tidak terganggu jiwanya, hindarilah perceraian. Upayakanlah kembali supaya isteri mau melepas keburukannya. Milikilah pengertian bahwa isteri anda tengah terbelenggu iblis. Oleh karenanya beryupayalah supaya bisa terlepas dari belenggu iblis.
Secara lahiriah, cegahlah agar isteri anda bisa menjauhkan diri dengan teman berselingkuhnya. Karena secara kasat mata hal ini sangat mendukung. Jadi misalnya teman selingkuhnya adalah teman sepekerjaan, upayakanlah bias pindah pekerjaan dengan maksud bias menjahui kontak langsung dengan teman selingkuhnya. Jika teman selingkuhnya adalah teman bisnis, upayakanlah bagaimana bisa terpisah. Sering-seringlah suami berduaan dengan isteri ketika diluar rumah. Kemudian secara batiniah banyaklah berdoa, supaya isteri anda terlepas dari cengkeraman iblis dan dapat menjahuinya.
Ada kasus, seorang isteri berselingkuh dengan teman bisnisnya dan tidak hanya berselingkuh saja, tetapi juga menghabiskan uang. Dan ternyata, penyebab utamanya ada pada suami.
Suami terlalu percaya diri pada kebaikan isteri, tetapi tidak memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan diluar kebutuhan materi. Yakni kebutuhan nafkah batin dan emosi. Sehingga suami sangat sibuk dengan pekerjaannya, berangkat pagi-pagi dan pulang selalu malam dan kebanyakan sudah kecapaian. Karena kesepian, akhirnya witing tresno jalaran soko kulino.
Perlu diketahui bahwa kebutuhan suami isteri, tidak hanya kecukupan materi dan hubungan seks secara berkala saja. Selain kebutuhan dua hal tersebut juga memerlukan intimasi dan romantisme. Intimasi adalah adanya interaksi secara intim dalam berbagai suasana. Romantisme adalah kebutuhan emosi untuk mendapatkan kenyamanan perasaan cinta. Sehingga bisa jadi seseorang jatuh cinta hanya karena mendengar suaranya. Misalnya seseorang yang belum melihat penampilan seorang penyanyi, tetapi telah jatuh cinta duluan. Sehingga begitu ketemu muka menjadi histeris atau halusnya kata langsung jatuh cinta. Jika jaman sekarang untuk anak-anak muda disebut nge-fens. Mereka nge-fens sebenarnya “ter sihir” oleh suaranya yang dapat menjadi santapan emosi yang mendengarkannya. Apalagi jika melihat wajahnya di layer kaca. Sebenarnya belum melihat penampilannya di layar kaca saja, sudah bisa menjadi nge-fens, jika suaranya mampu menyentuh emosi cintanya. Penyiar-penyiar radio biasanya dipilih orang-orang yang bisa menimbulkan kenyamanan romantisme melalui ucapan-ucapan suaranya. Oleh karena dalam hal ini kemudian timbul istilah ngangeni.
Masih ada lagi kebutuhan lain, yakni perhatian. Kebutuhan perhatian ini biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berkepribadian tertentu, misalnya orang yang ber type Sanguin. Orang-orang yang bertipe Sanguin, perhatian merupakan suatu kebutuhan tersendiri. Mereka akan merasa tersiksa jika di cuekin. Contohnya adalah kebanyakan selebrity pada umumnya, perhatian merupakan suatu kebutuhan. Sehingga ia akan tersiksa jika tidak mendapatkan perhatian.
Hubungan suami dan isteri juga sangat diperlukan memiliki daya tarik atau menimbulkan daya tarik yang membuatnya ngangeni. Namun sekarang perlu diperhatikan, bagaimana jika sudah kangen, tetapi yang dikangeni tak kunjung memenuhi kangennya. Sebab datang-datang cuma tidur dan tak pernah bercada ria. Sehingga dalam hubungan suami isteri juga sangat diperlukan untuk banyak saling interaksi dan bercanda ria. Tidak cukup hanya memberi uang dan mengajak tidur saja.

Pernah ada kasus seorang dokter yang berselingkuh dengan sopirnya sendiri. Hal ini terjadi, karena suami yang juga seorang dokter, punya tugas di Jakarta. Sedangkan isterinya juga seorang dokter anak yang bertugas di Semarang. Dalam kurun waktu yang lama, pak dokter harus pulang pergi Jakarta Semarang dalam rangka bertemu dengan isteri. Dan kebetulan waktu itu, isterinya tengah mengalami Usia Tengah Baya. Mana tahan, jika bertahun-tahun ketemunya cuma seminggu sekali saja, itu saja dengan catatan kalau bisa pulang. Belum lagi jika pas pulang kemudian ada tamu atau urusan lain.
Jika kejadiannya semacam ini, janganlah kesalahan sepenuhnya ditimpakan kepada isteri. Karena antara suami isteri harus bisa saling memenuhi semua kebutuhannya. Suami memenuhi kebutuhan isterinya, dan isteri memenuhi kebutuhan suaminya. Selain diperlukan interaksi dan canda ria, isteri juga memerlukan kebanggaan. Oleh karenanya banyak isteri yang senang berduaan dengan suaminya dan tampil di muka umum.
Isteri yang mendorong atau mengajak suaminya jalan-jalan atau mengunjungi teman dan handai taulan, tidaklah sekedar ingin ketemu dengan handai taulan saja, tetapi juga ingin membanggakan suaminya di depan handai taulan atau di depan umum.
Isteri juga memerlukan dimanjakan. Tidak harus berarti dimanjakan dalam bentuk uang, jikalau kasusnya seperti dokter tadi, masalah uang kan tidak menjadi persoalan. Karena dia sendiri pandai cari uang, karena praktek dokternya laris. Tetapi dimanjakan dalam emosi. Merasa banyak dituruti permintaannya. Didengarkan suaranya.

Isteri juga membutuhkan harga diri. Dia tidak mau jika sekedar dijadikan pemuas seks. Dia juga memerlukan harga diri sebagai seorang isteri, bukan sekedar budak seks atau bagian memenuhi kebutuhan seks saja. Dia juga ingin eksis dan ditampilkan sebagai seorang isteri.
Jika di teliti sebenarnya masih banyaklah kebutuhan seorang isteri terhadap suaminya, diluar kebutuhan materi dan kepenuhan nafsu birahinya. Oleh karena itu, jika seorang suami ingin mencegah hal-hal yang tidak di inginkan jangan sampai terjadi, maka perlulah berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan seorang isteri.


SESSION X KONSELING KELUARGA

PENUTUP


Pernah datang kerumah saya seorang suami-isteri (klaien) yang ingin berkonsultasi, karena pertengkaran yang sering terjadi dan ia merasanya ada sesuatu yang aneh. Orang ini mengaku telah menikah selama 18 tahun, dan telah dikaruniai anak. Ia merasakan selama delapan belas tahun menikah tidak sering bertengkar seperti pada akhir-akhir ini. Bahwa selama kurang lebih tiga bulan, katanya tiada hari tanpa adanya pertengkaran. Selalu ada-ada saja alasannya. Suami maupun isteri merasakan ada sesuatu yang aneh dalam pertengkarannya. Karena orang ini bukan orang Kristen, maka timbul dugaan bahwa ia sengaja “dibikin” oleh orang lain yang tidak senang kepadanya supaya rumah tangganya kacau.
Seperti pada kebiasaan saya, didalam kami menangani konseli (orang yang konseling), selalu saya periksa dengan psikotes proyektif. Yaitu yang biasa dipakai untuk psikotes seorang calon karyawan. Setelah saya analisa, sebelum saya banyak bertanya, saya langsung berucap : “nggak ada apa-apa begini kok bertengkar”. Suami dan isteri mendengar kata-kata saya kontan saling berpandangan. Dia tidak percaya jikalau tidak ada apa-apa.
Kemudian kepada mereka saya jelaskan sambil memberitahu bahwa kepribadian isteri adalah ber type Sanguin. Dan yang suami ber type Plegmatik. (untuk mengerti bagaimana Type Sanguin, Plegmatik dll silahkan membaca BUKU KUNCI KEHIDUPAN SERI 7 ) Setelah perempuannya mengakuI semua watak-watak dia kemudian heran, mengapa saya mengerti kepribadiannya karena kan belum pernah cerita atau tanya jawab dan juga belum kenal. Karena dia tidak mengerti bahwa salah satu tes yang ia buat adalah tes kepribadian.
Begitu pula suami juga saya tebak kepribadiannya, dia juga heran kena apa saya mengerti kepribadian suami dan isteri. Dari kepribadian ini saya uraikan. Kelemahan masing-masing dan kelebihan masing-masing. Setelah itu saya jelaskan bahwa sang isteri, saat ini adalah sedang memasuki usia Tengah Baya. Yang akibat dari hal ini ada perilaku-perilaku yang tidak seperti biasanya sebagai akibat usianya yang memasuki Tengah Baya. Sedangkan sang suami, sama sekali tidak mengerti tentang kepribadian dan juga tidak mengerti tentang Usia Tengah Baya. Mengertinya juma cinta yang tulus dan setia serta jujur sudah.
Jadi sebenarnya gesekan atau pertengkaran yang terjadi bukan karena “dikerjain” orang yang tidak senang kepadanya, seperti yang ia duga, tetapi sebagai akibat ke tidak tahuannya tentang kepribadian dan perubahan perilaku yang seharusnya direspon. Suami nya cuek, sedang isterinya minta perhatian dan perlindungan dan dukungan. Kebetulan ia juga sedang berselisih paham dengan orang lain dan tersudut, ia ingin suaminya membelainya, tetapi juga tidak dibela dan tanpa ada penjelasan. Merasa kepentingannya tidak di respon atau tidak diperhatikan, kemudian timbul jengkel, marah, panas hati dan curiga. Akhirnya dalam interaksi menjadi tidak normal. Semakin menjadi-jadi ketika isteri mengaku jika mau tidur ia berdandan dulu, tetapi suami tetap tidak menggubrisnya alias cuek karena tidak mengerti maksudnya apa, dikira biasa-biasa saja. Padahal sebetulnya minta……… Sepele bukan masalahnya ?
Akhirnya suami isteri tersebut berpelukan mesra didepan saya setelah saya beri nasihat, dan nasihat tersebut saya rekam dalam kaset. Untuk dia supaya bisa mengingat-ingat apa yang menjadi petunjuk saya.
Saudara yang kekasih dalam Tuhan, pengetahuan adalah sangat penting dalam kehidupan rumah tangga. Karena kehidupan berumah tangga adalah ibarat pelayaran sebuah kapal di tengah samudera yang luas. Kenyamanan dan keindahan dalam perjalanan memang selalu ada, tetapi kebalikannya bahaya yang tidak diharapkan juga sewaktu-waktu bisa timbul dan pasti terjadi. Oleh karena itu perlu mempunyai bekal yang cukup guna menghadapi berbagai kemungkinan yang akan timbul. Ibarat seorang nakoda kapal, maka sedikitnya diperlukan peta navigasi dan pengetahuan membaca peta dan pengetahuan-pengetahuan lain yang berkaitan dengan pelayaran. Belajar dari diri saya sendiri dulu ketika menikah, bekal saya ternyata sangat minim. Baik bekal Firman Tuhan, bekal persoalan umum, bekal psikologi keluarga, maupun bekal psikologi pendidikan anak. Sehingga hasil yang saya capai sekarang hanyalah semata-mata anugerah Tuhan saja. Padahal seandainya bekal itu saya miliki, niscaya saya akan bisa lebih baik dalam mempersiapkan diri menerima anugerah Tuhan yang lebih baik pula.
Pertama kali dalam sebuah pernikahan diperlukan pengetahuan interaksi keluarga, untuk hal ini diperlukan pengetahuan psikologi praktis. Yaitu yang menyangkut kepribadian dan hal-hal yang akan dialaminya nanti. Pengetahuan ini berguna untuk membina keluarga sejahtera, meredam masalah jika suatu saat timbul salah paham atau beda pendapat. Bahkan bagi yang kreatif bias mendukung intimasi dan romantisme. Dari hal itu semua akan membantu mencegah terjadinya perselingkuhan.
Berikutnya adalah psikologi pendidikan. Pada umumnya, sebuah keluarga muaranya adalah anak keturunan. Setelah punya anak wajib mendidiknya dalam keluarga. Pendidikan keluarga mewarnahi sedikitnya 70 % sifat-sifat anak. Sedangkan pendidikan sekolahan atau formal difokuskan pada scient atau ilmu pengetahuan. Yang mungkin orang tua sendiri tidak sanggup. Dari pergaulan yang mendominasi pada anak sebelum usia 20 tahun akan mewarnai sekitar 20 % model sepak terjangnya sebelum mendapat didikan alam selanjutnya. Bagi orang beragama, pengetahuan teologi, pendidikan iman dan filsafat agama menjadi lebih penting dari seluruh pengetahuan diatas. Karena iman harus dipraktekkan. Iman yang salah, prakteknya juga salah. Iman menyangkut pengetahuan, sebenarnya hubungan Tuhan dengan manusia itu bagaimana. Padahal banyak orang tua yang belum banyak mengerti sebenarnya hubungan Tuhan dengan manusia itu bagaimana dan manusia sebenarnya harus bagaimana. Umumnya karena sudah terlanjur mendapat jabatan di gereja, atau aktivis gereja menjadi gengsi jika mengakui bahwa masalah ini sebetulnya masih jauh dari tuntas. (mohon maaf tetapi ini jemaat di Gereja lain, bukan jemaat di Gereja anda) Penulis sendiri, mengerti Yesus itu sebenarnya peranannya bagaimana dalam kehidupan manusia, baru saya ketahui setelah usia saya menginjak lima puluhan. Merngerti saya dahulu cuma sekedar seperti yang tertulis secara leterleck dalam Alkitab dan seperti yang kebanyakan diucapkan oleh pak Pendeta dan banyak orang. Sehingga masih kurang mewarnahi kehidupan saya. Bukti dari sinyalemen saya ini adalah masih banyaknya orang Kristen yang Kasihnya masih memandang muka (Yak 2 : 8,9).
Didalam perjalanan hidup, pasti terdapat rintangan. Rintangan masalah kenyamanan, rintangan masalah kesehatan, rintangan masalah ekonomi atau bisnis (lih artikel Kesaksian dari 2Pet 1:1-9) bagaimana mencegahnya, rintangan masalah cita-cita masa depan yang jauh untuk mendapatkan mahkota yang bertkaitan dengan masa depan anak cucu (Ams 17:6). Kesemuanya memerlukan pengetahuan. Karena rintangan-rintangan tersebut bersumber pada dua hal : 1. Bersumber pada kebodohan kita, sehingga sepak terjang kehidupan kita ngawur tanpa peta dari Tuhan (Alkitab), 2. Bersumber pada ujian. Ujian ini biasanya melebatkan iblis (pelajarilah cerita Ayub). Bagaimana anda menghadapi iblis ? Pengetahuan dan ima (Efs 6:13-17)
Biasanya rintangan hidup melalui salah satu dari beberapa “cabang” diatas, kemudian bermuara pada dosa ketujuh. Buahnya dari dosa sengsara atau sakit penyakit atau anak cucu yang kurang berhasil. Selanjutnya neraka atau surga.
Oleh karena itu saya rindu untuk bisa membuka sekolah bagi keluarga-keluarga muda dan masih baru dalam rangka mempersiapkan diri berkeluarga. Buku panduan telah terselesaiak dengan judul :AJARLAH ANAKMU SELAGI ADA HARAPAN. Sehingga mempunyai bekal ilmu pengetahuan yang lebih jika di banding ketika saya mulai berkeluarga dulu. Dimana saya belajar psikologi maupun ilmu pendidikan setelah berkepala 5, sehingga boleh dikata telah terlambat Akan lebih bagus mestinya ketika anak-anak belum balita telah memiliki pengetahuan pendidikan anak yang beralaskan iman.
Bagi orang yang pada tahap awal, cita-citanya biasanya agar anaknya menjadi orang yang hidupnya berkecukupan. Tahap berikutnya barang kali kepingin anaknya menjadi politikus yang terkenal, atau pejabat yang terkenal, atau konglomerat yang terkenal. Kalau Pendeta barang kali kepingin anaknya menjadi Pendeta yang terkenal, jematnya ratusan ribu seperti Yonggi Cho atau Moris Sorullo. Terserah apapun cita-citanya, yang ingin kami sampaikan disini adalah: cita-cita itu perlu diupayakan atau perlu “bayar harga”. Bayar harganya, minimal dengan pengetahuan tentang diri kita siapa, Tuhan siapa, dan kemudian kita dilahirkan di Dunia seperti keberadaan kita sekarang ini, sebenarnya Tuhan berkehendak apa untuk kita. Bukankah keberadaan manusia di dunia, berbeda dengan keberadaan nyamuk atau laron, yang hanya untuk hidup dan mati saja. Melainkan keberadaan manusia adalah kehendak Tuhan. Buktinya, mati dan hidup ditangan Tuhan. Bukan seperti nyamuk, laron, kambing atau sapi, mati dan hidup tergantung siapa? Demikian berarti sebaiknya manusia mengerti, bahwa kehidupan manusia di dunia mengemban misi dari Tuhan. Dan Misi itu apa. Dalam korsus pranikah akan lebih baik jika hal ini dibicarakan, sehingga cita-citanya dalam pernikahan tidak sekedar mencari kebahagiaan dan memproduksi anak.
Dalam kenyataan, mengerti atau tidak mengerti misi Tuhan yang harus kita emban, dalam perjalanan hidup pasti ada gangguan. Bagi yang miskin, gangguannya keuangan. Bagi yang kaya gangguannya masalah bisnis atau sakit penyakit atau sejarah hidup dalam arti hidupnya kurang nyaman. Misalnya: beriman, kaya raya, tetapi sakit tidak kunjung sembuh. Atau harus masuk penjara atau buron. Tentu hal ini tidak di inginkan bukan? Nah didalam mempersiapkan diri menjalankan misi Tuhan, alangkah baiknya jika memperlengkapi diri dengan berbagai pengetahuan seperti diatas telah diuraikan. Supaya kehidupan kita menjadi berkenan dihadapan Tuhan (rapotnya baik).
Semoga Tuhan berkenan mengijinkan dan mengutus patner yang bisa mendukung dalam pelayanan ini. Agar banyak jiwa-jiwa diselamatkan melalui membina keluarga dalam Tuhan.

Pada akhir kalimat artikel ini, penulis menyadari sebagai orang berdosa dan tidak sempurna. Sehingga pasti banyak kekurangannya. Untuk itu mohon maaf sebesar-besarnya. Terutama bagi Pembaca yang budiman yang merasa tersinggung. Semoga Roh Kudus yang menyempurnakan.





Jika diperlukan Anda dapat berkonsultasi melalui telepon:021-98791377, 024 -7473096, 08889149388 Bagi yang tergerak untuk mendukung pelayanan ini Dapat mengirimkannya ke Bank Mandiri
a/n Sudaryono AC no. 135 000 3099 890
Berkut Tulisa dengan Judul BUKU KUNCI KEHIDUPAN(14seri)
.
DOAKAN PELAYANAN CD GRATIS UNTUK MENJANGKAU YANG TIDAK SUKA INTERNET

SELAMAT DATANG




ANDA TELAH MASUK PADA HALAMAN
SERI BUKU KUNCI KEHIDUPAN



Buku KUNCI KEHIDUPAN Penulisannya sebenarnya telah sampai keseriI 14.
Namun mohon sabar, akan kami masukkan ke internet secara bertahap.
Buku Kunci Kehidupan ini merupakan Eksposisi Alkitab yang telah disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari bagi orang beriman.
Harapan penulisan ini, akan menjadi wacana yang mampu mempengaruhi pola hidup orang beriman untuk menjadi lebih berkenan dihadapaan Tuhan.
Sehingga akan mendapatkan Kedamaian
Seri 1 BUKU KUNCI KEHIDUPAN

KUNCI DAMAI SEJAHTERA
DAN
SUKSES EKONOMI

suatu hari ada seseorang yang ingin membeli sebuah mobil. Seperti pada umumnya orang memiliki mobil pasti menginginkan mobilnya sehat, enak dikendarai an penampilannya tidak memalukan. Tetapi karena kebetulan si orang yang akan membeli mobil ini belum begitu mengerti tentang seluk-beluk mobil, maka pada waktu memilih mobil, ia pertama-tama hanya mementingkan memilih bentuk dan cat (warna) mobil, dan kemudian oleh si penjual mobil dibukakanlah kap mobil tersebut agar si pembeli merasa puas karena juga biar melihat mesin mobil, setelah mencoba duduk didalam mobil dan menghidupkan mesinnya. Sebab si penjual mobil tidak ingin mengecewakan langganan. Oleh karena itu mobil tersebut tidak sekedar dihidupkan mesinnya saja, tetapi juga dicoba putar-putar kota dan sengaja dicarikan jalan yang menanjak tinggi agar dapat untuk mengetes bahwa mesinnya masih cukup kuat, dan setelah itu dibawa ke jalan Tol untuk mengetes kecepatan dan system remnya yang masih bagus.
Tidak lama setelah mobil itu menjadi miliknya (si pembeli mobil), pemilik tersebut kecewa berat terhadap mobilnya, pasalnya sekarang mobil tersebut jika nanjak tidak terlalu kuat, begitu pula jika lewat jalan Tol tidak dapat kencang. Dalam hatinya ia sungguh ndongkol dengan penjual mobil, karena dianggapnya penjual mobil tersebut penipu, mobil yang mesinnya sudah jelek dikatakannya masih baik, buktinya belum ada setahun mesinnya telah brengsek, demikian tukasnya.
Ketika pemilik mobil ini ketemu dengan seorang kawannya yang lebih mengerti mobil, begitu melihat dan mendengar suara mobil tersebut langsung nyeletuk bicara : Mas kelihatannya mobilmu ini saringan angin dan carburatornya kotor, ini perlu dibersihkan. Karena memang kawan baik maka si pemilik mobil ini tidak malu-malu bertanya, saringan angin dan carburator itu yang mana ? lalu membersihkannya bagaimana? Akhirnya ditolonglah ia diajak ke bengkel mobil untuk dilakukan service pemeliharaan. Dan kemudian ia diberi tahu bahwa mobil harus selalu dibawa ke bengkel service mesikpun tidak rusak jika perjalanan telah mencapai lebih dari 10.000 km untuk di service mesinnya jika tidak dapat menservise sendiri, begitu pula setiap 3.000 km perjalanan maka olie mesin harus diganti jadi tidak cukup dengan di cuci saja.
Pemilik mobil ini baru mengerti sekarang, bahwa mobilnya jika ingin selalu enak perlu perawatan. Karena ada beberapa komponen mobil yang memerlukan perawatan berkala bahkan ada yang perlu diganti. Sebelum itu, ia mengertinya mobil cukup dicuci jika kotor, ditambah bensin jika habis titik. Tidak mengerti bahwa harus ganti olie, harus bersihkan carburator dan saringan angin, harus tambah air accu dan sebagainya.
Saudaraku yang kekasih didalam Tuhan, dalam perjalanan hidup banyak kejadian yang serupa dengan gambaran orang yang mendambakan mobil yang enak dikendarai, tetapi belum mengerti komponen / unsur apa saja yang dapat membuat menjadi enak tersebut. Kebanyakan orang ingin kehidupannya diwarnai dengan kebahagiaan atau suka cita, dan kemudian kebanyakan orang pula menganggap bahwa kekayaan materi adalah akan menjadi solusi atau alat atau gerbong yang dapat membawa kepada kebahagiaan atau suka cita. Dukungan dari kepercayaan bahwa kekayaan materi membawa kepada suka cita atau bahagia dapat dilihat dari pada umumnya jika mempunyai anak cita-citanya bagaimana, coba mari kita koreksi diri kita sendiri. Cita-citanya adalah supaya menjadi orang pandai kemudian menjadi Insinyur atau dokter atau Sarjana Hukum atau sarjana Ekonomi dll. Untuk apa? Disekolahkan tinggi-tinggi menjadi sarjana adalah agar mampu mendapatkan pekerjaan dan kedudukan sosial yang tinggi pula. Sebab jika mempunyai jabatan tinggi pasti gajinya tinggi, sehingga akan lebih kaya dari yang tidak bergaji tinggi, apalagi pasti dapat tambahan uang jabatan dan fasilitas misalnya mobil dan rumah dinas. Bagi orang dagang cita-citanya agar anaknya juga bisa menjadi pedagang yang besar, sebab pedagang yang besar juga pasti kaya. Pengetahuan dan keyakinan kebanyakan orang adalah akan membawa kepada suka cita dan kebahagiaan, oleh karenanya pada umumnya orang ingin kaya. Kebenaran dari argumentasi ini dapat pula dikontrol melalui diri kita sendiri dahulu sebelum pengalaman apa yang dicita-citakan, begitu pula jika mempunyai anak, bukankah anak kita disekolahkan yang tinggi-tinggi pula agar kelak mendapat jabatan yang tinggi? Rasanya jarang orang yang sedang cukup keuangan melarang anaknya sekolah yang tinggi-tinggi pada sekolah umum melainkan menyuruhnya ke Sekolah Teologia atau ke sekolah Madrasah saja untuk menjadi Pendeta atau Ustad. Dampak dari hal ini sampai menjadikan Sekolah Teologia kesulitan mencari murid yang pandai (ber otak yang lumayan), sehingga jika anak sudah tak diterima disekolah umum, atau anak sulit mencari pekerjaan, atau anak punya kekurangan barulah disekolahkan di sekolah Teologia. Ini bukan ucapan sinisme, tetapi kenyataan, jika tidak percaya tanyakanlah pada Sekolah Teologia dan tanyakan pula pada umumnya yang membayari SPP mereka siapa, orang tuanya sendiri atau sponsor? Mengapa model sponsor ? Biar mau sekolah di Teologia. Kesemuanya ini terjadi adalah sebagai akibat dari adanya kepercayaan bahwa orang kaya akan mendapatkan kebahagiaan dan penghormatan. Dan sepintas memang ini benar, terutama masalah kebahagiaan sesaat dan penghormatan. Jika anda datang ke Hotel berbintang dengan penampilan apa adanya, tidak layaknya sebagai orang kaya pasti oleh resepsionesnya ditolak atau dicurigai apa kuat bayar? Cerita ini sungguh terjadi dari pengakuan seorang milyoner pengusaha obat nyamuk di Cirebon, orang ini kaya raya, tetapi penampilannya tidak seperti orang kaya, sehingga ia beberapa kali ditolak oleh resepsiones Hotel berbintang disangka tidak kuat bayar! Apa lagi jika datang di deskotik, dujamin tidak akan di datangi oleh pramuria-pramuria karena disangka tidak punya uang, apalgi pesannya minuman cuma fanta atau coca cola botolan! Datang ke pejabat Pemerintah yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat pun sama, jika tidak berpenampilan sebagai orang kaya pasti akan diminta antri, tetapi jika berpenampilan orang kaya apalagi memang telah dikenal sebagai pengusaha kaya, pasti tidak usah antri malah mendahului orang lain yang telah berjam-jam antri. Datang ke show rom mobil pun tidak akan disambut ramah oleh salesnya. Ini bukan sekedar fenomena, tetapi sebuah kenyataan, dan semacam inilah yang menggiurkan banyak orang untuk kepingin menjadi kaya. Bahkan sampai-sampai Yesus pun ditawari kekayaan oleh iblis, mari kita baca dalam Matius 4:8,9

“Dan iblis membawaNya pula keatas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepadaNya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,9 dan berkata kepadaNya:”Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika engkau sujud menyembah aku.”

Pertanyaannya sekarang adalah mengapa iblis berbuat demikian di dalam mencobai Yesus? Jawabnya adalah karena pada umumnya orang tergiur dengan kemegahan dan kekayaan dunia. Tergiur semacam ini adalah alami dan manusiawi atau lumrah sebagai manusia yang masih belum disadarkan Tuhan. Penulis juga sama, juga senang jika mendapatkan kekayaan, cuma sekarang ada syaratnya yaitu asal kekayaan itu berasal dari pemberian Tuhan. Jadi penulis sekarang ada perbedaan, dengan ketika dahulu penulis mengejar (mati-matian) untuk dapat kaya buktinya penulis dahulu juga sekolah Tinggi Teknik dahulu, kemudian bekerja untuk mencari penghasilan sebanyak-banyaknya. Bukan berupaya belajar teologi berparalel (ber barengan) dengan belajar teknologi. Penulis belajar teologi baru setelah Tuhan memanggil dengan paksa, agar penulis lebih mengerti teologi. Yaitu setelah usia penulis berkepala lima baru studi teologi! Meskipun semenjak usia penulis berkepala dua telah diperkenalkan dengan Yesus, dan kemudian menjadi aktivis Gereja, tetapi pengetahuan teologi hanya sekedar menu tambahan saja, bukan menu pokok. Hal yang demikian adalah lumrah, meskipun aktivis tetapi sebenarnya belum mengerti ‘kunci kehidupan.’ Masih lumayanlah saya jika saya masih mau dan gemar baca Alkitab, kenalan-kenalan penulis yang aktivis dan menjadi Majelis katanya jika baca Alkitab menjadi mengantuk, apalagi baca tentang silsilah-silsilah, katanya polos. Jadi mereka baca Alkitab paling dalam satu minggu tidak lebih dari satu atau dua pasal saja. Mengapa demikian ?

Dorongan Yang Menciptakan Sikap Kita
Pengetahuan dan keyakinan membawa kepada upaya, sikap, dan tindakan. Orang memancing disuatu genangan air karena ia berkeyakinan bahwa dalam genangan air tersebut ada ikannya, meskipun belum mendapat bukti maka ia memancing ikan ditempat tersebut. Termasuk juga orang menempel surat Hu atau surat rajah Arab atau kaca cermin diatas pintu masuk rumahnya, karena berkeyakinan dengan cara tersebut ia akan terhindar oleh mara bahaya karena berkeyakinan bahwa surat Hu atau surat rajah Arab atau kaca cermin dapat menolak bala. Begitu pula orang yang empunya sebilah keris, kemudian menjamasinya setiap bulan Sura (setahun sekali), karena berkeyakinan bahwa melalui upacara tersebut ia akan mendapatkan betuah dari keris tersebut. Orang Moslem mengkhitankan anaknya sebelum dewasa, karena ia berkeyakinan dengan dikhitankanya tersebut anak akan mulai diterima oleh Allah sebagai manusia dewasa yang sholatnya mulai diperhitungkan, tidak hanya makmum saja. Orang Kristen mengadakan perjamuan Kudus bagi kelompok non Luter-an (Injili) percaya bahwa Perjamuan Kudus membawa berkah terhadap banyak hal, dan bagi kelompok Luter menganggap bahwa melalui perjamuan suci di ingatkan kembali kepada peristiwa karya penebusan Kristus sebagai peristiwa puncak bagi orang Kristen. Orang melakukan upacara larung dilaut atau sungai atau tanam kepala kerbau di bumi karena mereka berkeyakinan melalui hasil tersebut mereka akan terhindar dari mara bahaya. Orang tidak mau memegang api yang membara, karena mengerti (berpengetahuan) bahwa api yang membara tersebut dapat membakar dan dapat mematikan. Zakius si pemungut cukai memanjat pohon hanya demi mau melihat Yesus, karena Zakius mempunyai kepercayaan bahwa Yesus mempunyai banyak kehebatan dan dalam rangka mau mendapatkan pengetahuan tentang Yesus melalui penglihatannya. Orang belajar dengan rajin karena pengetahuannya bahwa hanya melalui belajar tersebut ia akan menjadi pandai. Orang belajar dan juga berpuasa, karena mengerti dan percaya bahwa ia akan menjadi pandai dari cara belajarnya dan dari kekuatan supranatural yang dipercayainya yang akan didapatkan dari berpuasanya. (khusus untuk berpuasa ini ternyata sebenarnya secara ilmiah memang benar akan membantu proses belajarnya untuk lebih cepat mengerti, bukan karena kekuatan supranatural saja, tetapi juga melalui penataan unsur kimiawi yang membuat komposisi syaraf dan otak menjadi lebih cemerlang ketika berpuasa, karena selama berpuasa susunan kimiawi tubuh berubah komposisinya).
Jadi jelaslah bahwa pengetahuan (pengertian) dan keyakinan seseorang akan mendorong untuk orang tersebut melakukan sesuatu perbuatan demi untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan atau dicari. Oleh sebab itu perilaku (kelakuan) atau gaya hidup orang berubah sesuai dengan perubahan pengetahuan dan keyakinannya.
Secara nalar yang logis dan juga ilmiah, bahwa melalui kepandaian akan membuat orang menjadi lebih terampil bekerja (sukses), setidak-tidaknya akan tidak mudah di apusi oleh orang lain. Kemudian dengan rajin bekerja yang disertai dengan pengetahuan (bekerjanya tidak ngawur) akan menjadi lebih sukses dan tentu menjadi lebih berhasil. Bahkan di yakini pula bahwa kepandaian lebih mahal dari modal kekayaan, oleh karenanya banyak orang mencari modal kepandaian lebih dahulu,jika perlu sekolah ke luar negeri. Bukannya mencari modal kekayaan lebih dahulu. Sebab kekayaan yang melimpah jika tidak disertai dengan kepandaian mengelola, akhirnya akan habis juga karena bangkrut sebab tidak dapat mengelola. Dan secara nalar sehat memang demikian.
Oleh sebab itu jika pembaca ingin mendapatkan perubahan gaya hidup atau warna hidup, mulailah dengan berupaya memiliki pengetahuan yang benar dan luas, tidak sekedar percaya saja. Atau percaya melalui penuturan orang lain saja, tidak belajar sendiri dan jika demikian anda akan hanya menjadi ekor, tidak mengerti sendiri secara lebih dalam. Baca Alkitab erat kaitannya dengan penambahan pengetahuan, tambah hikmat dan keyakinannya akan kuasa dan bentuk intervensi Tuhan terhadap kehidupan manusia akan menjadi lebih jelas dan akan membawa lebih mapannya firman Tuhan sebagai dasar kehidupannya. Kebalikannya kurang membaca firman Tuhan akan mendorong untuk menjadi percaya kepada orang lain yang dipercayai lebih pandai tentang firman Tuhan (ber teologi ekor). Dalam hidup ber iman masih banyak orang yang disebut ber teologi ekor atau ber iman dengan mengekor kepada orang yang lebih di anggap lebih pandai dan di percayai, karena takut keliru. Hal yang demikian banyak terjadi, contohnya pengikut aliran sesat di Bandung atau pengikut sekte kiamat di Jepang. Mereka akhirnya menjadi korban karena tidak mau belajar sendiri dan membuat dirinya sendiri sengaja tertutup dari pandangan luar karena tidak mempercayainya. Padahal jika mau banyak belajar akan membantu memudahkan menangkap pelajaran yang diajarkan oleh Pendetanya sendiri sehingga memudahkan untuk cepat menjadi lebih mengerti tentang Tuhan,akan lebih indah jika Pendeta yang jadi guru dan pembimbing, jemaat menjadi mahasiswa yang banyak belajar sendiri melalui banyak hal dan bayak literatur.


Sumber Suka Cita
Dalam ilmu pengetahuan geologi, diketahui bahwa sumber air akan mengalir dengan deras jika disekitar wilayah tersebut terutama di dataran yang lebih tinggi tidak gundul. Sebab air yang berasal dari uap lautan tersebut diubah menjadi awan gelap dan dibekukan oleh udara yang mengandung zat tertentu dan membeku menjadi air dan kemudian jadilah hujan. Setelah hujan tersebut turun, jika turun didataran yang penuh pepohonan, maka air hujan tersebut disimpan sebagian oleh akar-akaran pohon dan rimbunnya dedahanan mengurangi penguapan air yang meresap dalam tanah sebab sinar matahari yang panas tidak langsung memanasi dan mengeringkan tanah yang sebenarnya menyimpan air hujan. Berbeda dengan dataran yang gundul, sinar matahari akan langsung menyinari tanah dan mempercepat penguapan air dalam tanah, begitu pula unsur penyimpan air dalam tanah hanya butiran tanah saja tanpa dibantu dedaunan dan akar pohon. Oleh karena itu menurut ilmu yang ilmiah dataran yang gundul akan sulit sumber air. Logika inilah yang banyak diikuti oleh kebanyakan orang.
Bagaimana dengan logika orang beriman?
Mari kita baca kitab Yehezkiel.

“Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait Suci, dan sungguh ada air keluar dari bawah ambang pintu bait suci itu dan mengalir menuju ke timur ; sebab bait suci juga menghadap ketimur; dan air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah.2.Lalu diiringnya aku ke luar melalui pintu gerbang utara dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju pintu gerbang luar yang menghadap ke timur, sungguh , air itu membual dari sebelah selatan.
Yehezkiel 47:1,2.

Dan marilah kita membaca juga kitab Yesaya

“ Tetapi Aku, Tuhan , akan menjawab mereka, dan sebagai Allah orang Israel Aku tidak akan meninggalkan mereka. 18.Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual ditengah dataran ;Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering.19.Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak;Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya.20.supaya semua orang melihat dan mengetahui, memperhatikan dan memahami, bahwa tangan Tuhan yang membuat semua ini dan Yang Maha kudus, Allah Israel, yang menciptakannya”.
Yesaya 41:17 b - 20.


Saudara yang kekasih didalam Tuhan, dari bacaan tersebut di atas jelaslah bahwa ternyata Tuhan itu menghendaki agar diri kita selaku umat Tuhan melihat Tuhan, dan mengetahui serta memperhatikan dan memahami siapa Tuhan Yang maha Kuasa itu.(baca ulang ayat 20 dari Yesaya 41). Dan kemudian cara yang dipakai Tuhan untuk manusia melihat Tuhan adalah Tuhan menggunakan Kuasa otoritasnya sebagai pencipta ! Yaitu melakukan sesuatu dengan mengabaikan (tidak mengikuti) hukum ilmiah sebab Tuhan yang memiliki dan menciptakan hukum dan berkuasa atas hukum, yakni membuat telaga dipadang gurun, menumbuhkan pohon-pohon yang semestinya hanya bisa tumbuh ditempat yang subur, namun di tumbuhkan ditempat padang gurun yang tidak subur. Bacaan ini mematahkan teori ilmiah yang nalar dan logis, memberikan pengertian bahwa damai sejahtera dan suka cita bukan berasal dari kekayaan materi, tetapi berasal dari Tuhan yang mengadakan. Dan ternyata dalil ini betul, buktinya jaman tulisan ini sedang ditulis banyak kejadian orang yang memiliki kekayaan yang luar biasa banyaknya (di Indonesia) tetapi tidak mendapatkan kebahagiaan.
Ada yang kaya tetapi hidupnya di dalam penjara Nusakambangan, dan ada pula yang harus melarikan diri ke luar negeri,(padahal dari kekayannya tersebut ia juga melayani) dan ada pula orang kaya yang senantiasa di hujad – hujad orang. Ada pula yang harus kawin cerai, dan ada pula yang kematiannya dalam pelarian karena di buru yang berwajib, dan ada pula yang di bunuh oleh menantunya sendiri. Bahkan di negeri Inggris ada orang kaya yang harus pisah ranjang, dan akhirnya menemui ajal karena kurang bahagia.
Jadi cerita dalam Alkitab ini tidak hanya sekedar cerita pada jaman Alkitab, tetapi juga untuk kita sekarang ini, bahwa suka cita dan damai sejahtera tidak dapat seratus prosen di ciptakan oleh manusia di luar Kuasa Tuhan, tetapi harus melalui Tuhan. Damai sejahtera dan suka cita tidak melalui kekayaan yang diluar dari Tuhan. Di Semarang ada beberapa tuan tanah yang tanahnya cukup banyak, rumahnya juga cukup banyak. Tuan tanah tersebut ternyata tidak menikmati seluruh rumah yang di milikinya, karena pada kenyataannya tidak mampu menempati beberapa puluh rumah sekaligus, dan juga rasanya aneh dan tidak nyaman jika se andainya setiap beberapa hari sekali pindah rumah (pindah tidur) hanya agar supaya menikmati rumahnya. Dan setelah meninggal, ternyata anak cucunya hidupnya juga tak mampu melestarikan kekayaan nya, malah harus berperkara lebih dahulu jika ingin menjual salah satu rumahnya hanya untuk suatu kebutuhan karena ia hanya menguasahi rumahnya secara de yure yaitu sekedar memegang sertifikatnya saja. Padahal pada kenyataannya banyak orang yang tadinya belum punya rumah dan tidak dibekali dengan modal uang yang cukup, setelah beberapa waktu bekerja kemudian ia mempunyai rumah, berkebalikan dengan anak cucu tuan tanah ini, ia yang sudah dibekali dengan modal yang cukup banyak, rumahnya tidak bertambah banyak, melainkan harus satu persatu di jual untuk menutupi kebutuhannya.
Aliran air tawar yang di alirkan melalui samping kanan Bait Suci adalah menggambarkan kedamaian, kesejukan, kecukupan kebutuhan materi maupun jasmani dan rohani (emosi) yang memberikan suka cita secara seutuhnya.
Tidaklah salah jika mempunyai cita-cita berkecukupan di bidang materi atau kaya, tetapi kekayaan yang berasal dari pemberian Tuhan, bukan kekayaan yang berasal dari seratus prosen usaha mati-matian dari dirinya. Apalagi jika didalam mengupayakan kecukupan materi tersebut dengan cara-cara yang tidak di berkati Tuhan. Atau dengan penuh rekayasa agar mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan juga yang kemudian akan membuat semakin egois, serakah dan pelit. Dalam hal ini Salomo dalam Amsal mengatakan :

“jangan bersusah payah untuk menjadi kaya,tinggalkan niatmu ini.5.Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap lalu terbang ke angkasa seperti rajawali”.
Amsal 23:4,5.


Kemudian dalam I Samoel

“Tuhan membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga.8.Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari dalam Lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab Tuhan mempunyai alas bumi ; dan diatasnya Ia menaruh daratan.”
I Samuel 2:7,8.


Tidaklah salah orang bercita-citakan kaya, sebab orang miskin akan ditinggalkan sahabat-sahabatnya, apalagi cuma kenalan biasa! Sahabatnya saja meninggalkannya. Dan tentu juga orang miskin akan rawan dengan kesulitan, apalagi memiliki pikiran yang srakah dan egois dan tidak rendah hati. Sehingga semakin mendorong untuk menjadikan seperti pepatah yang mengatakan besar pasak dari pada tiang. Sehingga setelah dalam posisi semacam ini kesulitan demi kesulitan akan terus melilitnya. Karena dalam batinnya tidak bisa menerima terhadap apa yang seharusnya ia alami, keinginannya senantiasa menginginkan tidak seperti yang seharusnya di alami melainkan selalu lebih dari itu.

“Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya.”.
Amsal 19:4

Yang kami persoalkan di sini adalah caranya untuk mendapatkan kekayaan! Buku ini ditulis bukan untuk menghujad orang kaya atau memusuhi orang kaya, melainkan membantu memberikan pengertian bagaimana caranya memiliki kekayaan itu. Karena saya (penulis) tidak punya hak untuk melakukan demikian. Oleh karenanya diberi judul KUNCI. Bagaimana kuncinya orang menjadi kaya tanpa menjadi kebencian bagi Tuhan. Sehingga tidak harus dengan menebusnya dibalik terali di Nusakambangan oleh sebab karena kekayaannya, atau menebusnya di bangsal rumah sakit karena kekayaannya, yang pada intinya tidak menikmati kekayaannya. Jika hanya ingin sekedar kaya, kuncinya sangat mudah, ketika Yesus dibawa keatas bukit yang sangat tinggi, Yesus ditawari kekayaan dan penghargaan (kedudukan) syaratnya cukup mudah yaitu dengan bersujud menyembah iblis. Ajakan atau tawaran iblis ini tidak hanya ditawarkan kepada Yesus saja, tetapi juga ditawarkan kepada kita pembaca buku ini, asal kita mau bersujud kepada iblis kekayaan dan kehormatan akan diberikan kepada kita. Dan contohnya cukup banyak ! Bagi yang percaya dapat dengan mencari pesugihan di gunung Lawu, atau di gunung yang lain atau di tempat lain. Ada pula yang mempunyai tuyul dan untuk kesemuanya ini syaratnya cukup mudah sekali! Dan yang banyak adalah dengan cara yang samar-samar, yakni dengan bekerja keras-sekeras-kerasnya sampai tidak ada waktu untuk Tuhan. Tidak ada tindakan untuk mengamalkan ajaran Tuhan, sebab mengamalkan ajaran Tuhan berarti pengorbanan. Korban materi, korban waktu, korban perasaan, korban harga diri dll. Yang akhirnya menjadi orang Kristen hanya secara administrativ saja, karena perilakunya sehari-hari tidak mencerminkan sebagai orang ber iman. Inilah jumlah populasi orang Kristen yang cukup banyak. Mereka kebanyakan melakukan dan bertindak demikian hanya karena sebenarnya belum mengerti, kunci yang benar sesuai dengan Tuhan itu yang bagaimana. Itulah sebabnya buku ini ditulis dan di sebarluaskan. Supaya pengertian ini menjadi berkat bagi banyak orang, melalui membaca tulisan ini menjadi mengerti dan di sadarkan oleh Tuhan dan kemudian menggunakan kesempatan yang masih ada untuk bertobat ganti melakukan yang benar seperti yang digambarkan oleh Yesus dalam peristiwa gadis-gadis yang bijaksana menjemput mempelai laki-laki dengan membawa pelitanya masing-masing.
Bagi yang sudah terlanjur kaya dapat merubah paradigma berfikirnya agar supaya kekayaan yang telah didapatkan dapat dinikmatinya dan masih memiliki kesempatan untuk memikirkan dan melakukan kehendak Tuhan. Sehingga kekayaannya tidak menjadikan belenggu dosa yang samar-samar (tidak mempunyai kasih oleh karena semakin tamak), atau setidak-tidaknya tidak menjadikan kehilangan waktu yang semestinya untuk Tuhan hanya dengan alasan karena telah membayar perpuluhan. Atau seperti pada Luk 16:24. Dan bagi yang belum berhasil mendapatkan kekayaan, menjadi mengerti dari mana sebenarnya sumber kekayaan tersebut dan bagaimana sebenarnya cara untuk mendapatkan kekayaan tersebut yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Dan bagi yang kaya raya tetapi sering tidak mengalami suka cita dan damai sejahtera karena harus mengalami banyak masalah, dapat menjadi sadar bahwa sebenarnya kesejukan suasana, damai sejah tera dan suka cita itu cara memperolehnya bagaimana.
Sekali lagi aku katakan buku ini di tulis bukan untuk menghujad atau memojokkan orang kaya, tetapi untuk memberi pengertian bagaimana kuncinya untuk memiliki kekayaan yang dapat membahagiakan. Pertama-tama kami tegaskan bahwa kekayaan yang benar adalah harus berasal dari Tuhan. Karena Tuhanlah yang mengadakan, Tuhanlah yang membuat orang menjadi kaya, karena Tuhanlah yang membuat telaga didataran yang tandus, dan Tuhanlah yang menumbuhkan pohon-pohon yang rindang dan kuat, meskipun di dataran yang tandus sekalipun, karena Tuhan mempunyai otoritas untuk menumbuhkanNya. Dan lebih lanjud dalam Yehezkiel 47 :8 & 9 dituliskan bahwa, air yang berasal dari Bait Suci dan merupakan air tawar tersebut berkuasa untuk menawarkan air laut yang asin, dan kemudian dari situlah (dimana air ini bermuara) ikan-ikan akan hidup, bahkan dikatakan segala makhluk hidup yang berkeriapan akan hidup, dan kemudian para penangkap ikan akan berada di sekitar air tersebut sebab ikan-ikan menjadi sangat banyak.

Bahaya Dari Kekayaan Yang Perlu Diwaspadai
Air asin adalah air yang tidak layak diminum oleh manusia, artinya hal ini dapat menggambarkan sama-sama berkat (kekayaan materi) tetapi yang kemudian tidak dapat menghidupi manusia dan menjadi berkat banyak orang karena asinnya ini, berbeda dengan gambaran air asin yang telah ditawarkan oleh air tawar yang mengalir dari Bait Suci tersebut bahwa akan menjadi berkat (air asin ditawarkan sebagai arti bahwa berkat tersebut tidak ada pamrih atau tidak terkontaminasi sesuatu yang menjadikan tidak nyaman lagi) Ingat, orang yang habis mandi di air laut yang asin, jika tidak mandi lagi dengan air tawar untuk menghilangkan air asinnya yang melekat ditubuh tersebut, badan menjadi tidak nyaman, tidak senyaman bila di bilasi dengan mandi lagi dengan air tawar. Ini merupakan gambaran kenyamanan berkat yang berasal dari Tuhan. Dalam hal ini orang jawa mengatakan dan berkeyakinan:, duit sing ora ngringet lan ora halal iku ora dadi berkat, malah dadi laknat. (uang yang tidak didapatkan dengan jerih payah yang halal, tidak akan menjadi bermanfaat tetapi malah menjadikan masalah). Artinya dari kekayaan yang berasal dari Tuhan ini akan menjadi berkat bagi banyak orang dan banyak makhluk. Tidak hanya menjadi berkat bagi dirinya sendiri saja. Berkebalikan dengan uang yang berasal dari mammon, yang pada umumnya justru melalui uang (kekayaan) tersebut seolah menanam bijih masalah. Sifatnya pun menjadi berbeda. Jika uang yang berasal dari jerih payah manusia (akal atau rekayasa) yang tidak di sertai berkat Tuhan, hawanya menjadi panas. Seolah uang tersebut tidak memberi kedamaian dan ketenangan, karena mendorong untuk dikembangkan lagi secara multiplikasi se maksimal mungkin. Bahasa jawanya dikatankan menjadikan “ngongso” Pikirannya terus diatur oleh uang tersebut, supaya uangnya tidak statis tetapi seolah menuntut untuk terus dikembangkan dengan cara apapun, karena pikirannya seperti dalam Lukas 12:18. Jika perlu pikirannya menjadi urik (ingin ngakali dan merugikan orang lain secara terselubung demi untuk memperkaya diri sendiri dengan mengoper hak orang lain dengan cara yang licik) Nah di sinilah iblis berperan, pertama-tama orang yang mempunyai kekayaan ini di buatnya menjadi tamak, hatinya menjadi cinta uang, tidak cinta Tuhan, setelah tamak menjadi egois, dan setelah egois tak lagi mampu memiliki belas kasihan kepada sesama manusia, (dahulu penulis juga pernah begitu, sebelum Tuhan menyadarkanNya) mengapa? Karena dalam pikirannya mengatakan bahwa uang ini didapatkan dengan jerih payah, bukan dengan berkat Tuhan maka menjadi pelitlah ia atau kikir, karena pelit inilah yang menyumbat kasih terhadap sesama. Untuk konsekwensi dari sifat kikir ini lihat sendiri dalam I Korintus 6 :10. Ini bukan sekedar basa-basi, tetapi ini ayat dalam firman Tuhan jadi pasti dinyatakan, karena firman Tuhan ini ditulis dalam Kitab Perjanjian atau Testamen oleh Tuhan dengan manusia. Oleh karena itu banyak Gembala yang mengingatkan orang kaya, bahwa sebenarnya kita (yang kaya) hanyalah pengelola yang dipercayai Tuhan.
Jika sekarang pembaca akan mengetahui kekayaannya yang sekarang dimiliki tersebut berasal dari berkat Tuhan atau berasal mutlak dari hasil kerja sendiri (jerih payah manusia) dapat dikontrol dengan merasakan bagaimana hawa yang meyertai kekayaan ini. Apakah menjadi berkat banyak orang menjadi lebih bahagia ? (para nelayan yang kemudian mendapat banyak tangkapan ikan), atau mendorong keinginan untuk menjadi egois dan tamak dan kikir sehingga terus berupaya agar uang tersebut terus berkembang pesat karena hatinya lebih cinta kepada uang. Dan kemudian dalam jangka yang lama bagaimana? Menjadi berkat damai sejahtera atau membawa masalah yang tak di nyana-nyana? Banyak kejadian hanya karena uang, anak kandung dengan orang tua harus berantakan. Sehingga dengan melalui harta tersebut menjadikan tidak ada waktu untuk Tuhan, menipiskan belas kasihan terhadap sesama sehingga orang lain mengatakan kikir? Atau harta tersebut sebetulnya cuma lewat saja tetapi tidak menjadi berkat? Penulis punya kenalan orang yang kaya raya, tetapi halangan terus ada, jika tidak melalui dirinya sendiri, melalui anaknya yang kena musibah dan kesemuanya itu ujung-ujungnya cuma harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Jika demikian apa manfaatnya mendapat banyak uang jika akhirnya harus keluar lagi melalui hal-hal yang semestinya tidak harus terjadi ? Sebagai contoh : punya banyak uang, tetapi karena sesuatu hal uang tersebut harus melayang, dan melayangnya tidak dengan cara yang baik misalnya hilang, tetapi melalui dirampok orang dengan dikalungi clurit atau di todong pistol dan gertakan. Atau melalui mobilnya tabrakan yang mengejutkan, atau melalui sakit penyakit yang menyusahkan atau harus ber obat ke luar negeri. Dalam hal yang kecil ini kita bisa meng andai-andai, seandainya sebelumnya ditanya dahulu sebelum uang tersebut hilang akan lebih memilih yang mana coba pilih salah satu : a). Uang hilang melalui ditipu kawannya sendiri. B).Uang hilang melalui opname di rumah sakit karena sakit. C). uang hilang karena kena musibah tabrakan yang mengejutkan. D). Uang hilang melalui dirampok orang dengan dikalungi clurit. E). Uang hilang karena pabriknya kebakaran. F). Uang hilang karena anaknya terkena narkoba dan ditangkap Polisi. Mana yang dipilih? Lalu siapa yang berhak menentukan bahwa melalui cara yang ini saja bukan yang itu? Saya penulis tidak berhak menghakimi dan menilainya. Tetapi hati nurani anda sendiri yang mendalamlah yang memiliki penilaian dan berhak menilainya sendiri dan bersyukurlah jika ternyata harta kekayaan anda menjadi berkat banyak orang selain diri anda sendiri sekeluarga.
Mengapa kami menganjurkan untuk diri anda sendiri yang mengkaji dan menilainya sendiri? Karena dibagian depan tulisan ini telah kami sampaikan bahwa pengertian (pengetahuan) dan keyakinan akan mempengaruhi sikap dan memotivasi tindakan atau perbuatan kita. Sehingga melalui pengertian inilah sikap dan motivasi kita diubahkan, bukan karena tekanan dari orang lain atau karena ewuh prakewuh atau be seng gie terhadap orang lain. Sebab jika tindakan dan sikap kita hanya berdasar kan seperti be seng gie atau ewuh prakewuh atau tekanan, tidaklah kuat, sebab itu hanya perbuatan kamu flase supaya orang lain (yang menekan kita atau yang mengetahuinya) tidak menilai negatif terhadap diri kita. Yang mengacungi jempol atau menilai positif hanyalah orang-orang yang berjiwa penjilat saja, karena takut di jahui anda. Dan orang yang takut dijahui anda selaku orang kaya ini cukup banyak populasinya dan tidak pandang jabatan, apakah pejabat, rohaniawan atau orang biasa. Dan itu Tuhan tidak menilainya. Tuhan akan menilai jika sikap dan tindakan kita berdasarkan motivasi dan pengertian diri kita sendiri, keyakinan kita harus seperti yang kita (dalam hati nurani anda) lakukan.
Kesrakahan, tamak, kikir dll tidak hanya akan membawa masalah selama masih di dunia (selagi kita masih hidup) saja, tetapi juga akan membawa konsekwensi tidak tercatatnya kita dalam buku kehidupan di surga. Alias tidak masuk surga.Bahkan bisa jadi sepeti pada Luk 16:24. Padahal di dalam kenyataan sehari-hari menjadi kaya dan serba kecukupan adalah merupakan salah satu kebutuhan pokok pada umumnya orang (dunia). Sehingga banyak orang ingin berkecukupan, dan dalam rangka ‘keinginannya berkecukupan’ ini, maka orang bertindak dan berbuat apa saja sesuai dengan alam pikirannya. Sedangkan alam pikiran, dipengaruhi seberapa luas pengetahuan dan keyakinannya. Oleh sebab itu sesuai dengan keyakinan dan pengetahuannya itulah orang melakukan apa saja untuk dapatnya mencukupi kebutuhan pokok yang menurutnya menjadi kebutuhan, Ada orang yang keras bekerja, karena alam pikirannya mengatakan bahwa harta kekayaan harus dicari dengan bekerja keras, ada orang yang suka tidak jujur, karena dalam alam pikirannya dengan tidak jujur tersebut harta kekayaan lebih mudah didapatkan jika dibandingkan dengan bekerja secara jujur. Ada orang menjadi pelit setengah mati sampai tak ada rasa belas kasihan, karena dalam alam pikirannya didalam mengelola keuangan (harta kekayaan) didasari oleh hitungan secara matematis. Ada orang yang pemurah, suka menolong orang, karena dalam alam pikirannya uang yang ia dapatkan bukan karena jerih payahnya, melainkan diyakini merupakan rejeki dari Tuhan dan percaya bahwa siapa menabur akan menuai. Ada orang yang pilih kasih dalam hal memberi karena dalam alam pikirannya hukum menabur dan menuai lebih mendominasi dalam pikirannya dibanding kepercayaannya terhadap rejeki itu dari Tuhan, sehingga melalui kekayaannya tersebut ia menjalin relasi untuk tabur tuai. Sehingga banyak orang yang lebih memikirkan dirinya sendiri, kemudian baru kalangan yang dekat pada dirinya yang akhirnya oleh orang diluar kalangan mereka dijuluki kikir atau pelit yang ia tidak mengerti akibatnya secara rohani dari pelitnya itu. Apa yang saya tuliskan ini tidak sekedar dari yang tertulis dalam I Korintus 6 : 10 saja yang ketika itu ditulis oleh Paulus kepada jemaat di Korintus. Tetapi juga kami konversikan dengan ucapan Yesus sendiri yang tertulis dalam Matius 7

“Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu:Tuhan,Tuhan! Akan masuk kedalam Kerajaan surga melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di Surga .22 Pada hari terakir banyak orang akan berseru kepadaKu : Tuhan, Tuhan bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan mujizat demi namamu juga? 23. Pada waktu itu Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata : Aku tidak pernah mengenal kamu ! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian membuat kejahatan.”
Matius 7: 21- 23


Karena dikatakanNya bahwa pohon dikenal dari buahnya, atau kata lain dikenal dari hasilnya. Oleh karena itu kami mengajak untuk mengoreksi hasil kita masing-masing, untuk mengetahui dari pohon apakah itu. Harta kekayaan yang kita kuasai (miliki) sekarang ini merupakan buah apa? Sehingga kita tahu pohon itu (perbuatan dan hatiku) itu pohon apa. Lebih jauh dalam Matius 5 : 20 dikatakan bahwa jika keagamaan kita tidak lebih benar dari hidup keagamaan orang ahli-ahli Taurat dan orang Farisi kita diancam tidak akan masuk Kerajaan Surga ! Ini ucapan Yesus sendiri lho!
Mengapa hal ini kami persoalkan? Karena menurut kami sikap dan motivasi tindakan kita khususnya didalam menyikapi kekayaan kita termasuk bagaimana caranya mencari kekayaan tersebut adalah sebagai implementasi atau refleksi dari ‘keagamaan yang lebih benar’ yang di ucapkan oleh Yesus tersebut. Dalam Yehezkiel tersebut didepan dituliskan bahwa air tersebut memancar (membual) dari dalam Bait Suci disamping sebelah kanan pintu masuk dan mengalir ke timur, sebab Bait Suci menghadap ke timur.
Pada jaman saat ini Bait Suci itu apa dan siapa? Bait suci adalah diri kita, karena diri kita adalah Bait Roh Kudus (I Korintus 6:19), Roh Kudus itu Adalah Tuhan. Jadi air itu akan memancar dari dalam diri kita sendiri (Bait Roh Kudus) jika diri kita menjadi Bait Roh Kudus. Oleh sebab itu banyak orang Kristen yang merindukan di penuhi Roh Kudus, sehingga jika ada Pendeta yang akan mendoakan pencurahan Roh Kudus banyak jemaat yang serta-merta berdiri menyambutnya dengan maksud agar dirinya dipenuhi Roh Kudus. (Sebab menurutnya orang Kristen yang tidak suka dipenuhi oleh Roh Kudus rasanya kok seperti tidak rohani). Tanpa mempersiapkan hati yang di buahkan dalam perbuatan sehari-hari layak tidak jika menjadi tempat kediaman (Bait) Roh Kudus. Hebatnya lagi akan merasa bangga dan suka cita jika kemudian rebah ketika didoakan pencurahan Roh Kudus. Jika setelah merasa mendapat kepenuhan Roh Kudus tersebut terjadi perubahan gaya hidup, yang misalnya sebelumnya suka tidak jujur kemudian menjadi jujur termasuk jujur terhadap dirinya sendiri, jujur dalam berpendapat atau yang tadinya tamak kemudian menjadi tidak tamak, yang tadinya pelit menjadi berbelas kasihan adalah bagus, tetapi jika hati dan perbuatannya tidak menjadi lebih baik, pengakuan telah kepenuhan Roh Kudus perlu dipertanyakan sendiri. Mengapa demikian ? Baru seorang Presiden akan singgah di sebuah gedung saja, gedung tersebut disterilkan lebih dahulu dan tidak boleh acak-acakan apalagi untuk kediaman (bukan sekedar singgah) Roh Kudus. Lalu dimana perbedaan setelah dipenuhi (dipimpin) dengan Roh Kudus dengan sebelumnya? Itulah hubungannya dengan Matius 5:20.
Bait Suci itu menghadap ke timur, dan aliran air itu menuju ketimur. Berarti aliran air yang memancar dari dalam diri kita (Bait Roh Kudus) tersebut akan kita lihat sendiri. Apakah menyenangkan atau tidak menyenangkan, artinya tidak berlalu begitu saja seperti jika air itu mengalir berkebalikan dengan Bait Suci menghadap,misalnya Bait Sucinya menghadap ke timur, tetapi mengalirnya air ke barat. Buah dari hasil perbuatan kita tersebut akan kita nikmati! Coba bayangkan siapa yang tidak senang jika dari kapling tanahnya memancar air dan kemudian air itu menjadi sumber kehidupan orang banyak (ikan-ikan dan para nelayan). Sekarang yang menjadi persoalan adalah bagaimana agar diri kita benar-benar layak menjadi Bait Roh Kudus, Karena setelah diri kita menjadi layak dan benar-benar menjadi Bait Roh Kudus (Bait Suci) maka dari dalam diri kita akan memancar air tawar yang mengalir yang kelak menjadi sumber kehidupan orang banyak. Persoalan ada pada apakah hati kita dan perbuatan itu sinkrun untuk layak menjadi Bait Roh Kudus, disinilah tingkat kesulitannya. Memang benar bahwa melalui Kematian Yesus dikayu salib menjadikan dosa manusia di ampuni dan dilayakkan berkat anugrahNya. Tetapi jika kemudian kita tidak dapat menggunakan anugerah tersebut karena tidak mengerti gambarannya seperti pada perumpamaan membeli mobil. Seandainya kita ternyata kemudian sengaja atau tidak sengaja mencemari diri kita sendiri atau mbalelo? misalnya dengan berbuat dosa? Jika sudah demikian apakah Tuhan berkenan berada didalam hati kita karena layak menjadi BaitNya? Jika tidak, berarti diri kita bukan lagi Bait Suci dan berarti pula dari mana air tersebut mengalir? Jawablah sendiri.
Padahal dalam kenyataannya perbuatan kita terkait erat dengan pengertian dan pengetahuan terhadap pandangan kita terhadap Tuhan, sebab manusia bertindak atas pikirannya. Dan pikiran ini tergantung pengetahuan dan kepercayaannya (ingat contoh soal memelihara mobil). Itulah sebabnya penulis terbeban untuk menuliskan tulisan ini agar dapat membantu membawa kepada kesadaran dan pengertian sebenarnya Tuhan itu bagaimana. Setelah kita mengenali Tuhan sebobot pengenalan kita terhadap Tuhan itulah motivasi diri kita untuk berbuat dalam kehidupan kesehari-harian yang di kaitkan dengan Tuhan. Sebab itulah tidak setiap orang Kristen gaya hidupnya sama. Padahal dari kehidupan kesehari-harian inilah yang akan diperhitungkan Tuhan dengan nilai. Dari penilaian Tuhan itulah segala anugerah Nya di berikan kepada kita.sehingga tidak cukup dalam hati dan ucapan saja. Tuhan menganugerahkan sesuatu kepada diri kita (menjawab doa-doa kita) adalah sesuai dengan hasil perbuatan kita yang taat atau tidak setelah kita diperbaharui atas anugerahNya. Sebab kita orang berdosa (Rom 3:23), sehingga jika tidak dianugerahi dengan pengampunan dan pembaharuan, kita tidak akan mampu mengenal Tuhan secara rohani. Namun setelah kita di tolong Tuhan dengan di ampuni dan diperbaharui kita di tuntut untuk menyesuaikan dengan tujuan pembaharuan tersebut sebagai bayarannya terhadap anugerah yang berikutnya.

“Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang di tunjukkanNya, dan tetap dengan mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan, dan ketentuanNya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang engkau lakukan dan dalam segala yang engkau tuju.”
I Raja-raja 2 : 3

Karena dengan demikian kita akan mampu mengikuti tuntutan Yesus dalam Matius 5: 20 dan Matius 7 : 21-23.
Anugerah Tuhan berupa pengampunan dan pembaharuan tersebut memang telah kita terima dengan cuma-cuma. Tetapi kemudian kita dituntut untuk menyesuaikan diri dengan pengetahuan yang baru setelah di perbaharui supaya perbuatan kita berubah menjadi lebih sinkrun dengan pembaharuan tersebut. Sebab jika perbuatan kita tidak dituntut seperti yang tertulis dalam matius 5: 20 tersebut maka percumahlah pembaharuan oleh Kristus tersebut. Karena tujuan Tuhan memberi pengampunan dan pembaharuan adalah agar kita selamat, dan untuk selamat dalam perjalanan hidup kita, mata rohani kita harus bisa melihat jalan yang benar oleh karena itulah di perbaharui. Dalam hal ini tidak cukup dengan pengakuan bibir dan berdoa saja tetapi harus melangkah, sebab iman tanpa perbuatan itu mati. Bagaimana petunjuknya untuk mengerti kepada Tuhan sehingga dilayakkan menjadi Bait Roh Kudus, agar dari dalam diri kita dapat memancarkan air tawar yang menyejukkan dan menghidupkan dapat dibaca dalam tulisan berikutnya seri 2.
Dari uraian ini dapat ditarik makna, bahwa kejadian demi kejadian yang kita alami adalah berkaitan erat dengan motivasi dan tindakan diri kita dalam kehidupan sehari-hari termasuk di dalam diri kita menyikapi bagaimana mencari harta kekayaan. Apakah kehidupan kita penuh dengan gejolak, atau penuh dengan kejadian yang aneh-aneh atau penuh suka cita dan damai sejahtera. Sehingga benarlah yang tertulis dalam Alkitab bahwa apa yang kita terima adalah sesuai dengan hasil dari apa yang kita tabur.
Bagi yang kebetulan belum pernah merasakan kekayaan materi yang berlimpah-limpah, boleh percaya bahwa tidak setiap kekayaan yang berlimpah-limpah memberi suka cita dan damai sejahtera. Karena yang membawa suka cita dan damai sejahtera adalah diri kita sendiri (Bait Suci) sudah mampukah diri kita menjadi Bait Roh Kudus atau belum, yang kemudian mengalirkan air tawar yang mampu menawarkan air asin. Sehingga meskipun kaya-raya tetapi persoalan silih berganti, ada-ada saja masalah yang mengusik ketenangan. Hanya saja perlu diketahui bahwa tidak setiap orang dipilih Tuhan sehingga tidak setiap orang yang perbuatannya tidak baik di hadapan Tuhan pasti selalu di ingatkan Tuhan dengan selentikan-selentikan (kesukaran sesuai dengan Ayub 33:14-20) melainkan dibiarkan saja sepertinya tidak digubris, karena dibiarkan binasa, berbeda dengan yang di selentik itu berarti di ingatkan agar berbalik menjadi baik. Oleh karena itu bagi yang merasa masalahnya bertubi-tubi melandanya atau yang merasa mengapa sulit mencari nafkah dan tidak ada damai sejahtera, cobalah mengoreksi diri sendiri sebenarnya karya anda merupakan pohon apa, jangan-jangan taburannya adalah angin sehingga yang di tuai (buahnya) adalah badai (Hos 8:7).

“Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai putting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka; tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil, maka orang –rang lain menelannya.”
Hos 8:7

Rendah Hati Merupakan Kunci Utama
Kiranya perlu ditelusuri apa sih sebenarnya pendorong orang mempunyai cita-cita menjadi kaya? Atau ingin kaya? Termasuk orang yang kebetulan sudah uzur usianya, namun jika masih mampu bertindak pada umumnya masih senang juga jika di beri kekayaan ! Padahal jika dilihat dari usianya yang sudah uzur, secara teori tinggal berapa tahun lagi ia di panggil Tuhan. Dan jika di kubur maka kekayaannya tersebut tidak akan dapat dibawa mati, tetapi mengapa ia masih ingin kaya? (kaya dalam arti belum tentu mendapat damai sejatera lho)
Tanpa sadar sebenarnya motivasi keinginannya untuk menjadi kaya adalah agar mendapatkan suatu kehormatan! Meskipun kehormatan ini tidak hanya melalui kekayaan saja untuk mendapatkannya, tetapi untuk mendapatkan kehormatan selain melalui kekayaan namun ternyata persyaratannya lebih sulit. Misalnya mendapat penghormatan melalui memiliki jabatan, atau memiliki suatu kepandaian, atau kelebihan supranatural. Contoh-contoh ini memerlukan suatu persyaratan yang tidak mudah, dan jika dibanding dengan kekayaan, maka kekayaan memiliki persyaratan yang paling mudah untuk mencapainya. Oleh karena itu pada umumnya orang lebih senang menjadi kaya. Apa lagi melalui kekayaan ini banyak hal dan dalam bayangannya bisa didapatkan (dibeli), dan hanya nyawalah yang tak dapat di beli.
Sisi lain, selain melalui kekayaan akan sangat mudah mendapatkan suatu penghormatan, kekayaan juga memberikan jaminan (bayangan) untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat sipil. Sehingga Image orang pada umumnya kekayaan akan membawa damai sejahtera dan suka cita (bayangannya melalui kaya akan banyak mendapat suka cita dan terhindar dari banyak kesulitan). Yang berarti bagi yang belum pernah kaya, akan membayangkan bahwa jika nantinya akan mengalami menjadi kaya maka ia berharap akan mendapatkan damai sejahtera, suka cita dan kenyamanan - kenyamanan. Bayangan dalam pikiran semacam ini adalah manusiawi dan lumrah, meskipun hal semacam ini tidaklah betul sepenuhnya. Bukti dari pendapat bahwa kekayaan akan mendatangkan damai sejahtera tidak sepenuhnya betul adalah diantaranya banyaknya kasus orang kaya yang kemudian harus bercerai. Atau harus berurusan dengan yang berwajib, bahkan harus melarikan diri ke luar negeri karena sebab dari asal-usul kekayaannya atau tindakannya yang melanggar hukum atau salah penggunaan kekayaannya. Bahkan banyak kasus bunuh diri yang dilakukan oleh orang yang sangat kaya.

Ber awal dari bayangan yang keliru tentang hasil yang akan didapatkan dari menjadi kaya, membuat orang ber obsesi menjadi kaya atau ber keinginan menjadi kaya dengan disertai berbagai upaya untuk menjadi kaya. Dari obsesinya menjadi kaya inilah orang kemudian berupaya atau berbuat atau melakukan sesuatu tindakan dalam rangka untuk mencapai obsesinya tersebut. Sesuai dengan dalil bahwa seseorang melakukan sesuatu tindakan adalah berdasarkan pengetahuan dan keyakinannya, maka seseorang yang mempunyai obsesi untuk menjadi kaya tersebut, kemudian melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya.
Biasanya orang mempunyai obsesi menjadi kaya, tidaklah langsung berasal dari dorongan untuk mendapatkan kehormatan. Awal mulanya, pada umumnya (bagi orang yang disebut miskin) mencari kaya adalah demi tercukupinya kebutuhan hidup. Namun setelah kebutuhan hidupnya telah tercukupi, ia masih ingin lebih kaya lagi. Nah pada tahap berikutnya inilah dorongan mengapa ia ingin lebih kaya lagi adalah untuk mendapatkan sebuah kehormatan.
Uraian pada bagian awal pokok bahasan ini bagaimana mendapatkan damai sejahtera yang di sinonimkan dengan kekayaan adalah menurut jalur Ilahi. Dan jalur Ilahi ini hanyalah untuk orang yang beriman. Sebab orang yang tidak ber iman biasanya lebih senang menggunakan jalur nalar sehat (duniawi).
Yang di maksud dengan jalur duniawi adalah sesuatu yang beralaskan hitungan matematis yang didukung dengan daya dan fakta yang biasanya mengabaikan atau melupakan realita. Hitungan matematis sesuai dengan nalar sehat ini misalnya saja adalah yang di sebut dengan “hemat pangkal kaya”, dikit-dikit menjadi bukit, menabung untuk masa depan, asuransi bea seswa, dan berbagai produk asuransi lainnya. Untuk kasus asuransi ini, penulis mengalami beberapa hal sebagai berikut:
Salah satu kakak penulis kebetulan termasuk orang yang agak mampu dari sudut ekonomi, dan juga termasuk orang intelek karena ia adalah seorang Perwira Menengah dalam kariernya sebagai Militer. Waktu itu menjelang tahun lima puluhan. Ia tertarik dengan produk asuransi Beya Siswa.Sesuai hitungan matematis apa yang ia lakukan adalah benar, yakni ia menabung demi masa depan anak-anaknya nanti. Karena menurut perhitungan, ketika ia pensiun nantinya, justru kebutuhan ekonominya akan ada pada posisi biaya tinggi. Sebab anak-anaknya akan mulai masuk menjadi Mahasiswa dimana akan memerlukan biaya yang lebih tinggi jika dibanding dengan ketika masih SD atau SMA. Padahal menurut perhitungan ketika anak-anaknya nantinya mulai menginjakkan kakinya di Perguruan Tinggi tersebut justru orang tua sudah pensiun. Maka ia mengambil tabungan beya siswa dengan maksud agar nantinya dapat dipakai untuk membeayai anak-anaknya ketika memasuki ke Perguruan Tinggi supaya meringankan beban karena sudah pensiun.
Apa yang terjadi ? Bersamaan dimana ia harus memasuki masa pensiun, ternyata waktu itu Pemerintah melakukan kebijakan moneter berupa sanering atau pemotongan uang. Dimana uang 1.000.000,- rupiah hanya dihargai 1.000,- rupiah. Padahal ketika menabung bertahun-tahun menggunakan rupiah yang bernilai seribu, tetapi ketika menuai hanya bernilai serupiah atau hanya sepersertibunya dari ketika menabung. Akhirnya tabungannya menjadi sia-sia sebab tak ada artinya lagi, ini suatu realita, kenyataannya yang terjadi tidak seperti dalam perhitungan matematis seperti yang dibayangkan meskipun relistis.
Dalam bisnis banyak orang terjebak dengan hitungan matematis yang realistis tersebut. Contohnya cukup banyak, terutama proyek-proyek bisnis yang dikaitkan dengan dana pinjaman dari Bank. Yang akhirnya harus berantakan karena Bank nya dibekukan Pemerintah. Ada pengusaha yang dapat memanfaatkan fasilitas pinjaman dari bank. Ketika ia melihat bahwa ini suatu peluang, dan kebetulan menurut hitungan bisnis Perhotelan atau perumahan keuntungannya sangat menjanjikan karena menurut data bahwa kesediaan Hotel dan perumahan masih kurang, terutama Hotel berbintang. Apalagi berdasarkan data pertumbuhan ekonomi Nasional terus melaju pesat. Sehingga di prediksikan perdagangan akan terus melaju berkembang, ikutan dari kemajuan ini maka akan banyak wisata bisnis domestik atau luar negeri yang memerlukan tempat tinggal sementara dalam rangka kunjungan bisnisnya.
Dari sudut perhitungan berdasarkan inflasi, rupiah akan terkena inflasi dan kebalikannya asset berupa tanah dan bangunan akan terus menjadi lebih tinggi harganya (tidak mungkin harga tanah turun, sebab jumlah lahannya tetap tetapi penggunanya terus meningkat). Sehingga memiliki tanah dan bangunan yang letaknya strategis akan lebih menguntungkan disbanding jika uangnya di depositokan, atau dengan kata lain pinjam uang dari Bank dengan bunga KPR masih dapat mengambil untung jika dibelikan tanah yang strategis jika dihitung dari inflasi meskipun tanah tersebut dibiarkan mangkrak. Apalagi masih ada pengaman yang lain, yakni asuransi all risk yang dapat melindungi assetnya. Maka diputuskanlah menggunakan dana pinjaman Pemerintah lewat Bank untuk membangun Hotel mewah.
Apa yang terjadi ? Bangunan baru selesai 95 % ternyata Bank dibekukan, sehingga tak lagi dapat meneruskan pembangunannya. Belum selesai memikirkan bagaimana jalan keluarnya, telah disusul dengan peristiwa gedung WTC di Amerika yang membawa dampak mengguncang perdaganngan dunia. Belum lagi masalah ke dua yakni akibat merosotnya Dollar, telah disusul dengan terjadinya perebutan kekuasaa ke Presidenan yang berakibat juga pada kebijakan perdagangan secara nasional. Ini suatu realita yang dialami oleh bangsa Indonesia yang kebetulan berjalannya dan berfikirnya di kuasahi oleh pikiran matematis dan tidak mengikut sertakan kuasa Tuhan. Apakah pelaku bisnis yang kebetulan seperti ini kejadiannya, ia dapat tidur dengan nyenyak dan pikirannya bisa rileks? Atau harus berobat ke luar negeri? Meskipun faktanya masih kaya raya, tidak kekurangan untuk makan ? Pada posisi semacam ini sukses ekonomi memang ya, tetapi damai sejahtera bagaimana? Apakah akan didapatkan?
Bagaimana kehidupan Yakub dan Laban? (bacalah Kejadian 30:25-43). Peristiwa ternak yang belang-belang bukanlah suatu peristiwa yang sejalan dengan ilmu genetika maupun Peternakan. Tetapi terjadinya demikian,? mengapa? Karena Tuhan memberkati Yakub. Begitu pula ketika Yakub kembali dan bertemu dengan Esau, dimana hati nurani Yakub sendiri telah berasa bahwa Yakub takut bertemu dengan Esau karena kesalahannya mencuri berkat Ishak yang semestinya diberikan kepada Esau. Namun apa yang terjadi? Ternyata Esau justru menyambutnya dengan gembira atas kedatangan Yakub. Serentetan kejadian-kejadian yang di alami oleh Yakub adalah tidak lepas sendirian, artinya bukan dari hasil kerja keras Yakub, melainkan Yakup disertai dan diberkati Tuhan didalam pemikirannya, sehingga apa langkah yang ia lakukan sebenarnya adalah sejalan dengan tuntunan Tuhan. Bagaimana sejarah dari Yusuf berserta saudara-saudaranya? Cobalah teliti perjalanan Yusuf dari dibuang oleh kakaknya kedalam sumur sampai dijual kepada pedagang dan akhirnya ketemu dengan Potifar yang menghantarkannya bisa masuk Istana raja. Apakah Yusuf punya akses ke Istana atau punya sesuatu kesaktian misalnya ahli berperang sehingga menarik perhatian raja?
Yakub dan Yusuf bisa berhasil demikian karena ia senantiasa rendah hati, sehingga mampu menghilangkan dendam, sakit hati, marah terhadap Laban atau Potifar dan hal-hal lain yang akan menghambat kariernya. Akhirnya ia mampu menjadi pelaku yang baik dari sekenario yang Tuhan telah siapkan yang akhirnya menuai damai sejahtera.

“Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun enkau tidak mengenal Aku,6 supaya orang tahu dari terbitnya mata hari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain.7 yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malan; Akulah Tuhan yang membuat semuanya ini.”
Yesaya 45:5-7

“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apa yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu?”
Mikha 6:8

Masalah kita punya kelebihan atau kepandaian yang kemudian disebut piawai, hal itu boleh-boleh saja. Tetapi menurut yang tertulis dalam Yesaya tersebut di atas, bahwasanya penentu terakhir adalah Tuhan. Dan jika kita berkeinginan untuk mendapatkan damai sejahtera dan sukses, berarti kuwajibannya adalah bagaimana menyenangkan hati Tuhan sehingga berkenan dijadikan baitNya. Dan tingkah langkah kita disenangi karena seturut dengan ketetapan-ketetapanNya, sehingga Tuhan menuntunNya, memberkatinya syaratnya ialah tidak membanggakan diri melainkan, berlaku adil, mencintai kesetiaan serta rendah hati.

“Sebab hari-hariku habis seperti asap, tulang-tulangku membara seperti perapian.5 Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, sehingga aku lupa makan rotiku.6 Oleh sebab keluahanku yang nyaring, aku tinggal tulang belulang.7 Aku sudah menyerupai burung undan di padang gurun, sudah seperti burung ponggok pada reruntuhan.8 Aku tak bisa tidur dan sudah seperti burung terpencil diatas sotoh.9 Sepanjang hari aku dicela oleh musuh-musuhku, orang-orang yang mempermainkan aku menyumpah dengan menyebut namaku.10 Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumku dengan tangisan, oleh karena marahMu dan geramMu, sebab Engkau telah mengangkat aku dan melemparkan aku.12 Hari-hari seperti bayang-bayang memanjang , dan aku sendiri layu seperti rumput.”
Mazmur 1024-12
“tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehimgga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamau.3 Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan.”
Yesaya 59:2,3
Apapun kehebatan manusia (kita) dalam segala sepakterjang kita tetap masih dibawah kontrol Tuhan. Ibaratnya jika kita saat ini sepertinya bebas berbuat apa saja, sebenarnya seperti ayam yang masih dalam pekarangan pemiliknya yang selalu terkontrol, bebas beraktivitas apa saja, tetapi begitu berani naik ke ubin yang habis di pel dengan bersih pasti akan dihalau, apa lagi jika nelek (buang kototran ayam) pasti akan di lempar sesuatu oleh yang punya karena marah. Sebab meskipun tak ada peraturan tertulis, ayam peliharaan yang diberi kebebasan apa saja terutama mencari makan tersebut, pemilik rumah akan marah jika naik kelantai yang sudah di pel tersebut dan mengotorinya.

“Maka akupun mulai memukul engkau, menanduskan engkau oleh karena dosamu.14 Engkau ini akan makan, tetapi tidak menjadi kenyang, dan perutmu tetap mengamuk karena lapar; engkau akan menyingkirkan sesuatu, tetapi tidak akan menyelamatkannya, dan apa yang dapat kau selamatkan, akan kuserahkan kepada pedang.15 Engau ini akan menabur, tetapi tidak menuai, engkau ini akan mengirik buah zaitun, tetapitidak berurap dengan minyaknya; juga mengirik buah anggur, tetapi tidak meminum anggurnya.”
Mikha 6: 13-15.

Solusinya, jika ingin mendapatkan damai sejahtera dan sukses ekonomi, berjalanlah sesuai ketetapan-ketetapan Tuhan, karena Allah lah yang memegang kuncinya.



Bacalah seri berikutnya Betulkah Yesus Mati Karena di Salib.

DOAKAN PELAYANAN CD GRATIS UNTUK MENJANGKAU YANG TIDAK SUKA INTERNET

SERI 2 BUKU KUNCI KEHIDUPAN

BENARKAH YESUS MATI KARENA DI SALIB ?


P
ada jaman dahulu penjahat yang melakukan kejahatan berat, hukumannya adalah hukuman mati dengan cara di salib. Karena kematian dengan cara di salib adalah sangat tersiksa dan mengerikan, karena matinya secara perlahan-lahan yang sebelumnya harus mengalami (dengan sadar) kepanasan, kehujanan, kedinginan dan kesakitan karena paku yang menancapnya sampai menghabikan darah dan baru mati. Sehingga mati karena disalib tidak bisa satu jam atau dua jam langsung mati seperti jika kematiannya melalui hukuman gantung atau hukuman pancung (jika sekarang hukuman tembak atau suntik dan kursi listrik). Karena menurut ilmu orang akan mati jika kehabisan darah atau tidak bisa bernafas. Hukum pancung dan salib adalah hukuman yang mematikan dengan cara kehabisan darah.
Bagaimana dengan Yesus ? Perkara hukumannya yang disalib harus di akui kebenarannya, karena Alkitab menuliskannya demikian. Tetapi tentang penyebab kematianNya lah yang kami persoalkan di sini, sebab jika Yesus kematianNya hanya karena kehabisan darah oleh sebab di salib, untuk apa menjadi orang Kristen? Atau percaya karena Ia Anak Allah yang nyatanya nota bene sama saja dengan orang biasa (lain) yaitu dengan di salib saja juga sudah mati dan tamat riwayatNya. Jika dengan maut saja tak mampu mengatasi apakah mungkin menghidupkan orang mati dan menyelamatkan jutaan manusia lain? Bukankah orang-orang yang lewat ketika melihat Yesus di salib mengolok-olok dan menghujad selamatkanlah dahulu dirimu sendiri?!

“Orang-orang yang lewat di sana menghujad Dia dan sambil menggelengkan kepala, 40 mereka berkata :”Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu.”41 Demikianlah juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata 42 “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya! 43 Ia menaruh harapanNya pada Allah: Baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.” 44 Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencelaNya demikian juga.”
Matius 27:39-44.
Jika ternyata bahwa Yesus matinya hanya karena di salib, maka benarlah apa yang dikatakan oleh para saksi tentang di salibnya Yesus termasuk imam-imam dan ahli-ahli Taurat. Bahwa Yesus adalah bukan Messias karenanya di salib saja mati, jadi Ia hanya manusia biasa seperti orang lain yang lewat melihat Yesus di salib itu. Dan berarti percumahlah orang Kristen, sebab Yesus sendiri tak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari maut. Buktinya di salib saja mati, Namun jangan buru-buru terkecoh dengan ucapan tersesebut coba telitilah dahulu ayat-ayat dalam Yohanes dibawah ini:

“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia—supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kiab Suci--:”Aku haus!”29 Disitu ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah ia “sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya. “

Yohanes 19:28-30


Pada bagian akhir dari ayat 30 berbunyi: Berkatalah Ia “sudah selesai” Lalu Ia menundukkan kepalaNYa dan menyerahkan nyawaNya!
Jadi jelaslah disini Yesus adalah sebagai “Aktor” dari sebuah grand scenario Tuhan bahwa telah menyelesaikan serangkaian ‘tugas mulia’ dari scenario Tuhan tersebut yang jauh hari (pada abad sebelumnya) telah di nubuatkan oleh para Nabi. KehadiranNya sebagai manusia biasa adalah hanya dalam rangka menyelesaikan tugas mulia, agar dapat bertemu dan bersosialisasi dan dapat berbicara secara langsung kepada manusia (berdosa). Sebab pada sebelum Yesus di lahirkan di dunia, Tuhan jika berbicara dengan manusia selalu melalui perantara Nabi-Nabi Tuhan sehingga manusia tidak bisa berdialog langsung dengan Tuhan kecuali Nabi yang di beri Firnan tersebut, sedangkan nyawaNya adalah prasyarat untuk dapat menjadi manusia hidup, sebab tanpa nyawa tidak bisa hidup dan tanpa hidup tak akan dapat menyelesaikan tugasNya sebagai manusia ‘suci’ yang harus berada di tengah manusia berdosa. Oleh karena itu, ketika tugasNya yang telah selesai sesuai dengan skenario Allah (tertulis dalam nubuat di berbagai Alkitab) maka Ia (Yesus) menyerahkan (mengembalikan) nyawaNya. Jadi kematian Yesus bukan karena di salib! Tetapi sebagai manusia (inkarnasi) Ia harus mati, sebab jika tidak mati unsur ke manusiaannya belum terpenuhi. Tetapi kematianNya tidak dengan kehabisan darah seperti layaknya orang mati, oleh karenanya ketika lambungnya ditikam dengan tombak keluarlah darahNya dan air. Kematian Yesus adalah karena tugas sudah selesai kemudian nyawaNya diserahkan kembali kepada Allah Bapa. Yang sekaligus untuk memberi tahu (menegaskan) bahwa Yesus bukan manusia biasa yang begitu gampangnya mati, dan tidaklah lazim seorang manusia (biasa) ketika akan mati disertai dengan menyerahkan nyawa. Dan kemudian disertai dengan gempa bumi dan terkoyaknya tabir Bait Suci? Di sinilah kehebatan Yesus yang sekaligus juga kehebatan orang Kristen, karena sebenarnya Yesus adalah Allah sendiri yang tak bisa mati. Hal ini di buktikan setelah kebangkitanNya. Jadi Yesus adalah benar-benar Allah yang mengejawantah menjadi manusia.

Pentingya Manusia Yesus

Mengapa Allah merasa perlu mengirim Yesus untuk menebus manusia (kita) yang berdosa?


“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengkaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Yohanes 3:16

Karena Allah menginginkan bahwa manusia yang mau percaya kepa Yesus tidak binasa. Sebab pada waktu itu terlalu banyak manusia (meskipun ahli agama dan ahli Taurat) tidak mau percaya kepada Allah, dan ada pula yang menyalah gunakan Taurat untuk mencari kepuasan emosinya yaitu biar orang lain memberi penghormatan khusus kepadanya yaitu para ahli Taurat yang memutar balikkan isi hukum Taurat. Dan selain itu banyak manusia yang meyembah baal, sedangkan Harun sendiri yang bersama-sama dengan Musa juga pernah menyeleweng menyembah patung lembu tuangan. Dan jika hal ini dibiarkan maka percumahlah Allah menciptakan manusia, sebab manusia yang di ciptakanNya pada tidak menyembah Allah, melainkan menyembah allah lain. Dan Allah pernah menyesal terhadap kejadian ini. (Kejadian 6:6). Tetapi karena Allah itu Kasih adanya (Yoh 3:15), makanya diberilah jalan keluar, sekaligus untuk memisahkan mana yang setia dan percaya kepada Allah dan siapa yang harus binasa. Cara pembedaan sekaligus pemisahan ini adalah mana yang percaya kepada Yesus dan mana yang tidak percaya kepada Yesus.
Bagi yang mau percaya kepada Yesus akan banyak mendapat pertolongan, yang jika tidak di tolong melalui Yesus tak akan mungin dapat dilakukan.


“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.”
Yoh 14:6 b

Pertolongan pertama adalah pertolongan berupa kelayakan. Karena bobroknya manusia sampai bertemu dengan Allah saja tak layak. Karena Allah itu adalah yang Maha Suci. Sedangkan manusia adalah yang maha bobrok dan otomatis berdosa (Rum 3:23). Bukti dari hal ini adalah pada jaman sebelum Yesus jika Allah berfirman dengan manusia pasti melalui perantaraan para nabi, misalnya Musa. Begitu pula para manusia jika akan menyampaikan sesuatu kepada Allah misalnya mohon ampun atau menyampaikan persembahan, selalu harus melalui perantara yang di sebut imam.
Gambaran keadaan manusia berdosa dalam hal ini mudah saja, apakah seorang narapidana karena koruptor yang juga kudisan layak bertamu dengan Presiden? Tentu sekretaris Kepresidenan akan menolak bukan? Baru akan masuk ke pintu pagar istana saja sudah akan dihalau oleh Pasukan Pengawal Kepresidenan. Apalagi menginjakkan kakinya ditangga istana Presiden, belum sampai bertatap muka. Di sini manusia yang digambarkan sebagai narapidana koruptor yang kudisan ini ditolong oleh Yesus, melalui kudisnya disembuhkan dahulu, diampuni sehingga layak untuk bertemu, dan setelah layak diantarkanNya jika ingin bertemu dengan Presiden (Allah). Pelayakan ini dapat dilihat dalam Wahyu 3:20 yang mengatakan bahwa Yesus akan makan bersama-sama dengan siapa saja yang mengetok pintu. Contoh dari hal ini adalah perlakuan terhadap Zakius si pemungut cukai yang adalah orang berdosa, namun Yesus malah makan bersama di rumah Zakius.
Agar pertolongan dari Allah serta mekanismenya dapat dimengerti oleh manusia, maka perlu dikomunikasikan dan didemonstrasikan secara langsung agar jelas, sehingga manusia dapat Tanya jawab atau komunikasinya dua arah. Untuk itu perlu seorang manusia yang mampu menjadi komunikator yang dapat menyatu dengan manusia berdosa supaya dapat mendemontrasikan selaain agar supaya manusia yang berbicara denganNya tidak dibuat-buat berbicaranya. Sebab pada umumnya manusia baru ketemu dengan wartawan saja beritanya sudah di besar-besarkan, apa lagi ketemu dengan pak Gubernur biasanya bicaranya sudah dibuat-buat, itulah sebabnya Tuhan menjelma menjadi manusia Nazaret yang hina. Manusia ini adalah Yesus. Tetapi supaya manusia yang berdosa (kita) ini mengerti bahwa Yesus adalah bukan manusia biasa yang benar-benar berdarah hina (katakanlah jika sekarang dianggap darah atau anak turunnya gali-gali dari Tambak Lorok Semarang misalnya), maka sebelum kelahiranNya telah di nubuatkan ratusan tahun terlebih dahulu oleh beberapa nabi sebelum Yesus lahir di dunia. Dan agar manusia dapat membedakan mana manusia biasa (diantara kita) dan manusia yang utusan Allah, ternyata Allah menggunakan tanda-tanda ajaib bahwa kehamilannya melalui seorang perawan (Maria) yang bukan karena persetubuhan yaitu bukan karena ovum yang dibuahi oleh sperma, tetapi melalui kuasa atau sabda atau dengan Roh Kudus. Dan untuk ini Allah sebelumnya mengutus Malaekat untuk memberi tahu kepada Maria yang akan dipakai sebagai pelaku dan Yusuf tonangan Maria dan saudara-saudaranya. Agar mereka semua tidak kaget (heran atau marah kemudian mengkucilkan misalnya). Cerita tentang kelahiran Yesus yang melalui mujizat dan kehamilannya dengan Roh Kudus ini juga di benarkan oleh Alquran yaitu ditulis dalam Kitab Al Imran Juz 4 ayat 45-49., dan juga dalam Kitab Maryam 16 ayat 16-36. Dan karena manusia yang akan diajak berkomunikasi (komunikan) tidak canggung mengingat sebagai manusia berdosa, maka Yesus di lahirkan secara terhina yaitu di kandang domba dengan proses (mengalami) di sia-siakan. Skenario ini adalah dalam rangka Yesus tidak lahir secara ningrat di istana sehingga tidak akan menghambat komunikasi dua arah yang sehat. Jadi Yesus bukan darah biru, tetapi darah rakyat jelata yang terhina, tetapi Maha Suci, karena tidak dari hasil jamahan manusia. Untuk mendukung bahwa Yesus adalah Yang Maha Suci diantaranya adalah berbagai mujizat yang menyertaiNya, lihat sejak kehamilan Maria sampai ketika Yesus diselamatkan dari kejaran Herodes yang akan membunuhnya dan ketika Yesus telah dewasa dan telah mulai bertugas dimana jika Yesus menyembuhkan orang sakit, pertama kali yang dikatakan adalah …..dosamu telah diampuni….dan sembuhlah dia. Kemudian peristiwa kematianNya yang tidak mati meskipun disalib, tetapi mati karena menyerahkan nyawaNya karena tugas sudah selesai dan kendati darahnya masih ada dalam tubuh jasmani Yesus toh Yesus telah mati, karena nyawaNya telah di serahkan. Untuk lebih menyatakan bahwa Ia adalah Allah yang inkarnasi supaya pengikutnya tidak “ngeper” seperti Petrus yang menyangkalnya sampai tiga kali, adalah dibangkitkanNya Yesus dan dilayani oleh Malaekat sampai 40 hari dengan tetap berkomunikasi dengan seluruh orang yang percaya, sehingga tak dapat disebut bahwa peristiwa ini hanyalah halusi nasi. (telah di nubuatkan sebelumnya) Dan dengan terangkatnya ke awang-awang (ke surga) yang disaksikan oleh ratusan orang. Seluruh rangkaian peristiwa yang menyertai Yesus ketika di dunia adalah dalam rangka membentuk keyakinan bahwa Yesus adalah utusan Allah yang diberi kuasa (Allah inkarnasi) dan tugas untuk menyelamatkan manusia yang berdosa yang mau percaya kepadanya. Kalimat ‘percaya’ ini penting, sebab bagaimana pengemis akan minta-minta (mengemis) kepada anda jika dia (pengemis) tidak percaya bahwa anda tidak punya uang dan tidak mampu memenuhi permintaan pengemis. Akan mau minta-minta kepada anda jika pengemis tersebut percaya bahwa anda mampu dan mau mendengarkan permintaannya dan mau memberinya. Bagaimana manusia (kita) mau percaya bahwa Yesus akan melayakkan kita manusia berdosa menjadi layak untuk bisa langsung berbicara dengan Allah Bapa Yang Maha Suci seperti sekarang ini? Apa lagi memberi pengampunan, membangun Bait Suci dalam tiga hari? Kesemuanya ini telah didemonstrasikan ketika Yesus ada di dunia bersama murid-muridNya.
Cara penyelamatan dengan melayakkanNya (II Kor 6:21) adalah dengan cara ‘mengampuni’! Supaya kita percaya bahwa Yesus berkuasa mengampuni dapat di lihat didalam Yesus menyembuhkan orang sakit dan mengampuni Zakius. Karena nara pidana yang diampuni adalah bagai B.H. yang dibebaskan dari hukumannya di Nusakambangan meskipun sebetulnya belum selesai. Karena kebebasan (pembebasan) ini sekarang menjadi layak lagi sebab tidak lagi bersetatus sebagai nara pidana karena grasi. Ketika B.H. masih meringkuk dalam sel Nusakambangan, meskipun statusnya masih sebagai Ketua PASI, ia tak mungkin dapat memimpin rapat PASI karena aturan berhubung dengan statusnya sebagai nara pidana yang menghalanginya, tetapi berkat dari pembebasannya maka sekarang menjadi mungkin dan layak untuk memimpin rapat PASI seperti pada umumnya. Begitulah juga kita manusia yang berdosa, yang tadinya terhalang oleh status dosanya tersebut dengan pembebasan melalui Yesus penghalang tersebut tidak ada lagi, karena menjadi dibenarkan melalui kesengsaraaNya.

“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
II Korintus 5:21

Bukti secara visual adalah dipulihkannya banyak penderita kusta, orang lumpuh, buta sejak lahir dll. dan robeknya Tirai Bait Suci menjadi dua ketika Yesus mati. Bukti secara rohani dan fakta adalah di jawabnya doa-doa kita, meski doanya tidak lagi dinaikkan melalui perantaraan imam.
Jadi jika anda berdoa kepada Tuhan dan kemudian doa anda dikabulkan, sebenarnya pengkabulan doa anda yang tidak didoakan lewat Iman atau pak Pendeta adalah sudah membuktikan bahwa Yesus telah berkarya untuk anda. Ingat dengan orang lumpuh dan yang sakit pendarahan bertahun-tahun yang di sembuhkan oleh Yesus, apakah sebelum mereka (orang yang sakit) tersebut ketemu Yesus belum berdoa kepada Tuhan? Dan ketika doanya didengar Tuhan (Yesusu), apa kata Yesus dan apa yang terjadi? Mungkin sekali mereka (yang sakit) sebelum ketemu Yesus telah puluhan kali minta didoakan oleh para Iman supaya sembuh, tetapi mungkin para Iman yang dimintai tolong untuk kesembuhannya tidak mau sebab mereka dianggap tak layak di doakan sebab orang berdosa dan hina apa lagi tak punya uang untuk membayar upah untuk berdoa. Tetapi sekarang, orang berdosa + terhina + tak punya uang (sangat miskin sekalipun) jika berdoa dengan sungguh-sungguh Tuhan akan mendengarkan dan dikabulkannya doanya yang sesuai dengan hati Tuhan, iya bukan ? Jika tidak iya percumahlah anda berdoa ! Meski pada waktu kita berdoa sebenarnya kita dalam keadaan bersalah atau berdosa. Bahkan kita sering mendapat mujizat dari Tuhan. Kita cukup dengan percaya saja (ingat ilustrasi pengemis) dan kemudian mau minta ampun dan mau bertobat.(Markus 1:4) Setelah diampuni, kemudian diperbaharui. Pikirannya dan rohaninya menjadi baru. Tiga hal ini manusia berdosa tidak akan dapat melakukan sendiri dengan upaya apapun, kecuali oleh pertolongan Yesus. Inilah berkat melalui Yesus, diakui atau tidak diakui yang diterima manusia berdosa yang syaratnya cukup dengan percaya, minta ampun, dan bertobat.


Kesengsaraan Yesus

“Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tullah, dipukul dan ditindas Allah.5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.”
Yesaya : 53:3-6

Coba bandingkan dengan yang tertulis dalam I Petrus 2:18-25.

Dan agar manusia yakin dan percaya bahwa Yesus sebagai penebus dosa kita, maka sekenarionya adalah Yesus harus melalui sengsara yang amat sangat, sebab sebagai penebusannya atau istilah sekarang bayar harga atau bayar tebusan, bahwa penebusan Yesus bukan sesuatu yang ringan seperti konglomerat memberi uang pada pengemis 1 jt yang cukup buka dompet selesai, dimana konglomerat tersebut tidak harus dengan menderita sebab meskipun keluar uang 1 juta tetapi tidak terasa. Yesus yang tidak berdosa diperlakukan sebagai manusia berdosa adalah sebagai bayar harganya dosa-dosa kita, sebab dosa manusia sudah tidak cukup lagi jika di tebus dengan tebusan persembahan burung tekukur atau lembu tambun, melainkan harus dengan kesengsaraan tubuh dan kematian Yesus. Karena sebenarnya karena dosa manusia baik yang berasal dari dosa keturunan maupun dari perbuatannya yang sekarang, hukuman yang setimpal adalah maut dan masuk neraka. Anugerah berupa kasih yang luar biasa besarnya dari Yesus kepada yang percaya hanyalah mau melakukan seruan Yohanes Pembaptis (Markus 1:4) yaitu megaku percaya, minta ampun dan bertobat kemudian di baptis. Setelah hati manusia diperbaharui, rohaninya menjadi baru, mata hatinya menjadi baru, pandangannya berubah menjadi baru. Yang tadinya mau dengan sesuatu yang berdosa (larangan Tuhan) sekarang menjadi jijik dengan dosa, minimal mengerti mana yang di larang dan mana yang di anjurkan. Jika tidak di perbaharui manusia tidak akan mengerti terhadap mana yang buruk dan mana yang harus di jahui, seperti anak balita yang ikut-ikutan bicara jorok, disinilah manusia berhutang budi yang pertama terhadap Yesus. Sebab melalui ini manusia menjadi mengerti dan telah dilayakkan. Ibarat anak yang akan masuk menjadi Taruna, tadinya tidak lulus (tidak layak) masuk ke “AKABRI”, sekarang ditolong Yesus (Rom 5:8) sehingga mengerti “AKABRI” dan lulus ketika mendaftar sampai di tes sehingga di terima menjadi TARUNA di “AKABRI”. Jika kita telah mengaku percaya dan telah di baptis dan telah bertobat. Bahkan nama kita akan di catat di Surga. Tapi ingat, itu baru di perbaharui dan dilayakkan (di terima menjadi TARUNA karena persyaratannya telah terpenuhi berkat kasih Yesus) dan baru dicatat, tetapi ingat bahwa roh memang penurut tetapi daging itu lemah (Markus 14:38) oleh karena itu kita dicatat dalam buku kehidupan (katakanlah rapot kehidupan) yang nantinya akan dibacakan dan dimintakan pertanggungan jawab oleh Tuhan kepada kita. Mengapa? Karena agar daging (yang lemah) dapat mengikuti kehendak roh yang penurut, dan juga untuk apa hatinya diperbaharui jika tindakannya masih sama saja. Jadi katakanlah saja setelah kita mengaku dosa dan percaya dan bertobat, kita telah diwisuda sebagai TARUNA, tetapi masih harus mempertanggung jawabkannya kelak nanti (Ibr 4;13, Wahyu 14:13,20:12). Daging kita diproses, mau apa tidak menjadi baru dan penurut seperti roh sehingga perilakunya juga baru tanda bahwa hatinya baru. Untuk itu perlu di didik menjadi Taruna (di proses).


Proses Penyelamatan Oleh Yesus

Sebagai TARUNA meskipun harus bangun pagi, harus apel pagi dan apel malam sebelum tidur, harus antri jika mandi, harus hormat jika ketemu atasan, harus tertib jika makan dan lain-lain peraturan yang membatasi. Akan merasakan damai dan suka cita jika ia mengerti maksud dan tujuan semua peraturan yang membatasi dirinya tersebut, dan dapat melakukannya sesuai yang seharusnya. Kebalikannya jika tidak banyak mengerti apa maksud dan tujuan berbagai aturan yang membatasi tersebut, maka minimal di dalam mengerjakannya akan setengah hati, bahkan bisa jadi kena semprit dan kena hukuman dan akirnya tidak suka cita, minimal akan nggresula atau menggerutu karena kena hukuman.
Banyak orang Kristen yang nggresula atau kurang bahagia karena sering kena semprit sebagai hasil dari kurang mengerti aturan-aturan yang seharusnya dimengerti. Sebab pengertiannya hanya sekedar dengar dari cerita orang lain. Tidak mau mengkaji dan belajar menganalisa sendiri. Tidak mau rajin baca Alkitab sendiri dengan berbagai alas an, katanya yang banyak belajar Alkitab biar pak Pendeta saja aku cukup dengar ceritanya saja. Padahal pak Pendeta adalah juga manusia biasa seperti kita sehingga juga mempunyai keterbatasan, bedanya adalah pak Pendeta telah lebih dahulu belajar teologi secara formal. Dan perlu diketahui bahwa ‘wahyu’ dari Allah itu sifatnya personal, bukan formal dan banyak wahyu Illahi yang di turunkan melalui ketika membaca Alkitab. Kembali kepada taruna, ketika diajar merangkak dibawah kawat duri hatinya justru mendongkol sebenarnya hati kecilnya menolak karena tak senang, apalagi ketika di suruh pikul balok sambil berjalan diatas balok (bukan berjalan di atas rumput), dan ketika di suruh berbaris ditengah panas sinar matahari. (Ibr 12:6,10) Karena tak mengerti maksud dan tujuannya maka ketika melakukannya dengan amat sangat terpaksa alias tidak bahagia. Itulah gambaran banyak orang Kristen yang sebenarnya tengah jadi TARUNA namun tidak di sadari bahwa dirinya adalah Taruna yang harus menjalani proses supaya kedagingannya menjadi sejalan dengan rohnya (roh kita) yang penurut, hanya karena dinina bubukkan (di bius) dengan pengertian anugerah Yesus, kemudian malahan menganggapnya seperti sudah lulus dari Akabri dan menganggap telah menjadi Komandan. Sebab menurut yang ia dengar ketika ada kotbah dalam upacara kematian, katanya (yang ia dengar) orang Kristen pasti masuk surga begitu pula sesuai ajakan yang orang lain katakan (sedang P.I) ketika pertama kali diperkenalkan kepada Kristus, katanya asal percaya saja kepada Yesus dan minta ampun akan selamat dan pasti masuk surga. Jadi dalam hatinya, untuk apa belajar menjadi lebih mengerti segala peraturan (firmanTuhan) apa lagi jika membaca silsilah menjadi mengantuk. Untuk apa hidup disiplin dan bertanggung jawab sebagai TARUNA toh bebas seperti preman-pun pasti masuk surga (kata pengkotbah di kematian itu, meski tidak semua pengkotbah berkotbah demikian), sebab pengertiannya sudah punya kapling di surga berkat pengampunan dari Yesus yang di berikan dengan Cuma-Cuma oleh Yesus demikian pengertiannya. Kemudian dalam hatinya, untuk apa ada anugerah dari Yesus jika tidak dimanfaatkan, hidup sekali saja kok untuk yang susah-susah (disiplin sebagai TARUNA). Bukankah jika kita disiplin seperti TARUNA itu berarti melawan arus, dan akibatnya jika melawan arus akan di jahui oleh orang banyak dan bisa-bisa di kucilkan mereka! Dan secara nalar sehat jika di kucilkan oleh banyak orang itu berarti “kematian” dan minimal tak punya masa. Bukankah kita masih hidup di dunia yang masih membutuhkan makan dan harga diri? Apalagi aku adalah bisnis man bukan pendeta, yang seperti itu biarlah mereka-mereka yang mempunyai profesi pendeta saja, aku tak perlu wong aku bukan pendeta, demikian dalam hatinya, Karena pikirannya sesuai hukum dunia, maka makan harus di cari dengan cara-cara dunia, tidak seperti yang di ajarkan oleh Paulus dalam II Kor 10:3,4. Demikian alam pikirannya, lalu untuk apa hatinya di perbaharui? Bukankah lebih enak jika di smokel saja? Waktu masih muda di maksimalkan ber suka-suka menikmati kebahagiaan dunia (kedagingan) baru nanti jika sudah tua sudah akan dipanggil Tuhan barulah bertobat! Toh hasilnya sama-sama masuk surga. Pengertian semacam ini banyak dipakai oleh orang Kristen, terutama orang Kristen yang sudah tokoh tetapi kelakuannya yang sama saja dengan orang yang tidak beriman. Sebab mereka belum paham tentang ‘buku kehidupan’ sesuai yang tertulis dalam Wahyu 20:12. (rapot pertanggungan jawaban) Sedang pegangannya adalah Ef.1;7& 2:8 dan Kol2:13 dan I Yoh 2:12. secara sepotong-sepotong. Pengertian yang kurang luas inilah penyebab utama mengapa banyak orang Kristen sulit menjadi pelaku firman. Karena berkepercayaan bahwa hidupnya sudah dalam ‘anugerah Kristus’ Namun demikian anda bebas memilih mana yang di percayai, tetapi resiko tanggungan penumpang. Apalagi dalam penglihatan mata manusia, tidak setiap orang Kristen yang hidupnya tidak “di atas rel” tidak segera disemprit atau di seletik Tuhan ketika ketika masih hidup sesuai pikirannya yang keliru, atau Tuhan sebenarnya sudah menyelentikNya tetapi tidak di mengerti, sebab menjadi seperti yang tertulis dalam Yermia mata hatinya sedang di butakan.

“Dengarkanlah ini, hai bangsa yang tolol dan tidak mempunyai pikiran, yang mempunyai mata tetapi tidak melihat, yang mempunyai telinga, tetapi tidak mendengar!
Yermia 5:21

Mereka berpendapat, bahwa karena anugerah kristus berupa kasihNya maka cukuplah orang Kristen pasif saja, sebab mau apa, toh manusia itu tidak sempurna dan berdosa jadi tak akan mungkin menjadi sempurna, percumah saja usaha manusia untuk menjadi “orang baik” (pelaku firman) toh tak akan bisa sebab sudah tertulis bahwa tak ada orang yang sempurna, apalagi juga tertulis bahwa tak akan ada seorang pun yang dapat melakukan sepuluh hukum Taurat. Yang penting tidak menipu orang dan tidak menyakiti hati orang lain (berselingkuh adalah menyenangkan teman selingkuhnya karena mau sama mau). Karena barangkali mereka menganggap pertanggungan jawaban ‘buku kehidupan’ adalah indentik dengan hasil akhir perbuatan manusia, bukan usaha dan niatannya yang ingin sejalan dengan TUHAN. Bahkan dalam hatinya berpendapat : jika demikian apa artinya dengan anugerah jika manusia masih harus berusaha menjadi baik dalam berkelakuan bukankah berarti masuk surga dapat dibeli dengan perbuatan? (penulis pernah mendapat dampratan demikian dari seorang Pendeta) Bukannya dengan anugerah Kristus? Kalau begitu tak usah percaya dengan anugerah Kristus dan karya penebusanNya diganti saja dengan perbuatan baik seperti orang Buda misalnya! Demikian katanya. Jika demikian baca ulang bagian depan tulisan ini.
Bagaimana air tawar itu mau mengalir dari samping pintu kanan Bait Suci, jika persyaratan menjadi layak sebagai Bait Suci Nya (dengan sengaja) tidak di penuhi? Bagaimana akan ada keinginan menjadi layak jika belum mengerti persyaratannya, dan bagaimana akan mengerti persyaratannya jika belajarnya cuma mendengar dari orang lain berbicara tidak di tambahi dengan mengkajinya sendiri? Dalam hal ini ada ilustrasi demikian : seseorang tidak percaya bahwa jari-jari tangannya penuh dengan bakteri ketika habis menghitung uang kertas, dan kebetulan sehabis menghitung uang kertas ada anggota badannya yang gatal maka langsunglah menggaruk-nggaruk badan yang gatal tersebut. Tak lama kemudian kulit badan yang gatal setelah digaruk menjadi semakin gatal dan terjadilah inveksi tidak sekedar iritasi sebab jari-jari yang dipakai menggaruk kebetulan tercemar bakteri yang ada dalam uang kertas yang baru saja dipegang-pegang. Ia baru percaya bahwa uang kertas lama itu banyak ditempel bakteri setelah melihatnya dengan mikroskop. Banyak orang tidak suka mencari hikmat Tuhan dengan banyak membaca Alkitab (II Tim 3 :15,16). Yang membuatnya menjadi kurang diperingatkan pentingnya kelakuannya diperbaharui, inilah yang mendorong mengapa penulis menulis buku ini dan disebar luaskan dengan biaya seringan-ringannya yaitu Cuma Rp.2.000,-- sama dengan uang sekali parkir mobil.(doakan pelayanan lewat kaset agar dapat terrealisir) Karena supaya lebih mengerti bagaimana sebenarnya proses keselamatan dari Yesus itu, sehingga tidak disalah mengertikan dan tidak sia-sia apalagi kecele, tiwas terlanjur mantap akan masuk surga ternyata tidak, apalagi ketika masih di dunia saja banyak musibah. Harapan dari lebih mengerti tentang firman Tuhan adalah agar dapat mengarah untuk mengikuti proses dari Tuhan dalam menuju keselamatan kelak, dan sekarang akan sudah mengenyam lebih dahulu suka cita dan damai sejahtera dari Allah ketika masih hidup. Bukannya banyak masalah yang silih berganti, sehingga seolah tidak sempat beristirahat terhadap masalah untuk dapat menikmati suka cita dan damai sejahtera. Memang benar proses dari Tuhan yang juga dikatakan sebagai ujian itu ada dan sungguh ada, tetapi tidaklah berlebihan jika penulis menggunakan gambaran sebagai TARUNA yang harus di didik dan di ajar jika melakukan pelanggaran. (Ayb 33:14-20) Namun bukankah lebih enak menjadi TARUNA yang tidak mengalami hukuman, karena mampu melakukan latihan dengan benar sesuai petunjuk pelatihnya?
Penulis pernah berpendapat ketus dan sombong, merasa sebagai orang Kristen yang punya Roh Kudus dan punya Yesus yang (pengertianku waktu itu, karena sering mendapat mujizat) senantiasa siap mem bec-up jika aku mendapati kesukaran, sebab menurut pengalamanku waktu itu, jika aku mengalami masalah aku berdoa minta pertolongan Tuhan dan ternyata di tolong Tuhan. Sehingga waktu itu aku berpendapat, orang Kristen yang ber iman harus seperti pemain selancar, yaitu senang jika gelombang datang. Sebab jika tak ada gelombang tak akan dapat bermain selancar, demikin pendapatku waktu itu. Tetapi setelah badai itu ber tubi-tubi silih berganti melandaku, aku menjadi kelabakkan dan kelelahan, dan melalui inilah Tuhan menyadarkan kesalahan pikiranku. Padahal dalam Yesaya tertulis :

“Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana , yang menganggap dirinya pintar.”
Yesaya 5:21

Janganlah menganggap semua kesulitan itu sebagai ujian atau sparing patner jika ibarat petinju, tetapi ada kesulitan yang sebenarnya merupakan gebukan Tuhan atau hukuman karena kesalahan kita. Jika itu kesalahan, tak ada jalan lain kecuali merubah sikap dan bertobat serta minta pengampunan. Yang sering menjadi persoalan adalah gebukan dari Tuhan dikira ujian. Atau bisa juga dalam konteks judul tulisan ini, kesulitan atau masalah timbul sebagai akibat salah jalan (meski karena belum mengerti mana jalan yang seharusnya). Sedang untuk mujizat, biasanya hal itu merupakan pertolongan Tuhan untuk kita supaya benar-benar mengerti bahwa Tuhan mempunyai otoritas (kuasa), oleh karenanya biasanya orang ‘Kristen baru’, akan lebih sering mendapat mujizat Tuhan. Mengapa penulis berkeyakinan demikian? Karena Tuhan itu Maha Pengasih dan juga mempunyai Otoritas! Mari kita lihat dua peristiwa yang menunjukkan otoritas Tuhan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru:


“Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab,22 Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaekat Tuhan di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia.23 Ketika keledai itu melihat Malaekat Tuhan berdiri di jalan, dengan pedang terhunus ditanganNya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkan kembali ke jalan.24 Kemudian pergilah Malaekat ke jalan yang sempit di antara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah menyebelah.25 Ketika keledai itu melihat Malaekat Tuhan, ditekannyalah dirinya ke tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukul pula.26 berjalanlah pula Malaekat Tuhan terus dan berdirilah Ia ketempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau kekiri.”
Bilangan 22:21-26


“Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai.41 Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat.42 Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorangpun yang melarikan diridengan berenang.43 Tetapi Perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka , dan memerintahkan supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dulu terjun kelaut dan naik kedarat, 44 supaya orang-orang lain menyusul dengan menggunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat.”
Kisah 26:40-44


Kisah tentang Bileam dengan keledainya ini adalah mengkisahkan antara keinginan (manusia) Bileam yang akan maju berperang menuruti ajakan Balak raja Moab, tetapi karena Tuhan tidak mengijinkannya, meskipun Bileam nekad akan melakukannya dengan tetap pergi dengan menaiki keledainya, Allah dengan mengutus Malaekatnya menggagalkan kepergian Bileam.
Dan kemudian pada kitab lain jelasnya pada kisah Rasul Paulus yang telah berulang kali ada kelompok persekongkolan yang akan membunuh Paulus, sejak Paulus sebelum berangkat berlayar ke Roma, namun dengan otoritas Tuhan Paulus dilindunginya sehingga akhirnya selamat tak ada yang dapat membunuhnya. Bahkan meskipun digigit ular berbisa yang mematikanpun, namun justru melalui di gigit ular inilah orang pada takut dan hormat kepada Paulus yang akhirnya selamat tidak jadi di bunuh karena Paulus diyakini sebagai Dewa.
Barangkali pembaca masih dapat membantah, itu kan cerita dalam Alkitab, sekarang kan bukan jaman Alkitab! Bacalah buku berikutnya dengan judul “Intervensi Tuhan” yang akan kami ceritakan apa yang penulis alami sendiri tentang intervensi Tuhan untuk menyatakan otoritasNya kepada setiap langkah manusia.


Pasca Anugerah Keselamatan

Setelah manusia (kita) yang berdosa di ampuni dosa-dosanya oleh Yesus untuk di layakkan menjadi orang yang tercatat dalam Kerajaan Surga (menjadi TARUNA), semuanya sudah serba baru. Cara berfikirnya telah menjadi baru karena jiwanya telah diperbaharui.(II Kor 4:16 & Efs 4:23). Begitulah sebagai TARUNA,. Tingkah lakunya yang tadinya klular-klulur sekarang tidak boleh lagi karena harus tegap dan cantas. Artinya kita bertindak dan melangkah sesuai dengan yang seharusnya (pembaharuan). Tidak boleh mentang-mentang telah di terima menjadi TARUNA kemudian semau gue. Dalam II Koritus 4:16 ada kalimat : “…diperbaharui dari sehari kesehari…” artinya proses itu tidak sim salabim serta merta langsung menjadi baru atau ujug-ujug jadi baru seperti sulapan. Justru dalam proses inilah Tuhan menilai dan mencatat dalam buku kehidupan untuk kelak di pertanggung jawabkan.(Ibr. 4:13;Wahyu 14:13;20:12). Jadi ibarat sebagai TARUNA harus dan wajib mengerti aturan main dan kuwajibannya sebagai TARUNA TUHAN yaitu firman Tuhan. Jika kita kurang mengerti aturan dan kewajiban yang sudah tertulis dalam firman Tuhan, maka kita akan banyak melakukan kesalahan-kesalahan. Seandainya kesalahan itu tidak menimbulkan hukuman, minimal akan membuat kegagalan karena keliruan yang berakibat kurang nyaman. Apalagi mendapat hukuman dan tidak mendapatkan perlindungan sebagai akibat kesalahannya yang keberadaannya berada diluar area kontrol Tuhan, sehingga ketika di ganggu roh jahat di biarkan saja. Jadi janganlah heran jika ada orang Kristen yang kalah perang dengan roh jahat.
Jika diringkaskan adalah: pertama kali harus percaya dahulu kepada Yesus, bahwa Ia bukanlah manusia biasa yang di salib saja sudah mati. Mujizat-mujizat yang meyertainya berbeda dengan mujizat para Nabi sebelumNya, Yesus tidak nunggu perintah dahulu dari Allah Bapa (dari pihak lain) seperti misalnya Musa yang selalu dipandu dengan perintah Allah. Contohnya :“…pukulkanlah tongkatmu pada batu itu…” dan setelah itu baru dipukulkan tongkatnya dan keluarlah air dari balik batu yang di pukul Musa. Kecuali Yesus tidak ada orang yang sudah mati dibangkitkan kembali dan masih beraktivitas secara phisik selama empat puluh hari, kemudian di angkat ke awang-awang yang disaksikan oleh ratusan orang, seluruh dunia yang mengalami demikian hanyalah Yesus. Dan setelah diangkat ke Surga Yesus menggantikannya dengan Roh Kudus untuk meneruskan bimbinganNya kepada yang percaya. Jika dalam tahap awal ini manusia sudah tidak percaya bahwa Yesus adalah Utusan Allah yang di beri Kuasa untuk mengampuni, maka tidaklah akan mendapat pengampunan. (pengemis harus menyatakan dirinya dahulu bahwa ia sebagai pengemis dengan penampilan yang layaknya seorang pengemis / tidak mampu, baru menyampaikan permintaan pengemisannya kepada orang yang di percayai bahwa ia mampu memberi karena dipercayai mampu memberi. Apakah anda akan memberi koin kepada pengemis yang penampilannya hebat dan naik Mersi dan berdasi mahal?) Tahap berikutnya adalah bertindak pro aktif, pengemis itu tidak akan menerima koin pemberian anda jika pengemis tersebut tidak menyambut dengan mengulurkan tangannya untuk menerima uluran tangan meskipun di beri. Itulah sebabnya istilah pemberian juga disebut uluran tangan, karena masing-masing yang meminta maupun yang memberi saling mengulurkan tangannya. Tahap berikutnya adalah bertindak untuk mendayagunakan koin pemberian dari anda untuk belanja kebutuhannya, koin itu tidak disimpan saja. Jadi setelah kita berhasil mendapatkan anugerah dari Tuhan, kita harus mempergunakan anugerah itu untuk kita gunakan sesuai keperluan kita.
Berikutnya kita wajib menyadari bahwa tanpa pertolongan dari Yesus, kita tidak layak. Ingat ilustrasi “narapidana yang kudisan” Sebelum Yesus di lahirkan di dunia, aselinya manusia tidak layak untuk mendapat berkat dari ALLah secara langsung, oleh karenanya untuk minta ampun saja harus melalui para imam (penghubung). Jadi Yesus di dalam menolong diri kita tidak sekedar seperti konglomerat yang memberikan uangnya 1 jt. untuk yang mengemis, dengan cukup buka dompet, bukan demikian. Tetapi kita sebagai narapidana yang kudisan, untuk layak pertama-tama dibebaskan dahulu secara hukum status nara pidananya kita (di ampuni), dan setelah itu kudis-kudis kita dirawat, disembuhkan, dimandikan, di mek up supaya pantas tampil dsb. Dan itu semua di lakukan oleh Yesus sendiri, Dia yang menjadi perawatnya sendiri (bukan perintah kepada orang lain seperti orang besar jika memberi pertolongan) melalui kesengsaraan Yesus sejak kelahirannya saja di kandang domba, dikejar-kejar Herodes untuk di bunuh. Di pukuli, di sesah, di ludahi, di hina, di salib. Setelah itu masih membimbing kita memberi petunjuk (mengajar) terhadap apa yang menjadi kesulitan kita dengan Roh Kudus (Yoh 14:26).

“Tetapi penghibur, yaitu Roh Kudus , yang akan di utus oleh Bapa dalam namaKu. Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
Yohanes 14:26

Bimbingan dan pengajaran Tuhan kepada kita, selain melalui bisikan Roh Kudus juga melalui firman Tuhan. Jadi jika kita ingin mendapat petunjuk Tuhan dan bimbinganNya harus rajin baca firman Tuhan dan mendengarkan bimbingan Roh Kudus.

“Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.16 Segala tulisan yang di ilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”
II Timotius 3 : 15,16.
Memberi hikmat dan menuntun kepada keselamatan….., artinya keselamatan itu tidak serta merta atau ujug-ujug selamat begitu dijamah Tuhan ! Tetapi perlu dituntun oleh hikmat Tuhan dan perlu proses perhatikan kata ‘menuntun’. Jika ketika kita dituntun, ternyata mbalela ya otomatis tidak sampai ketempat yang dituju Perlu perjalanan dan latihan, kembali pada cerita TARUNA, perlu melakukan latihan-latihan yang memberatkan tetapi menghasilkan. Bagaiman kita akan mendapat hikmat Tuhan melalui firman Tuhan jikalau membaca Firman Tuhan saja aras-arasen? Lalu bagaimana perjalanan kita dapat mulus jika dalam perjalanan tidak disertai hikmat rohani? Paling-paling hikmat yang berasal dari intuisi, bukan hikmat yang berasal dari Alkitab hikmat yang bernuansa feeling dan ilmu pengetahuan atau nalar. Padahal banyak hikmat (tuntunan Tuhan) yang harus diikuti tersebut ternyata tidak nalar. Tetapi memang demikianlah hikmat dan tuntunan Tuhan tidak harus selalu sejalan dengan alam pikiran manusia, supaya Otoritas Tuhan dinyatakan dan Tuhan di permuliakan.

Untuk megajar dan menyatakan kesalahan…………………,
Bagaimana mendapatkan pengajaran dan mengerti kesalahannya sehingga mampu untuk memperbaikinya jika tidak mau belajar? Bagi orang beriman perjalanan hidup adalah bagai sebuah misteri yang memerlukan bimbingan Tuhan, berbeda dengan orang dunia yang bimbingannya adalah ilmu pengetahuan secara dunia. Oleh karenanya Paulus mengatakan dalam II Kor. 10:3 bahwa Ia tidak berjuang secara duniawi, tetapi berjuang dengan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah. Kemudian dalam Ef. 4:17 &18 dikatakan bahwa jangan hidup seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuannya dengan Allah. Jadi gaya kehidupan atau perilaku sebagai orang ber iman harus berbeda denga orang yang tidak mengenal Tuhan.
Di sinilah perbedaan orang yang beriman (telah ditebus oleh Kasih Yesus) dengan orang yang tidak di tebus oleh kasih Yesus. Oleh karenanya dalam II Tim. 3 diatas dikatakan memperbaiki kelakuan. Dalam dunia bisnis, ternyata kelakuan adalah sebagai unsur mendapatkan kepercayaan. Banyak orang bisnis akhirnya menjadi hancur meskipun modalnya cukup besar hanya karena tidak dipercayai. Dalam pergaulan sosial masyarakat, melalui kelakuan juga mendominasi untuk dicintai atau di tolak (kecuali oleh orang-orang yang bersifat penjilat yang tetap menyanjungnya). Secara rohani, dengan berprilaku yang baik adalah merupakan sarana memenuhi salah satu persyaratan untuk dilayakkan menjadi kediaman Roh Kudus, yang berarti pula melayakkan “air tawar” itu mengalir dengan membual dari diri kita. Masalah anugerah Kristus yang cuma-cuma ibarat Taruna yang ingin mendapat Tropy melalui baris-berbaris, jika barisnya tidak tegap dan tidak aturan akan layakah mendapat tropy? Meskipun tropy tersebut benar-benar telah disediakan bagi siapa saja dengan cuma-cuma? Tetapi akan diberikan kepada yang memenuhi syarat bukan? Bukannya kepada yang barisannya pating pleot. Begitu jugalah Roh Kudus dan keselamatan dari Tuhan, memang ada dan diberikan secara cuma-cuma, tetapi bukan kepada yang mbalela. Meski Tuhan adalah Yang Maha Pengasih? Bacalah Matius 13:41-43&16:27. Padahal jika kita layak (karena dilayakkan dan menyesuaikan diri untuk menjadi layak) dan menjadi kediaman Roh Kudus coba bayangkan apa yang akan kita tarik keuntungan? Mobil yang di diami (dinaiki) oleh seorang Presiden saja sudah dibuat anti peluru dan masih dikawal ketat, apalagi akan di diami oleh Roh Kudus.
….untuk mendidik orang dalam kebenaran…………………...,
Dalam gereja banyak Panatua atau Pendeta yang tak mampu menjadi panutan karena menjadi macan ompong hanya karena tak menjalankan kebenaran sesuai yang diaajarkan oleh Firman Tuhan.(tidak semua Pendeta dan Panatua demikian) Isi Alkitab juga berlaku untuk mendidik agar kita semua berfikir, berbicara, dan bertindak dalam kebenaran. Karena ternyata kebenaran adalah kunci untuk mendapatkan damai sejahtera dan keselamatan. Kita harus mencermati kata ‘mendidik’ yang berarti ada kaitannya yang erat dengan perilaku atau usaha manusia untuk bisa menyesuaikan diri kearah yang benar. Yang sekaligus mematahkan asumsi bahwa jika Tuhan yang meng-anugerahi keselamatan itu, tanpa upaya proaktif kita, otomatis kita pasti berada dalam kebenaran dan dalam keselamatan hanya karena dengan alasan kita hidup dalam ‘era anugerah Yesus’.sehingga proses keselamatannya seperti sulapan atau sim salabim. Atau ujug-ujug kita menjadi benar seperti air jernih yang di tetesi tinta yang tanpa di aduk langsung warna birunya bersenyawa dengan air bersihnya hanya sebagai kepercayaan dari didapatkannya keselamatan dari Yesus (Efs 2:8). Jika asumsi ini benar maka firman Tuhan yang dituliskan mendidik dalam kebenaran tidak berguna. Jadi benarlah bahwa setelah kita di layakkan dan kemudian di perbaharui, kemudian kita harus masuk “kamp pendidikan” untuk di latih dan dididik (di beri pengertian) selama menjadi seorang TARUNAnya TUHAN. Proses pendidikan itu kira-kira sama dengan belajar pencak silat. Yang tidak cukup dengan di masuki mantra-mantra kemudian langsung mahir bermain silat. Sebab kalau demikian namanya bukan lagi belajar silat, melainkan kesurupan seperti pemain jaran kepang. Proses Roh Kudus memperbaharui pikiran, pengetahuan dan kemampuan untuk menjadi orang yang memiliki kebenaran tidak seperti kesurupan, melainkan seperti belajar silat yang perlu dilatih dengan tekun dan berkesinambungan. Dan selama di latih tidak bisa dengan pasif saja dan berdoa saja minta supaya Roh Kudus mengurapiNya. Urapan Roh Kudus terhadap mata hati kita memang instan, seperti air jernih dimasuki tinta. Tetapi pikiran dan raga atau daging kita lemah dan terlanjur terbiasa tidak benar sebagai ikutannya oerang berdosa sesuai dengan Rom 3:23, dan itu perlu di latih supaya menjadi benar. Dalam latihan atau pendidikan ini di perlukan pro aktif. Karena daging itu lemah, meskipun roh penurut. Contoh yang mudah: kita telah mengetahui bahwa cepat menyela pembicaraan itu tidak baik karena bisa meyakitkan hati orang lain, tetapi nyatanya bagaimana? Meskipun pikiran kita sudah berusaha mengerem? Mudahkah menghentikan? Nyatanya perlu latihan dan kesabaran kan? Itulah arti di didik dalam II Timotius 3:16.
Percaya atau tidak percaya, setiap orang ber iman yang telah mengaku percaya dan di baptis, telah di wisuda menjadi TARUNA nya Tuhan. Yang ber arti mau atau tidak mau harus masuk kamp pendidikan Tuhan, nah sekarang selama kita ada dalam kamp pendidikan Tuhan tersebut sikap kita bagaimana? Seperti TARUNA atau seperti Komandan atau seperti anak jalanan yang terlanjur kemul sarung sambil minum-minum cong yang? Jawablah sendiri. Oleh karenanya jangan heran, jika dalam perjalanan hidup kita sering kali kedapatan sesuatu yang tidak masuk diakal kita, dan sesuatu itu belum tentu kita harapkan. Misalnya kita kena semprit dan di hukum dengan masalah atau penyakit yang berat. Atau sesuatu yang menggembirakan atau pemberian yang tak di duga-duga berupa hadiah berupa keberhasilan, atau kebalikannya berupa masalah-masalah yang rumit. Bukti dari hal ini adalah adanya pada setiap Pendeta (dalam arti sebagai orang yang telah di pakai Tuhan untuk mengajarkan firman Tuhan dengan segala kebenaranNya) tetapi ternyata keluarga beliau-beliau ini juga masih mengalami (dijamah) oleh masalah yang sulit dipecahkan. Bukankah semestinya menurut logika, beliau ini sudah penuh dengan proteksi Tuhan karena sudah menjadi kediaman Roh Kudus sesuai yang beliau ajarkan sendiri, bukankah hidupnya katanya sepenuhnya untuk Tuhan? Karena Tuhan menganggap semua orang apapun jabatannya kesemuanya adalah TarunaNya yang masih di didik dan harus mempertanggung jawabkan. Jabatan Panatua, Majelis, Pendeta, Guru Injil, Penginjil / evangelis adalah masih tetap Taruna namun kebetulan si Taruna ini telah dipercayai di serahi tugas misalnya komandan piket, petugas jaga, tutor adik kelasnya sebagai snior dll. Tetapi masih Taruna.
Saudaraku yang kekasih, uraian ini adalah menjelaskan kepada kita bahwa ‘kita semua’ termasuk penulis adalah masih bersetatus sebagai TARUNA nya Tuhan yang masih harus menerima didikan, dan bimbingan, dan latihan-latihan, serta pukulan atau hukuman jika salah. Untuk hal ini Tuhan telah melengkapi dengan Yoh 14:26 & Filipi 4:12,13. Agar ketika Taruna masih dibawah kuasa sang “Komandan Pendidikan” di layakkan melalui anugerahNya untuk kuat menjadi TARUNA sampai lulus, sehingga ada perbedaan tingkah laku antara orang beriman (kita) dengan orang yang tidak beriman. Jadi mulai dari pendapatnya, pemikirannya, tutur katanya, sikapnya dan perbuatan serta hatinya ada perbedaan dengan orang yang tidak mengenal Tuhan, jangan hanya sikap dan tutur katanya saja yang rohani,tetapi hati dan perbuatannya tidak rohani. Termasuk di dalam kita jika menghadapi tantangan, masalah dan dalam mencari uang, bacalah ulang II Kort 10 :3,4.
Banyak orang Kristen baru, kembali mundur lantaran kecewa dengan orang Kristen lama (tentu bukan anda yang di maksud) , dalam hati orang Kristen baru yang belum kuat akar iamannya tersebut, ia sangat gembira mendapat pembaharuan hatinya. Ketika ia membaca ajaran tentang hidup baru ia sangat tertarik menjadi baru dan untuk itu ia perlu kawan seperjuangan yang dapat membimbingnya, tetapi begitu ia kena “batunya” dari orang Kristen senior ia terperanjat setengah mati. Tukasnya dalam hati: kok begitu, tidak lebih baik dari yang katanya tidak kenal Tuhan! Bedanya cuma dalam tutur kata yang ucapannya rohani, dikit-dikit bilang Puji Tuhan, dan katanya rajin persekutuan doa, tetapi kelakuannya kok sama saja. Bedanya dia sama aku pada Kartu tanda Anggota saja. Setelah ada kesempatan Tanya jawab, ia menjawab: roh memang penurut tetapi daging itu lemah, saya kan masih hidup didunia apalagi saya kan bukan malaekat, saya hanya manusia biasa yang tidak sempurna, seperti layaknya manusia yang lain yang masih membutuhkan uang dan kesenangan?
Bacalah tulisan selanjudnya dengan judul”Otoritas”.
Jika diperlukan Anda dapat berkonsultasi melalui telepon:021-98791377, 024 -7473096, 08889149388
Bagi yang tergerak untuk mendukung pelayanan ini
Dapat mengirimkannya ke Bank mandiri
a/n Sudaryono AC no. 135 000 3099 890
.
DOAKAN PELAYANAN CD GRATIS UNTUK MENJANGKAU YANG TIDAK SUKA INTERNET






Seri 3 BUKU KUNCI KEHIDUPAN
OTORITAS TUHAN


J ika kita membaca Kisah Para Rasul mulai pasal 21-28 maka kita akan melihat serangkaian sejarah Rasul Paulus dalam kehidupannya yang beberapa kali akan dibunuh. Uniknya, yang menurut logika sebenarnya Rasul Paulus dapat dengan mudah di bunuh, tetapi kenyataannya tak terbunuh, ada-ada saja cara Tuhan supaya Rasul Paulus tidak jadi di bunuh. Bahkan pada peristiwa terakhir, dalam rangka perjalanannya ke Roma untuk naik banding atas perkaranya, Tuhan mengaturNya sehingga Rasul Paulus ketika nantinya sampai di Roma akan mendapat penghormatan yang luar biasa.
Ringkasnya ceritanya adalah : Karena penginjilan yang dilakukan Rasul Paulus kepada rakyat banyak pada waktu itu yang mendapat sambutan yang sangat positip, membuat beberapa politikus irihati dan merasa tersaingi popularitasnya. Ada juga yang merasa dirugikan, terutama orang-orang Yahudi dan ahli Turat. Karena banyak pengikut mereka berpindah menjadi percaya kepada Yesus sesuai ajakan Paulus.
Orang-orang Yahudi tersebut berbuat licik dengan menghasut orang banyak menuduh Rasul Paulus membuat kekacauan. Dengan demikian ada alasan untuk mengajukannya ke Pengadilan di Yerusalem. Tetapi karena Rasul Paulus adalah berwarganegara Roma, maka Pengadilan yang benar (tertinggi) adalah Roma. Untuk itu Rasul Paulus bermaksud naik banding ke Roma. Dalam rangka perjalanannya menuju Roma inilah beberapa kali ada kelompok (berganti-ganti kelompok, ada yang Politikus dan ada pula Prajurit-prajurit) yang bersekongkol dan bersepakat untuk menghabisi Rasul Paulus selama dalam perjalanan. Namun ternyata Tuhan mengaturnya sedemikian rupa, persepakatan pembunuhan tersebut tak dapat terjadi. Dan ini terjadi beberapa kali diwaktu dan tempat yang berbeda. Peristiwa yang terakhir sebelum tiba di Roma, Tuhan mengaturnya melalui kapal yang ditumpangi rasul Paulus kandas dihantam ombak pecah. Akibat dari hal ini membuat Rasul Paulus harus mendarat darurat di pulau Malta. Ketika berada di pulau Malta, melalui ular beludak yang memagut tangan Rasul Paulus membuat orang banyak yang melihatnya keheran-heranan sekaligus memastikan bahwa Rasul Paulus adalah dewa, setidak-tidaknya di anggap orang sakti. Dari anggapan ini berbondong-bondonglah orang datang untuk mendapatkan kesembuhan, dan terjadilah KKR kesembuhan Ilahi dadakan tanpa Panitia. Bahkan rasul Paulus di sambut hangat dan ramah oleh Gubernur Publius yang berada di pulau Malta tersebut. Setibanya di Roma, setelah sementara tinggal di Malta, ternyata tidak ada kabar buruk tentang Rasul Paulus yang disampaikan oleh orang Yudea ke Roma, kebalikannya kabar baik yang terjadi di pulau Malta yang sampai ke Roma. Oleh sebab itu Rasul Paulus ketika di Roma tidak dipenjara, malah menyewa rumah sendiri dan memberitakan Kerajaan Allah di Roma, alias selamat dan tidak jadi di bunuh.
Jika pembaca masih belum bisa menerima secara bulat peristiwa campur tangan Tuhan yang menggunakan otoritasNya terhadap umatnya ini dengan alasan: “itu kan cerita dahulu dalam Alkitab dua ribu tahun lalu. Sekarang kan jaman modern, jamannya satelit dan teknologi klon”. Baiklah, penulis akan menceritakan pengalaman penulis sendiri yang berkaitan erat dengan otoritas Tuhan.
Pada tahun limapuluhan, penulis masih kecil dan belum lulus Sekolah Rakyat. Ternyata ayah penulis dipanggil Tuhan, ketika ayahku di panggil Tuhan aku sunat saja belum. Waktu itu aku tinggal didesa yang sangat pelosok, desaku tak ada listrik dan tak ada air PAM. Jika ingin dengarkan pidato Presiden Sukarno waktu itu aku harus nglurug ke desa tetangga (5 km) yang ada radio, karena dirumahku tak ada radio. Selain dirumahku ndesa sekali, orang tuaku adalah miskin. Hidupku sengsara karena miskin apalagi anak janda, sisi lain waktu itu jiwaku sangat tertekan sebab aku harus ikut sekolah Madrasah. Karena jika tak ikut sekolah Madrasah aku di cap kafir dan pasti di kucilkan oleh mereka. Aku tertekan sebab teman-teman yang sekaligus tetanggaku sekampung ini cara hidupnya aku tidak cocok. Dan aku merasa tak pandai mengaji. Mengapa tak pandai ngaji entah apa sebabnya, selain hidupnya aku tak cocok karena tidak sesuai dengan yang seharusnya sebagai orang yang saleh seperti yang diajarkan di Masjid, ternyata juga bermusuhan dengan orang kampung tetangga desanya sendiri sesama orang Muslem. Aku tak bisa melakukan permusuhan seperti itu, sebab di desa itu juga banyak kawan-kawanku yang baik dengan aku. Jika aku baik dengan mereka aku dimusuhi tetanggaku yang dekat, jika aku baik dengan tetanggaku yang dekat aku diminta memusuhi mereka. Mereka bermusuhan ini hanya masalah partai, tetangga sedesa aku bermukim mayoritas aktivis Masyumi, sedang tetangga desa tersebut mayoritas Nadathul Ulama (NU). Dalam gundah gulanaku tersebut mendorong aku setiap malam berdoa kepada Tuhan yang kulakukan setiap jam 00 tepat tengah malam di tempat terbuka. Maksutnya jika berdoa pada tepat jam 00 dan tidak terhalang jika memandang ke langit, doanya akan di dengarkan Tuhan. Doaku pada waktu itu pertama-tama aku minta agama yang cocok dengan aku, baru kemudian minta supaya aku jadi orang pintar dan orang kaya.
Di sekitar desaku sampai satu kecamatan lebih waktu itu tidak ada orang Kristen jadi tak ada Gereja. Jadi jika aku melihat Pendeta berjubah hitam naik sepeda aku tidak tahu bahwa itu adalah Pendeta Kristen. Untuk Gereja Katolikpun adanya 10 km dari desaku, dan aku tak ada akses kesana sebab aku orang desa, sehingga tentang Kristen atau Katolik aku tidak mudeng (tidak menegrti). Ketika aku lulus dari sekolah Teknik Negeri (setingkat SMP) Tuhan membawa aku pindah ke Semarang dengan cara menjadi PRT hanya demi aku tetap bisa sekolah. Sebab ibuku tak sanggup membeayainya. Aku jadi PRT sambil Sekolah Teknik Menengah. Jadi aku sekarang jadi orang kota, meskipun cuma jadi PRT. Aku sudah meninggalkan kebiasaanku mencari uang dengan cara membersihkan rumput, atau mencari ikan di sungai. Dan tidak lagi mandi di Sungai.
Mengapa aku mengatakan bahwa aku di bawa Tuhan ke Semarang? Karena ternyata melalui ini aku diperkenalkan dengan orang yang bernama Pak Hoo Swan Poo tetangga rumah majikanku dan Pak Rono Purwotenoyo teman Pak Hoo, kedua orang ini tetanggaku yang dipakai Tuhan untuk memperkenalkan Yesus kepadaku ketika aku duduk-duduk santai di boek, sore hari ketika semua pekerjaanku sudah selesai, kedua orang ini sekarang sudah almarhum. Jika aku tidak menjadi PRT di Semarang, niscaya aku tak kenal dengan Pak HOO dan tak kenal dengan Kristus dan tak dapat menulis kesaksian ini.

“Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman Tuhan.”
Yesaya 55:8
Kejadian yang terjadi pada diriku, mulai Tuhan memanggil Ayahku dan yang membuat rentetan berikutnya keluargaku menjadi melarat, dan yang memaksa aku harus hengkang dari desa untuk menjadi PRT di Semarang adalah Tuhan, sebab tidak ada dalam benakku untuk menjadi seperti ini. Sebab aku adalah anak yang di manja sebab aku anak yang terakhir yang masih hidup. Adikku telah dipanggil Tuhan ketika aku masih kecil dan setengah ingat setengah tidak. Dan orang tuaku adalah orang terpandang di desaku ketika ayahku masih hidup. Jadi didalam benakku tidak ada satu titikpun pemikiran bahwa aku akan susah karena tak mampu makan enak, sampai jika makan harus dicatu, itu saja makanan yang untuk sarapan hanya sebatas ubi rebus atau nasi aking yang di dang, yaitu nasi dari intip atau sisa nasi yang di jemur. Jika aku ingin makan enak harus bertamu kepada saudaraku yang pemurah dan kaya, atau ikut kenduri yang pasti ada ikannya dan dimakan ramai-ramai (kalau di undang), atau cari sendiri memancing atau nawu kali (keringkan parit untuk cari ikan). Aku tak ada pikiran tentang Yesus, dan ketemu gadis-gadis Tiong Hoa yang putih-putih, yang salah satunya kemudian menjadi isteriku. Meskipun konsekwensi dari perbuatanku ini aku menjadi di kucilkan oleh seluruh keluarga nenek moyangku di desa karena mereka semua tak setuju aku menjadi Kristen, apalagi menikah dengan anak keturunan Tiong Hoa! Aku dianggap menyebrang. Sebab nenek moyangku adalah beragama Islam.


Peristiwa Yang Lain.

Karena Gereja yang terdekat dengan rumahku adalah Gereja yang kebetulan mayoritas jemaatnya Tiong Hoa, aku disitu menjadi menonjol, dasar pemudinya cantik-cantik membuat aku kerasan di situ, sehingga mendorong aku menjadi aktivis Gereja. Berkat dari keaktifanku, aku menjadi banyak kenal jemaat disitu dan tergolong dekat dengan mereka, hal ini membuat aku banyak mengerti soal bisnis. Oleh sebab itu ketika aku lulus dari Akademi Teknik Sipil, begitu aku bekerja aku cepat sukses karena banyak bekal pengetahuan bisnis yang aku dapat dari pergaulanku. Padahal di desa dulu pergaulanku adalah tukang gembala kerbau atau kambing atau penjala ikan. Tidak hanya orang-orang Gereja yang memberi kontribusi kepandaian kepadaku, tetapi juga seorang mantan Bupati yang banyak berdiskusi denganku karena ia serumah dengan aku, dan kebetulan ia adalah seorang Katolik yang aktivis juga, jadi keaktifan dia menular kepadaku.
Jika aku tidak di Semarang dan serumah dengan mantan Bupati itu dan tidak menjadi warga gereja ini aku tidak akan secepat itu sukses dalam pelayanan maupun dalam bisnis. Siapakah yang mengatur semuanya ini? Sehingga aku berkesempatan berdiskusi dengan seorang mantan Bupati selama beberapa Tahun? Itulah kuasa Tuhan yang dinyatakan dalam otoritasNya. Sebab jika tidak dengan otoritas Tuhan, secara nalar sulitlah seorang mantan tukang angon kerbaunya tetangga (karena tak punya kerbau sendiri) dan kemudian di Semarang cuma sebagai PRT atau kacung untuk bisa berdiskusi semeja dengan seorang mantan Bupati yang telah naik pangkat lebih tinggi lagi dari bupati.
Entah karena apa, aku sendiri sudah lupa, sejak aku menjadi Kristen, aku senang sekali mengikuti KKR dimana-mana, bahkan sampai luar kota pun aku datang. Waktu itu jamannya Pdt.In Yuwono,si Kabar mempelai, Rev. Misbah, pak Damaris. dan lain-lain. Dan anehnya jika aku mengikuti KKR aku serius mendengarkan firman Tuhan, dan sampai sekarang bebarapa ajaran yang kudapatkan dari KKR masih aku ingat. Aku tidak sekedar cari muka, namun demikian ada pula ekses negatifnya, yaitu aku menjadi sok ngerti. Apalagi aku memang gemar baca Alkitab meskipun tidak disuruh, waktu itu aku mendapat tugas berkotbah di beberapa bidstond pagi, diantaranya di Peterongan dan Karang Saru dan kemudian juga di pepantan sebuah Gereja Jawa. Diluar Gereja aku juga aktivis organesasi pelayanan, dan aku selalu di beri jabatan. Bahkan aku masuk teem pertama kali menjajagi kelompok Karismatika Gereja Katolik Bon Dalem dengan retreat di Bandungan jamannya Pdt.Benyamin Susilo, yang waktu itu masih baru dan waktu itu di Gereja – gereja Protestan di Semarang belum ada gerakan Karismatika dan doa dalam roh seperti sekarang ini. Karena aku kebetulan kata orang dikaruniai talenta sebagai visioner, maka aku sering melontarkan usulan-usulan (yang baru saya ketahui mutakhir pada saat sekarang ini) ke Gereja. Usulan-usulan itu diantaranya pada tahun delapan puluhan dulu aku pernah usulkan untuk dibentuk KOMSEL,atau Familly Altar, kemudian mengusulkan dipecahnya PA menjadi dua kelompok yakni kelompok orang sederhana dengan pembahasan sederhana dan kelompok orang-orang yang inteleknya tinggi dengan system pembahasan yang lebih cepat. Dan ternyata usulanku ini sekarang aku baru tahu bahwa itu ada kaitannya dengan IQ yang waktu itu aku belum pernah dengar tentang IQ, dimana secara ilmiah orang memiliki IQ yang ber-beda-beda. Waktu itu usulanku hanya supaya peserta PA tidak ada yang ngantuk dan tidak ada yang ke pontal-pontal. Kemudian usulan untuk diadakan doa puasa, alasanku Yesus saja berpuasa. Juga usulan untuk persiapan sekolah Minggu diganti dengan Psikologi Pendidikan, sebab untuk materi cerita sudah dapat baca sendiri dari buku Sejarah Suci. Aku baru tahu sekarang bahwa ternyata tingkat STh Penggembalaan, tidak mendapat Psikologi Pendidikan, dan buku Sejarah Suci tersebut adalah materi STh. Dan masih banyak lagi usulanku yang sepuluh tahun sampai limabelas tahun kemudian baru dijalankan, tetapi ketika aku ajukan usulan tersebut mayoritas tokoh gereja menolak, bahkan ada yang mencaci maki aku. Dan mohon maaf sebesar-besarnya karena berbagai usulan dan caraku usul tersebut ternyata aku tidak mengerti jika sebenarnya sama saja aku mencoreng pak pendeta karena dengan tidak sengaja mempermalukan nya. Untuk itu sekali lagi aku mohon maaf, karena sebenarnya aku tidak bermaksud demikian, hanya saja aku belum berpengalaman organesasi sosial waktu itu, karena aku usul tersebut usiaku masih sekitar berkepala dua dan belum berpengalaman dan mengerti psikologi masa sehingga aku tidak memperhitungkan ekses negatifnya.
Karena aku sering mengikuti KKR diluar gerejaku (di luar denominasi) akibatnya aku menjadi karismatik maka secara tak resmi di…….tendang halus……....yang kemudian tak ada cara lain kecuali hijrah. Namun setelah aku kaji secara rohani dan mendalam, jika aku tidak di tendang aku tidak cari ilmu, dan jika aku tak cari ilmu maka aku tak akan dapat menulis tulisan eksposisi Alkitab yang bersifat filosofis. Puji Tuhan, Allahku memang hebat. Membuat aku memiliki pengalaman yang unik berkaitan dengan iman yang dapat dipakai sebagai bahan penulisan.

“Dengarlah, hai saudara-saudara yang ku kasihi! Bukanlah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris kerajaan yang telah di janjikanNya kepada barang siapa yang mengasihi Dia?.”
Yakobus 2:5

Aku yakin, kejadian ini terjadi padaku karena aku sesungguhnya mengasihi Dia, sehingga barangkali aku termasuk yang di pakai Tuhan untuk menjadi saksi tentang kasihNya. Tentang hasil dari tulisanku aku ingat kepada kata-kata pak Charles Christano MTh, ketika aku sharing dengan beliau untuk buku tulisanku dengan judul Tongkat Bagi Gembala demikian: “ Jalan terus dik Dar, jangan berhenti ini bagus dan perlu di kembangkan, meskipun buku ini seandainya nanti akan terbaca oleh pak ………….dan mendapatkan komentar dari Beliau yang bunyinya..………apa-apan ini Daryono……kok nggurui aku .

Cerita Lain Lagi.

Pada waktu itu aku sedang menjadi kontraktor yang kebetulan sedang jatuh sebagai akibat kebijakan moneter yang disebut dengan Krisis Rupiah ’84. waktu itu semua pekerjaan yang di beayai oleh Bank Dunia dihentikan secara mendadak karena RI tak punya rupiah sebagai pendamping. Kebetulan aku sedang punya pekerjaan yang jumlahnya cukup besar waktu itu yaitu ratusan juta rupiah. Dan kebetulan sudah selesai 100 % tetapi belum sempat di bayar.
Berkat doaku di dengar Tuhan (barang kali) aku mendapat proyek lagi yang lumayan besar, lalu proyek tersebut saya sub kan (dioper dibawah tangan) karena aku sudah tak punya modal lagi, dan kebetulan ada dua proyek yang aku dapatkan. Yang satu saya operkan dengan nilai kurang lebih cuma lima puluh prosen dari harga tenderku, sehingga diatas kertas aku akan untung limapuluh prosen. Pengoperan pekerjaan disepakati dengan baik setelah dihitung secara teliti. Aku gembira sekali, sebab menurut hitungan di atas kertas keuntungan dari satu proyek saja akan dapat dipakai untuk membeli dua mobil Honda Wonder baru gres pada waktu itu. Dan proyek tersebut sesuai schedulle harus selesai 3 bulan, apa tidak senang jika cuma ongkang-ongkang dirumah tiga bulan dapat membeli dua lebih mobil baru gres? Ternyata aku membuat kesalahan (baru aku ketahui setelah sekian tahun berikutnya), yaitu aku terlalu banyak mulut dan mendahului Tuhan. Aku banyak bersaksi kesana–kemari pamer tentang proyek yang kudapatkan yang secara teori akan untung besar, yang sebenarnya belum selesai pengerjaannya tersebut. Apa yang terjadi ? Dua sub contraktor besar setelah mengerti bahwa aku untung separo sendiri, ia marah dan iri hati dan keluarlah hati jahilnya. Padahal ketika ia minta pekerjaan kepadaku (mau mengoper menjadi sub contraktor) tersebut dengan merengek-rengek dan dialah yang menghitung sendiri. Sekarang ia iri hati terhadap keuntungan yang akan saya peroleh, dan ia “nggembor” kemana-mana terutama kepada bouwheer dan direksi dan masih ditambah pekerjaan diterlantarkan. Akibat dari hal ini, mau tak mau saya harus jaga nama dan melanjutkan sendiri pekerjaan yang diterlantarkan tersebut. Dan karena situasi sengaja dibuat kisruh akhirnya aku dari dua proyek tersebut menjadi buntung dan babak belur bukannya untung. Siapa yang membuat situasi menjadi begini?


“Manusia melekatkan tangannya pada batu yang keras, ia membongkar bangkir gunung-gunung sampai akar-akarnya; 10 didalam gunung batu ia menggali terowongan, dan matanya melihat segala sesuatu yang berharga; 11 air sungai merembes di bendungnya, dan apa yang tersembunyi dibawanya ke tempat terang.12 Tetapi dimana Hikmat dapat di peroleh, di mana tempat akal budi? 13 Jalan kesana tidak di ketahui manusia, dan tidak didapati di negeri orang hidup.14 Kata samodra raya: ia tidak terdapat di dalamku, dan kata laut : ia tidak ada padaku.”
Ayub 28 : 9-14

Manusia sering takabur, mengapa takabur karena terlalu optimistis terhadap apa yang menjadi teorinya (mengandalkan pikiran), dan manusia itu diantaranya adalah aku sendiri! Manusia berfikir berdasar pengetahuannya yang matematis, dan seperti ini boleh dan harus, tetapi masalahnya tidak boleh melupakan ‘Kuasa’ dari Yang Maha Kuasa mengijinkan atau tidak hal itu terjadi. Dan jalan ke sana tidak diketahui oleh manusia demikian Ayub mengatakan berdasar pengalamannya bersama Tuhan.


Cerita lain lagi.

Suatu ketika aku setelah tidak lagi menjadi Kontraktor karena sudah tak punya uang, aku bisnis kecil-kecilan. Dalam bisnis ini aku melibatkan yang namanya Sales Promotion Girl atau SPG.
Setelah berjalan beberapa bulan, ternyata setiap satu tim yang terdiri dari dua gadis tersebut rata-rata membawa uang masuk Rp.100.000,-- sampai Rp.200.000,- sehari. Sedangkan untuk sewa mobil satu hari kurang lebih Rp.100.000,-- dan satu mobil dapat membawa 3 tim. Sehingga menurut perhitungan, jika memiliki 3 tim maka akan ada uang masuk antara Rp.300.000,-- sampai Rp.600.000,-- sedangkan menurut perhitungan, jika pendapat kotor lebih dari Rp.200.000,- sehari, maka keuntungan menjadi separo dari uang masuk setelah dikurangi sewa mobil yang 100.000,-- Jadi aku akan bisa untung minimal satu hari Rp.50.000,-- sampai Rp.150.000,-- jika punya tiga tim. Penghitungan ini adalah berdasar pengalaman yang sudah berjalan hampir satu tahun. Aku merasa mantab dengan perhitungan ini, sehingga untuk pengiritan aku tidak lagi sewa mobil, tetapi membeli mobil bekas sendiri dengan perhitungan angsurannya 1 juta sebulan. Jadi saya akan lebih banyak untung.
Apa yang terjadi ? Setelah saya beli mobil ternyata, SPG bubar. Dan membentuk SPG baru sampai hampir satu tahun tak dapat terbentuk dengan tim lengkap, paling banyak hanya tiga orang yang didapatkan, itu saja belum profesional sehingga baru berapa minggu pasti ada yang mrotoli. Akibatnya mobil ini lebih banyak nganggurnya daripada dipakai untuk bisnis. Dan saya harus tetap mengangsur tiap bulan, padahal pemasukan menjadi lebih seret.
Menurut teori, SPG adalah hal yang sepele karena terlalu banyak orang mencari pekerjaan. Bahkan para mahasiswi yang masih aktif kuliah saja juga cari pekerjaan dan mau menjadi sales, mengapa aku kesulitan? Padahal penghasilan SPG cukup tinggi dan pembayarannya cukup lancar. Siapa yang membuat ini semua?

“Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Maha Kuasa?”
Ayub 11:7

Peristiwanya ini memang cukup sepele dan tidak laku dijual, apa lagi untuk bahan kotbah! Tetapi peristiwa ini memberi arti yang cukup besar bagiku, bahwa Allah tidak hanya intervensi kepada hal-hal yang besar saja, sampai hal yang terkecilpun Allah ikut ambil bagian dan mau mengintervensi. Dan dalam hal ini membuka mata rohaniku yang mendalam bahwa supaya aku tidak serampangan, apalagi Tuhan pernah berbicara bahwa rambutpun terhitung oleh Tuhan. Aku di ajarnya agar menjadi lebih sabar dalam segala hal dan supaya mengerti bahwa segala sepak terjangku tak ada yang terluput dari jangkauan mata Tuhan.

“Karena segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan, dan segala langkah orang diawasiNa.”
Amsal 5:21
Mendapatkan peristiwa yang demikian aku harus cepat-cepat tanggap, bahwa ini Tuhan pasti ikut campur tangan tidak sekedar belum berhasil. Oleh karena itu aku kemudian menghentikan usaha ini sambil ingin tahu kehendak Tuhan sebenarnya bagaimana.
Cerita Lain Lagi
Aku mendapatkan kenalan seorang pegawai Kantor yang kebetulan punya fasilitas yang dapat saya manfaatkan. Yaitu ia berkuasa mengelola halaman sekitar kantornya. Saya mendapat kesempatan menyewa satu area yang sangat strategis dan murah sekali jika saya bandingkan dengan beberapa tempat yang pernah saya survey (ditanyakan untuk ditaksir). Apa yang terjadi ? Ternyata almari toko saya terpaksa ndongkrok ditempat selama satu tahun karena tak ada yang mau menjadi penjaga counter tersebut, hanya karena saya kesulitan cari Sales sebagai penjaga toko / counter. Aneh bukan? Jaman alamnya orang susah mencari pekerjaan, tetapi saya justru kesulitan cari SPG. Dan hitung punya hitung iklan untuk cari SPG saja habisnya sudah jutaan rupiah dan tidak ada hasilnya.
Dari dua peristiwa yang berkaitan erat dengan SPG ini ternyata mata rohaniku dibawa Tuhan untuk dapat melihat dengan jelas intervensi Tuhan dengan segala otoritasNya. Bahwa ternyata Tuhan intervensi tidak hanya terhadap sesuatu yang besar-besar saja dan secara makro. Tetapi ternyata secara parsial dan terhadap sesuatu yang sangat remeh dan sangat kecil sekalipun tidak luput dari mata dan intervensi Kuasa Tuhan. Mari kita baca dalam Amsal 20


“Langkah orang di tentukan oleh Tuhan , tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya?
Amsal 20:24

Sampai dengan buku ini aku tulis, aku belum mengerti apa maksud Tuhan tidak mengijinkan punya SPG dan punya counter kecil-kecilan (sudah dua tahun kemudian) apakah karena aku yang tidak peka atau saatnya belum tiba aku belum tahu. Namun aku percaya bahwa jika aku teruskan aku punya SPG dan counter kecil-kecilan tersebut mungkin akan ada sesuatu yang akan merugikan aku. Dan yang pasti aku tak akan menulis buku ini, sebab pikiranku akan disibukkan mengurusi SPG dan counter. Karena isteriku dan anak-anakku tak ada yang mempunyai bakat dagang mengurusi hal yang demikian. Aku sendiri juga heran, mengapa dalam keluargagu tak ada darah bisnis kecuali aku, sehingga untuk hal-hal yang berbau bisnis, aku tak ada yang membantunya. Namun yang pasti menurut kayakinanku sesuai yang tertulis dalam Kitab Suci, bahwa untuk orang-orang yang diperkenankan langkah-langkahnya Tuhanlah yang menentukan. Manusia (aku) boleh–boleh saja merencanakan sesuatu, tetapi akhirnya nanti Tuhanlah yang mengarahkanNya. Dan ini sebagian telah aku alami juga.
Suatu ketika anakku yang bermukim di luar kota pulang kerumah, menanyakan bisnisku bagaimana apakah Tuhan telah kirim patner dan modal atau belum. Karena anakku tahu bahwa Tuhan telah memberi aku “peluru” yang ampuh untuk berbisnis. Tinggal nunggu bedilnya, karena “babi hutan” yang menjadi sasarannya juga sudah ada. Menurut teori, jika aku mendapat modal yang cukup, bisnis ini sangat menjanjikan sekali, karena aku menemukan resep yang bersifat monopoli se Indonesia bahkan mungkin se Dunia. Tinggal tergantung Tuhan bagaimana mengijinkan atau tidak, karena telah di uji secara kecil-kecilan selama tiga tahun termasuk yang menggunakan SPG. Mendengar jawabanku bahwa Tuhan belum mengirimkan patner, anakku mikir juga lalu nyeletuk dengan adiknya yang juga sudah bisnis kecil-kecilan sambil kuliah itu, untuk di ajak patungan membelikan komputer untuk saya. Sebab komputer yang saya punya rusak, sedang komputernya anak saya boleh di kata tak pernah istirahat karena untuk ngerjakan tugas akhir. Tujuannya ialah biar saya disela-sela yang menjadi menganggur ini bisa menulis. Puji Tuhan dari sesuatu yang sepele ini, Tuhan memberkati aku, sehingga selama pengangguran ini telah menyelesaikan mengarang buku enam judul dengan masing-masing 150 – 300 halaman. Belum ditambah yang belum selesai dan tulisan untuk renungan harian ini yang menurut rencana jika Tuhan mengijinkan akan aku terbitkan tiap bulan sampai Tuhan menyetopNya.
Soal menulis buku sejak lama memang ada kerinduan, tetapi terganjal oleh kesibukan dan kemampuanku mengolah bahasa, mengingat aku cuma sekolah teknik, bukan sekolah Umum (SMP/SMA) jadi aku terus terang kurang PeDe. Namun karena Tuhan mengingatkan aku terus-terusan untuk apa diberi pengalaman yang banyak dan banyak talenta jika tidak di sharingkan? Peringatan inilah yang mematahkan kurang PeDe –ku sehingga nekat menulis buku. Aku menjadi lebih PeDe ketika salah satu buku-ku dikoreksi seniorku Pak Charles Christano MTh, dan beberapa orang yang sempat saya beri copy nya mereka katakan bahwa isinya lumayan dan banyak diperlukan orang, sehingga perlu diteruskan dan di kembangkan.
Aku menduga bahwa Tuhan dengan tangan besiNya, membuat aku jungkir balik dan pengangguran supaya aku mempunyai pengalaman dan pengetahuan untuk disharingkan kepada orang banyak demi kemuliaan Tuhan sehingga jungkir balikku tidak sia-sia sebab ongkosnya sangat mahal. Hal ini baru akan aku yakini setelah buku tersebut ada hasilnya atau tidak, dipakai banyak orang atau ditolak banyak orang, atau hanya sekedar bacaan pengisi waktu seperti membaca majalah saja atau ingin tahu isinya kayak apa, pembacalah yang nantinya menilai. Tuhan memang Maha Ajaib, kekuasaanNya untuk mengatur umatNya tanpa batas menembus kesemua lini, inilah otoritas Tuhan.




Katak Dalam Tempurung
Pada tahun delapan puluh empat, penulis berkenalan dengan Prof.Dr,WS Heath, beliau berada di Indonesia karena di undang Pemerintah untuk mengajar perancangan pabrik Kimia di ITB. Selain mengajar di ITB, ternyata beliau juga mendirikan Sekolah Alkitab yang dinamakan Institut Alkitab Tiranus di Jalan Han Juang Bandung dan pembangunannya dikerjakan sendiri. Entah karena apa, penulis tertarik dengan pelayanan beliau dan ketertarikan ini penulis mempersembahkan satu unit beton molen waktu itu, komplit agar membantu memperlancar pembangunannya tanpa embel-embel apa-apa.
Pada tahun sembilan puluh dua (enam tahun kemudian), penulis tertarik belajar teologi, karena pertimbangan tempat dan pekerjaan maka penulis memilih studi di Sekolah Teologi yang ada di Semarang. Selain juga karena aku lupa dengan Institut Alkitab Tiranus yang didirikan oleh pak Heath.
Pada tahun sembilan puluh empat, penulis berselisih pendapat dengan dosen dimana penulis belajar. Salah satu Doktor (dosen) yang baik kepada penulis, menyarankan agar penulis pindah saja ke Tiranus. Saran tersebut penulis ikuti, dan ternyata disana tersedia studi padat jarak jauh, yang memang di sediakan bagi yang masih aktif bekerja. Caranya hanya cukup studi padat selama satu bulan yang memiliki bobot yang sama dengan satu semester. Cuma tatap mukanya saja yang dari pagi sampai malam. Tugas-tugas di kerjakan dirumah masing-masing selama tidak ada kuliah, sehingga tersedia waktu lima bulan untuk mengerjakan tugas. Awal mula penulis cukup kelabakan, karena sistim studinya sangat jauh berbeda dengan tempat studi yang di Semarang. Tetapi puji Tuhan lama-lama penulis dapat mengikuti juga. Sisi lain penulis menjadi melihat sendiri pembangunan kampus yang dahulu pernah di ceritakan pak Heath kepada penulis. Dan malah mencoba menikmatinya pula. Selain itu, penulis juga kagum bahwa ternyata satu unit beton molen dari penulis masih terawat baik dan masih aktip dipakai untuk membangun. Puji Tuhan, penulis dipakai Tuhan menjadi saluran berkat dan ternyata tidak sia-sia.
Setelah beberapa tahun kemudian, penulis baru menyadari mengapa ketika studi di Semarang di beri masalah sehingga harus pindah studi ke Bandung. Karena ternyata penulis mendapatkan banyak jawaban-jawaban yang selama ini menjadi pertanyaan dalam hati, dan ternyata jawaban-jawaban ini saya dapatkan melalui Tiranus. Jawaban-jawaban tersebut melalui banyak hal, ada yang melalui seminar yang penulis ikuti, ada yang melalui literatur yang ada dan (mengapa) aku tertarik untuk membacanya, dan diijinkannya mengikuti seminar pada materi yang sebetulnya bukan kuwajiban kami untuk mengikuti. Penulis merasakan sekali campur tangan Tuhan supaya penulis studi di Bandung adalah setelah ada kerinduan menulis buku. Tidak mengurangi penghargaan penulis kepada tempat studi yang lama di Semarang, karena nyatanya juga banyak Dosen dari Bandung yang studi lanjutnya mengambil MTh justeru di Semarang di tempat kami dahulu pertama kali studi teologi. Berarti kan Semarang ini juga berbobot. Cuma untuk penulis secara personal merasakan lebih banyak hasil dan lebih banyak jamahan Tuhan ketika di Bandung. Sehingga perasaan penulis tidak lagi seperti katak dalam tempurung. Menjadi lebih berani berbicara. Dan mungkin sekali jika kami terus di Semarang, mungkin tak akan menulis banyak buku karena tak berani nulis. Yang jelas sistim yang ada di Bandung ini lebih terbuka dan sungguh-sungguh interdenominasi. Baik personel pengajarnya, sistimnya, literaturnya maupun sylabusnya. Kesemuanya dikembalikan kepada peserta bagaimana dan apa yang akan dipercayai dan dipilihnya dengan penuh tanggung jawab. Bebas memilih denominasi kepercayaannya.
Pikiranku terusik untuk menyadari, seandainya penulis tidak diberi masalah ketika studi di Semarang, mungkin penulis tidak akan pindah ke Bandung. Dan jika penulis tidak studi di Bandung, mungkin jawaban-jawaban pertanyaan dalam hati penulis tak akan terjawab (meskipun saat ini masih ada pertanyaan yang belum terjawab, yaitu dimana roh orang mati sebelum hari penghakiman?). Dan yang pasti penulis tak akan bertemu dengan ilmu yang dinamakan psikotes proyektif yang jika pada fakultas Psikologi dikenal dengan gambar grafis. Karena di Semarang materi ini tidak ada, mungkin karena tidak ada tenaga pengajarnya. Melaui materi ini, penulis mendapat berkat yang luar biasa dari Tuhan dan ini sangat saya butuhkan. Dasar penulis memang sangat tertarik menjadi konselor untuk memberi pertolongan orang yang sedang susah atau terkena masalah. Sehingga untuk materi ini meskipun sebenarnya bukan materi wajib, namun karena penulis merasa sangat memerlukan maka penulis berupaya keras untuk di ijinkan mengikuti. Puji Tuhan, bahwa selain diijinkan mengikuti, Tuhan memberikan kesempatan kepadaku dengan banyak fasilitas sehingga penulis praktek tidak terencana (mempraktekkan) psikotes proyektif ini kepada lebih dari 2.000 orang. Sungguh suatu jumlah yang luar biasa banyaknya, penulis sendiri heran mengapa sampai bisa demikian banyaknya. Berkat dari lebih dua ribu orang yang penulis tes dengan psikotes proyektif dan berbagai tes yang penulis susun sendiri tersebut, ternyata tidak sia-sia. Karena penulis menemukan beberapa temuan baru (bagi penulis) karena pernah penulis konsultasikan dengan Dosen pengajar kami, ternyata beliau belum mengerti (belum pernah menemukan patokannya) sehingga otomatis penulis diminta untuk terus mengembangkannya. Temuan tersebut diantaranya adalah dapatnya membaca dari apa kehendak atau batin dari konseli yang sedang diperiksa. Kehendak atau batin dalam arti yang belum dilakukan atau tidak di ucapkan oleh konseli. Pernah terjadi penulis menduga bahwa salah seorang yang berkonsultasi dengan penulis berkeinginan untuk berselingkuh. Tentu saja untuk mengecek kebenaran dugaan ini bukan sesuatu yang mudah, karena minimal berkaitan dengan etika apalagi belum ada bukti sehingga bisa dituduh memfitnah. Tetapi namanya mendapat berkat dari Tuhan, bagaimanapun sulitnya jika Tuhan berkehendak ya bisa saja, bahwa ternyata temuan saya tersebut benar karena di akui oleh yang bersangkutan. Begitu pula ketika penulis mendapati konseli yang menyimpan akar kepahitan dengan ayah kandungnya. Jika talenta ini tidak dikaruniakan kepadaku, niscaya konseli yang menyimpan akar kepaitan ini tidak akan ketahuan jika ia tidak menuturkannya dengan jujur, tetapi karena talenta itu telah diberikan kepadaku penulis tinggal tanya apa betul bahwa you benci dengan ayahmu ada apa ini?. Pernah pula seorang gadis atau jejaka yang ketahuan sudah tidak gadis atau tidak perjaka lagi melalui tes ini. Bahkan Tuhan memberiku pengetahuan untuk mengerti apakah konseli (jika wanita) pada waktu tes sedang dalam minggu haid atau tidak bahkan kami bisa menebak dalam hitungan hari. Talenta-talenta yang berkaitan dengan psikotes masih sangat banyak yang Tuhan berikan kepada penulis untuk melengkapi pelayanan penulis kepada Tuhan lewat konseling kepada orang yang mendapati masalah.


“Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istna raja, didepan kaki dian,dan raja melihat punggung orang yang sedang menulis itu.6 Lalu raja menjadi pucat, dan pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan.
17 Kemudian Daniel menjawab raja:”Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanyakepada tuanku”
Daniel 5:5,6,17.


Suatu ketika datang pada saya seorang perjaka tua, kami sebut perjaka tua karena usianya telah tigapuluh empat tahun, dia adalah seorang Insinyur. Mengapa ia masih perjaka? Karena ia belum mendapat pekerjaan yang mapan yang menjadikan alasan utamanya mengapa belum menikah. Mengapa jika ia mendapat pekerjaan tidak kerasan dan menjadi mapan? Karena ia mempunyai kelainan dalam model berfikir.
Awal pembicaraan Insinyur ini tidak mengakui, bahwa ia mempunyai kelainan atau tidak lumrah didalam ia menanggapi sesuatu (berfikir). Namun setelah saya ungkapkan (saya tebak) bahwa jika ia membeli baju pasti sulit mendapatkan baju yang cocok untuknya, sehingga sudah berjam-jam belum mendapatkannya. Ia menjadi terperanjat. Jawabnya; Bapak kok tahu kalau saya membeli baju selalu kesulitan, tahu dari mana? Jawab saya, lha iya pa tidak. Kemudian Insinyur ini menjawab lagi, ia benar pak, jika aku beli baju selalu bingung mana yang baik untuk saya sehingga berjam-jam dan seluruh toko saya kelilingi tak ada yang cocok. Lalu baju yang kamu pakai ini yang membelikan siapa? Ya pak, akhirnya saya kalau beli baju menyerahkan aku menyerahkan saja kepada ibu saya untuk memilihkannya, kalau ibu yang memilihkannya saya pasti suka, tetapi jika aku memilih sendiri pasti tidak mendapatkannya.
Nah sekarang saya jelaskan mengapa saya mengatakan bahwa kamu memiliki cara berfikir yang tidak lumrah. Karena sebenarnya kamu ini belum bisa melihat mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting, sehingga tak mampu membuat urutan prioritas. Ketika kamu memilih baju, kamu melihat motif kainnya tak suka, dan ketika kamu menemukan baju yang motif kainnya suka, kamu tak cocok dengan modelnya, dan seterusnya.sehingga akirnya kebingungan sendiri, iya bukan? Betul pak, bapak betul sekali, maka jika aku butuh baju ibu saya yang membelikan dan memilihkan.
Hal yang demikian ini tidak hanya jika kamu membeli baju saja, tetapi sudah menjadi pola pikir caramu menanggapi segala sesuatu demikian, termasuk dalam pekerjaan, yang membuat kamu di PHK karena kamu dinilai tak mampu bekerja, meskipun sebetulnya kamu cerdas, tetapi tak mampu menyusun kerangka pikir yang benar, maka kamu tak dapat membuat urutan prioritas atau rencana kerja yang baik, sehingga pekerjaanmu hasilnya tak karuan. Padahal atasanmu hanya akan melihat caramu bekerja dan hasilnya bagaimana baik apa tidak baik. Akibat dari caramu berfikir yang seperti itu kamu menjadi tak dapat mengaplikasikan pengetahuanmu yang kamu dapatkan dibangku kuliah, meskipun nilainya A. Karena kamu tak pandai mengaplikasikan inilah seolah kepandaianmu percumah saja karena tak dapat menghasilkan sesuatu. Dalam pergaulan juga demikian, sehingga kamu lebih banyak selisih pendapat dengan orang lain dari pada merasa suka cita bersama orang lain, termasuk jika kamu bergaul dengan pacarmu. Kamu tak bisa menikmati pergaulan yang indah dengan pacarmu, begitu pula hasilnya pacarmu juga tak dapat menemukan pergaulan yang indah dengannmu karena dalam hatimu selalu ada kekecewaan terhadap apa yang dilakukan pacarmu, kebalikannya pacarmu juga menilai bahwa kamu ini orangnya aneh. Iya apa tidak? Betul pak, bapak kok mengerti semua, maaf bapak dulu sekolahnya dimana kok bisa mengerti semua dan tepat sekali!

“Karena iman, maka Nuh – dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan -- dengan taat mempersiapkan bahtera untuk mempersiapkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan iamannya.”
Ibrani 11:7

“Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
Yohanes 14:26

Arti dari OTORITAS TUHAN adalah menunjuk bahwa Tuhan itu mempunyai Power atau kekuatan yang melampui batas akal manusia. Artinya kekuasaan Tuhan tidak mengikuti dalil sistimatis maupun dalil matematis.Termasuk diantaranya dibuatNya penulis sendiri yang anak desa dan bekas PRT, dan sekolahnya Teknik, tetapi jika Tuhan menghendaki untuk diberi tugas seperti Daniel tidaklah masalah bagi Tuhan, meskipun menurut logika pantasnya penulis cuma jadi pelayan rendahan.
Oleh karenanya firman Tuhan dituliskan :
“Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.”
II Korintus 8:15
Firman ini tidak mengikuti hukum matematis dan hukum logis maupun sesuatu yang sistimatis. Dan Yang dimaksud dengan hukum sistimatis adalah: Tuhan tidak harus menggunakan alur logika didalam bertindak. Sesuatu yang tak menurut logika dan tak menurut sistim, jika Tuhan berkehendak terjadi maka terjadilah.
Contoh dalam Alkitab kejadian ini adalah kelahiran Yesus, dimana kehamilan Maria mengandung tidak melalui pembuahan ovum dalam kandungan oleh sperma sesuai ilmu genetikal dan kebidanan, kehamilan Maria ini tidak mengikuti dalil kebidanan atau matematis karena terjadinya kehamilan bukan karena adanya persetubuhan, melainkan melalui Roh Kudus (dalam Al qur’an dikatakan melalui sabda). Begitu pula perempuan yang sakit pendarahan, hanya dengan menyentuh jobah Yesus sakitnya disembuhkan seketika.
Yang juga perlu dicermati adalah Kuasa Tuhan ini tidak hanya memberi mujizat tentang kesembuhan saja, atau tentang kesulitan yang kemudian teratasi, tetapi juga menyangkut perjalanan hidup. Bahwa Tuhan dapat saja mengubah nasib orang 180 derajad. Dan manusia sebenarnya tak ubahnya bagai wayang orang yang sangat tergantung oleh ki Dalang (Tuhan) akan dijadikan peran apa kita, sesuai dengan apa yang pantas bagi kita, dan sewaktu-waktu peran itu dapat saja diubahNya.
Di Semarang ada bos pabrik garmen yang sangat besar, awalnya cuma seorang penjahit kecil di depan pasar Peterongan dengan mesin jahit cuma satu. Tetapi di hari tuanya ia punya pabrik yang cukup besar. Kebalikannya banyak tuan tanah yang cukup kaya raya tetapi anaknya hidupnya menderita, rumah saja tak punya. Itulah otoritas Tuhan. Oleh sebab itu jangan mudah nge-pal orang, menganggap remeh sesama, atau merendahkan orang hanya menurut logika dan mata nalar manusia bahwa ia orang hina atau orang sederhana sehingga tak mungkin menurut hitungan nalar. Tetapi Tuhan berkuasa untuk mengangkat dan juga berkuasa untuk menjatuhkan, sesuatu yang tak mungkin bagi manusia, buat Tuhan itu bisa mungkin dan banyak buktinya.
Pengalaman yang penulis tuliskan dengan topik Otoritas ini, seharusnya dapat menghantar pembaca memiliki rendah hati yang lebih lagi dari yang sudah di miliki. Sebab sebagian besar kenyataan ini seharusnya mendorong diri kita untuk tidak takabur dan tidak menjadi ‘aja dupeh, sopo siro sopo ingsun’ dan tidak adigang adigung adiguna (merasa dapat berbuat sekendaknya, sehingga kemudian memandang remeh siapa kamu dan menepuk dada sendiri siapa saya, berbuat asal bisa berbuat tanpa memperhitungkan bagaimana jika posisinya suatu saat menjadi terbalik).
Berkat dari pengertian semacam ini jika dapat mengerem diri adalah akan mendorong dimilikinya rendah hati. Karena senantiasa ingat bahwa Tuhan mempunyai otoritas untuk membalikkan situasi menjadi 180 derajat kapan saja dan kepada siapa saja. Yang tadinya menjadi Boss, dalam sekejab menjadi narapidana juga ada, yang tadinya gagah perkasa, mendadak menjadi lumpuh dan lunglai harus tergeletak di tempat tidur yang hidupnya menjadi tergantung kepada orang lain juga ada, yang tadinya cantik bagai bidodari, mendadak menjadi seperti wewe gombel juga ada, yang tadinya cerdas, hebat mendadak gegar otak dan menjadi ideot juga ada, yang tadinya normal mendadak menjadi gila juga ada.
Kuasa otoritas Tuhan ini tidak hanya pada jaman Alkitab ketika Yesus masih ada di dunia, tetapi juga pada jaman ini, hanya kita mau mencermati dan percaya apa tidak. Jika kita mampu mencermati berarti kita mempunyai kepekaan diri. Penulis punya kenalan seorang pejabat yang menurut penulis pejabat ini dulu adigang, adigung. Dan kebetulan pejabat ini mempunyai postur tubuh yang gagah dan atlitis dan kebetulan mantan seorang TNI. Karena ia seorang pejabat dan punya power, tentu tak ada yang berani melawan jika ia marah Apalagi ia hidup pada jamannya orde baru. Cerita terakhir, ternyata sebelum di panggil Tuhan, beberapa tahun harus mengalami: mati tidak, hidup pun juga tidak merasakan. Karena harus tergeletak tak berdaya beberapa tahun di atas tempat tidur. Cerita yang lain lagi, seorang mahasiswi yang tengah mengerjakan tugas akhir. Anaknya cantik dan pandai, ia sangat dibanggakan oleh orang tuanya. Suatu ketika ia pulang dari berpergian, ketika turun dari angkot mau menyebrang jalan, mendadak disambar roda dua yang kebetulan jalannya kencang dan terjatuhlah ia dan akhirnya ternyata terkena gegar otak berat.
Keberadaan kita saat ini adalah sangat tergantung bagaimana Tuhan berkehendak, bukan tergantung kegagahan, kekayaan, kuasa, kepandaian, atau kecantikan yang ada saat ini. Sewaktu-waktu bisa saja berubah total.

Salah Satu Penyebab Tuhan Bertindak
“Liahtlah, Aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk:27 berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;28 dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamupada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak amu kenal.”
Ulangan 11:26-28

Apakah yang dimaksud dengan allah lain yang tidak dikenal? Pada jaman dahulu sebagian besar bangsa adalah menyembah allah Baal yaitu berhala buatan tangan atau sesuatu yang tidak ia kenal. Pada jaman sekarang ini, tinggal sedikit yang menyembah allah baal. Barang kali yang banyak adalah tinggal yang menyimpang. Menyimpang artinya belum tentu bertolak belakang atau beda sama sekali.

Arah yang menjadi seharusnya.
menyimpang



berbeda arah
bertolak belakang

Nah, jelaslah jika melihat gambar. Menyimpang berarti dapat di sebut masih dalam satu sector tujuan, tetapi ada deviasi, arahnya menceng sedikit. Penulis sendiri dahulu beberapa kali menyimpang, artinya secara defakto dan administratife masih ke Gereja, tetapi pikiran dan kelakuannya tidak bulat seperti seharusnya orang yang beriman kepada Kristus. Mengapa? Pertama tama masih percaya kepada primbon, perbintangan, dukun, suhu dll. Sehingga pada waktu itu, penulis tidak belajar Alkitab dan membacanya agar mendapatkan hikmatNya, tetapi bertanya atau percaya kepada petunjuk-petunjuk mereka. Mengapa demikian, tentu ada alasannya. Pertama : banyak temannya sesama orang Kristen yang juga melakukan hal yang sama seperti penulis, contohnya : berapa prosen orang Kristen yang menikahnya tidak memilih hari? Kedua: karena jika bertanya kepada pak Pendeta biasanya ada bebarapa alasan a) takut dimarahi oleh pak Pendeta b) katanya sibuk sehingga tak ada waktu untuk menerima untuk berbincang-bincang c) jawabannya tidak sejalan dengan alam pikiran kita d) tak mampu menjelaskan dengan gamblang, biasanya cuma di jawab percaya apa tidak Alkitab menulis begitu dan itu dosa. e) tidak memberikan jalan keluar yang masuk diakal.
Salah satu dorongan mengapa penulis memberanikan menulis buku ini (berseri) yang besar kemungkinan akan terjadi pro dan kontra terhadap tulisan ini, adalah bertujuan supaya banyak orang mendapat berkat dari tulisan ini dan Tuhan berkenan membukakan mata rohaninya agar supaya banyak orang menjadi lebih mengerti sebenarnya kehendak Tuhan itu bagaimana (larangan Tuhan) itu bagaimana saja. Meskipun tulisan ini akan bisa jadi seperti ajaran Rasul Paulus, yaitu membuat iri para politikus yang telah popular sebelum Paulus bertobat, dan merasa terusik pengaruh dan pengajarannya sehingga menjadi kontra buat dia dan pengikut setianya.
Kembali kepada menyimpang, setidak-tidaknya penyimpangan ini terjadi pada wilayah pemikiran. Yaitu berfikir melalui satu jalur yaitu jalur pikiran yang matematis, logis berdasar kekuatan pikiran yang analitis dan mungkin pragmatis. Sedangkan sebenarnya mengapa percaya kepada primbon, bintang (horskop) atau suhu dan juga dukun adalah benih dari pengakuan bahwa manusia memiliki keterbatasan pemikiran dan percaya bahwa dalam kehidupan ada yang disebut factor x, yang bersifat supranatural. Kemudian mengakui bahwa dirinya tak mampu menjangkau kesitu, dan kemudian untuk menghindari rasa takutnya ini kemudian bertanyalah kepada mereka karena dianggap dapat memberi ketenangan melalui jawabannya yang dianggap solusi (1 Taw 12:32).
Perbedaan dengan versi pemikiran orang ber iman adalah bahwa, factor x ini memang ada, kekuatan supranatural ini juga memang ada, hanya cara memperolehnya atau solusinya saja yang berbeda. Faktor x dan supranatural ini lah yang kami sebut otoritas Tuhan. Kekuatan dari Tuhan yang sulit dijangkau alam pikiran manusia dengan akal sehat. Orang takut terkena dampak negatif yang tidak menyenangkan oleh adanya factor x dan kekuatan supranatural, dan berkeinginan untuk dapat terhindar. Seandainya para Pendeta ada waktu dan dapat memberi penjelasan yang gamblang tentang hal ini, niscaya akan banyak jemaat yang menjadi senang dan tak perlu kesana-sana. Bahwa disinilah berfikir yang tidak menyimpang yaitu dengan alasan bahwa manusia telah diberi anugerah akal dan budi, maka wajiblah dalam segala sepak terjang menggunakan akal sehat tetapi harus dilandasi dengan pengertian dan pengetahuan bahwa dibalik semuanya itu ada kekuatan supranatural atau factor x yang berasal dari Tuhan atau yang di luar Tuhan. Dan Tuhan berada diatas segala kekuatan tersebut, sehingga berpihak kepada Tuhanlah yang akan menang. Cuma jika ingin berpihak kepada Tuhan maka harus menggunakan logika pikiran Tuhan. Disinilah penyimpangannya, maunya berpihak kepada Tuhan tetapi tidak menggunakan pikiran Tuhan. Karena belum mengerti! Bagaimana bisa mengerti pikiran dan jalan Tuhan, sedangkan untuk mempelajari saja tidak mau. Sebagai akibat dari belum mengerti ini, kemudian biasanya dasar dari segala sepak terjangnya menggunakan akal sehat yang matematis dan analitis, contohnya adalah orang yang buru-buru mudah kredit dengan bunga tinggi untuk ekspansi usahanya, atau mengambil jalan pintas padahal yang benar adalah belum waktunya. Karena waktu Tuhan belum tentu waktu manusia. Hanya karena :

“Tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.”
Yakobus 1:14

Karena terkena oleh pikatannya inilah kemudian tidak sabaran, apalagi kemudian dipengaruhi oleh nafsu yang berbalik menjadi “kebutuhan” meskipun bunga mahal diterjang jugalah akhirnya.
Biasanya dalam pikiran manusia ada dua pendapat; satu pendapat yang dipengaruhi pikiran matematis dan analitis dan satu pikiran yang lain yang dipengaruhi oleh alam gaib yang tak dapat dijangkau, tinggal kuat mana nantinya. Jika kuat dengan matematis dan analitis, maka tidaklah pergi ke suhu atau orang pintar, sepak terjangnya beralaskan analisis pemikirannya saja yang matematis dan logis. Tetapi jika sama kuatnya, maka ada dua kemungkinan a) mencari kebenaran Tuhan dengan melalui logika Tuhan dan mencari hikmatNya dengan banyak berdoa dan baca Alkitab atau yang percaya melakukan doa puas atau pergi ke ahli supranatural (1 Taw 12 :32) untuk bertanya. Tinggal yang dianggap ahli itu siapa, pak pendetanya atau suhu dan orang pintar.

Bacalah seri berikutnya dengan judul ”Percaya”


SERI 4 BUKU KUNCI KEHIDUPAN
PERCAYA


Dalam kehidupan orang beriman, ‘percaya’ adalah menjadi dasar berpijak yang sangat signifikan. Arti percaya di sini adalah percaya kepada sesuatu yang di firmankan oleh Tuhan, bahwa bukti kenyataannya pasti akan terjadi, meskipun sesuatu tersebut tidak masuk di akal secara logis atau nalar dan ‘bukti’ tersebut belum di dapatkan. Pelajaran pertama dalam hal ini adalah Abraham, yang dikatakan oleh Tuhan bahwa anak cucunya akan sebanyak pasir di laut atau sebanyak bintang di langit, dimana ketika Tuhan menyampaikan hal tersebut kepada Abraham, Sara isteri Abraham telah mati haid (menopause) dan belum punya anak, dan Abraham sendiri usianya telah hampir 80 tahun. Begitu pula firmanNya kepada Nuh, bahwa Nuh harus membuat kapal yang begitu besar, dan pembuatannya tidak di dermaga atau di atas air, melainkan didataran (tinggi), yaitu di tempat Nuh bermukim. Mulai dari anak-anak Nuh dan para tetangga Nuh, kira-kira apa batin mereka melihat tindakan Nuh membuat kapal yang begitu besar di atas daratan tersebut? Dalam hal ini jika Abraham dan Nuh berserta anak-anaknya tidak mempercayai perintah Tuhan yang tidak masuk di akal tersebut, niscaya tidak akan dilakukan oleh mereka. Dan jika tidak dilakukan oleh mereka apa yang terjadi? Bisa jadi kita tidak akan ada di dunia ini, sebab bibit manusia telah punah di telan banjir pada jaman Nuh tersebut.
Kemudian pada jaman Yesus, Maria hamil tetapi mengaku bahwa hamilnya adalah bukan karena persetubuhannya dengan lelaki (pak Yusuf si tukang kayu tonangannya), melainkan dari Roh Kudus. Sebelum Yesus lahir dan kemudian menjadi besar sampai dengan bangkit kembali dari kematian, apa kata sebagian besar masyarakat pada waktu itu? Bukankah Petrus yang muridnya sendiri ketika Yesus di tangkap (belum di salip) sudah ngeper duluan dengan menyangkalnya ? Apa batin Petrus ketika Yesus di salip (sebelum gempa terjadi dan ayam berkokok tiga kali menyertai kematian Yesus)?
Percaya terhadap firman Tuhan adalah dasar dan kunci bagi orang Kristen. Pertama-tama adalah percaya bahwa Yesus adalah utusan Allah Bapa di surga. Untuk mengampuni kesalahan dan dosa orang yang percaya kepadaNya. Untuk membawa kepada keselamatan (bagi yang tidak mbalela atau ndendeng tentunya). Untuk mendapatkan hidup kekal, dengan percaya kepada perintah-perintah dan ketetapan-ketetapanNya. Yaitu dengan kata lain yang mau mengikuti petunjuk dan bimbinganNya. Sayang banyak orang Kristen yang maunya percaya hanya pada diampuninya dosa-dosa dan kesalahannya dan diberinya hidup yang kekal saja. Tetapi kepada ketetapan dan firmanNya kurang di percayai, buktinya dengan sengaja tidak di dengarkan (di pelajari) dan tidak di jalankan. Padahal Yesus sendiri mengatakan beberapa kali syarat-syarat untuk mengikut Yesus dan untuk mendapatkan keselamatan?
Sayang dalam praktek masih banyak orang Kristen yang seperti ilustrasi pembeli mobil yang berkeinginan mobilnya dapat dikendarai dengan nyaman, seperti yang kami tuliskan pada seri 1 buku bacaan ini. Logikanya, seperti pembeli mobil baru, jika percaya kepada “manual book” atau buku petunjuk pemeliharaan, tentunya si pembeli mobil berupaya untuk membaca dan mempelajari buku petunjuk pemeliharaan mobil tersebut dan kemudian melakukannya sesuai dengan yang di anjurkan. Namun kenyataannya bagaimana orang Kristen? Mana yang lebih diutamakan? Mencari uang dan berupaya segala kebutuhan phisik dan emosinya terpenuhi atau lebih dahulu mempelajari firman Tuhan supaya menghantar terpenuhinya kebutuhan phisik dan emosinya? Atau ke Gereja sebenarnya hanya sebatas rutinitas dan “setor muka “(absen) saja, sehingga inti sari dari kotbahnya tidak tertangkap dan secara otomatis tidak dilakukan. Bukankah sebetulnya firman Tuhan yang disampaikan di Mimbar tersebut adalah petunjuk kehidupan dan tegoran bagi yang salah? Apalagi jika di Gereja kemudian di jadikan seperti kejadian di Bait Allah yang di obrak-abrik Yesus, yaitu bukan untuk ber ibadah kepada Allah melainkan untuk ber bisnis temu relasi atau pamer sesuatu. Jika ini benar, lalu siapa yang salah?
Sebenarnya dalam kenyataan sehari-hari Tuhan senantiasa mengingatkan, bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, dan karena ke Maha Kuasaan Allah yang mempunyai otoritas untuk intervensi dalam segala segi kehidupan manusia berupa tantangan hidup termasuk masalah, sehingga seolah hidup itu penuh misteri. Namun mengapa tidak banyak yang menyadari? Atau justru misteri inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh iblis untuk mengacaukan pikiran orang percaya? Contohnya begini; Melihat bahwa gurunya Injil sendiri terkena musibah, lalu lunturlah kepercayaan para murid-muridnya. Karena dalam hatinya, untuk apa mengikuti jejak gurunya (pendetanya) lha wong dia sendiri (gurunya) yang mbahe pinter firman Tuhan nyatanya juga kena musibah atau hidupnya cuma tergantung “amplop” jemaat? (tidak semua pendeta seperti ini!) Buktinya jika jemaatnya salah tak berani menegur karena takut kabur! Orang yang semacam ini lupa bahwa gurunya Mike Tison si jago tinju, tentu kalah jika ia tarung dengan Tison. Bukankah manusia itu tidak sempurna ? Termasuk guru dan pendeta ? Penulis juga tentunya !
Percaya atau tidak percaya ternyata di dunia ini ada dua penguasa (Allah), pertama adalah allah lain selain Allah Bapa yang juga di sebut allah baal. Allah baal ini menjanjikan kenikmatan dunia dengan segala bentuknya termasuk menjadi ahli nujum atau mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi dengan perantaraan para arwah orang mati atau baal, yang dapat memberikan kelegaan sesaat cukup dengan sim salabim, dengan perantaraan iblis dan sejenisnya dapat memberikan harta kekayaan yang luar biasa banyaknya dan mudahnya. Ke dua adalah Allah Bapa Yang Maha Kuasa, yaitu yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Allah Bapa adalah yang empunya kerajaan Surga dan neraka. Bagi pengikut allah baal, akan mendapatkan banyak kekayaan materi dan kecukupan dan kesenangan emosi dengan mudah (lihat dialog Yesus dengan iblis di atas gunung yang sangat tinggi), tetapi akirnya nanti akan masuk ke neraka atau binasa (Luk 16:24,25). Sedangkan pengikut Allah Bapa, dalam kehidupannya akan mengalami banyak dinamika hidup, sebab harus menaklukkan bumi (Kejadian I:28) dan mengalami kesulitan yakni dengan bersusah payah didalam mencari rejeki (Kejadian 3:17-19) sebagai akibat dosanya yang di lakukan oleh Adam dan Hawa.
Kemudian dalam perkembangan jaman, di utuslah Yesus untuk menyelamatkan manusia yang mau percaya kepadaNya. Yesus ketika berada di dunia adalah menyampaikan “manual book” bagi yang akan percaya kepada Allah Bapa, atau kemudian disebut kabar kesukaan bagi yang mendambakanNya. Bagi siapa yang mengikuti petunjuk Yesus atau “manual book” ibarat pemilik mobil, akan mendapatkan kenyamanan perjalanan berupa damai sehjahtera dan Kerajaan Surga. Oleh karenanyalah Yesus disebut juga Raja Damai. Petunjuk Yesus ini ditulis lengkap oleh para murid Yesus atas ilham (bimbingan) Tuhan dalam Injil Perjanjian Baru. Sedangkan yang disebut Kitab Perjanjian Lama adalah “manual book” yang ditulis oleh para Nabi sebnelum Yesus lahir di dunia. Berisi tentang sejarah dunia dengan segala dinamikanya termasuk didalamnya ketetapan-ketetapan Allah dan hukum Taurat yang harus diikuti oleh umat. Perjanjian lama ini merupakan juga sebagai landasan dan penghantar Perjanjian Baru. Untuk lebih mengerti isi Perjanjian Baru seyogyanya telah membaca Perjanjian Lama terlebih dahulu, sehingga akan lebih mengerti latar belakang dari yang tertulis dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru bagian depan berisi tentang keberadaan Yesus dari dalam kehamilan Maria, sejarah kelahiranNya, karyaNya sampai pengangkatanNya ke Surga yang ditulis oleh empat pelapor yakni Matius, Lukas, Markus dan Yohanes. Karena topik yang ditulis adalah sama, maka topik-topik ini seolah-olah diulang-ulang, yang benar tidak diulang melainkan pelapor dalam penulisan tersebut oleh empat orang yang masing-masing menulis sendiri-sendiri berdasarkan kesaksian beliau (penulis) dengan penekanan yang berbeda atau sama berdasar bimbingan Roh Kudus mana yang harus ditekankan dalam penulisdan. Penulisan ini telah dikanonisasi, artinya telah diteliti disamakan intinya sehingga tidak terjadi pertentangan meskipun berbeda penekanan dan penulisannya atas bimbingan Allah (Roh Kudus), tekanannya berbeda tetapi inti isinya tetap sama. Setelah laporan tentang Yesus dan Sabda Yesus kemudian berisikan penggembalaan umat berupa sejarah para Rasul yang di sebut Kisah Rasul, yaitu melaporkan tentang apa saja yang terjadi pada diri para Rasul setelah Yesus di angkat ke Surga. Termasuk di dalamnya karya dari pada para Rasul. Kemudian penggembalaan umat Kristen berupa surat-surat dari Rasul Paulus dan murid-murid yang lain misalnya Yakobus, dan Yudas. Diakhiri dengan laporan penglihatan Illahi yang disebut Kitab Wahyu. Jadi Kitab Wahyu merupakan sesuatu yang belum terjadi tetapi telah diilhamkan untuk di tulis sebagai penggembalaan dan peringatan kewaspadaan.
Nah bagi yang ingin “nyaman mengendarai mobilnya” logika yang mudah adalah mempelajari “manual book” atau Alkitab Perjanjian Lama dan Injil (Perjanjian Baru), kemudian berupaya untuk melakukannya. Dan percaya bahwa Alkitab inilah ketetapan-ketetapan Allah yang dinyatakan.
Dalam mempelajari Injil atau “manual book” unsur utama yang harus menjadi dasar adalah percaya. Percaya bahwa Alkitab ini dapat dipercayai isinya, sebab bukan karangan manusia biasa, melainkan tulisan para Nabi dan rasul yang kesemuanya adalah atas ilham Allah sendiri, jadi para Nabi dan Rasul hanyalah menuliskannya terhadap apa yang difirmankan Allah melalui Roh Kudus. Percaya bahwa Allah punya kadaulatan yang mutlak terhadap manusia dalam segala segi kehidupan kita, dan kemudian percaya bahwa Yesus adalah utusanNya. Dan yang berikutnya adalah percaya bahwa hanya yang melakukan perjanjian saja yang akan menikmati isi perjajanjian tersebut (INJIL). Oleh sebab itu disebut Perjanjian Baru atau Testamen.
Dalam fonomena Kristen, kejadian yang banyak adalah kurang ada waktu bahkan kurang minat membaca sendiri INJIL, maunya cuma mendengarkan ‘dongeng’ dari orang lain tentang INJIL. Mengapa?
Banyak alasan!

1. Belum memahami kedudukan dirinya, sehingga belum atau kurang mengerti kuwajibannya sebagai pihak kedua yang diberi perjanjian.
2. Terlanjur terdesak oleh kebutuhan jasmaninya (tantangan hidup), sehingga urutan prioritas yang diprioritaskan adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan hidup (cari nafkah), sehingga kurang menaruh minat untuk mempelajari INJIL. Atau dengan kata lain Injil merupakan kebutuhannya yang nomor dua, atau hanya sebatas sebagai alat pengaman (pagar) terhadap kekayannya yang telah didapat agar tidak lenyap. Padahal sebenarnya Alkitab justru merupakan panduan atau “manual book” terhadap manusia (kita) didalam menghadapi segala tantangan dan dinamika hidup termasuk mencari rezeki.
3. Melihat pada kenyataan bahwa kehidupan guru Injilnya sendiri ada yang tidak sesuai dengan apa yang ada dalam idealisme alam pikirannya jemaat (tidak semua guru Injil seperti ini), sehingga menjadikan kurang percaya terhadap ajarannya (Injil). Sebab dalam hatinya, gurunya sendiri tidak konsekwen dengan apa yang diajarkannya. Oleh sebab itu banyak kejadian Gereja yang dipimpin oleh Pendeta yang kebetulan kehidupan pak pendetanya mendekati banyangan dalam alam pikiran jemaat tersebut (misalnya kaya raya atau banyak mujizat) jemaatnya relatif menjadi lebih banyak. Kecuali gereja yang berporos pada Luter dan bersifat protestan Jadi di sini keberadaan ‘Tokoh’ yang merupakan pemimpin gereja amatlah pegang peranan. Selain itu biasanya jemaatnya mayoritas memiliki bobot intelek maksimum sebobot pak Pendetanya, jarang terjadi jemaat mayoritasnya lebih berbobot dari pak Pendeta. Jika terjadi bobot mayoritas jemaat jauh lebih tinggi dari bobot pak Pendeta, biasanya pak Pendeta cuma sebagai petugas pemimpin dan penyelenggara upacara ritual gereja dan sebatas guru teologia saja, bukan sebagai guru kehidupan beriman.
4. Agama hanyalah dipakai sebagai indentitas keagamaan, yang penting tidak dicap ateis atau tidak ber agama yang penting punya kartu anggota. Sekedar sebagai agama. Sehingga jika ada pertanyaan gampang menjawabnya.
5. Menjadi Kristen adalah karena ikut-ikutan atau karena ajakan orang lain. Sehingga menjadi seperti pada poin 1 yakni belum menyadari kedudukannya, sebab hanya sebagai anut grubyug atau mengikuti arus jaman.

Kiranya masih banyak lagi alasan-alasan yang terjadi, sehingga tidak hanya lima alasan tersebut.


Ekses Dari Kepercayaan

Seorang menjadi Kristen karena tertarik oleh ucapan Penginjil, bahwa jika ia percaya kepada Yesus adalah utusan Allah dan mau di Baptis maka ia akan masuk surga. Maka bagi yang mudah percaya dan memang menginginkan masuk surga, tanpa banyak persyaratan bersedialah ia di Baptis. Jadilah sekarang anggota dari sebuah gereja. Kebetulan orang ini orang yang agak berada ekonominya, sehingga ia namanya diperhitungkan oleh masyarakat sekelompoknya. Sebagai anggota jemaat baru yang kebetulan ekonominya agak menonjol, maka ia mendapat sambutan yang hangat oleh gereja dan anggotanya. Selain hal tersebut ia sering mendapatkan kontak person dengan beberapa pribadi anggota gereja tersebut (jika istilah Moslem bersilaturrahmi). Dalam kontak pribadi tersebut tidak jarang, yang awalnya membicarakan tentang pelayanan, namun akhirnya berujung kepada masalah kerja sama bisnis yang saling menguntungkan. Dengan kata lain banyak orang Kristen lama yang ingin bermitra berbisnis dengannya, karena ia dianggap berhasil dalam berbisnis. Atau pengertiannya berasal dari pergaulannya dengan beberapa orang Kristen lama yang mengajak bermitra ini, ditambah dengan yang ia dengar dari kotbah-kotbah terutama dalam kotbah P.I. dan kotbah pada kematian seseorang pada umumnya (tidak semua pengkotbah mengkotbahkan tidak lengkap seperti itu sehingga terkesan seolah keselamatan / surga tak perlu pertobatan), mendorong ia punya kesimpulan bahwa orang Kristen cukup percaya kepada Yesus saja dan dibaptis pasti akan masuk surga dan untuk menjaga hubungan relasi ia rajin mengikuti Persekutuan Doa di gereja dimana dia bergabung. Oleh sebab itu ia menjadi kurang tertarik untuk mempelajari Alkitab, toh sudah pasti masuk surga.
Jadi orang ini dalam mengikuti banyak kegiatan gereja motivasinya adalah untuk menjaga hubungan baik antar sesama. Sebab melalui hal demikian, menurut hematnya ia akan mendapatkan dua-duanya. Yang pertama namanya diperhitungkan (di akui) di gereja dan yang kedua bisnisnya semakin maju, dan memang demikian. Jadi yang penting adalah mencari kekayaan, setelah kaya menjadi diperhitungkan namanya. Jika demikian kebenaran “ada gula pasti ada semut” masih teruji kebenarannya bukan? Meskipun dalam lingkungan gereja ? Jadi yang penting kan punya gula !

Cerita Lain Orang.
Ia tertarik menjadi Kristen, karena menurut pendengarannya menjadi orang Kristen itu akan banyak mendapat mujizat, termasuk mujizat menjadi tambah kaya. Selain juga menjadi memiliki “kapling” di surga. Kesimpulan ini ia dapatkan dari kesaksian-kesaksian yang ia terima, terutama kesaksian dari pak Pendetanya sendiri (tidak setiap kesaksian setiap Pendeta seperti itu). Katanya dulu pak pendeta sebelum aktif di Gereja hidup ekonominya jatuh. Gara-gara jatuh ekonominya inilah ia diperkenalkan kepada Kristus. Dan melalui pengampunan Kristus, sekarang ekonominya di pulihkan melalui dijamah Tuhan. Sehingga sekarang setelah ia jadi pendeta hidupnya kaya (jauh lebih kaya jika dibanding ketika menjadi karyawan di sebuah Bar/ Discotik, bisnis lamanya). Dahulu hidupnya Senen-Kemis, sekarang kemana-mana naik mobil, karena banyak orang menghadiahi mobil, yang belum berubah adalah hobynya yang masih suka bertengkar dengan keluarga. Rumahnya juga dibangun bagus.
Orang ini sekarang aktif pelayanan, terutama dalam mengikuti kebaktian pengurapan Roh Kudus, dengan maksud supaya dijamah Roh Kudus, karena kepercayaannya jika di jamah oleh Roh Kudus sesuatu yang mustahilpun akan terjadi. Juga kebaktian pelepasan, biar dilepaskan dari roh-roh jahat penghambat rejekinya (biar seperti pak Pendeta). Yang di utamakan baginya adalah bagaimana mendapatkan banyak mujizat, dan doa-doanya bak sebagai mantra yang penuh khasiat, sehingga gemar doa puasa dan upaya-upaya yang lain supaya ia dapat seperti pak pendetanya (pendahulunya) yang mendapatkan dukungan supranatural dari Tuhan berupa jamahan Roh Kudus. Apa yang dinasehatkan dan disaksikan oleh pak Pendeta ia kerjakan dengan harapan segera terjadi.
Cerita Yang Lain Lagi.

Orang ini menjadi Kristen gara-gara sakitnya yang berat, dan sudah dibawa kesana-kemari tidak sembuh. Lalu didoakan oleh Hamba Tuhan menjadi sembuh. Karena dia percaya yang menyembuhkan penyakitnya adalah Yesus, maka ia sekarang mengikut Yesus. Yaitu menjadi orang Kristen yang aktif pelayanan. Untuk memperkuat percayanya pada Tuhan, kegiatan apa saja yang diadakan di gereja ia ikuti dengan tekun, karena dalam hatinya ia berhutang budi dengan Yesus. Oleh karenanya sisa hidupnya semaksimal mungkin untuk Yesus, sehingga ia menjadi orang yang sangat loyal dan aktif dalam pelayanan tanpa pamrih negatif. Oleh karenanya, sekarang ia dijadikan salah satu anggota kegiatan pelayanan Gereja seksi rohani, sebagia hasil dari loyal dan aktifnya tanpa pamrih tersebut. Dan ia banyak bersaksi bagaimana awal mulanya ia di jamah Yesus melalui disembuhkan penyakitnya tersebut. Kesimpulannya bahwa Tuhan Yesus itu adalah Maha Kuasa dan berkuasa menyembuhkan penyakitnya, dan juga Maha Pengasih karena mau mengampuni dosa-dosanya. Untuk itulah ia sangat rindu dekat dengan Tuhan dengan berbagai keaktifannya. Ia berupaya mendekati Tuhan dengan segenap emosi perasaan hatinya sehingga ia banyak melakukan doa puasa dan lain-lain.

Saudara pembaca yang kekasih dalam Tuhan, contoh-contoh tersebut adalah kedudukan (model) orang Kristen (masih banyak lagi model yang lain) jaman ini di Indonesia. Meskipun tidak persis motivasinya menjadi Kristen seperti yang kami tuliskan tersebut, tetapi semoga dapat mewakili dan mendekati keadaan sebenarnya kedudukan orang Kristen. Saya katakan, bahwa apa yang menjadi alasannya menjadi orang Kristen tidaklah salah, begitu pula dengan motivasinya.
Bahwa perlu diketahui, orang melakukan sesuatu adalah berdasarkan pengertian dan keyakinan yang ia miliki, pengertian dan keyakinan inilah yang kemudian menjadi motivasi dirinya. Lebih lanjut, dari motivasi akan timbul dorongan-dorongan untuk melakukan atau berbuat sesuatu. Oleh karena itu ada orang yang dengan sendirinya (tanpa disuruh oleh orang lain) melakukan atau berbuat sesuatu karena ia telah dimotivasi oleh pengertian dan keyakinannya yang kemudian menjadi kepercayaannya, sehingga ia lakukan sesuatu tersebut tanpa di suruh orang lain tetapi karena didorong oleh kepercayaannya. Dan ada pula orang melakukan sesuatu karena dorongan orang lain. Dorongan orang lain ini dapat bersifat memberi pengertian, atau bersifat mengingatkan sesuai pengertiannya, atau dapat pula bersifat membuat orang menjadi rikuh sehingga ia melakukan sesuatu atas perintah yang membuat ia rikuh jika tidak di lakukan.
Mengerti artinya, secara nalar ia menerima dan mengerti bahwa ia harus melakukan sesuatu tersebut jika ia ingin mendapatkan apa yang di idam-idamkan. Yakin artinya: bahwa ia yakin dengan melakukan sesuatu yang ia yakini maka ia akan mendapatkannya, meskipun tidak masuk diakal atau belum mendapatkan buktinya sebab keyakinan tersebut membawa kepercayaan untuk seperti yang diyakini. Contoh perbuatan yang berdasarkan keyakinan adalah orang yang berdoa, dan perempuan yang sakit pendarahan menjamah jubah Yesus. Jadi warna dari sikap dan motivasi seseorang mengikut Yesus adalah sesuai dengan keyakinan yang ia miliki bagaimana.

Kepercayaan Perlu di Dampingi Pengetahuan.

“Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta.12 Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk kemari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan gertak gigi.14 Sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang di pilih.”
Matius 22:11-14.
Cerita ini adalah dari perikup dengan judul Perumpamaan tentang perjamuan kawin. Dalam perumpamaan ini di tuliskan bahwa dalam sebuah perjamuan kawin, yang empunya kerja telah mengundang kepada banyak orang sesuai prosedur. Tetapi ternyata orang-orang yang di undang justru tidak pada datang dengan berbagai alasan, kemudian diundanglah lagi kelompok yang lain, dan ternyata hasilnya sama juga yakni tidak pada datang dengan berbagai alasan pula. Akhirnya undangan yang berikutnya ditujukan kepada siapa saja orang yang di jumpai di persimpangan jalan, artinya bukan orang tertentu yang sudah dikenal atau golongan tertentu. Siapa saja tanpa persyaratan, supaya diberi surat undangan untuk datang dalam pesta perkawinan tersebut. Namun ketika raja yang mempunyai kerja tersebut melihat ada seorang tamu yang tidak mengenakan pakaian pesta, raja menjadi marah dan memerintahkan agar orang tersebut di hukum. Bukankah orang tersebut datang atas surat undangan yang ia terimanya? Bukankah dalam surat undangan tidak disebutkan harus mengenakan pakaian pesta? Itulah alasan mengapa orang ini tidak mengenakan pakaian pesta.
Terpanggilnya seseorang untuk di perkenalkan dengan Kristus (panggilan pertama) memang melalui berbagai cara, ada yang melalui penginjil, ada yang melalui sakit penyakit atau masalah, dan ada pula yang melalui keturunan orang Kristen. Dan dalam panggilan tersebut tidak diuraikan peraturan-peraturan harus begini atau harus begitu seperti halnya surat uandangan pesta perkawinan, tetapi kepada yang di undang harus mengerti sendiri. Mengapa dalam contoh perikup tersebut di atas orang yang hadir mengikuti pesta perkawinan tersebut tidak mendapatkan ucapan terimakasih karena telah datang, melainkan justru di perintahkan untuk di hukum? Karena ia di anggap melakukan kesalahan yakni datang dalam pesta tetapi tidak mengenakan pakaian pesta! Mengapa orang ini tidak mengenakan pakaian pesta? Karena orang ini tidak mengerti bahwa datang ke tempat pesta harus mengenakan pakaian pesta dengan menyesuaikan bobot sosial siapa yang mengundang. Artinya pakaian pesta yang dikenakan ketika pak Man si penjual jamu yang mengundang, berbeda dengan jika yang mengundang pak Gubernur. Jika seandainya orang ini mau bertanya-tanya atau mau memikir sehingga menemukan pengertian bahwa datang pada pesta itu selayaknya mengenakan pakaian pesta, maka ia akan mengenakan juga pakaian pesta. Jika tak punya pakaian pesta, maka ia tidak perlu datang sebab menganggap tak layak datang.
Dalam panggilan Tuhan untuk diperkenalkan dengan Yesus adalah sama dengan surat undangan perjamuan kawin ini. Artinya si penerima undangan ini harus tahu diri siapakah dirinya sehingga ia di undang. Ke dua, ia harus tahu siapa yang mengundang dan kuwajibannya apa untuk memenuhi undangan tersebut sesuai kedudukannya. Apakah ia datang sebagai tamu undangan, atau ia datang sebagai seksi repot (pelayan), atau apakah ia datang sebagai tukang potret, atau misalnya saja sebagai pengemis yang dalam arti tidak usah menggunakan Pantalon (Jas dan dasi). Dari mengerti kedudukannya sebagai apa ia datang tersebut ia harus menyesuaikan diri. Jadi ringkasnya kata, ia harus mempunyai pengertian kehadirannya dalam kapasitas apa. Disinilah banyak terjadi kekeliruan orang Kristen, yang tidak mau belajar untuk mengerti siapakah dirinya, siapakah Tuhan itu sebenarnya (mungkin memiliki konsep yang keliru tentang Tuhan sebagai Maha Pemurah dan Maha pemaaf lalu mengentengkannya.) dan kemudian tidak mengerti bahwa ia seharusnya menyesuaikan diri. Karena sebenarnya setiap orang Kristen yang telah diperkenalkan dengan Tuhan, adalah ibarat orang yang dipanggil untuk hadir dalam pesta perkawinan tersebut. Sehingga jika ia belum mengerti menjadi kuwajibannyalah untuk mencari tahu (belajar) siapa dirinya, dan apa kuwajibannya dan agar tidak keliru membayangkan siapa raja pengundang pesta (Tuhan) seharusnya mencari tahu (menjadi mengerti) siapa sesungguhnya Tuhan itu, dan apa sesungguhnya dibalik undangan pesta tersebut dilayangkan sehingga dalam menyambut undangan tersebut tidak asal datang, yang justru kemudian akan menimbulkan kemarahan raja (Tuhan) dan memerintahkannya untuk di hukum. Jadi tidaklah cukup dengan asal percaya saja. Setidak-tidaknya jika mau mengerti apa maksut Yesus sendiri yang mengatakan :

"Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari hidup kegamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga"
(Matius 5:20).

"Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan-Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga."
(Matius 7:21.)

Kuwajiban untuk menggumuli dan belajar mengerti diri sendiri dan siapa Tuhan sebenarnya juga telah di sampaikan oleh Yesus sendiri dalam Matius 25 dalam perikup Gadis-gadis yang bodoh dan bijaksana dan perumpamaan tentang talenta. Maka sebagai orang Kristen seharusnya tidak bisa tinggal diam untuk enak-enak tanpa harus berfikir bagaimana supaya tidak di tolak, tidak di hukum, melainkan harus berupaya dapat diterima masuk dalam Kerajaan Surga. Meskipun Tuhan itu Maha Pemurah, sehingga tidak kenalpun di beri surat undangan untuk ikut datang dalam perjamuan pesta perkawinan. Dengan demikian percaya saja atau yakin saja (pasif) tidaklah cukup. Sebab keyakinan itu bisa saja keliru jika tidak di dampingi dengan pengertian yang benar, sedangkan pengertian yang benar harus dengan belajar dan menggumulinya. Dan apa lagi dengan hanya asal yakin! Yakin tentang apa, ada yakin yang tidak harus dibuktikan secara nalar yaitu: Yakin terhadap firman Tuhan dan perintah Tuhan!. Jika yang kita yakini tersebut adalah firman Tuhan atau perintah Tuhan, memang itu tidak harus di kontrol dengan akal sehat, sebab otoritas Tuhan melampui segala akal, tetapi keyakinan terhadap diluar perintah Tuhan haruslah perlu disertai pengertian yang benar. Contohnya adalah keyakinannnya bahwa Tuhan itu Maha Pemurah dan Maha Pemaaf, hanya karena dengan pengertian yang keliru, sudah jauh-jauh dan meluangkan waktu untuk datang pada undangan yang disampaikan tetapi malah diperintahkan untuk di hukum. Inilah salah satu kekeliruan dari sebuah keyakinan yang ber akar pada pengertian Maha Pemurah dan Maha Pemaaf. Kebalikannya jika itu tentang perintah Tuhan meskipun itu tak masuk di akal, karena itu perintah Tuhan, maka meskipun diperintahkan membuat kapal diatas daratan-pun Nuh tetap yakin, maka ia lakukan karena itu adalah perintah Tuhan. Oleh karena itu kita perlu bisa memilah-milah mana keyakinan yang merupakan perintah Tuhan sehingga tidak harus dikontrol dengan pengertian secara nalar, dan mana keyakinan yang harus dikontrol dan di perdalam dan di betulkan pengertiannya. Orang Kristen perlu banyak belajar mencari Tahu tentang keyakinannya siapa Tuhan, supaya tidak keliru meyakini dan kemudian keliru menyikapi dan akhirnya di tolak atau di hukum. Jika ketika orang yang datang pada perjamuan perkawinan atas undangan yang di sampaikan tersebut betul-betul mengerti siapa yang mengundang (Tuhan) maka ia tidak akan asal datang. Mengapa ia asal datang dan kemudian justru menimbulkan kemarahan? Karena ia meremehkan pengundang. Mengapa ia meremehkan pengundang? Karena ia tidak mau mencari tahu siapa yang mengundang itu (Tuhan) dan ia pasif saja sehingga tidak mengerti. Penulis sendiri pernah keliru terhadap keyakinan semacam itu, sehingga Tuhan menghukum penulis dengan di jungkir balikkanNya karena kesalahan penulis. Untunglah hukuman tersebut cepat datang, artinya tidak menunggu setelah hari penghakiman, seandainya jika hukuman terhadap penulis tersebut tidak diberikan sekarang, maka sudah tidak ada waktu lagi untuk memperbaiki dan bertobat.
Hukuman Tuhan sangatlah berat dan menyedihkan dan itu harus aku alami demi keselamatan dari Tuhan yang aku dapatkan, meskipun dahulu penulis seperti sinonim yang di ucapkan Yesus dalam Matius 7:22. Usiaku pada waktu itu baru berkepala dua, dengan alasan aku telah rajin melayani Tuhan dengan mengajar Sekolah Minggu dan memimpin doa pagi di Gereja, termasuk juga telah bernubuat yang kami sampaikan (jabarkan) lewat usulan-usulanku pada rapat jemaat terbuka dan di berbagai kesempatan (baru dilaksanakan sepuluh sampai limabelas tahun kemudian). Karena ketika usulan (penjabaran nubuat) kami sampaikan, orang banyak tersebut belum sependapat dengan usulanku. Sependapatnya setelah sepuluh sampai limabelas tahun kemudian dengan beragam alasan. Dan ketika usiaku berkepala tiga, aku telah berulang kali dipakai Tuhan untuk mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit melalui mujizat-mujizat Tuhan. Juga diberi kesempatan untuk menjadi penyaluran berkat materi ke banyak gereja maupun perorangan, telah menjadi aktivis di banyak organesasi penginjilan. Seolah ke semuanya itu secara manusiawi menjadi tidak ada artinya, sebab ketika hukuman itu tiba aku tetap di hukum karena kesalahanku. Jadi persislah seperti apa yang dikatakan oleh Yesus dalam Matius 7:22 tersebut. Bahwa telah bernubuat demi nama Tuhan, mengusir setan dengan nama Yesus dll. Ini semua hanya karena kesalahanku terhadap keyakinanku yang keliru tentang memperkirakan dan menjabarkan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Pemaaf. Dan juga keliru dalam menjabarkan penafsiranku terhadap berbagai mujizat Yang Tuhan pernah berikan kepadaku. Waktu itu aku menganggap bahwa aku telah menjadi warga negara Surga yang istimewa, (dalam pikiranku waktu itu) buktinya doa-doaku banyak di kabulkan, aku di beri banyak mujizat, jika ada masalah aku berdoa pada umumnya langsung di jawab, sehingga masalah tersebut dapat teratasi dan banyak lagi hal-hal yang sebenarnya pengertianku keliru, sehingga aku menjadi sok, takabur, sok suci, dan angkuh karena merasa Kristen superior. Padahal belum apa-apa, dan demikianlah biasanya penguatan pada panggilan pertama. Kekeliruanku yang lain adalah dalam menafsirkan pengampunan Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma (Ef 2:8,9), kemudian kesengsaraan Yesus untuk memikul dosa kita (I Pet 2:21-25) dan tentang Kemerdekaan yang diberikan oleh Kristus dalam Yohanes 8:36, & Gal 5:1 dengan melupakan Galatia 5:13. yang dari kekeliruan ini mendorong aku untuk bebas berbuat apa saja (merdeka) seolah tanpa tanggung jawab. Kekeliruan yang berikutnya adalah aku tidak melihatnya dengan kaca mata rohani, tetapi melihat dengan kaca mata intelek. Sehingga aku hanya menilai dari sudut nalar dan manajemen strategi. Bahwa kesemuanya adalah sebagai akibat dari human error, menganggap sebagai kesalahan bertindak. Memang jika dilihat dari kaca mata jasmani memang demikian, tetapi mengapa aku tidak tahan menghadapi godaan sehingga aku tergoda, dan dari akibat aku tergoda inilah kemudian human error nya terjadi. Peristiwa yang terjadi dalam perjalanan hidup ini dapat saya ilustrasikan ketika kita sedang menaiki sepeda motor, tiba-tiba karena situasi, ban sepeda motor tanpa sengaja masuk ke aspal yang basah oleh olie yang kebetulan berceceran di jalan raya, maka sepeda motor menjadi sulit dikendalikan, padahal kecepatannya agak tinggi maka terjatuhlah. Jika dilihat dari kaca mata jasmani jelaslah jatuhnya karena tidak bisa mengendalikan oleh sebab olie, tetapi jika dilihat dari kaca mata rohani, mengapa tak bisa menghindar dari aspal yang ber olie. Siapa yang membawa kepada situasi aspal ber olie? Mengapa jalannya kencang dan tak bisa menghindar kewilayah yang tak ber olie? Puji Tuhan jika Tuhan cepat menegor aku dengan berbagai kesulitan dan hukuman sehingga melalui hal tersebut aku menjadi disadarkan akan kekeliruan dan kesalahanku karena aku kemudian melihatnya dari kaca mata rohani juga, tidak hanya kaca mata jasmani saja. (kisah ini dapat di baca dalam tulisan dengan judul: Mata rohaniku dibukakan;Metamurfosa dan Harus dengan bayar mahal untuk mendapatkan pengampunan.)
Ilustrasi cerita lain agar lebih jelas sbb: Seorang dari daerah mau mengadu nasib ke Jakarta, mendengar bahwa di Jakarta situasinya keras, banyak preman maka ia mempersiapkan diri dengan belajar bela diri. Dan untuk menunjukkan bahwa ia juga anak yang tidak takut dengan model-model keras, maka ia men tato dirinya sehingga tato yang ada dalam anggota tubuh dan badannya yang kekar akan membuat penampilannya sangar, preman yang melihatnya menjadi mikir sepuluh kali jika ingin mengganggu. Jadi pengamanannya supaya aman dengan berani melawan dengan harapan menang dan memberi sinyal (dengan tato dan penampilan sangar dan kekar). Pertanyaannya sekarang adalah: mana yang lebih beruntung: a) anak seperti contoh yang bertato yang akhirnya sering ditantang dengan orang lain yang bertato juga (meskipun menang, tetapi terpaksa sering membuang energi untuk berkelahi); atau b) orang yang tidak bertato karena tak bisa bela diri, dan juga tak ada orang yang mengajak berkelahi alias aman-aman saja karena orang lain tak tertantang dan malaikat Tuhan mengawalnya.
Ayat dalam Matius 7 tersebut sebenarnya waktu itu (ketika Tuhan belum membuka mata rohaniku), aku telah ratusan kali membacanya, tetapi karena pengertian dan keyakinanku yang masih keliru maka pada waktu itu aku belum sadar bahwa ayat tersebut sebenarnya juga berlaku untuk aku. Jadi tidaklah baik ‘yakin’ asal ‘yakin’ saja terhadap sesuatu, kecuali terhadap firman Tuhan. Sebab suatu keyakinan (keliru atau benar), akan membawa sikap dan menumbuhkan motivasi dan kemudian menjiwainya dalam melakukan suatu perbuatan. Jadi perbuatan kita adalah hasil dari kesimpulan keyakinan dan pikiran kita. Contoh sikap dari keyakinan ini dapat di lihat ulang dalam contoh anak yang berpenampilan sangar dan kekar dan berpenampilan apa adanya karena tak bisa bela diri. Orang yang tak bisa bela diri jika keyakinannya seperti anak yang ber tato, maka ia akan takut mengadu nasip ke Jakarta karena tak ber nyali, pilih di desa saja. Sikap dan motivasi akan terbuang percuma jika ternyata keyakinan kita tersebut salah, sebab kita telah terlanjur memotivasi diri dan telah melakukan sesuatu tetapi salah. Sayang bukan? Terlanjur-buang-buang waktu yang akhirnya harus menerima hukuman seperti perumpamaan orang yang datang ke pesta perkawinan tanpa pakaian pesta. Tentu akan lebih baik jika tidak harus menerima hukuman oleh sebab telah melakukannya dengan benar. Dari mana akan mengerti jika apa yang di lakukan tersebut telah benar atau masih salah jika tidak belajar dan menggumulinya? Apalagi tidak ada seorangpun di dunia ini yang di beri hak untuk menjadi hakim, dalam arti dapat kita Tanyai apakah tindakan saya ini sudah benar atau masih salah kecuali Tuhan sendiri. Sehingga jawaban dari mereka yang kita tanyai hanyalah sebatas pengertian mereka yang terbatas dan belum tentu murni atau di pakai Tuhan untuk menjawab pertanyaan kita.
Saudaraku yang kekasih di dalam Tuhan, perjalanan hidup manusia diakui atau tidak di akui sebenarnya penuh teka-teki atau misteri. Tetapi teka-teki atau misteri ini hanya terbatas bagi yang mau melihat secara rohani. Bukti dari hal ini dapat di lihat jelas terhadap orang-orang yang percaya kepada mistik. Mengapa mau bangun rumah harus pakai Peng Soei dan Hong Soei, pilih hari, atau pintu utamanya harus menghadap ke mana, mengapa mau menikah saja harus cari hari dan bulan dan menghindari bulan Sura (coba kontrol kenalan-kenalan anda betul tidak takut menikahkan anaknya pada bulan Sura), mengapa di rumahnya ada menyimpan pusaka, mengapa di rumahnya ada surat Hoe, ada rajah Arab dll.
Bagi orang ber iman, misteri atau teka-teki ini di jabarkan dengan tantangan hidup atas kehendak dan kuasa Tuhan yang mempunyai otoritas terhadap perjalanan hidup manusia. Bahwa Tuhan sering intervensi kedalam perjalanan hidup kita meskipun kita tidak minta. Intervensi tersebut dapat berupa sentilan-sentilan atau slentikan atau juga borgol yang mengikat diri kita sehingga tak dapat bergerak. Meskipun tidak setiap orang di perlakukan demikian, itu rahasia Allah siapa yang di sentil dan mengapa tidak di sentil. Namun dalam gambaran antara anak dengan bapak, siapa anak yang di slentik dan tidak di slentik pembaca dapat menjabarkannya sendiri.
Dorongan mengapa penulis menulis buku berseri ini, diantaranya karena penulis pernah mengalami di “slentik”, dengan “di diborgol” sehingga tak dapat bergerak dan itu sangat berat. Penulis berharap kepada pembaca yang se jalan dengan alam pikiran penulis, agar supaya dapat menghindarkan diri dari slentikan dan borgolan dari Tuhan tersebut. Cukup dengan “pukulan” untuk meningkatkan jenjang dan pengalaman saja (ujian) jangan sampai diborgol, ibarat seorang TARUNA-NYA Tuhan yang sedang latihan, bukan yang di “masukkan sel” apalagi di pecat karena kesalahan yang berat. Sebab penulis iba dan kasihan jika mendengar kenalan yang sering mendapat musibah yang berat-berat (silih berganti) dan jika dilihat dari kaca mata rohani sebagai akibat seperti orang yang di undang pesta perkawinan tetapi tidak mengenakan pakaian pesta. Khusus untuk contoh ini penulis mempunyai cerita nyata, kebetulan penulis mempunyai sahabat dekat, seorang tokoh di sebuah gereja dan beberapa kali menjdi majelis gereja termasuk bertugas berkotbah. Tetapi sahabat ini masih percaya kepada mistik. Penulis mengerti bahwa sahabat ini masih mendua di dalam ber Tuhan. Sebagai akibat miskinnya pengetahuan teologi, sebab dalam gereja dia boleh dikata jarang di jelaskan tentang perbedaan dunia mistik dengan segala sesuatunya (resiko) dan dunia iman Kristen dengan segala konsekwensinya. Ajaran yang banyak di ajarkan dalam gereja hanyalah tentang tatacara kehidupan bergereja (upacara-upacara ritual), larangan-larangan Tuhan (dosa), sejarah Kerajaan Allah (mendiskribsikan perikup dalam Alkitab) dan sebagainya. Sehingga jemaatnya miskin pengetahuan pengetahuan teologi. Apa lagi jarang di ajarkan bagaimana cara menggapai damai sejahtera dari Allah ketika masih hidup di dunia. Dan kebetulan sahabat ini termasuk orang yang cenderung melihat bukti dari pada menganalisa teori. Sebagai akibat ini, ia terjerumus kepada percaya kepada dukun-dukun, sementara ia adalah majelis gereja. Ia melihat keruwetan keluarganya dengan rohani mistik, bukan rohani iman Kristen. Dimulai dari kepercayaannya bahwa rumah yang di diaminya angker (orang Kristen boleh saja percaya bahwa ada rumah angker). Kemudian penyelesaiannya dengan selamatan dan menggunakan jimat-jimat, syarat-syarat (di sarati). Setelah beberapa tahun masalah belum teratasi, pindahlah ia ke rumah lain, namun masih tetap percaya dengan solusi model mistik (dukun). Sehingga sahabat ini dikategorikan mendua dalam kepercayaan. Sahabat ini boleh dibilang tidak sepi dari mendapat musibah, diantaranya anaknya sakit gagal ginjal, kemudian anaknya yang lain ditinggal lari oleh menantunya, kemudian hidup anak-anak yang lain juga kurang tenang misalnya saja (waktu itu belum model PHK) di PHK dari pekerjaan, dan anak yang beberapa hari lagi akan dinikahkan ternyata kecelakaan ketabrak mobil dan meninggal, Selain musibah yang saya sebutkan ini masih banyak lagi masalah-masalah lain yang tidak kami sebutkan disini. Padahal jika dilihat dari sepak terjangnya sahabat ini, ia cukup baik dan pantaslah jika ia beberapa kali menduduki jabatan majelis gereja, orangnya tidak nakal, tidak jahat, cari uangnya juga baik tidak jadi rentenir, rendah hati dan juga punya kasih. Tetapi mengapa kehidupannya kurang tenang karena banyak musibah yang bukan karena human error misalnya touw (jatuh) karena salah manajemen. Jika di lihat dari kaca mata rohani iman Kristen dapat di duga Tuhan marah sebab imannya tidak bulat.

“sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.”
(Rom 1:25)

Mengapa imannya tidak bulat, karena ia belum mengerti keampuhan kuasa Yesus yang melebihi dukun-dukun atau orang sakti manapun. Mengapa tidak mengerti karena jarang mendapatkan pelajaran bagaimana memiliki iman kepada Yesus yang kuat, masih kurang mengerti sebenarnya Yesus itu bagaimana dan siapa sehingga tidak memanfaatkan Kasih dan kuasa Yesus untuk segala segi kehidupannya. Kembali kepada yang penulis sendiri alami, penulis menjadi lebih mengerti siapa Yesus dan bagaimana Kuasanya memberkati umatNya adalah setelah mengalami dislentik Tuhan. Puji Tuhan jika slentikan dan ikatan (di bondo) oleh Tuhan terhadap penulis ini tidak semua orang melihatnya (dilihat oleh orang lain), sehingga orang lain melihat penulis baik-baik saja dan secara jasmani memang tak pernah mendapati musibah misalnya sakit atau masalah lain yang mencolok seperti yang di alami oleh sahabat penulis tersebut di atas, semuanya itu adalah atas kemurahan Tuhan tentunya, tetapi karena penulis sendiri dikaruniai peka maka penulis telah merasakannya bahwa sebenarnya hukuman sampai dalam bentuk di bondo (di borgol), yang Tuhan telah jatuhkan kepada penulis (secara rohani) sehingga tak terlihat oleh banyak orang. Tidak sekedar diborgol atau dibatasi aktivitasnya saja (seperti Nuh).

“Masuklah Nuh kedalam bahtera itu bersama-sama dengan ank-anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya karena air bah itu. 8 Dari binatang yang tidak haram dan yang haram, dari burung-burung dan dari segala yang merayap di muka bumi, 9 datanglah sepasang mendapatkan Nuh kedalam bahtera itu, jantan dan betina, seperti yang diperintahkan Allah kepada nuh.”
Kejadian 7:7-9

Coba bayangkan, apa bedanya dengan kebun binatang mini (hanya dalam sebuah kapal) yang nota bene Nuh bersama anak-anak dan menantunya tak dapat kesana kemari oleh karena dunia diliputi oleh bah, dengan sebuah penjara ! Bedanya hanyalah jika dalam penjara ada penjaganya, tetapi dalam bahtera ini tidak ada penjaganya, tetapi ruang geraknya sama-sama sangat terbatas malahan ditambah dengan bau kotoran dan bau binatang yang pasti tidak sedap !
Penulis selain dibatasi juga merasakan adanya dibuang atau di isolasi. Mayoritas kawan baik dan termasuk sahabat-sahabat penulis menjauh (termasuk para tokoh gereja dan pendeta), apa lagi visitasi, ditilpon saja mengaku tak ada dirumah, atau jika kepergok terlanjur menerima, dengan alasan ada tilpon lain yang masuk katanya sehingga tilponnya dengan saya yang lebih dahulu diputus demi untuk menerima tilpon berikutnya yang logikanya belum tahu siapa yang bertilpon berikutnya. Ada lagi seorang pendeta yang ketika penulis datangi di rumahnya untuk di ajak berbincang-bincang, setelah penulis menunggu lama karena pak Pendeta sedang menerima tamu yang kebetulan adalah sahabat penulis juga (ketika penulis masih jaya), penulis cuma di temui dihalaman sambil berdiri beberapa menit saja tanpa basa-basi minta maaf kena apa cuma ditemui di halaman sambil berdiri dan hanya beberapa menit, sehingga tak sempat menyampaikan apa sebenarnya kedatangan penulis, dan juga tidak ditawarkan kapan dapat ketemu dengan waktu yang cukup. Padahal pak pendeta ini cukup mengerti siapa penulis yang kebetulan Tuhan pernah memberi kepercayaan menjadi seorang pimpinan Perguruan Tinggi puluhan tahun dan tidak terlibat korupsi. Artinya secara manusiawi penulis juga pernah punya bobot sosial yang layak mendapat penghormatan seperti orang lain, apalagi sama-sama orang beriman adalah sama-sama “Tarunanya Tuhan”. Tetapi namanya sekenarionya sedang dikucilkan oleh Tuhan / dibuang, memang hal seperti itulah proses yang harus di alami supaya bisa merasakan bagaimana di hina oleh orang, sehingga memiliki kepekaan dan rendah hati yang kuat. Raja Daud beberapa kali di terhinakan karena harus melarikan diri dan tidak berada di istana raja, untuk diterhinakan dan di tolak oleh orang banyak.

“Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul mencari dia, tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.”
I Samoel 23:14

Puji Tuhan melalui diisolasi atau di singkirkan Tuhan, atau jikalau istilah politik disebut “digembosi” Penulis menjadi lebih mengerti siapa Tuhan dan apa kehendak dan kuasa Tuhan. Supaya nantinya penulis berserta keluarga yang merasakan betapa pahitnya dijahui oleh handai taulan termasuk yang katanya dahulu sahabat (ketika masih berjaya), tidak memiliki lagi benih tinggi hati dan tidak melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.

“Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan, Allahnya, dan memasuki bait Tuhan untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.”
II Tawarih 26:16



Percaya Membawa Sikap Rendah Hati

Ketika kita naik pesawat dengan ketinggian sedang artinya belum diatas awan, maka jika kita memandang kebawah akan melihat pemandangan yang menakjubkan. Jika di atas daratan kita bisa melihat berkelok-keloknya aliran sungai atau menikmati indahnya sebuah gunung. Dan jika di atas lautan kita melihat garis putus-putus, yang kejar-mengejar yakni gelombang laut yang susul menyusul. Dan ketika menikmati pemandangan ini, pikiran kita menjadi berjalan memikirkan ke Agungan Tuhan yang membawa penyadaran terhadap pikiran betapa kerdil dan tidak berartinya keberadaan diri kita (meskipun pandai ataupun kaya) terhadap keMaha Kuasaan Tuhan, serta menyadari betapa sebenarnya diri kita sangat tidak berarti jika dibanding dengan Kuasa Tuhan, menyadari betapa hebatnya Tuhan. Berbeda dengan ketika kita sedang menghadapi karyawan kita yang tengah menghadap kita untuk minta pertolongan misalnya pinjam uang atau yang lain. Dimana saat demikian sering pikiran kita tergoda perasaan bahwa ‘diriku hebat’, aku dapat membuat orang lain harus merengek-rengek minta tolong kepada saya! Situasi yang demikian dapat melupakan bahwasanya kita sebenarnya adalah sangat jauh dibawah kekuasaan Tuhan. Bahwa dapat terjadi seperti itu sebenarnya hanyalah ibarat lakon wayang ! Tuhan sedang mengijinkan terjadinya seperti itu. Kelupaannya terhadap kekuasaan Tuhan yang jauh di atas kita, membuat diri kita menjadi merasa hebat.
Perasaan menjadi merasa hebat atau kebalikannya menjadi memiliki rendah hati adalah akibat dari seberapa bobot kebulatan kepercayaan kita terhadap Tuhan akan kuasa intervensiNya terhadap diri kita.
Biasanya bagi orang-orang yang masih muda dan sedang naik daun, sulit mengakui bahwa Tuhan sangat pegang peranan terhadap keberhasilan dirinya sebab biasanya masih diliputi perasaan bahwa aku adalah hebat, dengan percaya bahwa kehebatannya bukan dari intervensi Tuhan melainkan dari kualitas dirinya yang memang hebat dan otaknya cemerlang.
Penulis sangat kagum dan terharu jika mendapati seorang yang masih muda (di bawah 50 tahun) tetapi telah memiliki rendah hati yang lumayan. Sebab biasanya orang pada umur-umur ini terutama yang kebetulan sedang sukses, rendah hatinya cuma sekedar ditata atau basa-basi. Karena masih kurang pengalaman mengalami benturan-benturan yang menyulitkan. Anehnya rendah hati yang di tata ini juga ada yang melanda mereka yang punya jabatan untuk mengajarkan rendah hati. Karena rendah hati itu adalah menyadari bahwa dirinya di mata Tuhan tak punya kelebihan apa-apa (meskipun sedang sukses dan betul-betul dirinya berkualitas) jika dibanding dengan orang lain yang sangat hina sekalipun, yang kemudian oleh Ir.Niko dituangkan (mewarnai) dalam lirik-lirik nyanyian yang digubahnya, sehingga pak Niko terkenal karena gubahan dan juga suaranya yang bagus. Karena percaya bahwa Tuhan melihat hati orang, bukan penampilannya. Percaya bahwa Tuhan mempunyai otoritas yang tidak terbatas bahwa dalam sekejab dapat membuat orang menjadi di atas atau menjadi di bawah, dapat membuat orang perkasa yang dalam sekejab menjadi tak berdaya. Atau kebalikannya orang buta atau lumpuh dalam sekejab menjadi dapat melihat atau dapat berjalan sesuai dengan caraNya. Dan percaya bahwa Tuhan tak dapat di kelabuhi atau tak dapat di suap. Bagi orang yang mata hatinya belum percaya bahwa Tuhan bisa saja melakukan sesuatu terhadap diri kita sesuai kehendakNya, rasanya sulit untuk secara tulus melakukan rendah hati lahir batin terhadap orang yang dipandang lebih rendah karena lupa bahwa Tuhan melihat pikiran kita (Ayub 21:27, Luk 5:22). Sebab dalam hatinya belum memperhitungkan bahwa kejadian seperti itu bisa saja tiba-tiba terjadi pada dirinya, atau masih ada rasa bahwa diriku lebih………dari kamu. Masih ada perasaan superior dan menganggap bahwa kesuksesan yang ia raih adalah berkat usaha dan kepiawaian dari kelebihan yang ia miliki.
Kualitas percaya seseorang kepada keMaha Kuasaan Tuhan termasuk di dalamnya percaya kepada peranan Yesus dalam rangka kerja Tuhan terhadap pemeliharaan umatNya untuk di bawa kepada keselamatan sangat mempengaruhi sepak terjang manusia itu. Sebab kepercayaan adalah yang mengendalikan pikiran kita.

“Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. 21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepadaNya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.”
Rom 1:20,21.

“Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan : Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia 18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuann dengan Allah, karena kebodohan yang ada didalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.19 Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakannya dengan serakah segala macam kecemaran.20 Tetapi kamu bukan demikian.Kamu telah belajar mengenal Kristus.”
Efesus 4:17-20

“Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini.3 Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus-dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, 4 ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang meyebabkan dengki,cidera, fitnah,curiga, 5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.”
1 Timotius 6:2b-5

Jika pembaca mengamati dan menggumulkan ayat-ayat yang kami sodorkan ini akan lebih mengerti bahwa bulat dan tidaknya kepercayaan kita kepada Tuhan akan menjadi pengendali pikiran kita. Dan pikiran kita adalah pengendali sekaligus motornya perbuatan dan sepak terjang kita hari-demi hari yaitu yang kita lakukan dengan sadar.
Mengapa demikian karena awal dari pikiran kita, kita terpautkan atau tidak kita terpautkan kepada firman Tuhan (petunjuk perbuatan) adalah tergantung kita percaya atau tidak kepada yang memberi nasihat atau menuliskannya (Alkitab) serta akibatnya jika petunjuk tak dilaksanakan. Kalau kita sudah tidak percaya bahwa Paulus menulis ini adalah atas ilham dan perintah Allah, bagaimana bisa mempercayai bahwa nasihatnya mempunyai kuasa dan kemudian mau mepelajarinya. Paling paling membaca Alkitab hanya seperti ketika membaca buku Pinter, atau Almanak atau Primbon atau majalah. Sedangkan yang dituliskan oleh Paulus adalah petunjuk kehidupan yang bermuatkan dan ber intikan adanya kuasa dari Yesus, yang sekarang melalui Roh Kudus. Roh Kudus dan Darah Yesus bukanlah sekedar mitos atau sejarah manusia biasa, tetapi memiliki makna yang ada kuasanya. Bagaimana akan melakukan sesuatu yang tidak dipercayainya bahwa itu mempunyai kuasa? Apalagi faktanya bukti-bukti dari kuasa Yesus atau campur tangan Allah ini tidak transparan dan instan seperti orang sulapan yang sim salabim, kertas koran disulap langsung jadi burung dara. Dapat dengan mudah dilihat dengan mata jasmani. Begitu pula ketika kita mendapati persoalan yang memerlukan pemecahan atau jawaban untuk pemecahannya bagaimana, kita tidak langsung mendapatkan jawaban semudah itu dari Tuhan seperti jika kita bertanya kepada manusia.
Bagi yang sudah mengerti akan dapat membedakan, disinilah perbedaannya antara Allah Yang Maha Tinggi dengan manusia biasa, dimana untuk melihatnya saja sudah memerlukan persyaratan tertentu. Karena orang tidak mengerti persyaratan ini, maka ketika minta tolong atau tanya kepada Tuhan tidak langsung di jawab, karena seringnya tidak di jawab dan tidak ada yang memberikan penjelasan mengapa tak langsung di jawab, dan bagaimana supaya bisa bertatap muka dengan Tuhan secara rohani,membuat kita semakin tidak mengerti maka kemudian menjadi antara setengah percaya dan setengah tidak percaya kepada firman Tuhan, dan kemudian berpalinglah ke illah lain.
Kasus semacam ini sebenarnya adalah tugas kita semua yang merasa telah lebih dahulu di beri talenta oleh Tuhan sesuai dengan pengutusan Yesus seperti yang tertulis pada Matius 28:19,20. Wajib mengajarkan kepada orang lain sampai ke ujung bumi agar kualitas percayanya terhadap kuasa Tuhan dan Roh Kudus, tidak sebatas dalam percaya dalam kekagumannya saja.
Seperti ketika melihat manufer pesawat Sukoi, kita percaya dan kagum bahwa Sukoi memang hebat kemudian berteriak kagum dengan bersorak dan bertepuk tangan. (baca Markus 7:6,7) sorak sorai dan tepuk tangan hanyalah ekspresi kita sebagai umatNya yang cukup bangga memiliki Yesus yang rela menderita dan mati untuk menebus dosa kita.Tetapi Tuhan menghendaki lebih dari itu yaitu ketaatan kita melakukan segala ketetapan-ketetapanNya yang di aplikasikan di setiap segi kehidupan kita tidak hanya ucapan bibir dan tepuk tangan.
Kembali kepada pokok permasalahan, bagaimana kita mengagumi pesawat Sukoi dengan menjadi pilotnya mengejar musuh jika kita tidak bisa menjadi pilotnya. Dari mana kita tertarik mempelajari Sukoi sampai bisa menjadi pilotnya jika kita percayanya kepada F16 . Jika kenyataannya demikian akhirnya Sukoi tersebut cuma menjadi koleksi berharga. Di pamer-pamerkan kemana-mana tetapi tidak di piloti.(pamer kemana-mana jika punya Yesus dan Roh Kudus tetapi tidak memanfaatkannya dalam membawa diri kita untuk mendapat kemenangan menghalau musuh yaitu hawa nafsu kedagingan dan nafsu srakah, gila hormat dan lain-lain.
Kalimat percaya memang pendek, tetapi implikasi dalam kehidupan se hari-hari cukup rumit dan tidak sederhana. Dan memang betul apa yang di ucapkan bahwa percaya ini sangat besar kuasanya, tetapi percumah-kan jika cuma jadi pengagum dan penonton tetapi tidak menjadi pilotnya?

Jika diperlukan Anda dapat berkonsultasi melalui telepon:021-98791377, 024 -7473096, 08889149388
Bagi yang tergerak untuk mendukung pelayanan ini
Dapat mengirimkannya ke Bank mandiri
a/n Sudaryono AC no. 135 000 3099 890
.
DOAKAN PELAYANAN CD GRATIS UNTUK MENJANGKAU YANG TIDAK SUKA INTERNET






























SERI 5 BUKU KUNCI KEHIDUPAN

HILANGNYA SEBUTIR MUTIARA KELUARGA

(bag A )
Penulis pernah ngobrol santai dengan seorang ibu muda. Ibu ini seorang Kristen yang taat. Ia bersuamikan seorang aktivis gereja, yang rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Karena itulah Ia yakin dan percaya bahwa suaminya tidak akan terkena dosa ketujuh (perzinahan). Menurutnya, ketaatan suaminya ke gereja dan rajinnya melakukan pelayanan merupakan alasan mengapa ia yakin suaminya tidak akan kena dosa ketujuh.
Dalam cerita yang lain seorang ibu rumah tangga di kawasan Jl. Dr. Wahidin Semarang yang ia harus cerai dengan suaminya. Mengapa ia cerai ? ibu ini lewat pelayanan gereja, sering terlibat acara visitasi bersama Pak Pendeta. Pak Pendeta pasti orang beriman bukan ? (secara logika demikian) apalagi mereka berdua rajin pelayanan diantaranya dengan visitasi (mengunjungi jemaatnya) Berkunjung ke jemaat-jemaatnya tentunya adalah dalam rangka membagi-bagi berkat imannya. Ceritanya cukup panjang, pokoknya ibu yang Kristen ini akhirnya terjadi skandal seks dengan Pak Pendeta yang juga Kristen (tentu bukan anda) mungkin karena witing tresno jalaran soko kulino, karena seringnya berbagi rasa dan ketemu akhirnya jatuh cinta dan mereka lupa bahwa masing-masing sudah mempunyai suami dan isteri, tetapi kena apa mereka masih terkena dosa ke tujuh?. Peristiwa orang yang rajin pelayanan namun terkena dosa ketujuh tidak hanya satu ini, tetapi banyak terjadi dimana-mana. Banyak terjadi pengertian yang keliru, menganggap jika sudah rajin pelayanan dan Kristen, pasti terhindar dari marabahaya termasuk terkena dosa ketujuh. Hanya karena terjadi kekeliruan pemahaman dan keyakinan kemudian tidak memproteksi diri, berupaya melindungi diri bagaimana supaya benteng perlindungan itu menjadi kokoh dan kuat. Selain itu kurang mengerti bahwa target iblis adalah orang-orang beriman. Pengertian yang keliru juga banyak orang Kristen tanpa sadar memperbudak Tuhan melalui doa-doanya, modalnya hanya berdoa dan percaya bahwa doanya pasti dikabulkan, apalagi merasa berdoa dan berpuasa. Doa memang harus dilakukan, sebagai dasar orang percaya bahwa Tuhan Maha Kuasa, tetapi manusia harus melangkah dengan berbuat sesuatu sesuai dengan bekal akal budi dan talenta yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita.
Cerita kedua ini mematahkan kepercayaan ibu yang pada cerita pertama. Barangkali pembaca juga melihat orang lain atau dirinya sendiri yang meskipun Kristen dan rajin ke gereja namun juga berselingkuh. Dalam hal ini penulis tidak akan menjadi hakim terhadap orang lain atau pembaca tulisan ini (anda), apalagi penulis sendiri juga pernah mengalami dosa ke tujuh. Tetapi dalam tulisan ini akan sharing dari pengetahuan dan pengalaman penulis bagaimana perzinahan juga melanda orang Kristen.
Apalagi konon di negeri Belanda orang Kristen berselingkuh bukanlah suatu yang aneh, konon ceritanya katanya disana orang Kristen berselingkuh itu sudah lumrah. Tetapi jika perselingkuhan dibiarkan melanda rumah tangga Kristen, hancurlah sudah harapan Allah supaya kita umat percaya dapat masuk surga untuk memuliakan Allah, sebab sesuai dengan Yesaya 59 : 1,2 melalui dosa membuat hubungan manusia menjadi putus. Jadi strategi iblis adalah membuat saleh-saleh Tuhan putus hubungan dahulu dengan Tuhan. Coba baca ulang ketika Adam dan Hawa pertama kali jatuh dalam dosa dengan makan buah pengetahuan, mereka Adam dan Hawa “menyelinap” atau menjahui Tuhan bukan ? Sampai Tuhan memangngil-manggil : ‘dimana kamu Adam?’ Apalagi yang dosa karena berzinah !

SEBAB - SEBAB MENGAPA BERSELINGKUH

“Sadarlah dan berjaga jagalah ! lawanmu, si iblis , berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum mencari orang yang dapat ditelannya.”
1 Petrus 5:8

Secara rohani, iblis berada dimana-mana mencari manusia yang akan ditelannya dijadikan mangsa supaya binasa. Dalam rangka inilah iblis mengacau rumah-tangga, rumah-tangga agar dapat dijadikan mangsanya. Biasanya cara-cara yang dipakai iblis adalah membuat suasana rumah tangga kacau, jika suami – isteri tidak tahan uji. Setelah rumah tangga kacau, mulailah iblis berperan lebih dalam, yakni memberi iming-iming melalui bisikan dalam hati kepada suami atau kepada isteri. Iming-iming sesuatu pikiran yang menggiurkan. Jika nalar orang yang dijadikan obyek iblis menjadi iming-iming ini terkena, maka ia namanya disebut tergoda. Yaitu terobsesi untuk melakukan sesuatu karena ingin merasakan iming-iming yang sudah mernjadi angan-angannya. Jika godaan ini semakin menancap, maka orang ini semakin tergiur dan tidak sabar lagi karena sudah sangat tergiur untuk cepat-cepat melakukan supaya segera terlaksana. Ia menjadi tergiur bahwa jika (misalnya) ia berselingkuh maka ia akan mendapatkan kenikmatan dan terhindar dari masalah (setres) yang ia hadapi sekarang. Dan biasanya bagi orang yang tidak mendapat proteksi Tuhan, iblis memfasilitasinya dengan kemudahan-kemudahan supaya keinginnannya berselingkuh tercapai. Tetapi bagi orang yang sedang mendapat protrksi Tuhan, meskipun hati dan pikirannya (manusia) sudah ada niatan berselingkuh cukup yang besar, tetapi ada-ada saja sehingga keinginan berselingkuh tersebut tak akan jadi dilaksanakan. Bagi yang peka, begitu melihat kenyataan bahwa ingin berselingkuh tetapi ternyata terjadi halangan sehingga tak keturutan maka ia akan sadar bahwa ia telah diproteksi dan di ingatkan Tuhan bahwa apa yang akan dilakukan tersebut tidak baik, jantungnya berdebar-debar. Tetapi bagi yang tidak peka, maka begitu terhalang atau jantungnya berdebar-debar, ia tak mau gagal maka ia mencoba lagi dan mencoba lagi beberapa kali hingga betul-betul berhasil melakukan perselingkuhan. Fasilitas yang iblis sediakan bisa dalam bentuk kesempatan, sampai orang yang akan dijadikan pasangan perselingkuhannya, maupun fasilitas lain yaitu tempat atau uang untuk prasarana berselingkuh. Jadi penyelewengan itu sebenarnya tidak berdiri sendiri secara murni. Mengapa demikian, karena dalam diri manusia terdapat peluang untuk iblis masuk dalam peristiwa yang dialami secara alami oleh setiap manusia. Fasilitas tersebut adalah hormon seks yang ada dalam tubuh manusia yang mempengaruhi pikiran manusia. Itulah sebabnya mengapa Yakobus dalam tulisannya mengatakan bahwa manusia dicobai dan terpikat dan terseret oleh keinginan dirinya sendiri (Yak 2:15), karena iblis masuk melalui pikiran.
Biasanya jika sudah berulang kali manusia terus mengusahakan untuk melakukan, Tuhan kemudian melepaskanNya seperti orang yang mau cerai, yaitu Tuhan mengijinkan hanya karena atas kemauannya sendir yang keras untuk melakukannya.
lSekarang dari sudut biologis, manusia secara genetikal memiliki hormon seksual. Hormon ini sebenarnya diciptakan Tuhan untuk keperluan regenerasi dan guna mengerti betapa kebesaran Tuhan atas penciptaanNya yang tidak tertandingi (hanya gesekan dari dua kulit = alat kelamin, dapat menimbulkan kenikmatan yang luar biasa, dan para ahli belum ada yang mampu membuat imitasinya) Hormon seks tersebut disebut progresteron bagi hormon perempuan dan testoteron bagi hormon lelaki, setiap hari selalu diproduksi terus oleh tubuh secara otomatis oleh setiap orang yang telah dewasa, jadi anak yang belum dewasa belum memproduksi hormon ini. Tanda-tanda dari telah diproduksinya hormon ini adalah dimulainya ada haid bagi wanita dan adanya mimpi basah bagi anak lelaki atau mulai tumbuhnya rambut diluar kepala. Efek samping dari hormon ini adalah adanya dorongan yang kuat untuk melakukan hubungan seks (tanpa melihat sudah menikah atau belum menikah). Bagi yang subur produksinya dan kemudian ditunjang dengan kualitas hormon yang baik, maka keinginan ini semakin menggebu-nggebu. Produksi sperma (pria) selama 24 jam akan mampu untuk melakukan hubungan seks lebih dari 3x sehari *). Testoteron merupakan hormon seks yang kemudian disebut sperma ini terproduksi dengan cepat setelah masa pubertas dengan perantaraan stimulus hormon-hormon gonadotro pin hipofisis anterior. Puncak diagram yang tertinggi adalah pada usia 20 tahunan dan kemudian terus menurun **). Kegunaan testoteron tidak hanya untuk keperluan seks saja, namun sebenarnya juga untuk keperluan perkembangan dan pertumbuhan phisik dan kekuatan otot atau perkembangan muskulatur. Oleh karenanya pria yang terlalu over produksi testoteron akan baik jika disalurkan untuk kegiatan fisik misalnya olah raga. Kebalikannya orang yang over melakukan hubungan seks akan terlihat loyo atau rapuh (pria dan wanita sama saja).

Rangsangan
Rangsangan timbulnya birahi ada bermacam-macam. bisa timbul dari produksi hormon yang subur yang kemudian mempengaruhi otak, dan juga bisa dari penyebab yang lain, namun muaranya tetap ada pada tersedianya hormon seks yang berlebihan. Penyebab kesuburan ini terutama dari kandungan makanan atau minuman tertentu yang mengandung mineral dan vitamin tertentu terutama B dan E dan mineral misalnya Zat besi dan kalsium. Sebagai contoh daging kambing, buah durian, buah nanas, kacang-kacangan, minuman bir dan sebagainya adalah menyuburkan produksi hormon seks.
Rangsangan untuk memproduksi hormon selain berasal dari makanan ada juga rangsangan yang berasal dari fikiran. Rangsangan dari fikiran ini biasanya timbul dari penglihatan mata dan chayalan, kemudian sebagai akibat dari sentuhan kulit bagian tertentu dengan lawan jenis. Yang semuanya mengarah kepada otak untuk menjadi suatu pikiran dan membayangkan atau berchayal (Yakobus 1 : 14, 15) Mimpi cinta juga salah satu rangsangan yang kuat untuk menimbulkan pikiran-pikiran porno. Meskipun bisa jadi asal mimpi berasal dari bacaan porno atau tontonan yang merangsang atau rangsangan porno lainnya. Dalam hal ini menghindari tontonan-tontonan dan bacaan-bacaan porno sangat membantu untuk terhindar dari adanya mimpi basah yang otomatis berarti juga terhindar dari keinginan atau memuncaknya libido. Mimpi basah ada yang berasal secara alami, artinya tanpa menonton dan membayangkan sesuatu yang porno tetapi tiba-tiba justru bermimpi dan setelah bermimpi pikiran menjadi sangat terganggu karena mau tak mau memikirkan mimpinya yang sangat aneh dan terkesan itu. Hal demikian terjadi jika tanpa sadar sebetulnya hormon seks yang ada dalam tubuh over persediaan, perlu penyaluran (lihat peristiwa Tamar yang di perkosa oleh saudaranya sendiri, dan juga kedua anak perempuan Lot).

Kejadian Alami
Diatas telah kami sebutkan bahwa produksi hormon testoteron terus menurun setelah pada puncaknya berusia ± 20 tahun bagi pria. Penurunan produksi hormon ini juga diikuti dengan penurunan vitalitas tubuh. Namun bagi yang badannya fit tidak terlalu terasa. Terasanya hanya pada waktu habis terkena sakit yang agak lama.
Menurunnya vitalitas ini terjadi pada pria maupun wanita. Jika wanita klimaksnya pada waktu manoupause. Karena setelah manoupause tidak lagi memproduksi progresteron secara besar-besaran lagi karena persediaan telornya telah habis. Karena sudah tidak memproduksi lagi maka kemudian disebut mati haid. Awal bagi pria ada perselingkuhan adalah ada pada keinginannya untuk coba-coba mengetes dirinya sendiri, apakah masih fit dan masih “laku” atau tidak. Dorongan untuk melakukan test ini bermacam-macam, bisa karena lingkungan pergaulan, bisa karena suasana lingkungan rumah tangganya yang kurang baik dan kurang harmonis, bisa juga karena tuntutan pekerjaan misalnya pelobi, bisa karena godaan lawan jenis, bisa karena kejenuhan dan nostalgia pada waktu masih pacaran yang tak bisa terulang dengan istrinya karena telah punya anak dan tanggung jawab, dan sebagainya, bisa juga karena memang celutak (mata keranjang). Meskipun ini cuma coba-coba namun ini bisa menjadikan kecanduan jika sang isteri tidak memproteksinya dan melakukan tindakan preventif, bagi perempuan juga sama karena penulis sendiri pernah dikejar-kejar perempuan muda yang birahi.
Biasanya pria rawan kejadian ini pada usia 40 – 50 tahun, sedang bagi wanita biasanya ada pada usia setelah usia 25 tahun menjelang 30 tahun jika belum menikah dan terulang lagi ketika usia 36 – 40 tahun. Pengaruh yang besar adalah lingkungan dan pergaulan, serta ketebalan imannya bagaimana.

Dorongan Kebutuhan Hidup
Cerita Abraham dan Sarai ketika datang ke Istana Firaun di Mesir (Kej 12:10, Kej 20:2) dan Ishak dengan Ribka (Kej 26:7) adalah keinginan melakukan perzinahan demi kebutuhan hidup. (namun Tuhan melindungi dan tidak mengijinkan hal itu terjadi). Masih banyak lagi kejadian-kejadian perselingkuhan yang terjadi demi kebutuhan hidup, baik dalam cerita Alkitab maupun dalam kehidupan sehari-hari pada zaman ini. Pada zaman ini banyak PSK (pekerja seks komersial) mengaku ia terpaksa mau menjadi PSK karena adanya desakan ekonomi. Menurutnya untuk memenuhi desakan ekonomi yang paling mudah adalah menjadi PSK. Memang ada yang benar-benar karena desakan ekonomi, tetapi tidak jarang yang melakukan menjadi PSK sebenarnya bukan semata-mata oleh sebab kebutuhan ekonomi.

Akibat Rekayasa Iblis
Jika kita mengamati dengan teliti dialog iblis dengan Allah (Ayub 1 : 6 – 12) dapat disimpulkan bahwa iblis diberi kesempatan untuk mengacau umat Allah (baca menguji). Siapakah Ayub ? Ayub adalah umat Allah yang saleh dan taat (Ayub 1 : 8b) namun tetap di ijinkan oleh Allah untuk dijamah iblis, untuk dikocok kehidupannya. Begitu pula Daud orang yang diurapi Allah dan mempunyai kedudukan sebagai raja yang diurapi Allah dan bergengsi, mengapa ia sampai tergodai oleh Betsyeba? Potifar, Lot dengan kedua anaknya perempuan (Kej 19 : 31, 34, 35) adalah suatu kejadian yang tidak boleh dianggap sebagai mitos. Disini perlu dicurigai bahwa dalam peristiwa ini iblis turut ambil bagian dengan merekayasa membuat situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga sekenario iblis dapat terwujud, yaitu melalui situasi dan kondisi yang membuat orang mudah tergelincir.

Lahirnya PP no 10 th ‘70 tentang perkawinan adalah bukti nyata maraknya perzinahan yang terjadi pada suami dan isteri-isteri di Indonesia. Dengan demikian akan banyak orang menjadi tergelincir jatuh kedalam dosa ketujuh. Akibat beruntun dari adanya dosa ketujuh ini adalah orang menjadi menjauhi Tuhan, ingat ketika Adam dan Hawa berdosa dengan memakan buah pengetahuan, meskipun dipanggil Tuhan namun beliau menjauh dan mennyelinap sehingga Tuhan bertanya : “dimanakah engkau ?” apa maknanya pertanyaan ini di tulis dalam Alkitab ? manusia jauh dari Tuhan ! Dan kemudian menurut Yesaya 59 :1,2 dosa itu menjadi pemisah hubungan antara Tuhan dengan manusia yang berdosa. Nah jikalau manusia hubungannya dengan Tuhan telah pisah dan jauh, kemanakah kira-kira manusia akan menjalin hubungan ?
Kesimpulannya adalah perzinahan tidak boleh dianggap remeh atau dianggap sebagai sesuatu yang tidak terlalu mengganggu bagi jemaat Kristus, dan perlu di ingat bahwa iblis ada dibalik peristiwa tersebut melalui berbagai tipu daya. Bisa jadi yang tidak mau mempersoalkan masalah ini karena mengakui bahwa masalah ini adalah sesuatu yang rumit dan sulit penanggulangannya dan belum mendapatkan resep jalan keluarnya untuk menghindar, sehingga sebenarnya dirinya terkena juga tetapi tak ketahuan.

Melalui tulisan ini penulis ingatkan bahwa suami-suami dan istri-istri wajib memberi perhatian khusus dalam hal yang satu ini. Mengapa? Karena hal ini sebenarnya semacam percikan air ketika orang mandi terhadap kozyn kayu Kalimantan pada pintu kamar mandi, kelihatannya cuma sedikit tidak memperlihatkan akibat yang parah, tetapi lama-lama kayu Kalimantan tersebut menjadi busuk dan keropos yang kemudian menjadi tak berdaya untuk sebagai gantungan (centelan) daun pintu, karena paku engselnya harus lepas. Dalam kehidupan keluarga juga demikian, melalui perzinahan ini akan membuat menjadi busuknya nama kita (pelaku) dan terlepasnya segala hal yang sangat kita dambakan dari diri kita, dan masih ditambah lagi bagi yang percaya bahwa perzinahan menghalangi masuknya orang kesurga meskipun aktivis gereja dan tiap hari mengucapkan kata-kata iman dan percaya kepada Yesus (Ibr .13:4) ingat Matius 7 : 23.
Perzinahan timbul karena kebutuhan alami (biologis) yang berarti tanpa mengenal siapa orangnya. Perzinahan timbul karena kebutuhan hidup (kedagingan), berarti sangat rawan bagi orang-orang yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Perzinahan timbul karena kebutuhan harga diri (gengsi) berarti sangat rawan bagi orang-orang yang sedang top kehidupannya, orang-orang yang punya jabatan dan punya uang. Perzinahan timbul karena campur tangan iiblis, berarti rawan bagi orang-orang yang beriman, orang-orang yang menjadi calon-calon saleh Tuhan. Sasarannya adalah orang-orang saleh, orang-orang yang rajin pelayanan bahkan pendeta-pendeta adalah target-target iblis untuk dikacaukan. Pepatah mengatakan semakin tinggi memanjat, angin yang meniupnya akan semakin kencang.

Cara Iblis Menyerang
Berbagai ungkapan dalam tulisan ini adalah contoh-contoh iblis menyerang umat Tuhan dengan tujuan supaya gagal menjadi saleh-saleh Tuhan. Iblis menciptakan situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga sasarannya mudah tergelincir melalui keinginannya sendiri (Yakobus 1:14). Setelah tergelincir maka siapapun tak akan luput dari hukuman Allah.

Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah Ibr 12:4
Hasil dari penghakiman adalah tidak diijinkannya masuk ke surga. Sebab sesuatu yang najis tidak boleh masuk ke surga.

“Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupannya anak domba itu.”
Wahyu 21 : 27

“ Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah, jangan sesat ! orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, 10. Pencuri, orang kikir, pemabuk, pemitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.”
I Kor 6 : 9, 10

Ingatlah selalu apa yang tertulis dalam II Petrus 1 : 8. Sadarlah dan berjaga-jagalah ! lawanmu si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Jelaslah disini bahwa orang yang berbuat najis dan berdosa dan tidak tertulis dalam buku kehidupan Anak Domba Allah tidak akan dapat masuk dalam kerajaan Allah, meskipun ia rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Karcis masuk kerajaan Allah adalah tercatat dalam buku kehidupan dan tidak najis, tidak dusta dan lain-lain sesuai dengan yang tertulis dalam I Kor 6:9,10 dan sesuai dengan yang tersirat dalam I Kor 6:12-20. Yaitu yang dapat menjaga diri bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus yang tidak pantas dinajisi. Oleh karena itu bagi pembaca yang merasa pernah menjadi najis dan pernah berzinah, bertobatlah dan mintalah ampun kepada Allah. Ingatlah terhadap apa yang di ucapkan oleh Yesus sendiri dalam Matius 7:23.
Melalui Usia Setengah Baya
Dari data statistik ternyata usia ikut menjadi peranan besar terhadap nafsu birahi. Bagi wanita, pada umumya usia 25 – 30 th dan 35 – 40 th, sedangkan bagi pria pada usia 25 – 30 dan 45 – 50 th. Pada usia-usia ini terjadi krisis diantaranya kumulasi nafsu birahi + krisis percaya diri + krisis rumah tangga + krisis iman yang membuat Resultante terhadap keinginan melakukan dosa seksual. Pada saat saat inilah iblis leluasa masuk ibarat melalui lorong yang terbuka lebar (Luk 4:13, I Pet 5:8). Dari pengalaman konseling yang saya tangani, para konseli dengan latar belakang suaminya menyeleweng menjadi urutan terbanyak. Dan pada umumnya kejadian ini terjadi (suami yang menyeleweng) pada usia 40 – 50 th, terutama bagi isteri-isterinya yang kurang lebih usianya isteri sebaya atau lebih tua dibanding dengan suami.
Timbulnya nafsu birahi adalah pada umumnya disebabkan sebagai akibat adanya hormon seks yang sangat produktif. Sehingga memerlukan penyaluran yang produktif pula. Dorongan berikutnya ada pada krisis percaya diri, adalah sebagai akibat dari kesadaran dirinya bahwa ia dimakan usia. Satu sisi produksi hormon (nafsu birahi) terus meningkat namun pada perjalanan hidupnya cara bergaulnya telah tidak lagi mampu menjadi “ bintang ”. Dari dua hal ini kemudian timbullah pertanyaan, “masihkah aku punya daya tarik ?” untuk mendapatkan jawaban ini kemudian sekedar coba – coba yang sebenarnya hanya untuk “ testing “ diri pribadi dengan cara coba-coba (sekedar iseng).

Pada krisis rumah tangga, biasanya akan terjadi pada keluarga – keluarga yang kurang romantis dan kurang mampu membina suasana romantisme. Biasanya disebabkan oleh banyaknya tanggung jawab dan tugas pekerjaan yang menyita waktu serta perhatian pada romantisme. Kemesraan hubungan suami isteri menjadi terabaikan atau menjadi monoton (tanpa inofasi dan variasi) ibarat makan seharian, makannya nasi gudeg dan nasi sayur terus menerus. Begitu melihat bistik atau sate, maksudnya begitu melihat masakan yang lebih variatif menjadi “ lupa daratan “. Apalagi bagi keluarga-keluarga yang cintanya masih berkelas cinta eros (cinta kedagingan yang masih di dominasi oleh birahi) dan belum menyentuh cinta yang berdasarkan roh dan jiwa atau cinta agape.

Pada krisis iman biasanya ada pada orang yang sedang sukses sosial dan ekonomi. Biasanya pada orang – orang usia setengah baya adalah saat – saat dimana ia sukses secara ekonomi. Banyak uang dan banyak jabatan, termasuk jabatan pelayanan penginjilan. Apabila merasa bangga karena jabatannya, maka perasaan superior sering muncul dan mendominasi. Tanda tanda ini adalah banyaknya ucapan yang mengatakan ‘sibuk’ atau sok sibuk yang sesungguhnya telah dilanda rendah hatinya telah menipis. Seandainya ia gemar membaca Injil maka akan cenderung menafsirkan sesuai logikanya sendiri, karena merasa tak perlu “ meguru “. Apalagi bila kemudian tak ada waktu baca Alkitab dan belajar, akibatnya dapat ditebak apa pendapatnya terhadap Mat 23:27 ; 28.Hal ini bisa terjadi karena banyaknya orang yang memberi pujian kepadanya (pujian tidak murni, pujian basa basi, pujian yang bernuansa sanjungan dari si penjilat). Disinilah iblis leluasa masuk ! sebab ia terlalu mengandalakan kehebatan dirinya dan merasa superior, tandanya bila dikritik ia marah dan sulit menerima masukan dari orang lain terutama dari orang yang kurang sukses dari segi ekonomi, karena ia cenderung menganggap remeh.

Melalui Ketika Isteri Menopause
Setiap wanita menjelang monopause, biasanya mengalami banyak problem internal yang erat kaitannya dengan hormon dan emosi. Akibat dari dua hal ini akan erat hubungannya dengan interaksi suami - isteri (hubungan emosi dengan suami). Akan banyak keanehan – keanehan yang dapat menjengkelkan suami maupun isterinya sendiri. Hal yang sepele menjadi masalah dan rasa – rasanya tak masuk dinalar.
Dari akibat ini suami seperti terdorong untuk mencari “ hawa sejuk “ diluar rumah, yang besar kemungkinan iblis akan memanfaatkannya. Bagi orang yang beriman pada saat – saat demikian merupakan ujian berat sejauh mana memahami dan memegang firman Tuhan. Karena praktek langsung dari imannya dituntut untuk dibuktikan. Mengapa? Karena kurang lebih empat tahun sampai lima tahun menjelang menopause, banyak kejadian yang tidak jelas juntrungnya dan ujung pangkalnya yang dialami oleh para wanita yang menjelang menopause ini. Kejadian itu diantaranya adalah meningkatnya rasa cemburu terhadap suami, menjadi lebih sensitive sehingga kurang menggunakan akal sehat, pikirannya tidak tenang dan kacau seperti ketika menjelang menstruasi tiba, tetapi ini berlangsung setiap hari terus menerus. Kesemuanya ini sebagai akibat dari adanya perubahan dalam dirinya secara phisik maupun secara non phisik (perasaan , pikiran) diantaranya jika malam hari tiba, maka sering terjadi keluar keringat yang cukup banyak tanpa sebab, pengecapan perasa mulutnya terganggu yaitu gigi-giginya rasanya bak sebagai tembaga, bibir dan lidahnya berubah dalam mengecap rasa, sering pening, wajahnya mulai timbul fleg-fleg kemerah-merahan yang jika dilihat dengan cermin akan mengganggu kecantikannya. Secara hormonal kesemuanya ini sebagai akibat dimulainya berhenti memproduksi hormon progresteron dari dalam tubuhnya secara alami karena faktor usia) yang nantinya akan diikuti oleh berhentinya haid untuk selama-lamanya.
Dalam posisi demikian merupakan saat-saat yang sangat rawan bagi suami untuk meyeleweng, hanya karena isterinya sangat menjengkelkan dan tidak bersahabat, bahkan dikit-dikit salah paham atau marah-marah tanpa sebab yang jelas, bisa-bisa suasana rumah tangganya lebih banyak tidak harmonisnya dibanding dengan yang romantis. Disinilah rawan iblis masuk dalam rumah tangga jika tidak dilandasi oleh pengetahuan dan doa.

Menghilangkan Kemesraan

Menjadi tipisnya kemesraan antara suami dan isteri yang biasanya timbul sebagai akibat adanya yang kurang harmonis dalam rumah tangga, terutama sebagai akibat dari salah satu, suami atau isteri merasa lebih hebat atau merasa selalu benar atau saling ingin dominan akan menimbulkan kejengkelan – kejengkelan atau kemarahan – kemarahan.
Kejengkelan dan kemarahan ini akan menggangu romantisme hubungan suami isteri karena biasanya tidak ditampakkan secara fulgar jika sebenarnya terjadi kejengkelan atau merasa kalah dalam dominasi keluarga. Sebenarnya hanya berawal dari komunikasi yang tidak terjaga baik dan kemudian komunikasi itu sendiri terganggu, jadi sudah tidak terjaga dengan baik masih ditambah lagi dengan terganggu. Komunikasi yang terlalu jujur atau polos tanpa ada basa- basi menyesuaikan situasi tidak selalu tepat digunakan dalam segala situasi, kebalikannya komunikasi yang selalu ada basa-basi dan banyak tidak jujur juga tidak selalu tepat digunakan dalam segala situasi. Jadi penggunaan model komunikasi ini juga memerlukan seni berkomunikasi agar terjadi komunikasi yang baik dan dapat menjaga situasi tanpa menghilangkan sesuatu yang harus dikomunikasikan. Pada saat-saat tertentu harus jujur, dan pada saat-saat tertentu harus bisa berbasa basi. Jika tanpa memperhatikan lawan komunikan perasaannya sedang bagaimana, misalnya asal jawab maka akan dapat membuat situasi yang baik menjadi tidak baik dan panas. Terlebih jika kebetulan yang menerima jawaban sedang dalam posisi sensitif atau temperatur tinggi atau sedang dalam keadaan ”siklus”.

Dari uraian ini, sebaiknya setiap komponen keluarga (suami atau isteri) semestinya menyadari bahwa menjaga situasi untuk selalu dalam posisi mesra tidak bisa dengan cuma mengandalkan bahwa karena sudah menjadi suami dan isteri lalu asal bicara polos-polosan saja tanpa melihat situasi dan kondisi. Karena faktanya setiap individu apakah isteri atau suami posisi pikiran dan perasaannya berubah-rubah sesuai dengan beban pikirannya yang sedang menjadi beban saat itu. Beban pikiran tidak hanya beban keluarga secara makro saja tetapi juga beban secara individu yang bersifat pribadi, misalnya saja seorang ibu yang sedang mencemaskan anaknya karena lupa membawa salah satu perlengkapan sekolah katakanlah tipe ex. Meskipun ini menurut suami hanyalah sesuatu yang sepele, tetapi jika isteri mencemaskannya maka sudah menjadi beban pikirannya. Begitu pula suami, andaikata tadi dalam pekerjaan habis berselisih paham dengan relasi atau karyawannya bisa jadi ini menjadi beban pikirannya yang menjadikan menipisnya romantisme dengan isteri. Hal-hal yang demikian suami dan isteri perlu mempersiapkan diri senantiasa dalam berkomunikasi agar selalu terjaga dengan baik. Dengan kata lain kedua belah pihak tetap harus selalu saling menjaga, tidak asal berkomunikasi tanpa pikiran hanya dengan alasan karena sudah menjadi suami dan isteri, dengan anggapan harus dapat menerima dalam segala keadaan apa adanya, ingatlah suami maupun isteri bukan malaekat yang sempurna.

Penyakit yang lain adalah adanya perasaan super yang menghinggapi dirinya yaitu merasa lebih, dan biasanya perasaan seperti ini ter-implementasikan dalam sepak terjangnya sehari-hari. Sikap dan gayanya menjadi boss, lupa bahwa isteri atau suaminya adalah bukan anak buahnya (karyawannya) atau muridnya. Sikap dan gaya semacam ini jika terlalu lama, apalagi jika ditambahi dengan terlalu sering menyalahkan, meskipun faktanya memang kedapatan salah, akan menimbulkan depresi bagi yang sering disalahkan. Depresi kecil-kecilan ini akan mengganggu komunikasi dan menipisnya kemesraan hubungan antara suami dengan isteri. Dan kemudian juga mengganggu komunikasi yang menjadi kurang sehat. Depresi terselubung atau kecil-kecilan ini kadangkala akan menelorkan kalimat-kalimat atau tindakan yang kurang menyenangkan dan kurang nalar. Jadi jika dalam komunikasi keluarga sering terjadi kalimat dan tindakan yang kurang nalar perlu dicermati apakah ia sebenarnya sedang dalam keadaan depresi.
Penghilangan depresi ini salah satunya cara adalah diajak refresing apa saja yang dapat membuat menjadi terhibur, bisa sekedar diajak ngrumpi dan kemudian menghasilkan pencurahan isi hati, atau makan-makan diluar atau jalan-jalan di Mall pokoknya yang kira-kira menjadikan senang dan lega karena bisa rileks.

Rohaninya Di butakan
Cemburu buta oleh isteri terhadap suami biasanya hanyalah ibarat merupakan batang pohon yang nampak sebab berada diatas tanah, tetapi sesungguhnya yang terjadi bukanlah cemburunya itu sebab yang sesungguhnya adalah ibarat akar yang tertanam dalam tanah. Namun akar batang pohonnya yang tak nampak tersebut biasanya sangat beraneka ragam. Hal ini berdasarkan pengalaman yang saya tangani pada banyak konseling keluarga. Berikut beraneka ragam masalah dan kejadian yang kemudian nantinya akan menjadi penyebab terjadiya cemburu buta.

Kebutuhan Biologis Yang Tak Terpenuhi
Dari banyak kasus yang saya tangani, kebanyakan yang merasa kurang terpenuhinya kebutuhan biologis (kurang puas) pada umumnya adalah isteri. Jarang suami yang merasa kekurangan kebutuhan biologisnya. Karena biasanya suami yang kekurangan kebutuhan biologisnya lebih banyak mencari jalan pintas dengan “jajan diluar” bukan melampiaskannya dalam bentuk cemburu terhadap isteri, kecuali bagi mereka yang tidak “mau jajan” diluar atau yang suami hidupnya numpang isteri (suami pengangguran). Suami yang cemburuan biasanya dilatar belakangi bahwa justru dirinya sendiri (suami) merasa mempunyai kekurangan dalam bidang seks, atau merasa kurang di dalam penampilan istilah lain kurang PeDe.

Isteri-isteri yang merasa tidak terpenuhi kebutuhan seksnya (kurang puas), biasanya dalam usia 30 – 48 th. Untuk yang usia sekitar 30 th biasanya riel kurang kenyang. Sedangkan yang sekitar 40 th ke atas bukan riel kurang kenyang, melainkan karena gangguan emosional oleh sebab usia ( ± 40 th ) inilah yang rawan berselingkuh karena sedang dalam gangguan emosional yang berkaitan erat dengan masalah pertumbuhan hormon dalam tubuh. Oleh sebab itu pria-pria hidung belang atau pemuda-pemuda gigolo ada yang lebih suka mencari teman kencan dengan wanita-wanita setengah baya ( ± usia menjelang 40 th ). Untuk wanita-wanita yang kekurangan “jatah” biologisnya namun ia tidak berselingkuh, biasanya melampiaskannya menjadi cemburu terhadap suami. Kekurangan kebutuhan biologis ini banyak penyebab. Ada penyebab dari suami yang terlalu padat bekerja sehingga kecapaian dari sudut phisik dan psikis, sebab dari kecapaian ini libido akan turun drastis, karena hormon yang semestinya untuk keperluan seks telah disedot menjadi energi untuk bekerja secara otot dan pikiran. Secara otomatis juga mengurangi kemampuan dan mengurangi frekwensi aktivitas seks yang biasanya tiap hari, bisa menjadi seminggu sekali, yang biasanya berdurasi 15 menit menjadi 3 menit. Hal inilah yang menjadikan isteri kelabakan karena kekurangan “jatah” atau kurang kenyang.

Jika tidak karena tersebut diatas, suami kurang punya variasi, yaitu selalu menggunakan cara-cara konvensional dan monoton jika bersenggama. Selain kecapaian dan monoton kurang variasi, juga bisa karena suami sedang setres atau depresi. Pikiran dari beban berat (stress) akan sangat berpengaruh pada libido yang biasanya menjadi enjakulasi dini, sebab energinya telah dihabiskan untuk menanggapi steresnya atau depresinya. Setres yang berkepanjangan dapat berakibat terkena depresi yang berarti akan menambah lebih parah lagi terhadap kemampuannya untuk ereksi. Nah karena kurang mampunya berereksi dengan jangka waktu yang panjang ini, isteri belum mencapai orgasme tetapi suami telah keok duluan. Padahal sebagai akibat melakukan bersenggama dengan tidak sampai melakukan orgasme, akan sangat mengganggu pikiran dan perasaan yang akibatnya juga merembet ke emosi. Terkecuali jika memang disengaja untuk tidak sampai orgasme (dilakukan dengan kemauannya secara sadar)
Jika suami dalam posisi tersebut diatas tanpa diikuti dengan pengertian yang benar oleh isteri (isteri tidak paham betul penyebab – penyebab yang membuat menurunnya kemampuan seks) biasanya isteri menjadi bertanya-tanya dalam hati, jika ada pihak ketiga yang bikin gosip, maka timbullah cemburu meskipun tidak beralasan. Karena isteri tidak bisa menerima kejadian tersebut dengan begitu saja dan juga tidak dapat memaafkannya begitu saja meski suami tidak bersalah, karena suami memang tidak berselingkuh. Tentu jika suami tidak menyadari kekurangannya, kecemburuan oleh isterinya ini akan menjadi masalah yang bisa saja berkepanjangan.

Melaui Pengaruh Ekonomi
Kegoncangan ekonomi yang berkepanjangan juga dapat memicu terjadinya kecemburuan. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa ada yang ekonominya sedang menanjak tetapi juga timbul kecemburuan dari sebab menanjaknya ekonomi tersebut.
Ekonomi yang merosot sampai dengan mengganggu cash flow ekonomi rumah tangga membuat isteri menjadi tegang. Akibat tegang yang terus menerus dan tidak terjawab doanya (tak terpecahkan masalahnya) apalagi sampai harus menjual harta kesayangannya akan sangat portensial untuk menjadi emosional. Tegang + emosional + belum mendapat jalan keluar, akan rawan terhadap pikiran yang membayangkan keluar dan melamun yang tidak – tidak. Pikirannya menjadi kurang rasional. Pelampiasannya adalah cemburu tanpa dasar.
Ekonomi yang nanjak juga bisa membuat kecemburuan jika ekonomi yang nanjak tersebut membuat berubahnya gaya hidup dan pergaulan yang tidak melibatkan isteri. Teman bisnis berubah, menjadi lebih royal dan isteri hanya ditinggal dirumah (meskipun dicukupi dari segi materialnya). Perubahan gaya hidup yang tidak mengikutsertakan isteri inilah yang menjadi pemicu adanya kecemburuan. Apalagi pulangnya kerumah menjadi sering lewat malam.

Merasa Mempunyai Kekurangan
Tidak semua suami – isteri yang mampu melakukan komunikasi yang sehat. Akibat dari tidak adanya komunikasi yang sehat ini adalah masing – masing (suami – isteri) tidak terlalu mengenal dengan jelas permasalahan yang dihadapi masing – masing pihak. Sisi lain, tiap orang mempunyai pendapat yang tak terkatakan, yakni pendapat dalam hati, manakala pendapat dalam hati ini membayangkan sesuatu akan timbul pertanyaan – pertanyaan. Anehnya pertanyaan ini juga tidak disampaikan (tidak di pertanyakan secara verbal), hanya ada dalam hati saja. Pertanyaan dalam hati ini disebut juga menduga - duga (mempunyai dugaan sesuatu) untuk membuktikan dugaan ini ia tidak menanyakan, tetapi mencoba mencari jawaban melalui mengamati gerak-geriknya. Contoh : suami berubah sikap. Biasanya pulang kantor masih sore dan sesudah di rumah banyak bicara. Namun setelah pulang kerjanya sering malam dan tidak banyak bicara.

Perubahan perilaku ini sesungguhnya oleh sebab bisnis yang menuntut adanya perubahan. Yaitu bertambah banyak volume pekerjaan, oleh sebab itu pulangnya menjadi sering terlambat menjadi lebih malam. Sedangkan kurangnya ia bicara adalah karena terlalu letihnya secara phisik dan psikis. Ia menjadi pendiam, biasanya perilaku yang demikian ini diikuti dengan menurunnya libido.

Pada posisi demikian anehnya isteri tidak bertanya langsung pada suami, malah sharing kepada teman-temannya sesama ibu-ibu, bisa jadi jawabannya akan memicu terhadap dugaannya bahwa suaminya punya simpanan. Karena ibu-ibu temannya tidak mendapat informasi yang lengkap, dan kemudian menanggapi hanya sesuai pengetahuannya ‘sesuai pada umumnya’ yang tidak bisa dipertanggung jawabkan atau sesuatu jawaban yang ilmiah, jawaban ini akhirnya berbentuk gosip (menjadi gosip).

Banyak terjadi isteri- isteri tidak berkomunikasi sehat dengan suaminya, melainkan justru curhat dengan sesama ibu-ibu ketika kumpul pada waktu arisan atau lewat telepon. Kemudian isteri menghubung-hubungkan kejadian demi kejadian dengan tidak akurat. Sebagian hanya dugaan atau perkiraan. Jika hal ini langsung disikapi negatif, berarti isteri telah membuat suatu kesimpulan yang salah terhadap suaminya. Dan hal seperti ini sama saja membuka peluang untuk terjadinya konflik. Dengan bentuk cemburu, meskipun sebenarnya tak ada alasan untuk cemburu, sebab fakta yang terjadi tidak berselingkuh.

Karena Luka – luka Lama
Luka – luka lama atau juga disebut akar kepahitan adalah merupakan trauma dari kejadian masa lalu. Berarti harus pernah terjadi sesuatu. Berarti pasangannya pernah mengadakan perselingkuhan yang akhirnya ketahuan dan menimbulkan sakit hati.
Tindakan yang dilakukan tidak sekedar tindakan preventif atau pengamanan. Tetapi lebih dari itu. Luka hati biasanya lebih pedih daripada saat – saat kejadian. Jika sakit hati pada waktu kejadian, fakta masih didukung oleh situasi dan kondisi. Artinya ketika sakit hati itu timbul, yang bersangkutan tidak selalu dalam posisi ketakutan atau mudah marah yang akut. Karena dilingkupi oleh kondisi dan situasi saat itu. Namun jika luka lama, emosi yang melingkupi adalah pasti pada posisi marah dan tak ada pengampunan. Sehingga sudah didasari hati dan emosi yang tidak baik dan kemudian ditumpangi dengan rasa pedih yang masih diingat – ingatnya, yang kemudian menjadikan trauma.
Biasanya orang yang mempunyai trauma luka – luka lama ini pintu nalarnya tidak mudah mau membuka diri. Belum – belum sudah didasari rasa ketakutan yang berlebihan bahwa kejadian lama akan menghantui dan akan terulang lagi. Perasaan menghantui inilah menjadikan cemburu, atau tindakan emosional yang kurang terkendali. Persis dengan seseorang yang ketakutan sesuatu.

Jalan keluarnya harus melalui pihak ketiga yang dianggap netral (tidak memihak). Sebab begitu ia mensinyalir bahwa pihak ketiga berpihak pada “musuh” ia kontan tak akan membuka pintu. Tugas utama pihak ketiga adalah memasuki wilayah nalar supaya nalarnya berjalan normal. Mendorong untuk mampu berfikir secara jernih, sebab akibat dari mampu memilah – milah mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting akan membuat menjadi bukan harga mati siapa yang salah dan siapa yang benar. Sebab jika masih bersikukuh siapa yang salah dan siapa yang benar (harga mati), ia akan sulit untuk mengampuni. Namun jika ia mampu melihat mana yang lebih penting yang harus diutamakan maka baru ia bisa mengampuni kesalahan. Tanpa pengampunan dari dirinya untuk memaafkan kesalahan pasangannya pada masa lalu cemburu terus akan mewarnai sepak terjang dan pikirannya, sehingga pemulihan tak terjadi, yang terjadi justeru cemburu buta dan perselisihan.

Untuk itu mencari orang ketiga harus hati – hati dan harus orang yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk memberi kesadaran serta mempunyai kharisma supaya advisnya didengar dan mendorongnya untuk mau berfikir secara jernih dan jujur. Bisa jadi mulutnya bicara ya, tetapi hatinya masih dongkol, bicara ya hanya untuk menyenangkan konselor.



Karena Melihat Orang Lain
Perselingkuhan bagi orang yang diluar Tuhan adalah merupakan sesuatu yang umum. Sembilan dari sepuluh orang berselingkuh. Namun keadaan perselingkuhannya berbeda – beda. Ada yang hanya iseng – iseng karena bukan hobi. Ada yang memang gemar berselingkuh atau orang jawa mengatakan klintoh. Kemudian dari sisi teman selingkuh ini juga berbeda – beda. Ada yang juga tidak sengaja mau melayani rayuan gombal orang lain. Ada yang dipakai memang untuk mata pencaharian (PSK ) untuk yang PSK ini ada dua kelompok. Satu kelompok yang wajar – wajar saja. Artinya seperti penjaja biasa, kalau ada “orang beli” ya dilayani dan jika tidak “beli” juga tak dilayani atau tidak diambil pusing. Tetapi ada kelompok lain yang jahat. Ia dengan sengaja mencengkeram mangsanya untuk tidak bisa berkutik. Tidak jarang ia menggunakan kuasa – kuasa gelap. Jika motivasinya hanya kepuasan batin, korban tidak terlalu parah. Tetapi jika mengcengkramnya bermotivasi uang, korban akan mejadi sangat parah. Korban selain lupa anak dan isteri, ia dengan rela menuruti segala permintaan yang ia pinta (Herodeas ; Mat 14:7) Bisa saja PSK tersebut menggaet orang yang sebenarnya tidak ingin berselingkuh, namun karena PSK ini mensinyalir bahwa ia banyak uang dan akan menguntungkan, maka digaetnyalah dengan japa-japi (kuasa gelap) sehingga ia menjadi tergila-gila cinta, bahasa jawanya terkintil-kintil, dan dukun Jawa biasanya menggunakan bunga kantil sebagai sarana (alat). Jadi hati-hatilah dan waspadalah jika ada seseorang sengaja membawa atau memakai bunga kantil dalam berinteraksi dengan anda. Kejadian semacam ini sangat mengerikan bagi yang melihat (karena yang melihat dalam keadaan sadar). Jika yang melihat (mengetahui dengan melihat dengan mata kepalanya sendiri) kurang kuat dalam iman dan nalarnya kurang, maka ia bisa jadi akan terkena trauma. Trauma dari yang melanda orang lain yang ia lihat. Dari hal ini, karena ia kurang beriman dan berpikiran sempit maka ia ketakutan kalau – kalau hal serupa melanda pasangannya sendiri (suaminya).
Tindakan pengamanannya yang ia lakukan tidak melalui doa dan strategi tetapi melalui proteksi yang tanpa teori. Ia terlalu khawatir sehingga sangat melindunginya (sangat protektif) yaitu dengan tindakannya berupa cemburu buta tanpa dasar karena sangat ketakutan jika pasangannya tergaet.

Pada jaman modern ini, cengkeraman wanita terhadap pria-pria beristeri tidak hanya dilakukan oleh PSK – PSK saja, tetapi juga oleh wanita – wanita yang bukan berprofesi sebagai WTS / PSK. Banyak gadis – gadis (tua) yang berupaya menjerat suami orang lain dengan motivasi cari “nafkah batin”. Karena gadis ini kesulitan mencari suami yang betulan, namun disisi lain ia telah tidak mampu “berpuasa” dibidang biologis, maka demi terpenuhi kebutuhan seksnya tidak jarang gadis – gadis ini “pinjam paksa” suami orang lain dan dicengkeramnya. Oleh karena itu jika ada isteri – isteri yang melihat dan mengerti terhadap kejadian ini, pantaslah jika ia cemburu buta terhadap suaminya. Atmosfer suami isteri jika telah dilingkupi kecemburuan yang keterlaluan akan mudah terjadi salah paham (pertengkaran mulut).

Melalui Isteri Menekan Suami
Ada semacam isu bahwa para ibu – ibu mempunyai organisasi yang disebut ITS singkatan dari Isteri – isteri Tekan Suami, dan kemudian ada guyonan suami – suami takut isteri atau ISTI. Organisasi ini hanya organisasi guyonan dalam pembicaraan sehingga tidak ada ornagisasi tersebut secara riil / sungguh-sungguh. Tetapi sepak terjangnya ada, timbulnya sepak terjang semacam ini melalui kumpulan – kumpulan arisan pada ibu – ibu tersebut atau kegiatan lain yang intinya membuat terjadinya kumpul-kumpul secara rutin yang tanpa dihadiri oleh suaminya masing-masing. Pada waktu ibu – ibu (isteri – isteri) kumpul, mereka saling tukar pengalaman dan berdiskusi tentang suami masing – masing dalam rangka ingin menyenangkan dirinya sendiri atau mau menang terhadap suaminya. Tekanan yang mereka lancarkan beraneka ragam.

Dari sudut posisi isteri yang pegang kunci memang memungkinkan isteri menekan suami meskipun tidak mengikuti perkumpulan arisan yang didominasi oleh orang – orang yang menekan suami. Tekanan – tekanan yang paling halus adalah kemanjaan. Jika naik mobil minta pintu dibukakan pintunya, minta diperlakukan sebagai permaisuri atau ratu. Kemudian ngambek jika permintaan isteri tidak dituruti. Minta dibelikan sesuatu yang sebetulnya belum waktunya untuk dibelikan dll. Tekanan yang kuat adalah cemburu. Biasanya isteri yang belum bisa menerima orang lain tampil lebih cantik atau tampil lebih baik darinya (punya rasa iri hati) yang punya potensi cemburu pada suami.
Kecemburuan terhadap suami sebenarnya tidak beralasan. Sebab sesungguhnya hanya karena mempunyai rasa iri hati rasa dengki terhadap wanita lain yang kebetulan menjadi relasi suaminya, ia tidak menerima jika ada wanita lain yang lebih dari dia dalam banyak hal (penampilan, kecantikan, kekayaan dll.). Sebenarnya isteri yang demikian ia kurang PeDe, selalu berprasangka bahwa dirinya banyak kekurangan, sehingga takut jika suaminya digaet oleh perempuan lain yang menurut bayangan dia mempunyai kelebihan daripadanya. Pelampiasannya kemudian dengan menekan suami. Isteri – isteri semacam ini biasanya ketika melihat wanita lain yang cantik (tanpa diminta) ia mengomentari / melontarkan kata – kata negatif atau mencibirkan mulutnya (bahasa jawanya mencep).

Ada juga isteri – isteri yang menekan suami tetapi tidak berkonotasi cemburu. Ia menekan suami karena punya power atau suami terlalu mabuk cinta kepada isteri. Mungkin yang lebih kaya isterinya, atau yang lebih pandai isterinya sehingga suaminya sering kepeleset. Penulis punya banyak kenalan yang modelnya demikian. Suaminya diposisikan sebagai “patung” atau sopir isteri, yang memerintah suami atau mengatur suami adalah isterinya, jadi dalam hal ini yang menjadi komandan adalah isteri. Suami biasanya tidak mau membantah karena malu jika ribut, dan biasanya suami yang demikian memang punya kelemahan yang diketahui oleh isterinya.

Pada posisi seperti ini, dapat mendorong suami berselingkuh, dorongan itu berasal dari keninginannya mendapat kebebasan. Jika dirumah rasanya seperti pesakitan yang dikawal polisi. Dalam hatinya ia ingi bebas merdeka. Orang yang pasti sanggup memberi kebebasan dan memanjakannya adalah PSK.




Buku seri 5, 6 & 7 merupakan satu kesatuan topik, seyogyanya dibaca semua.
Jika diperlukan Anda dapat berkonsultasi melalui telepon:021-98791377, 024 -7473096, 08889149388
Bagi yang tergerak untuk mendukung pelayanan ini
Dapat mengirimkannya ke Bank mandiri
a/n Sudaryono AC no. 135 000 3099 890

DOAKAN PELAYANAN CD GRATIS UNTUK MENJANGKAU YANG TIDAK SUKA INTERNET


*) Baverly 65:25
**) Guyton 1994 : 317


SERI 6
lanjutan seri 5

PIKIRAN YANG MENGGANGGU
(LANJUTAN SERI 5)

K
emampuan pikir seseorang tidak hanya masalah IQ yaitu cerdas atau tidak cerdas, pandai atau tidak pandai. Tetapi juga menyangkut punya pandangan luas atau hanya berpandangan sempit, ia mempunyai kelemahan kurang mampu menganalisis sesuatu dari banyak sudut pandang. Juga kurang mampu membuat detail – detail masalah. Logika pikirannya cenderung global dan sempit. Ia melihat segala sesuatu dalam prospektif global (intinya apa) karena tidak mampu melihat secara detail. Orang –orang yang demikian agak sulit diberi penjelasan atau masukan yang bersifat baru dan mendetail. Alasannya ia tak mau bertele – tele, biasanya ia bilang bahwa ia adalah orang yang praktis sehingga maunya yang pragmatis saja katanya; yang sesungguhnya belum tentu demikian.
Jika kelemahan semacam ini tidak diketahui oleh pasangannya (suami atau isterinya) niscaya akan sering terjadi beda pendapat atau membuat kejengkelan – kejengkelan yang akhirnya akan memicu adanya percekcokan, hanya karena percaya bahwa ia orang praktis. Dari hasil pengetesan kami melalui psikotes terhadap ribuan orang, memang ada orang-orang yang kemampuan pikirnya sangat terbatas. Yaitu kurangmampu berfikir secara meyeluruh dan jernih. Dan tak mampu membayangkan segala sesuatu secara jelas dan benar. Nah orang-orang yang demikian dalam pergaulan biasanya berlagak sok ngerti namun sesungguhnya belum mengerti betul, sehingga akhirnya terjadi beda pendapat dan berselisih paham.
Sisi lain, jika ia merasa ketakutan akan suaminya atau isterinya di gaet oleh orang lain maka ia akan cemburu. Ia akan banyak cemburu sebagai akibat dari kurang mampunya mencari tahu sebab–sebab pasangannya (suami atau isteri) melakukan sesuatu. Jadi belum apa-apa telah ketakutan oleh banyangannya sendiri dahulu yang membuatnya ia menjadi cemburu tanpa dasar.
Salah satu contohnya :
Suami isteri yang kedua-duanya bekerja. Suami bekerja sebagai adminitrasi BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang jumlah karyawannya tidak terlalu banyak begitu pula lingkup pekerjaannya tidak terlalu luas. Sedangkan isteri bekerja menjadi PR diperusahaan eksporter yang cukup besar. Tidak sengaja suami melihat dengan mata kepala sendiri bahwa isterinya sedang makan–makan di restoran besar dengan seorang buyer (boss) importer. Sesampainya dirumah langsung terjadi perang mulut dengan latar belakang cemburu. Suami tak mau mengerti itu buyer atau bukan, yang ia pertahankan pokoknya ia berduaan makan–makan di restoran dan kelihatan mesra dan itu bukan atasannya. Ia tidak mau tahu bahwa kala itu ia diminta oleh boss untuk menemani makan buyernya yang dari luar kota. Tetapi suami berpikiran bahwa isteri punya Pria Idaman Lain.
Mengapa hal ini terjadi, sebab suami punya kelemahan tidak mampu melihat sesuatu dari banyak sudut pandang dan kepentingan atau dengan kata lain berpandangan sempit. Sehingga ia cenderung berpikiran sempit. Tidak mengerti jika PR itu ada tugas yang disebut meloby buyer atau relasi. Suami mengertinya bekerja itu seperti yang ia lihat di BPR yang cuma menerima tamu didalam kantor atau mengerjakan administrasi dikantor. Melobynya cukup dengan merayu dengan omongan dan janji – janji, tak perlu traktir makan direstoran segala. Dikarenakan tidak paham, bahwa semacam ini merupakan salah satu tugasnya, maka ia menjadi cemburu. Dikiranya boss itu mentraktir isterinya. Padahal yang benar yang mentraktir makan adalah perusahaan isterinya.
Mengapa cemburu? Selain karena pandangannya yang sempit juga bisa jadi karena cintanya kurang tulus. Akibat dari cinta yang kurang tulus ini membuat motivasi cintanya hanya untuk memiliki (mendapatkan), nah ekses dari ingin memiliki ini jika merasa tidak dapat sepenuhnya menguasahi maka akan menjadi marah, pelampiasan amarahnya ini menjadi cemburu. Jika cintanya itu tulus, niscaya dapat mempersempit keinginannya untuk harus menguasahi, berarti tidak menjadi pencemburu dan pemarah, jadi sebuah cinta suami-isteri itu memerlukan ketulusan hati. Cintanya Abraham terhadap Sarai yang tulus menjadikan keberaniannya mengaku sebagai saudaranya dihadapan raja Melkisedik, begitu pula ketulusan cintanya Yusuf terhadap tunangannya Maria yang mengandung dari Roh Kudus, membuahkan Yusuf tidak menceraikannya agar supaya Maria tidak menanggung malu. Ketulusan tidak hanya bisa meredam kemarahan, kecemburuhan dan tindakan negatif lain yang merugikan, tetapi juga menghasilkan berkat dari Allah. Tulusnya kecintaan Abraham terhadap Sarai isterinya dan cintanya Melkisedik juga terhadap Sarai yang juga ketulusannya untuk menolong Abraham, membuahkan turunnya ‘proteksi’ dari Tuhan yang langsung mengingatkan Malkisedik untuk tidak terkana dosa, dan memproteksi Abraham untuk juga tidak terkena dosa, malah mendapat berkat jasmani melalui raja Melkisedik. Jika Abraham cintanya terhadap Sarai tidak tulus, pastilah Abraham akan cemburu terhadap sarai jika mengaku sebagai saudaranya. Begitu pula ketika Melkisedik tidak tulus dalam menolong Abraham, pastilah Abraham tidak dihadiahi sejumlah ternak dan yang lain-lain karena keinginannya (nafsunya) mengawini Sarai tak terpenuhi, bahkan jika Melkisedik marah karena kecewanya bisa jadi Abraham dibunuh, atau minimal tidak diberi sejumlah ternak. Begitu pula Yusuf pasti tidak mau mengawini Maria, sebab selain gengsi juga menuduh Maria berselingkuh. Jika suami-isteri dapat meneladan Yusuf dan Abraham yaitu cintanya tulus, niscaya kedamaian dalam rumah tangganya akan terpelihara dengan baik.
Rohani yang dibutakan berakibat bermacam-macam akibat perilaku yang semuanya akan bermuara atau berbuntut kepada cemburu dan renggangnya hubungan suami isteri, kendati menurutnya maksudnya ia bertindak seperti itu ia sebenarnya tidak mau dipisahkan dengan kekasihnya. Namun karena rohaninya “buta” maka tindakannya tidak terarah dan tidak terstruktur. Persis seperti orang buta yang berjalan membawa tongkat, dimana tongkatnya dipukulkan kekanan dan kekiri. Secara ekstrem orang yang sedang dibutakan rohaninya seperti sedang abnormal, alias kurang bernalar jernih, dan ia tidak mampu melihat posisinya dimana, ada pada posisi yang benar atau ada pada posisi yang salah. Tekanan suami atau isteri yang berpikiran sempit ini juga dapat mendorong isteri untuk benar-benar mempunyai PIL, atau suami mempunyai WIL karena suasana di rumah yang tidak nyaman.


“KERETAKAN” MENDORONG PERSELINGKUHAN
Ketika tulisan ini ditulis, kebetulan sedang musim penghujan. Pada musim penghujan rumah – rumah yang kurang sempurna biasanya terjadi kebocoran yang hanya dapat dilihat jikalau terjadi hujan lebat. Biasanya penanggulangan sementara yang dilakukan adalah dengan menyingkirkan barang – barang berharga di sekitar kebocoran supaya tidak terkena air hujan. Atau kemudian mencarikan tempat (bisa ember, bisa panci dan apa saja) untuk menampung kucuran kebocoran tersebut supaya airnya tak kemana-mana. Biasanya begitu hujan itu reda, apalagi dalam waktu lama tak terjadi hujan, maka terjadilah “lupa” memperbaiki sumber kebocoran tersebut. Apabila pemilik rumah tidak ahli tentang pertukangan apa yang akan terjadi ? Sekian tahun kemudian, tahu – tahu rumah tersebut harus direvisi berat karena kayu konstruksinya rapuh dan membusuk. Sebagai akibat terkena kebocoran yang terlupakan karena tidak nampak, minimal kayu perangkai plafonnya (plafon hanger) yang busuk. Dalam rumah tangga juga terjadi hal yang serupa. Bedanya bukan bentuk kebocoran akibat hujan, melainkan kebocoran iblis masuk dengan licik dan halus ! Sehingga tidak terlihat bahwa itu iblis. Itu hanya slip in tongue. Padahal itu iblis yang menyusup. Iblis mengacau kita dengan berbagai cara, bahkan bisa menyamar sebagai malaikat terang. Ibarat jambu yang didalamnya ada bibit ulatnya.

Hal itu tidak uasah mengherankan, sebab iblispun menyamar sebagai malaikat terang
(II Kor 11:14).
Biasanya kebocoran itu terjadi melalui dari sekedar tidak ‘mau mengalah dalam bicara’. Sering terjadi perbedaan pendapat antara suami dan isteri. Suami lebih mengalah dan lantaran kebetulan suami lebih dewasa dan lebih rohani. Dengan alasan malu terhadap anak – anak apalagi di dengar tetangga, “masalah sepele saja kok dipanjang - panjang” , sudahlah tak perlu diperpanjang lagi, batinnya sehingga ia banyak mengalah. Dan nyatanya juga reda, saat itu berhentilah pertikaian itu. Beberapa bulan lagi terjadi lagi pertikaian mulut kecil-kecilan lagi. Penyelesaiannya sama lagi yaitu suaminya mengalah lagi sebab malu didengar tetangga jika ribut. Beberapa bulan lagi terulang lagi dan terulang lagi dan lama – lama semakin seru. Mengapa semakin seru ? banyak hal penyebabnya.
Pertama :
Isteri merasa bangga, suaminya kalah bertengkar. Ia menganggapnya isterilah yang benar, buktinya suami tak bisa jawab dan tak bisa menang. (Padahal maksud suami tak memperpanjang pertengkaran karena mengalah dan malu dan demi menjaga kedamaian). Akibat hal ini, isteri menjadi menganggap ringan dan menganggap remeh dan kemudian semakin ada keberanian terhadap suami. Apalagi rasa hatinya menjadi plong atau lega jika berhasil bisa menundukkan suami dalam bertengkar, isteri lupa bahwa plong itu berarti ada lobang, ada rongga sebagai tempat tinggal iblis bercokol dibalik semua kejadian !.
Kedua :
Salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak teliti, bahwa akibat yang kecil itu adalah embrio atau bibit sesuatu yang akan menjadi besar. Dan masih di tambah tidak memikirkan akibat jangka panjangnya. Artinya, sama sekali tidak memikirkan akibat negatif dari kata – katanya yang dapat membuat menyakitkan hati sehingga memancing pembalasan pada kesempatan yang akan datang. Berarti sama saja menabur unak dan duri di tanah ladang keluarga miliknya (Ibrani 6:8). Tumbuhnya juga duri dan unak.
Karena yang merasa kalah akan menjadi sakit hatinya, dan kedua – duanya bisa sama – sama sakit hati, sehingga tanpa sadar sudah menyimpan iblis, yaitu dimana (telah tertulis) cita-cita iblis suatu ketika nanti akan balas dendam ! karena sakit hati.
Hati – hatilah terhadap tutur kata karena bisa membuat sakit hati dan dendam dan ini bisa membuat malapetaka yang besar (Maz 52:4 ; Yak 3:4, 5, 6 ).

Engkau merancangkan penghancuran, lidahmu seperti piasau cukur
Yang diasah, hai engkau penipu !
Mazmur 52:4
Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan 0leh kemudi yang amat kecil menurt kehendak juru mudi. 5 Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. 6 Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat diantara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.
Yak 3:4,5,6
Ketiga :
Merasa super, merasa paling punya hak dan akibatnya selalu membenarkan dirinya sendiri. Hal ini sebagai akibat tidak adanya rendah hati. Karena tidak mau direndahkan sehingga jika dalam percaturan ia merasa diremehkan, maka ia akan tersinggung. Karena mudah tersinggung inilah mendorong untuk suka membantah. Karena merasa diremehkan. Orang yang suka demikian biasanya adalah orang yang kurang mau tau diri dan biasanya berpikiran sempit, tidak mau mengakui kekurangannya sehingga merasa dirinya adalah orang yang paling benar, tetapi mengapa ia selalu diremehkan ? Demikian perasaan dalam hatinya. Karena merasa hebat, namun merasa tidak diperhatikan, merasa tidak didengarkan suaranya, merasa tidak dianggap. Kemudian ia over kompensasi ingin dihargai dan ingin “kelihatan” atau ingin diperhitungkan keberadaannya. Bisa jadi perasaan ini timbul karena ia bodoh dan bisa jadi karena kerohaniannya belum mendalam sehingga perlu ditanamkan pengetahuan rendah hati, rendah hati berarti lebih mendahulukan orang lain dan mengakui kekurangan dirinya sendiri dan kelebihan orang lain (Filp 2 :3) .

Struktur Organisasi
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolese menegaskan pentingnya struktur organisasi kekeluargaan

Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya didalam Tuhan. 19 Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan jangan berlaku kasar terhadap dia.
Kolose 3:18,19
Dalam Kol 3:18 – 4 : 6. dapat dibaca dengan lengkap apa yang dimaksud dengan struktur organesasi keluarga yang harus dipatuhi. Karena struktur organisasi suami – isteri dan anak ini sebenarnya merupakan regulator dan katalisator atau pengendali berbagai intrik – intrik rumah tangga.
Jika suatu saat, suami benar – benar melakukan suatu kesalahan, namun isteri sadar aka kedudukannya sebagai isteri yang harus tunduk kepada suami (Kol 3:18). Tentu isteri tidak akan semena – mena membantah suami, kendati suaminya nyata- nyata bersalah. Begitu pula jika isterinya kedapatan bersalah, namun jika suami mengasihi isteri (Ayat 19) tentu suami akan hati – hati. Anak – anak yang meskipun tidak melihat perilaku orang tuanya yang tidak seperti yang diajarkan oleh Alkitab atau Pendeta, namun jika si anak menyadari kedudukannya sebagai anak yang harus taat pada orang tuanya tentulah anak tidak berani secara terbuka maupun tertutup untuk menentang dan melawan orang tuanya melalui bantahan-bantahan dan membangkang terhadap advis orang tua. Anak wajib menghormati meskipun (ekstremnya) ayahnya masuk penjara karena mencuri atau karena kesalahan lain ( Efs 6:2 ).

Cara Untuk Mentaati Struktur Organisasi
Struktur organisasi kekeluargaan ini tidak akan mudah diterima oleh isteri dan anak-anak karena menganggap struktur ini berat sebelah, anggapnya menjadikan ayah menjadi egois dan menang – menangan. Kecuali jika isteri dan anak kerohaniannya telah mendalam. Dalam arti mengerti bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa menjadi ideal sesuai dengan aturan Alkitab atau sempurna. Kesadaran akan hal ini hanya terdapat pada orang – orang yang mau dengan peka instropeksi diri, berkaca cermin pada firman Allah dan mau rendah hati. Terutama bagi orang – orang muda yang belum terkena “dosa” yang merupakan bukti bahwa ternyata tidak semudah itu taat (menjadi ideal) terhadap aturan – aturan Alkitab. Anak – anak ini akan cenderung tinggi hati (ketus), karena perkiraannya mengikuti aturan-aturan Alkitab adalah sesuatu yang mudah. Bisa jadi dalam pikirannya ia berpendapat bisa memerintah (berujar) tetapi tidak bisa melakukan sendiri (Jar-koni). Sehingga ia berpendapat : “Sempurnakanlah dulu dirimu hai ayah” atau suami baru aku akan taat kepadamu. Apabila hal ini yang terjadi, maka ia akan mudah terpancing menjadi “hakim” dan kemudian menghakimi ayahnya, menghakimi suaminya atau menghakimi istrinya. Pada posisi seperti ini sulit rasanya untuk menerima dan menjalankan sruktur organisasi keluarga yang digariskan oleh Paulus dalam Kol 3:18-4 :6. Karena dalam pikirannya, masih ada keinginan :“masing – masing ikut dahululah garis – garis Alkitab baru kemudian sama - sama mengikuti struktur organisasi keluarga tersebut”. Hal ini tak akan mungkin dapat dilaksanakan.

Kepala / pemimpin

AYAH

ISTERI

ANAK
Padahal Rasul Paulus membuat struktur yang demikian karena kesadarannya bahwa setiap orang ‘pasti’ (suami – isteri dan anak) mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan – keterbatasan. Sehingga sulit untuk mematuhi hukum Taurat, bahkan tak mungkin dapat melakukan 100% hukum Taurat. Jika masing – masing komponen keluarga mau menyadari bahwa dirinya dan diri orang lain (ayahnya atau ibunya) itu penuh dengan kekurangan, dan kemudian mau rendah hati maka barulah struktur tersebut dapat ditaati. Struktur ini dibuat adalah untuk mengerem dan mengatasi keinginan keinginan daging (emosi), sebagai pijakan atau kamarnya masing-masing demi menghindari distorsi (kebocoran rumah / pertengakaran). Bukankah Mazmur 37:11 mengatakan, orang –orang rendah hati dikasihi Tuhan dan menerima pujian. Karena orang yang berjiwa rendah hati yang mau menempati “kamarnya” masing – masing sesuai Kol 3:18 – 4:6. Melalui menempatkan diri ini kedamaian dan “negeri” akan diwarisi. Ibarat iring-iringan mobil yang padat pada jalan tikungan, jika masing-masing mau berada pada jalurnya sendiri dan tidak nyodok kejalur nya orang lain pasti lebih aman. Marilah kita minta sih rahmat Tuhan untuk memiliki rendah hati, untuk mau berada pada jalurnya sendiri demi “kebocoran – kebocoran” atau perselisihan tersebut tidak terjadi dalam rumah tangga kita. Kesimpulannya jika suatu keluarga mendambakan suatu kedamaian keluarga caranya adalah :
a. Sadarilah bahwa siapa saja, apakah ayah, ibu, atau anak, semuanya dibawah hukum dan setiap pribadi punya banyak kelemahan dan kekurangan.
b. Iblis senantiasa mengintai kita, masuk “pintu” apa saja, bisa lewat “pintu kelemahan” atau bisa lewat emosi kita, yaitu gengsi atau “rasanya tidak plong atau tidak lega” jika tidak melakukan ………. (misalnya membantah ). Melalui hal – hal ini iblis mengadu domba kita, bahkan sering iblis justru yang membuat skenarionya agar terjadi situasi yang mendukung adanya perselisihan. Setidak – tidaknya menjadi tukang kipas atau “ngompori” dalam angan-angan dan emosi.
c. Berupaya untuk senantiasa sadar akan hal – hal tersebut. Agar bisa menerima kekurangan orang lain, bukannya menuntut agar orang lain menjadi sempurna (karena itu tak akan mungkin).
d. Berupayalah untuk senantiasa menempatkan diri pada struktur yang sudah digariskan. Seperti penggarisan Paulus yang tercantum dalam Kol 3:18 – 4:6.
e. Mintalah pertolongan dan tuntunan Tuhan Allah kita senantiasa, untuk dilindungi dari kipasan – kipasan iblis.
f. Dapat dibantu dengan pemahaman secara nalar, jika kita melakukan sesuatu pada orang lain, bagaimana seandainya
orang lain tersebut adalah saya sendiri yang melakukan. Maukah kita diperlakukan hal yang sama seperti perlakuan kita terhadaporang lain? Setelah mentaati beberapa tahap tertulis diatas, kemudian setiap pribadi wajib menyadari bahwa jika dalam satu tim (misalnya tim sepak bola atau voley) setiap anggota keinginannya menempati kedudukan yang sama, misalnya semua ingin menjadi “kapten”, atau semua ingin menjadi penyerang maka tim tersebut pasti akan kalah bermain. Sebab dengan demikian tidak akan terjadi kekompakan, karena yang bukan kapten tidak mau menuruti komando kaptennya sebab merasa setara dengan kaptennya. Sehingga tempat bersiapnya juga akan menggerombol disatu tempat karena rebutan tempat yang dianggapnya bergengsi.
Mengapa demikian? Orang ini ketika masih kecil tidak ditanamkan kepatuhan terhadap yang lebih tua, sehingga tidak terbiasa menghargai orang yang lebih tua. Cara berfikirnya terfokus pada masalah gengsi, merasa tidak bangga jika tidak dapat menjadi pelaku yang tidak bergengsi. bukannya berfikir bagaimana supaya dapat menjadi pelaksana / pelaku yang baik apapun posisinya. Sisi yang lain, ia terlalu terbiasa hidup berkecukupan sehingga kurang sering merasakan merengek-rengek minta tolong kepada orang lain agar sesuatu kebutuhannya terpenuhi. Ketika masih kecil sampai dewasa jarang mendapatkan kesulitan memerintah orang lain, dan terkena “boikot” (biasanya anak tunggal atau anak yang dimanja oleh orang tua dan saudara-saudaranya), sehingga didalam hatinya tidak tertanam rasa gotong royong dan kebersamaan, kebalikannya yang tertanam dalam hatinya adalah individualisme yang tinggi. Oleh sebab itu kemudian menjadi kurang menghargai hak orang lain terutama suaminya dan malah justru cenderung untuk memerintah suami. Jadi fokus kesulitannya untuk dapat mentaati pada struktur organesasi keluarga ada pada kerelaannya menempati tempat yang tidak harus sebagai orang nomor satu dan mau diperintah dan direndahkan. Jika tidak terjadi demikian suasana rumah tangga akan banyak panasnya, suasana yang tak nyaman juga merupakan pendorong terjadinya perselingkuhan.


PENGETAHUAN IMAN
YANG PERLU DIBENAHI
Banyak orang yang salah penggunaan terhadap arti kata ‘Tuhan berkuasa melindungi’ dari hal iman, meskipun dalam hal ini tidak dapat dikatakan secara mutlak bahwa itu ‘salah’ seperti menyalahkan bahwa 5 x 5 = 21 adalah salah karena yang benar jelas harus 25, tetapi berhubung tiada kalimat yang lebih tepat yang dapat dipakai dalam hal ini maka terpaksa menggunakan kalimat ‘salah’. Salah satu contoh dari kasus ini diantaranya mereka yang menganggap jika seseorang yang saleh dan rajin ke gereja pasti tidak akan terkena dosa perzinahan, keyakinan seperti ini timbul adalah sebagai buah dari adanya iman (kepercayaan) dari keyakinannya terhadap bayangan yang akan didapatkan bahwa dari rajinnya ke gereja ini akan memproteksi terhadap godaan. Dalam tulisan bagian depan sebelum judul ini telah memberi pengertian bahwa (baru dari secara jasmani / biologi) dorongan seseorang untuk menyeleweng sudah cukup kuat. Padahal dorongan untuk terjadinya perzinahan tidak hanya dari dorongan-dorongan dari sudut biologi saja (Yehuda dan Tamar Kej 38 : 1-30 ; Amnon dan Tamar II Sam 13 : 14), masih ada dorongan-dorongan yang lain yang sangat kuat lainnya yang telah kami uraikan di atas.

KESIMPULAN
Perselingkuhan tidak berdiri sendiri, artinya ujug-ujug selingkuh seperti orang tergiur beli baju, tidak ! tidak demikian. Pasti ada penyebabnya. Penyebab yang lumrah dan pasti, adalah pertumbuhan hormon seks yang lazim disebut birahi yang tak tersalurkan dengan baik, yang kemudian mempengaruhi otak untuk berfikiran dan berkeinginan porno (cabul). Penyebab berikutnya oleh sebab pengetahuan rohani yang dangkal yang menyebabkan dangkalnya dan rapuhnya langkah iman, yang secara umum disebut imannya kurang kuat, sehingga rem moralnya kurang kuat (I Kor 5:9,10). Menjadikan mudah dikalahkan oleh keinginan cabul dan yang irasional. Berikutnya disebabkan oleh situasi. Pada penyebab situasi ini belum tentu si pelaku selingkuh yang salah mutlak. Yang salah adalah mengapa membiarkan situasi menjadi “lorong mulus” bagi terjadinya perselingkuhan. Bisa jadi suami berselingkuh karena situasi yang membosankan, atau penampilan isteri yang kurang merangsang birahi suami. Atau situasi keluarga yang tidak harmonis sehingga sebenarnya justru kondisi dan situasi keluargalah yang menciptakan situasi untuk pasangan anda terdorong berselingkuh. Bisa jadi seperti yang dialami oleh seorang ibu di Jl.dr.Wahidin Semarang yang berselingkuh dengan pak Pendetanya. Oleh karena itu anda selaku kekasihnya yang ditinggal selingkuh sangat perlu introspeksi diri. Meski secara fakta kekasih anda yang berselingkuh dan itu jelas-jelas salah dan berdosa. Faktor lain dari luar adalah situasi yang berbentuk godaan dari lawan selingkuh. Karena kekasih anda kurang kuat imannya maka ketika di godain oleh orang yang ingin berselingkuh dengan kekasih anda, ia menjadi tergoda dan kena. Karena kurang kuatnya proteksi (bisa karena kurang pengetahuan, bisa karena kurang pengalaman, bisa karena imannya dangkal dan rapuh, bisa karena kekasihnya kurang memproteksi secara metaphisik (berdoa) maupun phisik (pengawasan) Sehingga mudah diguna-guna dengan kuasa gelap, atau tanpa guna-guna pun telah terkena yaitu cukup dengan godaan yang wajar-wajar saja (situasional) jika imannya dan pengetahuannya dangkal. Penyebab berikutnya adalah karena “kurang jatah” dan kurang variatif. Penyebab yang lain (populasinya sedikit) adalah karena faktor keturunan, ada orang yang menyebut terkena kutukan orang tua. Faktor kutukan orang tua atau keturunan ini berawal dari pengetahuannya yang didapat dari pengalaman orang tuanya yang kebetulan tidak menimbulkan kontra pendapat (sehingga dapat menyetujui / menerima terhadap apa yang dilakukan oleh orang tuanya) sehingga tidak berupaya untuk menghindar, tetapi justru mengikuti. Contoh dari masalah lain, orang tua yang perokok, anaknya tidak kontra tetapi justru ikut-ikut menjadi perokok. Pematahan ‘kutuk’ semacam ini adalah dengan menanamkan pengertian bahwa hal tersebut merupakan kekejian bagi Tuhan, tidak cukup dengan berdoa mohon kekuatan Tuhan saja. Atau tidak cukup didoakan oleh orang lain (pendeta) saja, karena harus dengan tindakan nyata yang dilakukan oleh yang bersangkutan sendiri juga.
Perselingkuhan kurang pas jika dihadapi dengan panas hati dan emosi, melainkan harus dengan penuh kasih dan rendah hati. Sadarilah bahwa pasangan anda yang sedang berselingkuh sedang dibelenggu iblis, nalarnya yang normal sedang dibutakan. Jadi sebenarnya “sedang abnormal”. Bantulah dengan doa supaya kuasa Tuhan ikut campur tangan melepaskan belenggu iblis itu. Bisa jadi sebenarnya ia sudah sadar dan ingin terlepas, tetapi kekuatan untuk melepaskan dirinya dari belenggu belum mampu, karena ikatan iblis begitu kuat dan ini perlu dibantu dengan kuasa Tuhan. Contohnya baru suka bangun siang dan tidak disiplin saja sudah sangat sulit untuk melepaskannya, apalagi berselingkuh dengan imbalan kenikmatan seks yang sangat luar biasa nikmatnya, tentu lebih sulit dari sekedar bangun siang, apalagi pasangan berselingkuhnya pasti tak mau kehilangan. Bagi orang beriman cara yang baik adalah minta ampun kepada Tuhan untuk dirinya sendiri karena meskipun sedikit pasti ikut andil kesalahan terhadap kekasihnya yang berselingkuh, kemudian mau mengampuni kesalahan kekasihnya dan mau menerima dengan apa adanya meskipun “pernah mengkhianati”, mintalah petunjuk Tuhan kesalahan diri anda sendiri itu apa dan anda sendiri harus mau memperbaikinya, tidak hanya menyalahkan yang berselingkuh saja. Mintalah campur tangan Tuhan supaya kuasa Tuhan dinyatakan. Janganlah emosional, karena belum tentu kesalahan mutlak pada kekasih anda. Berfikirlah untuk masa depan yang lebih jauh seperti khayalan anda ketika sedang pacaran dan mau menikah dahulu. Tercapainya tujuan utama pernikahan adalah lebih penting .


PENYEBAB PERTENGKARAN
ANTARA SUAMI DENGAN ISTERI
Mengapa antara suami - isteri terjadi pertengkaran ? Jawaban dari pertanyaan ini bukan sesuatu yang sederhana, meskipun pertanyaannya cukup sederhana. Ada banyak jawaban dari pertanyaan ini. Pertama jawaban dari dimensi pengetahuan khususnya psikologi dan yang kedua dari dimensi Iman. Jawaban dari dimensi psikologi, secara umum adalah merupakan sebagai akibat bahwa:
Manusia Itu Rumit

Salah satu akibat dari rumitnya manusia, adalah sulitnya memahami manusia. Contoh konkrit dari sulitnya memahami manusia ini, dimulai dengan sering adanya beda pendapat atau pertengkaran antara kakak dan adik sekandung atau, apalagi antara suami dengan isteri.
Mengapa manusia itu rumit, disebabkan antara lain :
Manusia mempunyai cacat biologis yaitu bawaan sejak lahir. Dari ilmu genetikal dibuktikan bahwa dalam diri manusia satu dengan yang lain tidak ada yang mempunyai kromosom kembar (sama), kecuali manusia dari hasil klone. Komposisi Gen yang ada pada diri manusia, disebut konstruksi biologis. Konstruksi biologis inilah yang kemudian mewujudkan temperamen / watak / akhlak / karakter seseorang sehingga mengapa antara seorang yang satu berbeda watak dengan seorang yang lain karena susunan kromosom dan kromosomnya sendiri berbeda.
Gen dari hasil keturunan orang tua (bapak dan ibu) menghasilkan adanya cacat biologis, yaitu cacat bawaan sejak lahir yang berasal dari orang tuanya. Perlu pula diketahui bahwa akibat dari keberdosaan manusia sejak Adam dan Hawa (Rom 3:23) maka manusia dijuluki manusia tak sempurna, yaitu banyak kelemahan yang telah dimilikinya secara turun temurun.
Dari kelemahan inilah yang kemudian melahirkan kesulitan-kesulitan dalam hidup kebersamaan (karena manusia serakah, srei, dengki tamak dan lain-lain) atau dengan kata lain tidak mudah mau menjalankan bersaudara dengan yang lain. Contoh nyata adalah antara Kain dan Habel, serta Esau dan Yakub.
Manusia di didik dan di besarkan melalui lingkungan yang kenyataan berbeda situasi, meskipun dalam satu keluarga tetapi situasinya tidak selalu sama. Misalnya situasi ketika ayahnya sedang menghadapi masalah berat akan berbeda ketika tak ada masalah yang berarti, dan masih lagi situasi ini juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Dari hasil didikan ini kemudian melahirkan jati diri yang tidak selalu sama dengan orang lain. Karena model didikannya berbeda model dan situasinya berbeda. Anak yang lahir ketika perang berkecamuk akan berbeda dengan yang dilahirkan ketika negara gemah ripah. Padahal suami pasti didik oleh bukan orang yang mendidik isteri, jadi pastilah kualitas dari hasil pendidikan dari sang suami pasti berbeda dengan sang isteri. Jadi jangan heran jika suami beda dengan isteri didalam cara-cara menanggapi sesuatu.
Manusia memiliki kebutuhan. Kebutuhan pokok berupa menghirup oksigen /udara (bernafas), makan, minum dan lain-lain dan juga kebutuhan biologis, kebutuhan emosi termasuk didalamnya harga diri dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, misalnya : keberhasilan, kecukupan, ketenangan dan lain-lain. Karena memiliki kebutuhan ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku.

Dari banyak hal di atas (masih banyak yang belum dijabarkan) kemudian timbulah agresi dan kecemasan. Dua hal inilah semakin memperumit watak manusia.

CACAT BIOLOGIS
Cacat biologis manusia, bukan berarti cacat seperti yang diasumsikan misalnya cacat mental, atau cacat phisik dan sebagainya. Cacat biologis disini lebih bernuansa kulaitas, memang demikian adanya. Artinya manusia itu tidak sempurna. Lebih bernuansa kodrati. Manusia memang sudah dikodratkan tidak sempurna. Ketidak sempurnaan ini dapat dilihat secara genetikal, atau bisa dilihat secara aktual, namun lebih akan membicarakan secara praktisnya saja, aktualisasinya bagaimana. Konon bagi yang percaya bahwa cacat manusia sebagai akibat kedosaannya secara turun temurun (Rum 3:23). Yang pasti kita rasakan sebagai akibat kecacatannya ini (tidak sempurna) , manusia menjadi serba ‘kurang’. Kurang mengerti terhadap sesuatu yang diterima. Manusia setiap hari menerima udara termasuk oksigen dan sinar matahari termasuk vitamin D, biasanya kurang mengerti secara bulat sebetulnya dua hal tersebut diterima manusia maksudnya untuk apa saja . Mengertinya cuma terbatas. Misalnya biar bisa dipakai untuk bernafas, biar segar, biar badan tak kedinginan, biar ada persenyawaan dalam tubuh atau biar terjadi metabolisme sehingga terbentuk vitamin D, biar saja untuk menjemur pakaian dsb. Artinya sangat terbatas mengertinya.
Dari keterbatasan menerima ini, termasuk juga didalam keterbatasannya mengartikan sinyal-sinyal atau tanda-tanda yang disampaikan oleh orang lain yang diberikan kepada kita dalam rangka persahabatan. Ketika orang berkenalan pertama kali dengan orang lain, timbulah kesan, dan dari kesan ini timbulah konsep bahwa kenalan barunya ini adalah…...(tergatung dari penerimaan yang menerima kesan, misalnya sombong atau ramah). Kemudian dari konsep, lahirlah respon dari diri kita menyikapi kenalan baru tersebut. Misalnya ketika kita kenalan dengan orang baru, kesan yang kita terima orang ini galak, maka kemudian kita mempunyai konsep bahwa orang ini galak, oleh karenanya sikap kita terhadap orang ini menyesuaikan dengan konsep kita bahwa dia galak. Kebalikannya, respon dari kita diterima mereka sebagai sinyal yang kemudian sama-sama seperti diri kita yaitu melahirkan konsep dan respon juga . Jika manusia itu sempurna, niscaya respon yang kita berikan sama persis dengan maksud dan tujuan mereka berkenalan dengan kita dan sama pula dengan respon mereka terhadap kita. Nyatanya bagaimana? Apakah mesti selalu sama ? bisa saja maksudnya memberi sinyal dengan tujuan baik, namun diterima dengan maksud lain misalnya sinyal yang diberikan adalah ramah, tetapi sinyal ramah yang dipancarkan tersebut diterima sebagai orang yang murahan. Akhirnya akibat semacam ini disebutlah bahwa manusia itu sulit atau rumit. Ini terjadi karena manusia mempunyai cacat biologis yang berakibat menjadi tidak sempurna. Jika hal ini tidak diketahui, akan bisa menjurus menyalahkan orang lain atau mendakwa negatif orang lain. Padahal sesungguhnya yang terjadi belum tentu demikian dan bisa saja berkebalikan dengan dugaan kita, karena kita egois dan serakah atau merasa paling benar, serta tak punya kasih yang bermuara tak mau menghargai orang lain seperti harapan kita terhadap orang lain dalam menghargai kita (ingin mendapat penghargaan tetapi tak mau menghargai). Pernah terjadi penulis berselisih paham dengan seorang pejabat gereja, dalam berselisih paham ini ia mengatakan kepada penulis…..”maaf pak, jujur saja karena menurut informasi sejarah hidup bapak ini kurang baik, maka mohon maaf saya tak bisa mempromosikan buku bapak” Padahal yang benar, setiap orang itu pasti punya sejarah yang tidak baik cuma disadari atau tidak, ketahuan orang lain atau tidak sebab semua orang adalah keturunannya orang berdosa. Jadi termasuk anggota gereja yang berdasi ini juga pasti punya kejelekan, cuma ia sendiri tidak menyadari kejelekan masa lalunya sendiri. Waktu itu penulis hanya menjawab, maaf pak; bapak boleh menghakimi atau menilai saya apa saja, tetapi orang lain termasuk saya juga berhak menilai bapak. Pembaca yang terkasih; harus selalu di ingat bahwa siapa saja mempunyai hak dan mampu menilai orang namun tak perlu diutarakan dan dimasukkan ke hati, karena diri kita sendiri sama saja juga berhak di nilai oleh orang lain dan diri kita pasti punya kekurangan. Tidak berarti jika sedang menjabat suatu jabatan di gereja menjadi orang berdasi pasti 100 % benar. Apa lagi khusus buat penulis; seandainya dahulu penulis tak menyadari bahwa mempunyai kekurangan atau kejelekan, setelah Tuhan membukakan selubung yang menutupi mata rohani penulis, maka tak akan terjadi menulis buku ini. Buku ini ditulis adalah untuk men - sharingkan pengalaman penulis ketika di jamah Tuhan disadarkan dari perbuatannya sebagai orang berdosa melalui diperbaharui oleh Roh Kudus. Supaya melalui sharing tulisan ini banyak orang akan menjadi menyadari kesalahannya dan kemudian diperbaharui oleh Roh Kudus yang mengajar dan menerangi. Mata rohaninya menjadi mengerti. Barang kali pak pejabat gereja yang berdasi tersebut lupa kepada sejarah perempuan Samaria (WTS) yang dipakai Yesus menjadi penginjil, lupa kepada sejarah Zakius si pemungut cukai (pemeras), lupa kepada sejarah Paulus yang dahulunya pembunuh orang Kristen, namun sekarang tulisannya dipakai acuan oleh orang Kristen seluruh dunia termasuk pak pejabat gereja yang berdasi ini. Inilah bukti bahwa manusia itu rumit.

Didikan yang Berbeda
Diri kita dengan orang lain (isteri atau suami) dahulunya pasti mempunyai latar belakang didikan yang berbeda. Mempunyai lingkungan yang berbeda, mempunyai pengalaman yang berbeda . Padahal watak terbentuk dari jati diri yang dimodifikasi dengan emosi + akal budi + keputusan dari hasil pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan. Sehingga jangan heran jika watak seseorang dengan watak orang yang lain (suami dengan isteri) tak sama dan pasti berbeda. Jika mengerti demikian, mengapa yang sering terjadi suami menghendaki orang lain (isteri) harus mengerti suami. Atau kita mengharap orang lain mengerti kita ? Menuruti kehendak kita ? Bisa saja orang lain mengerti dan menuruti kita, tetapi harus melewati suatu proses tidak harus langsung serta merta atau ujug-ujug.
Manusia Mempunyai Kebutuhan
Kebutuhan manusia pada umumnya dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama disebut kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan untuk hidup. Diantaranya bernafas, makan dan minum. Dan yang kedua disebut kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan biologis dan emosi. Dua hal itu sering berganti posisi mengikuti situasi dan kondisi serta pengetahuan rohani. Artinya tidak selalu kebutuhan emosi lebih utama dibandingkan kebutuhan biologi. Dari kebutuhan inilah kemudian manusia berbuat sesuatu (bekerja mau menjadi buruh, menjadi relawan sosial, menjadi penjaja seks, mau menjadi pengemis dll.) adalah dalam rangka agar keinginannnya terpenuhi. Bagaimana jika isteri anda adalah orang kaya, dalam arti kebutuhan pokoknya terjamin terpenuhi semua ? Pasti didalam ia menjadi isteri anda adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan emosi, yakni aktualisasi diri dan harga diri. Bagaimana jika isteri anda juga telah mampu beraktualisasi diri (telah punya nama dan reputasi) yang baik, misalnya selebrity dan ia masih mau menjadi isteri untuk anda ?


HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI

Memimpin (menjalin kerja sama selaku Kapten kapal dengan nakoda) dengan orang berbeda dengan memimpin makhluk lain yang bukan orang, misalnya binatang Apalagi kepemimpinan pada zaman yang dikenal dengan orde reformasi. Hubungan antara suami dengan isteri selain berisikan unsur cinta, juga berisikan unsur kerja sama. Yaitu bekerja sama untuk menggapai cita-citanya bersama.
Untuk mengisi hal ini kita harus tanggap, dan harus lebih hati-hati, sebab jika salah bertindak akan fatal akibatnya minimum menjadi kurang sinkrun. Untuk menghindari berbagai akses negatif atau setidak-tidaknya meminimalisir akibat negatif ketidaksinkrunan ini adalah jika kita mampu membaca hati (dibalik apa yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang lain). Atau dengan kata lain melalui pendekatan psikologi. Raja Salomo ketika menghadapi dua wanita yang rebutan anak adalah menggunakan ilmu psikologi. Dalam banyak perintah (mengajukan permintaan) tidak lagi melalui keharusan atau intimidasi atau menakut-nakuti dengan “….kan itu kuwajiban kamu…….” dan lain-lain, tetapi melalui memberi kesempatan yang bersangkutan bisa menerima secara nalar sehat mereka bahwa sebenarnya apa yang diharapkan kekasihnya tersebut adalah kuwajibannya. Untuk bisa menjadi demikian, maka diperlukan pengetahuan sesungguhnya manusia itu siapa, kebutuhannya apa, keinginannya apa dan pantangannya apa serta apa saja yang membuat seseorang melakukan suatu perbuatan.

Pertama-tama perlu diketahui bahwa kemampuan berfikir seseorang itu dipengaruhi oleh beberapa hal. Tidak hanya dengan sekolahnya tinggi atau tidak tinggi. Disini sering orang menjadi terjebak dengan asumsi bahwa jika orang yang sekolahnya tinggi diasumsikan ia mesti pandai, padahal belum tentu. Sekolah tinggi adalah mencerminkan luas dan banyaknya ilmu yang telah dipelajari. Begitu pula jika orang sukses ekonomi (kaya) pasti pandai. Tetapi sejauh mana orang mampu menyerap ilmu yang telah dipelajarinya, sejauh mana pulalah orang mampu menerapkan ilmu pengetahuannya dalam pekerjaan dan hidup sehari-hari tidak tergantung dari sekolahnya. Jadi tidak tergantung dari sekolah tinggi atau tidak tinggi. tetapi terpengaruh oleh bagaimana kecerdasan otaknya atau yang kemudian disebut dengan IQ. Inipun hanya berpengaruh sekitar 15 % saja. Sistim berfikir yang mempengaruhi system kerjanya bagaimana, apakah condong ke otak kiri atau condong ke otak kanan atau mampu memberdayakan semuanya. Kemudian tipologi orang tersebut apa, sebab menyangkut kebiasaan-kebiasaan berperilaku. Sebagai contoh orang yang telah terbiasa meremehkan orang lain; Orang lain ini sebenarnya memiliki masukan yang sangat mahal baginya, namun sebagai akibat dari kebiasaannya yang suka meremehkan orang lain, menjadikan ketika sebenarnya ada masukan yang sebenarnya tinggi nilainya, justru tidak di respon . Kebetulan penulis pernah bertindak sebagai sales promotion, pernah menawarkan tester gratis kepada seseorang yang sebenarnya orang tersebut sangat membutuhkan barang yang testernya kami tawarkan tersebut. Tetapi orang tersebut menolaknya, mengapa ? karena dalam hatinya meremehkan penulis bahwa penulis bukan dokter yang terkenal, hanya karena konsep pikirannya bahwa orang yang menawarkan barang tersebut bukan orang terkenal apalagi diberikan gratis maka ia menolaknya. Padahal barang tersebut sangat dicari orang karena telah teruji kehebatannya, cuma belum banyak yang mengerti. Inilah contoh orang yang suka meremehkan orang yang akibatnya merugikan dirinya sendiri. Kemampuan feeling dan perasaannya bagaimana. Sebab tidak semua orang mempunyai feeling dan ketajaman perasaan yang sama. Feeling dan ketajaman perasaan akan berpengaruh kepada bagaimana ia mampu menangkap sesuatu masukan. Kemampuan menangkap sesuatu masukan ini berhubungan dengan bagaimana memberi respon terhadap masukan. Hasil kerja atau kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah adalah terpengaruh bagaimana orang memberi respon terhadap sinyal yang ia terima.
Kedua bagaimana kemampuan merespon adalah terpengaruh bagaimana orang menangkap sinyal-sinyal. Orang yang kurang mampu menangkap sinyal, atau menangkapnya sinyal baru akan bisa jika setelah menjadi kenyataan yang nyata, maka akan lebih terlambat responnya jika dibandingkan dengan orang yang telah mampu menyimpulkan sinyal menjadi kesimpulan sebelum kenyataan tersebut terjadi. Sebab sinyal lebih dahulu dari kejadian yang terjadi. Lihatlah sejarah Raja Daud ketika menerima berita bahwa anaknya Absalom mati dan dibunuh (Yoab, II Sam 18:12,13,14), orang yang membunuh Absalom tidak mengerti betul apa yang dimaksutkan Daud yang sebenarnya tidak menginginkan kematiannya Absalom (II Sam 18:5), begitu pula orang Etiopia dan Ahimas yang lari memberi tahu Daud tentang kematian Absalom (II Sam 18:21-23). Contoh lain dari hal ini adalah akan terjadinya hujan, atau bencana alam misalnya gelombang Tsunami, binatang lebih peka dibanding manusia. Bagi orang yang tak mampu menangkap sinyal, ia akan menyimpulkan bahwa akan terjadi hujan jika hanya kalau ia telah melihat adanya mendung. Berbeda dengan orang yang yang mampu menangkap sinyal, ketika mendung tersebut belum datang, tetapi telah merasakan bahwa udara lebih panas dari biasanya, maka ia telah mampu menangkap sinyal dan mengerti bahwa akan terjadi hujan meskipun mendungnya belum kelihatan ada.
Disamping kemampuan untuk menangkap sesuatu perlu diketahui pula bahwa demi keselamatan diri setiap orang tidak selalu lugu (jujur apa adanya). Yaitu selalu ada upaya untuk mempertahankan diri dari ancaman yang ia perkirakan dengan bertopeng, seperti berbohong tetapi tidak bohong karena berupa perbuatan atau tingkah. Ancaman itu tidak berupa mau dibunuh atau mau di culik, tetapi ancaman mendapat penilaian jelek atau kurang. Misalnya orang takut dikatakan (diancam) bodoh, akhirnya orang ini untuk menutupi kebodohannya menjadi sok tahu atau ngeyel tidak mudah menerima kritikan orang lain. Dari hal kekhawatirannya terhadap hal ini ia akan melakukan yang disebut pertahanan diri atau atau bahasa asingnya disebut defense mechanisms. Contoh lain pertahanan diri: orang yang ditawari makan dan tanduk (tambah), sebenarnya orang ini memang masih lapar tetapi takut di cap sebagai orang rakus maka ia tidak mau tambah / tanduk dengan mengatakan bahwa ia sudah kenyang, yang sebenarnya belum kenyang.
Yang penulis sajikan ini baru sebagian saja, belum seluruhnya. Oleh karena itu janganlah heran bahwa pergaulan sosial itu tidak mudah, yang sudah menjadi suami dan isteri pun pergaulannya tidak mudah dan pasti sering bertengkar. Sajian tulisan yang kami sharingkan ini adalah untuk membantu pembaca menjadi lebih mengerti kena apa antara suami dan isteri masih terjadi pertengkaran dan selisih pendapat meskipun telah puluhan tahun hidup bersama.




Buku seri 5,6 & 7 merupakan satu kesatuan topik, seyogyanya dibaca semua.
SERI 7
(bagian akhir)
TIDAK DIHARAPKAN
NAMUN PASTI TERJADI

D
dDD
PERSELINGKUHAN
dan
PERSELISIHAN SUAMI -- ISTERI

P
enulis pernah ngobrol santai dengan seorang ibu muda. Ibu ini seorang Kristen yang taat. Ia bersuamikan seorang aktivis gereja, yang rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Karena itulah DD
D

alam bab ini kita akan membicarakan bagaimana memahami individu lepas individu . Tujuan dari memahami individu lepas individu adalah untuk membetulkan konsep kita terhadap penilaian individu seseorang yang kita kenal, khususnya suami atau isteri kita. Jika kita belum mengenal unsur-unsur pemahaman individu, maka kita akan mudah terjebak dalam konsep yang salah. Sebagai contoh : Ketika kita belum mengenal tipologi manusia dan kemudian pada waktu itu mendapati orang yang berkripadian Melankolis. Dimana ciri kepribadian Melankolis adalah tenang dan pendiam, orangnya kalem dan sopan. Jika kita percaya dari arti pepatah ‘air beriak tanda tak dalam’ dan ‘padi semakin berisi semakin tunduk’ maka kita bisa terbawa kepada bayangan konsep bahwa orang ini (yang baru kita kenal) adalah orang pandai dan rohani! Kemudian ketika belum mengenal jenis-jenis mekanisme pertahanan diri (topeng kepribadian), akan mudah terjebak kedalam penampilan yang sebenarnya adalah tindakan kamuflase, bukan aseli kepribadiannya. Meskipun ini baru bayangan belum merupakan penilaian final. Namun bayangan yang demikian bisa saja membuat suatu kesalahan berikutnya. Tentu dalam kita bergaul ingin tidak tertipu dari akibat kesalahan penilaian. Sebab untuk membuktikan penilaian kita perlu waktu. Jika pada waktu pembuktian ternyata dugaan awal sudah meleset, maka akan kehilangan energi dan waktu. Akan lebih indah jika kita dapat membaca apa sebenarnya yang ingin disampaikan melalui penampilan dan tindakannya, karena pada umumnya orang tidak selalu apa adanya dalam penampilan maupun dalam menyikapi / merespon terhadap sesuatu yang ia terima dari orang lain. Respon ini akan ditampilkan melalui perubahan raut wajah, perubahan pupil mata , melalui sikap , melalui kata-kata, melalui tindakan . Biasanya bagi yang sudah pandai, ia akan merubah seluruh bentuk yang mereka responkan dengan yang kamuflase agar supaya yang sesungguhnya ada dalam hatinya tidak diketahui orang yang diajak interaksi atau direspon. Untuk itu dalam tulisan berikut ini, khusus membicarakan berbagai unsur apa saja, untuk mengenal individu lepas individu secara detail. Agar nantinya tidak terjebak dalam konsep penilaian yang keliru, yang dapat berakibat salah mengambil keputusan, yang dapat mendorong menjadi berselisih.


EMAMPUAN BERFIKIR
Pada umumnya kebanyakan orang telah mengerti dan menyadari bahwa tidak setiap individu mempunyai kemampuan berpikir yang sama. Artinya ada orang yang cerdas dan ada orang yang kurang cerdas. Tetapi mengerti seseorang itu cerdas atau tidak cerdas masih kurang cukup.
Kemampuan berpikir yang erat hubungannya dengan perbuatan sehari – hari adalah daya tangkap. Seorang bergaul tidak bisa lepas dari kemampuannya untuk menagkap suatu masukan yang kemudian diolah dalam pikirannya, kemampuan untuk mengolah ini kemudian popular dengan subutan kecerdasan atau IQ. Perlu diketahui bahwa setiap orang mrmpunyai IQ atau tingkat kecerdasan yang berbeda. Perbedaan IQ ini berasal dari score yang dapat diukur. Pengukuran IQ berdasarkan usia , artinya score yang didapat dari hasil test dibagi dengan usia kemudian di kalikan dengan angka 100.
ma
X 100 = IQ
ca

ma = Mental Age = jumlah score dari hasil tes.
ca = Calender Age = usia peserta tes saat di tes
Untuk hasil (jumlah score) yang kurang dari 100 disebut kurang cerdas karena parameternya adalah 100. Dan untuk hasil diatas 100 disebut pandai. Urut-urutannya adalah :

Sangat superior = diatas 139
Superior = 120 - 139
Di atas rata-rata = 110 - 119
Rata-rata = 90 - 109
Dibawah rata-rata = 80 - 89
Bordeline = 70 - 79
Ideot = Dibawah 70
Data tersebut diatas dapat membantu kita bahwa setiap orang mempunyai kecerdasan (IQ) yang berbeda-beda. Namun perlu diketahui bahwa IQ hanya berpengaruh kurang lebih 15 % dari keberhasilan seseorang. IQ bukan segala-galanya. Tes pertama kali diperkenalkan di Perancis oleh Alfred Binet (pakar psikologi) tahun 1857 – 1911. Dan kemudian pada tahun 1881 pemerinath Perancis mensahkan undang-undang yang mewajibkan semua untuk sekolah. Binet dalam hal ini punya andil besar sebab harus menyusun test untuk mengukur perbedaan intelektual anak.. Hasil dari test ini (yang direvisi terakhir tahun 1911) adalah membuat kita menjadi mudah menggolongkan anak sesuai dengan jenjang intelektualitasnya, sehingga anak yang IQ-nya dibawah 100 dalam pendidikan tidak dicampur dengan anak yang intelektulitasnya diatas 100. Untuk memudahkan mengajar. Dalam pekerjaan jika unsur IQ ini diikutsertakan dalam kelompok kerja akan sangat membantu.
Ternyata tidak hanya tidak hanya sudut IQ saja yang berbeda. Dari sudut daya tangkap juga berbeda. Kemudian dari sudut pengolah data (otak) juga berbeda. Jadi seseorang menangkap informasi kemudian diolah disimpulkan direkam atau dimasukan ke hati atau dicamkan dikeluarkan lagi sebagai potensi yang kemudian disebut kemampuan.
Menurut penelitian, daya tangkap lewat indera mata merupakan daya tangkap terkuat, disusul kemudian daya tangkap lewat pendengaran. Sayang banyak tempat pendidikan tidak menggunakan media yang bisa ditangkap oleh mata. Hanya gerakan bibir sajalah yang bisa membantu lewat tangkapan mata. Daya tangkap mata ini disebut visual dan daya tangkap pendengaran auditorial dan terakhir daya tangkap melalui gerakan disebut kinestik. Disinilah kegunaan alat yang disebut multi media, merupakan alat untuk memperbesar melalui layar lebar sehingga orang dapat lebih jelas melihat mimik pembicara atau pembaca teks dan skema-skema yang diajarkan, sehingga antara mata dan telinga bekerja bersama saling sama-sama bersinergi untuk mencerna apa yang dikotbahkan.
Dengan cara demikian orang dimungkinkan lebih mudah menangkap daripada hanya mendengar saja. Setelah seseorang menangkap suatu informasi kemudian diolah. Cara-cara mengolah data informasi ini berbeda –beda antara seseorang dengan seseorang lainnya. Perbedaan atau gaya mengolah data oleh para ahli dikelompokkan dalam empat macam gaya. Dalam hubungannya dengan peselisihan antara suami dengan isteri adalah, jika dalam suatu percakapan yang berbicara telah merasa berbicara jelas, namun si pendengar salah menangkap apa yang dimaksudkan pembicara. Sedangkan pembicara belum mengetes salah atau betul penerimaan si lawan bicara namun telah keburu dengan respon yang ternyata tidak sesuai dengan maksud pembicara. Biasanya disinilah awal perselisihan terjadi, jika sipembicara tidak panjang sabar untuk mengulang dengan baik apa yang dimaksudkan dalam pembicaraan. Jadi pengertian tentang kemampuan daya tangkap dan kemampuan penyimpulan terhadap suami atau isteri adalah signifikan.

Masukan yang ditangkap dari luar (yang didengar
atau yang dilihat)
pikiran
manusia
Diolah dalam otak disimpulkan
Direspon dalam bentuk sikap atau jawaban


OTAK KIRI DAN OTAK KANAN
Selain unsur IQ kemudian gaya / model kebiasaan seseorang menanggapi sesuatu, masih ada lagi kemampuan menyimpulkan yang disebabkan oleh kemampuan otak. Yaitu ada orang yang sukanya praktis saja, suka ‘potong kompas’ dengan alasan yang penting tujuannya apa, meskipun belum ada banyak data ia telah berani memberi kesimpulan. Tetapi ada juga orang yang sukanya harus melalui alasan yang kuat untuk mencari penyelesaian masalah. Ia tidak mau buru-buru memberi kesimpulan jika belum didukung fakta-fakta. Ada orang yang mudah percaya terhadap sesuatu yang belum diuji kebenarannya, kebalikannya ada juga orang yang tidak mudah percaya terhadap sesuatu jika menurutnya belum teruji kebenarannya. Mengapa terjadi demikian ?
Bermula dari banyaknya korban perang yang mendapat cedera di otak, maka Inggris pada waktu itu tahun limapuluhan, para dokter melakukan penelitian tentang otak. Dengan tujuan agar dapat memprogram kembali bagian sisa otak yang sehat yang masih didayagunakan. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa ada bagian otak yang disebut otak kiri dan bagian otak yang disebut otak kanan. Otak kanan mempunyai kerja agak berbeda dengan otak kiri. Ternyata ada perbedaan fungsi radikal antara kedua belah otak tersebut.
Belahan kiri memproses bahasa dan matematika . Pemrosesan tersebut berjalan secara sistematis dengan cara kerja yang logis . Cara kerjanya langkah demi langkah secara bertahap berurutan dan memerlukan waktu.
Belahan kanan bersifat visual dan merekam perasaan, bagian grafika dan kinestesis. kreatifitas adalah merupakan kerja otak bagian kanan. Komputer tidak mampu digunakan untuk meniru otak kanan, hanya mampu untuk meniru kinerja otak kiri, sebab komputer bekerja berdasarkan data bukan pengamatan visual yang kinetis. Kerja sama antara otak kiri dan otak kanan secara sinergistis akan menghasilkan orang-orang kreatif. Otak kiri mengambil kesimpulan berdasarkan masukan dari luar, dari orang lain. Otak kanan menerima masukan dari hal yang nyata yang dilihat sendiri. Kecuali sesuatu yang khayal dan mimpi. Oleh karena otak kanan melihat sendiri sesuatu yang nyata (bukan berupa laporan orang lain melalui pendengaran) maka lebih tepatlah kalau kita percaya pada otak kanan yang memberi jawaban yang tepat.
Otak kiri mendengar dan kemudian mempertimbangkan untuk membuat suatu kesimpulan, sedang otak kanan melihat sendiri dan menyimpulkan. Kerjasama antara otak kiri dan otak kanan perlu dilatih untuk mendapatkan hasil yang bagus. Teguran Yesus terhadap para ulama, dengan mengatakan “mereka mempunyai mata tetapi tidak melihat” dan “mereka mempunyai telinga tetapi tidak mendengar” adalah tersirat untuk terjadinya kerjasama antara otak kanan dan otak kiri.
Dalam hal wanita dan pria ada perbedaan intelektual yang mendasar dan kodrati sifatnya berdasarkan kaitan erat dengan otak kiri dan otak kanan. Para wanita lebih cenderung mendominasi otak kiri. Sehingga lebih mudah belajar dalam bahasa (verbal) . Kebalikannya pria akan lebih cepat dan kreatif untuk belajar dengan yang berhubungan dengan gerak dan ruang (kinestis). Oleh karena itu pada umumnya mental wanita tidak sama dengan mental pria. Terutama mental wanita tiga tahun lebih cepat berkembang dibanding pria. Oleh karena itu untuk hafal –menghafal, para wanita akan lebih jago . Sedangkan untuk pengamatan dan keputusan cepat , pria lebih jago dibandingkan wanita. Hal ini sejalan dengan penciptaan Allah, dimana pria diciptakan adalah sebagai pejuang akan lebih cocok jika mempunyai model berpikir cepat dan pemberani (berani menghadapi resiko). Dalam hal ini otak kanan lebih mendominasi. Kebalikannya wanita diciptakan sebagai penolong (pemelihara) dan melayani. Harus banyak kehati-hatian, dan teliti dan sabar, disini otak kiri akan lebih cocok. Itulah sebabnya pada umumnya wanita lebih suka “nguping” atau mendengar cerita dari suami, dan juga lebih senang banyak bicara jika dibanding dengan pria. Begitu pula jika ia belanja, ia lebih hati-hati dibanding pria yang cenderung kurang sabaran. Ia akan rela mengorbankan waktu untuk keliling hanya demi mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya baru disimpulkan dan diputuskan. Hal ini berkaitan erat dari sistim wanita mengambil suatu keputusan yang terpengaruh oleh kinerja otak kiri. Otak kanan akan kurang cocok untuk bekerja sebagai juru masak, sekretaris atau administrasi . Oleh sebab itu wanita akan lebih cocok bekerja di kantor yang bersifat ketatausahaan, atau pemeliharaan, pelayanan public dan lain-lain. Dan kurang cocok jika harus di lapangan dengan banyak perjuangan dan membuka jalan baru.
Contoh kejadian :
Seorang montir mobil, mencari penyebab mengapa mesinnya sulit di starter. Montir yang berotak kanan ini langsung melihat setelan platinanya atau mengetes condensatornya, untuk mengetahui penyebab kerusakannya. Montir yang berotak kiri (montir yang lain) cara kerjanya tidak demikian. Dia mengetes apinya dahulu, besar apa kecil, kemudian mengurutkan kabel businya ada yang kendor apa tidak. Jika belum kedapatan penyebabnya baru melihat setelan platinanya dan mengetes condensator.
Suami yang belum mengerti akan hal ini disebut belum memahami watak wanita, meskipun mungkin sudah puluhan tahun menikah. Sikap suami yang demikian biasanya menganggap dirinya sendiri sebagai prototip atau tolok ukur yang benar. Sehingga ketika isterinya tidak berfikir atau bekerja seperti yang layaknya (suami) lakukan, kemudian menilai bahwa isterinya memiliki kekurangan. Menganggapnya cara berfikir isterinya (seharusnya) sama dengan dirinya, padahal dari sebab pengaruh otak kirinya, isteri akan lebih banyak menggunakan perasaan dari pada fikiran. Bertolak belakang dengan suaminya yang lebih banyak menggunakan fikirannya dari pada perasaannya. Disinilah perlunya seorang suami atau isteri mengerti kinerja otak kiri dan otak kanan, karena menyangkut terhadap interaksinya sehari-hari yang dapat membuat rawan perselisihan.

TIPOLOGI SESEORANG
Setelah mengenali orang lain (suami atau isteri) dari sudut kemampuan otak dan sistem kerja otak, yang banyak berpengaruh terhadap kemampuan menangkap sinyal seseorang, sekarang meningkat pada tingkah laku. Atau pembawaan dari kepribadian seseorang. Bagaimana perbedaan antara kepribadian seorang yang satu dengan orang yang lain.
Seperti sudah diakui oleh dunia bahwa sidik jari seseorang dengan orang lain tidak ada yang sama. Oleh karenanya pihak kepolisian menggunakan identifikasi orang dengan sidik jari. Hal ini memperkuat pendapat bahwa kepribadian seseorang dengan orang lain tidak sama. Ketidaksamaan seseorang dengan yang lain selain sebagai akibat dari genetikal yang telah diuraiakan sebelum uraian ini, juga dari banyak faktor. Pada intinya seseorang berbeda dengan orang lain tidak hanya pada sudut genetikal dan sudut phisik saja, tetapi menyangkut hal-hal lain yakni kepandaiannya, IQ-nya, kemampuannya. Dan yang akan dibahas pada uraian ini adalah kepribadiannya.
Perlu diketahui bahwa kepribadian berbeda dengan kepandaian kemampuan berfikir. Sebelum kita membicarakan tentang kepribadian, kita akan membicarakan dahulu bagian-bagian kepribadian.
Tim La Haye membedakan tiga istilah kepribadian.
1. Temperamen ialah perpaduan sifat-sifat pembawaan yang tanpa sadar mempengaruhi sikap-sikap dan tingkah laku.
2. Achlak adalah ciri kita yang sebenarnya , yang terdiri dari akal budi, emosi dan keputusan.
3. Kepribadian adalah merupakan perpaduan dari jati diri dengan kedok yang ditampilkan dalam penampilannya sehari-hari dalam masyarakat luar.
Lindgren dan Fisk menganggap bahwa kepribadian merupakan perpaduan dari sifat-sifat yang khas dengan pengalamannya dari sebab pengaruh lingkungan yang memberi pembelajaran kepada dirinya dalam rangka beradaptasi dengan lingkungannya. Berarti dengan demikian lingkungan turut membentuk kepribadian seseorang.
Ada beberapa ahli psikologi yang mampu mengelompokkan dasar-dasar kepribadian demi kepribadian , diantaranya Kritschemer. Ia mengelompokkan kepribadian orang berdasar postur tubuh, misalnya orang yang berpostur tubuh gempal seperti orang-orang yang hobinya olah raga dengan otot-otot yang kuat dan kencang tubuhnya dan tegap. Orang ini disebut berkepribadian atletis. Menurut Kritschemer orang yang berkepribadian atletis mempunyai kecenderungan watak sebagai berikut :
Tenang, lamban, angkuh, tidak mudah terharu, spesifik, konsekuen, hati-hati, tekun kurang luas perhatian.
Untuk orang-orang yang bertubuh gemuk, agak membungkuk dan relatif sedikit pendek biasanya kepala dan leher sedikit ke depan dari pada punggungnya, orang semacam ini disebut berkepribadian pyknis. Orang yang berkepribadian pyknis disimpulkan kecenderungan wataknya adalah sebagai berikut :
Ekstrofet, cukup punya percaya diri yang tinggi, suka menarik perhatian orang, mudah menyesuaikan diri, interaksi sosialnya bagus, ramah, supel Penuh humor, praktis. Ekonomis, suka , Terbuka, pikirannya konkrit namun kurang mendalam.
Orang yang kurus ceking disebutnya melankolik. Orang yang melankolik ini dikatakan memiliki kecenderungan watak sebagai berikut : Mudah tersinggung, sukar melupakan hal-hal yang negatif, tidak suka humor, lebih suka serius, tertutup teliti, dan tekun, gila hormat, sukar menyesuaikan diri, logis dan konsekuen, kritis tapi subyektif, berpegang teguh pada prinsip.
Yang terakhir gabungan dari ketiga kepribadian disebut Asthemis. Phisik maupun kecenderungan wataknya merupakan gabungan dari ketiga kepribadian tersebut. Pembaca dapat membuktikan sendiri teori ini berapa prosen benar dengan mengamati orang lain yang dicocokkan dengan tulisan ini.
Lain lagi menurut Hippochrates (ahli jiwa yang lain) , membagi kepribadian orang dalam 4 golongan watak atau kepribadian. Cara pengelompokannya tidak berdasarkan pada postur tubuh melainkan berdasarkan berdasarkan temperamen. Yaitu berdasarkan cairan-cairan tubuh yang berada pada diri manusia. Dikatakannya bahwa cairan ini mempengaruhi seluruh syaraf yang beroperasi pada setiap diri manusia. Menurut Hippochrates kelompok kepribadian tersebut disebut : Sanguin. Kholerik, Melankolis dan Plegmatik Hipochrates mendiskripsikan kepribadian ini pada sekitar 400 SM . Dan sebelumnya Raja Salomo atau juga dikenal dengan nama nabi Soleman atau Salomo yang tertulis dalam Amsal-amsalnya. Juga telah mendiskripsikan tentang dasar-dasar keempat kepribadian ini dalam Amsal 30; 11-14. Kemudian jaman ini tim La Haye menyadurnya kembali dengan lebih lebih detail dan luas. Berikut diskripsi dari masing-masing kepribadian yang kami sadur dari Tim La Haye:
MELANKOLIS
Amsal 30 :11
Ada keturunan yang mengutuki ayahnya dan tidak
Memberkati ibunya.
Amsal 30:11
Salomo telah membuat diskribsi tentang perbedaan kepribadian, yang dalam tulisannya dalam kitab Amsal tersebut memakai : ada keturunan……. Artinya perbedaan kepribadian antara seorang degan yang lain meskipun satu bapak dan satu ibu atau saudara sekandung, kepribadiannya tetap tidak sama. Diskribsi ini kemudian oleh Hippocrates dikembangkan dan lebih diperjelas sebagai berikut:
Ciri-ciri orang Melankolis ; terlalu banyak pertimbangan / berfikir sebelum bertindak , penampilannya sopan, mudah sakit hati karena segala sesuatu dimasukan pikiran dan disimpan dalam hati, tahan kesepian, pendiam, tepat janji, kurang berani bertindak dan sebagainya. Sehingga kurang cepat dan kurang mudah menolong. Pada umumnya sangat sopan dan rapi dalam berbusana serta penampilannya rohani. Hatinya belum tentu rohani, karena tergantung telah lahir baru atau belum, tetapi penampilannya telah rohani karena bawaan sejak lahir. Bicaranya tidak ceplas-ceplos karena hati-hati, bertindak atas dasar keyakinan yang telah dipikirkan masak-masak, tidak mudah tergerak untuk menolong, tidak suka konflik, tidak inferior dan sebagainya. Kepribadian ini cocok sebagai pemegang buku atau pekerjaan ketata usahaan dan lebih senang indor, sehingga isteri-isteri yang berkepribadian melankolis ini akan betah di rumah meskipun tak ada teman dan suasana sepi. Perasaannya halus, sehingga mudah tersinggung jika terkena kata-kata kasar atau keras . Tidak mudah menolong karena penakut, termasuk takut terhadap resiko. Orang ini tahan kesepian, jadi cocok untuk isteri yang harus banyak menunggu di rumah. Biasanya kurang senang kerja kelompok atau kerja di lapangan sehingga kurang senang berorganisasi yang bersifat ubyang-ubyung. Dan ia tahan di ruangan yang tidak banyak orang dengan suasana sepi. Bertolak belakang dengan orang Sanguin yang tak tahan kesepian . Cocok juga jadi guru, apalagi ia sopan penampilannya, juga disiplin . Kelemahannya ia mudah GR, sehingga mudah patah hati. Hati-hatilah yang mempunyai pasangan berkepribadian Melankolis, karena kelihatannya tak apa-apa tetapi nyatanya telah sakit hati dan tahu-tahu minta cerai. Dan mudah tersinggung karena segala sesuatu selalu dimasukan kehati dan dipikir mendalam. Jika menegur jangan dengan kata-kata yang keras dan kasar ia akan sangat tidak suka . Sehingga tak jarang seringkali bentrok batin atau tak cocok dengan teman karena tersinggung, padahal temannya tak bermaksud menyinggung. Orang Melankolis kurang cocok dijadikan mediator, atau penyelesai masalah atau ujung tombak. Karena ia penakut, dan takut terkena resiko, sehingga tidak suka terhadap yang bersifat spekulasi. Jika menjadi Sekeretaris dan kebetulan jika kebetulan pasangannya Kholeris atau Sanguinis akan serasi sekali. Jika ia laki-laki sepertinya agak cengeng , tetapi jika ia perempuan terlihat sekali sebagai keibuannya. Orang ini pendendam dan termasuk “pembunuh darah dingin” dan agak sulit sratenannya atau layanannya.
PLEGMATIG
Amsal 30: 12
Ada keturunan yang menganggap dirinya tahir,
Tetapi belum dibasuh dari kotorannya sendiri.
Amsal 30:12

Kepribadian Plegmatig termasuk kelompok introvert, tidak banyak bicara, tenang, dingin, tidak bersemangat, tidak mudah bergeming dengan hiruk pikuk sekeliling . Orang plegmatig mempunyai kelebihan adil, obyektif dan tenang . Ia berfikir sebelum bertindak. Sedang kekurangannya lamban, malas, dan tidak mudah diajak kompromi oleh situasi (tidak mudah terobsesi / terpengaruh oleh situasi). Sulit dimintai bantuan oleh orang lain, jika tidak atas kehendaknya sendiri, sehingga jika dijadikan Diakonia akan di anggap kurang peduli dan kurang tanggap. Kepribadian ini cocok untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan hubungan interaksi sosial. Juga cocok untuk pekerjaan yang harus memegang teguh peraturan misalnya bendahara. Artinya harus disiplin dengan apa yang harus diputuskan. Juga cocok dengan pekerjaan ketatausahaan atau tata tulis. Bila pada bidang hukum, ia cocok sebagai hakimnya, tidak cocok sebagai pengacaranya. Kebalikannya tidak cocok memegang jabatan yang memerlukan pertimbangan sosial dimana dimana harus memberikan kebijakan (diskriminasi). Begitu pula tidak cocok untuk hal-hal yang memerlukan tindakan cepat, misalnya pemadam kebakaran, reserse, penembak jitu dll. Karena sifatnya yang lamban. Jika menjadi suami ia terkesan kurang peduli dan cuek, dan jika menjadi isteri ia terkesan kurang gemati dan kurang perhatian kepada suami, jika jadi pendeta terkesan ia sombong dan kurang kasih dan lebih suka cuci tangan. Sebab bila tidak di suruh ia tidak melakukan, karena kelemahannya ia kurang mau mencari tahu. Dan biasanya tidak mau ikut campur urusan suaminya karena juga kurang pandai mengoper bagian. Berbeda dengan kepribadian Kholerik, orang ini mudah bereaksi dan kurang pandai merahasiakan pendapat dan perasaannya. Kholerik biasanya reaksioner, terlebih jika terkena “batunya” Biasanya dalam pergaulan lebih sulit sratenannya atau mudah layanannya jika dibanding dengan orang Kholerik. Sedangkan orang Melankolis sangat pandai merahasiakan pendapat dan perasaannya jika merasa ditekan. Orang Kholerik dan Sanguin sama-sama ekstrovert , kebalikannya orang Melankolis dan Plegmatig sama-sana Introvert. Orang Plegmatig sebaiknya jodohnya orang Kholerik atau Sanguin.

SANGUIN
Amsal 30:13
Ada keturunan yang berpandangan angkuh, yang
Yang terangkat kelopak matanya.
Amsal 30:13
Ciri-ciri kepribadian Sanguin ditandai dengan : Supel , banyak bicara, pandai bergaul, tetapi sering suka lupa janji , tidak tahan kesepian, periang, sepertinya tidak serius dalam memberi pertolongan sebab motivasinya dalam memberi pertolongan adalah basa-basi dalam rangka mencari muka (bahasa jawa : Cuma lamis), tidak mudah patah hati, ingin selalu mendapat perhatian, tidak suka konflik, selalu ingin bisa diterima di lingkungan dimana berada dan sebagainya. Jika ia jadi penerima tamu akan kelihatan ramah dan menyenangkan. Yang diucapkan belum tentu yang dijalankan. Mencari tahu apakah seseorang berkepribadian sanguin atau bukan cukup mudah. Yaitu ia periang dan supel apa tidak. Kalau dimanapun ia selalu periang dan supel tanpa melihat tempat dapat dipastikan bahwa ia seorang sanguinis.
Orang Sanguin lebih suka berada ditempat yang dinamis dan romantis, ada kehidupan. Tidak senang dengan suasana yang sepi. Jika kesepian ia lebih senang menyetel radio atau CD untuk menemaninya. Dan akan lebih senang jika ada orang lain yang bisa diajak berinteraksi, oleh karenanya isteri-isteri yang berkepribadian Sanguin akan tidak tahan dirumah sendirian dengan suasana yang sepi. Jika kesepian ia lebih suka pergi mencari keramaian, jadi suami yang punya isteri Sanguin jangan buru-buru cemburu jika ia suka berpergian dan punya kenalan banyak. Dalam pikirannya ia selalu ingin bisa mengikuti situasi dengan mendapat nilai. Tidak suka jika tenggelam sampai tak tersebut namanya. Bahkan cenderung berupaya untuk selalu menjadi bintang dimana lingkungan ia berada. Hebatnya ia pandai membawa diri. Kekurangannya adalah tidak tahan kesepian dan merasa tidak berguna jika ia tidak mendapat perhatian, oleh karenanya ia mencari perhatian bila ada kesempatan. Disini para suami atau isteri harus tahu bahwa jika pasangan hidupnya berkepribadian Sanguin salah satu kebutuhan pokoknya adalah perhatian. Biasanya orangnya supel cepat berbaur dan pandai bergaul, termasuk pandai menempatkan diri dimana ia berada.
Oleh karenanya itu, biasanya temannya cukup banyak. Dari berbagai keadaan ini ia menjadi mudah lupa terhadap janji-janji, karena lebih mengutamakan apa yang di depan matanya. Itulah yang membuat ia mudah lupa janji. Kekurangannya yang lain adalah tidak tekun terhadap pekerjaan-pekerjaan yang bersifat tata usaha. Dan juga tidak tahan kesepian. Oleh karenanya orang sanguin lebih baik jangan ditempatkan sebagai auditor, atau pemegang buku. Jika sekolahan ia bagian ekonomi, maka ekonomi hanya dipakai sebagai ilmu pengetahuan saja yang mendukung kegiatannya, bukan pekerjaan pokoknya. Sanguinis lebih cocok dijadikan humas, atau pelobi termasuk mediator. Artinya pekerjaan yang ‘berhubungan’ dengan banyak orang (harus berinteraksi sosial) Cocok juga bagian marketing. Ia juga mampu menjadi kepala dengan tugas utama membina karyawan – karyawan yang telah bisa berjalan sendiri. Pantangan orang ini jangan dipermalukan di depan umum. Atau jangan di kejar (di teter) tentang pertanggungan jawab pekerjaan sewaktu terjadi kesalahan. Berilah waktu untuk membuat suatu pertangungjawaban. Tanya jawab seperlunya saja supaya tidak malu. Kepribadian Sanguin sebaiknya mencari jodoh orang Kholerik.

KHOLERIK
Amsal 30:14
Ada keturunan yang giginya adalah pedang, yang
Gigi geliginya adalah pisau,untuk memakan ha-
Bis dari bumi orang-orang yang tertindas, ora-
Orang yang miskin diantara manusia.
Amsal 30: 14
Ciri-ciri orang Kholerik : bereaksi cepat, cepat tanggap, mudah emosi, serius dalam segala hal, tidak basa-basi atau apa adanya, pemberani, pantang mundur, tidak bisa diam, suka menolong kepada yang tertindas dan orang miskin, kurang banyak pertimbangan dalam bertindak, tidak sabaran . Biasanya disebut bertemperamen tinggi. Dia pemberani dan tidak takut mengambil resiko. Galak . Bicaranya ceplas-ceplos. Namun layanannya mudah cukup dengan kesabaran dan mau menunggu untuk mengerti kehendaknya. Karena ia apa adanya dan pemaaf yang sportif.
Orang Kholerik potensial menjadi pemuka. Orangnya bertanggung jawab, dan berani mengambil resiko. Suka membela yang tertindas dan suka menolong. Jika ia jadi pimpinan akan disenangi oleh anak buahnya dan berani berspekulasi. Berani menghadapi masalah dan tidak pengecut. Kelemahannya ia terlalu cepat mengambil keputusan, karena orang kholerik cenderung berotak kanan dan bertemperamen tinggi, ini bisa berakibat positif tapi juga bisa berakibat negatif. Hebatnya ia tidak malu meminta maaf jika terdapat kesalahan, karena ia bukan pengecut dan berani menanggung resiko. Orang ini cocok diberi tugas-tugas yang penuh resiko atau sebagai tulang punggung. Berbahagialah isteri yang punya suami seorang Kholerik, karena ia penuh tanggung jawab dan belas kasihan tetapi tidak sabaran dan gampang marah namun gampang pula reda tanpa sakit hati, berbeda dengan orang Melankolis yang suka sakit hati tetapi tidak kelihatan jika marah karena kalem dan sopan.
Ia berjiwa petualang dan pendobrak. Namun ia konsisten. Karena orang Kholerik orangnya pemberani dan keras, maka menghadapinya jangan dengan kekerasan. Tetapi dengan lemah lembut dengan mengutamakan nalar, oleh karenanya jodohnya adalah orang yang berkepribadian Melankolis atau Sanguin. Orang Kholerik ajaklah dan berilah kesempatan untuk ia bisa berfikir dengan tenang, jangan dipepet waktu, sebab ia akan berani melawan. Bawalah supaya ia bertindak atas kesadarannya sendiri, jangan digurui jika anda memang betul-betul tidak lebih top pengetahuannya. Orang Kholerik biasanya feelingnya tinggi, hati-hatilah dengan orang kholerik yang pandai. Bisa jadi ia sangat cerdik. Kebalikannya ia tulus dan tidak suka basa-basi atau mencari kambing hitam, sebab orangnya konsisten. Gerakannya cepat, termasuk pikirannya. Ia juga cocok untuk menjadi pemimpin keluarga yang perlu bertindak cepat dan penuh resiko termasuk berani berspekulasi yang dalam hal ini sangat bertolak belakang dengan orang Melankolis.

Dari beberapa uraian tersebut, jelas bahwa seseorang terdiri dari salah satu kepribadian yang punya kelebihan dan kelemahan yang tidak selalu sama satu dengan yang lain . Oleh karena itu kita dalam menghadapi dan menilai individu demi individu sebaiknya telah mengerti dahulu ia berkepribadian apa, baru kemudian menilai, jangan lagi menjadikan diri kita sebagai ukuran (tolok ukur) jika orang lain tidak sama dengan diri kita berarti itu salah, tidak demikian caranya. Dari beberapa pakar psikologi tersebut, yang sampai saat ini masih banyak yang relevan adalah uraian dari Hipochrates sesuai dengan tulisan dalam Amsal 30: 11-14. Perlu diketahui bahwa keempat tipe kepribadian tersebut, tidak ada yang lebih jelek dan tak ada yang lebih baik. Semuanya sama bobotnya, dan semua itupun pemberian Tuhan. Dibuat demikian agar lebih mendukung kehendak Allah untuk saling mengasihi dan mendukung, dimana masing-masing mempunyai keunikan tersendiri, Masing-masing mempunyai ciri khasnya sendiri, sehingga rasanya tak perlu adanya upaya untuk merubah tipe, tetapi justru wajib mensyukuri terhadap tipenya sebagai pemberian Allah yang harus dipertanggungjawabkan.
Oleh karenya bagi yang merasa Kholerik tidak perlu minta Mujizat Tuhan untuk menjadi Melankolis atau Sanguin, yang merasa Plegmatig tidak perlu berubah menjadi Melankolis dan sebagainya. Yang perlu adalah bagaimana kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya untuk tidak terlalu mengganggu dalam eksistenssi berkawan dan berinteraks sosial . Kelemahan-kelemahan yang merugikan inilah yang harus dijaga supaya tidak terlalu eksis dan membuat kerugian .
Dalam pembagian tipologi ini ada dua kelompok yang saling bertolak belakang, satu kelompok Introvert yaitu Melankolis dan Plegmatig, serta kelompok berikutnya ekstrovert yaitu Sanguin dan Kholerik. Perlu diketahui pula bahwa orang Melankolis bila tersinggung lama pulihnya jika dibanding tipe Kholerik yang juga sama tersinggung. Tersinggungnya melankolis bernuasa sakit hati, sedangkan tersinggungnya Kholerik bernuansa marah. Plegmatig lebih lamban dan cuek. Kelebihannya ia obyektif pemikirannya, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh pendapat orang lain, dan tidak pilih kasih.
Bagaimana seandainya sekarang jika kebetulan anda telah menikah dengan orang yang berkepribadian tidak di rekomendasikan sesuai tulisan ini? Misalnya saja suami berkepribadian Melankolis, dan isterinya berkepribadian Plegmatik? Apakah harus cerai ? Jawabnya adalah tidak harus cerai, melainkan syukurilah, karena berarti anda diminta untuk mengerti dan menghormati kebesaran Tuhan melalui tahan uji, panjang sabar karena harus bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan emosinya, tidak mengharapkan suport dari pasangan hidupnya.
Atau seandainya suami dan isteri sama-sama berkepribadian Kholerik, maka berarti anda perlu senantiasa rendah hati dan panjang sabar yang selalu dipraktekkan setiap hari, sebab jika tidak maka akan sering salah paham dan tidak mau mengalah yang akhirnya akan berselisih paham.
Banyak kenyataan bahwa orang menikah hanya berangkat dari niatnya untuk dapat menikah dengan pilihannya yang waktu itu hanya berdasarkan dicintai dan mencintai. Menyenangi dan disenangi, dan belum mempersiapkan dengan pertimbangan kepribadian. Kecocokannya hanyalah dari dasar saling menerima cintanya yang kadangkala lupa bahwa cintanya pada waktu itu sebenarnya tengah didominasi oleh cinta birahi atau cinta eros, yang pada kenyataannya karena besarnya cinta eros tersebut akan mampu mengalahkan segalanya (yang sebenarnya kurang baik pun menjadi seperti baik). Namun pada saatnya cinta eros ini tidak akan dipertahankan dalam kurun waktu yang lama, dan ketika cinta eros ini telah menipis maka terjadilah perselisihan-perselisihan yang disebabkan atau diawali karena kurang bisa saling menyesuaikan diri (melayani), hal ini dikarenakan karena upayanya untuk menyelami hati masing-masing kekasihnya selama bertahun-tahun baru mendapatkan kebiasaan-kebiasaan perilaku. Belum menyentuh kepada dasar kepribadian yang sesungguhnya. Sehingga belum mampu saling menjaga perasaan dan belum bisa saling memenuhi kebutuhan emosinya didalam hidup kebersamaannya. Akhirnya sering timbul salah paham atau bertengkar hanya karena belum bisa memenuhi dan menjaga kebutuhan emosi masing-masing. Sedangkan dahulu ketika masih baru, cinta erosnya masih kuat sehingga segala kekurangan pelayanan emosinya dapat tertutupi oleh besarnya cinta mereka. Dari pengertian ini, minimal dapat mengerti kepribadian kita sendiri, terutama mencatat kelemahan-kelemahan kita sesuai kepribadian kita tersebut dan kemudian berupaya agar kel;emahan-kelemahan tersebut dapat diminimalisir untuk tidak merugikan diri kita sendiri.

“setiaqp orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”
Yakobus 1 :10 b
Uraian semuanya ini adalah dari dimensi Psikologi, bagaimana sekarang dari dimensi Iman?

DIMENSI IMAN
Beda pendapat atau salah persepsi adalah sesuatu yang biasa, apalagi jika menyadari kita semua adalah orang yang tak sempurna. Tetapi mengapa masalah yang sebenarnya kecil tersebut harus menjadi besar dan menjadi pertengkaran ?
Jika dilihat dari dimensi iman, adalah karena cintanya dalam pernikahan masih sebatas cinta eros, yaitu cinta birahi yang didominasi oleh kedagingan. Dalam paham Trikotomi ada istilah TUBUH, ROH dan JIWA Pernikahan yang hanya didominasi oleh cinta birahi adalah masih cinta sebatas tubuh atau kedagingan. Ujung-ujungnya yang dijadikan incaran adalah masalah kedagingan yaitu seks dan emosi. Sedangkan cinta yang telah memiliki komitmen, atau mengikat janji (yang dilaksanakan) telah meningkat pada cinta dalam roh. Pernikahan semacam ini sudah mampu mengenyampingkan masalah-masalah yang bersifat kedagingan. Cintanya bukan lagi karena mendapat imbalan yang bersifat kedagingan, karena yang diincar adalah cita-cita hasil yang akan didapat karena pernikahannya. Misalnya mengukir sejarah hidup, regenerasi, memuliakan Tuhan melalui kesaksian pernikahannya dan sebagainya. Masa depan dan orientasi masa depan menjadi incaran utama. Cinta dalam jiwa pernikahan yang telah dilandasi cinta dalam jiwa artinya bahwa pernikahannya tidak sekedar berdiri sendiri. Pertama-tama adalah sadar akan nama baik dari dua keturunan orang tuanya masing-masing (keturunan suami dan keturunan isteri) untuk sama-sama saling dipadukan dan dijaga nama baiknya sekarang dan kelak kemudian hari. Jadi tidak sekedar perkawinan antara lelaki dan perempuan (si penganten) saja, melainkan mengikut sertakan dan mempertaruhkan nama kedua orang tuanya. Kedua; Pernikahannya tidak sekedar menjadi masalah kedua orang tuanya dan yang bersangkutan saja, melainkan telah melibatkan Tuhan untuk ikut ambil bagian dalam skenario pertkawinan ini, dan yang disatukan adalah dua jiwa, bukan sekedar dua tubuh. Pernikahan yang hanya setingkat kedagingan kurang proteksi, karena proteksinya hanyalah kenikmatan seksual (kedagingan dan emosi), sehingga ketika tidak lagi mendapat kenikmatan seksual dan emosi, maka proteksi tersebut hilang, berarti mudah terkena “tiupan angin” yang memperbesarkan masalah yang semestinya hanya sepele tetapi menjadi besar. Untuk pernikahan setingkat jiwa, memiliki proteksi tambahan berupa cita-cita yang luhur. Seperti pelari yang handal yang tak akan menyerah sebelum sampai garis finish, godaan apapun sebelum garis finish tak akan dihiraukan. Sedangkan pada tingkat pernikahan jiwa proteksinya bertambah lagi yaitu takut kepada Tuhan. Menyadari pernikahannya adalah skenario dari Tuhan, maka tidak lagi menganggap remeh pernikahannya. Dan tidak sebatas seks dan kepuasan emosi saja. Disini berarti akan memiliki proteksi yang triple (dobel tiga) sehingga tidak mudah dihembusi angin untuk dibesar-besarkan dalam menghadapi masalah, karena memandangnya selalu mengikut sertakan Tuhan.
EMOSI:Kepahitan kegelisahan,depresi,dsb..
ROH:EF 2:1-3.merasa kurang terus karena cemas dan srakah, jahat, tidak punya kasih .KEHENDAK:hawa nafsu,cabul,kecemaran dll
EMOSI:damai sejahtera,Kol 3:15, Filp 4:4ROH:keselamatan Yoh 3:3,9.Pengampunan Kis2:38 Kepastian Rom 8:16.KEHENDAK Hidup menurut roh, sukacita,kesabaran,kemurahan Gal 5:16-18




dada
hidup dalam daging hidup dalam roh
Iblis Ikut Campur tangan

Iblis pernah berucap kepada Yesus, ketika iblis gagal mencobai Yesus di bukit, bahwa ia akan kembali lagi pada waktu yang baik dan juga akan mengambil kesempatan untuk mencobai umat Kristus. Tuduhan bahwa iblis campur tangan dalam pertengkaran rumah tangga dapat terlihat ketika pertengkaran tersebut telah reda, yang diakhiri dengan membaiknya kembali hubungan antara suami dengan isteri. Apa yang terjadi setelah reda ? Biasanya dalam hati masing-masing timbul penyesalan mengapa sesuatu yang sebenarnya sepele saja dipertengkarkan! Biasanya pertengkaran antara suami dengan isteri dimulai dengan beda pendapat. Dari beda pendapat ini salah satu menanyakan untuk mencari kejelasan, atau minta pertanggungan jawab, atau menyalahkan, atau tidak bisa menerimanya. Kemudian satu pihak biasanya tidak mengakui tuduhan-tuduhan tersebut, atau mengakui dengan menjelaskannya namun dalam kalimat penjelasan tersebut kurang bisa diterima atau tetap membela diri. Nah beginilah kebiasaan pertengkaran dimulai. Apa yang terjadi setelah mereka berbaikan kembali? Dalam hati biasanya mereka menyesal, mengapa masalah yang sebenarnya cuma sepele dan sebenarnya bisa dimaafkan tetapi menjadi pertengkaran. Atau jika tidak, mengapa begitu emosional dalam waktu itu ? Siapakah yang membuat begitu emosionel? Biasanya iblis membonceng pada kesempatan yang ada pada kesempitan dan pada situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan.
Bisikan iblis dengan cara ‘menjadi tidak terima’, atau ‘merasa diremehkan’. Akibat dari tidak terima atau merasa diremehkan inilah dasar dari emosi yang meluap - luap. Sedangkan bagi si lawan bertengkar biasanya juga dengan alasan tidak menerimanya atas tuduhan tersebut, merasa martabatnya direndahkan (tersinggung), maka melawanlah ia. Jika tidak dengan cara yang demikian, biasanya dibuatnya suasana kacau menjadi tidak sesuai dengan suasana yang diinginkan. Dalam suasana kacau inilah mudah diatur oleh iblis untuk terjadi masalah.

Bagaimana jalan keluarnya ?
Ketika kita sedang emosi (bertengkar), akuilah sebenarnya pada waktu itu kita tengah tidak lagi pada posisi hidup baru. Sebab sebenarnya jika kita senantiasa dalam posisi hidup baru, yakni panjang sabar, rendah hati dan lain-lain, apakah yang akan memicu menjadi naik pitam? Bukankah kita menjadi memaklumi kekurangan orang lain dan kemudian memaafkannya karena kita mengasihinya? Jadi karena kita kehilangan kasih saat itu, sehingga tak mau memaafkan. Karena tak mau memaafkan maka justru minta pertanggungan jawab dengan kalimat yang keluar adalah mempertanyakan atau mengumpat atau menyalahkan dan yang lain-lain. Jadi, dari sisi rohani, cara-cara untuk terhindar dari pertengkaran adalah dengan belajar hidup baru terus menerus agar supaya posisi kita senantiasa dalam posisi hidup baru, Percaya bahwa Kuasa Tuhan berada diatas segala-galanya, dan Tuhan berkuasa mengaturnya. Bukan alam pikiran kita yang menjadi patokkannya (patrunnya). Sering kita cemas hanya karena alam pikiran kita yang menghantui bahwa jangan-jangan akan terjadi seperti yang kita cemaskan sesuai prediksi alam pikiran kita. Boleh saja alam pikiran kita berprediksi dan memiliki kecemasan, tetapi ingatlah bahwa Tuhan itu Maha Kuasa dan Maha Pengasih, jika memang Tuhan menghendakiNya kita tidak bisa protes, oleh karenanya serahkanlah kepada kasih dan kuasa Tuhan, berdoalah supaya Tuhan menyertainya apapun yang akan terjadi dengan senantiasa rendah hati. Ingatlah bahwa diri kita hanyalah umat yang tak sempurna. Bukankah kita cuma akan mendapat ‘lega’ ketika kita menuntut pertanggungjawaban kepada kekasih yang sedang diajak bertengkar dengan berbagai cara dan kalimat dari kekasih kita ketika ia melakukan kesalahan? Bukankah sesuatu yang tidak kita inginkan tersebut sudah terlanjur berlalu (terjadi)?

Secara fakta bagaimana?
Dari sudut fakta, memang kadangkala faktanya kekasih kita dalam posisi yang salah, dan jika secara keadilan yang semu layaklah dituntut pertanggungan jawab. Namun bagaimana dengan diri kita sendiri? Mampukah kita sendiri selalu bertahan dalam kebenaran (tidak pernah khilaf dan melakukan kesalahan)? Bukankah diri kita juga sama saja dengan kebanyakan orang lain termasuk kekasih kita, yaitu sebagai makhluk yang tidak sempurna? Sehingga dengan demikian suatu saat nantinya pasti diri kita juga mengalami melakukan sesuatu kesalahan!
Biasanya, kesadaran ini tidak selalu melekat pada diri kita. Karena itu kemudian ketika tersinggung, langsung menandinginya dengan dalam hatinya tidak menerimakannya tuduhan-tuduhan tersebut dengan menjawabnya asal jawab. Apalagi buat yang belum pernah mengerti psikologi kepribadian sehingga terpicu oleh konsep dirinya yang salah, yaitu memakai tolok ukur bahwa dirinyalah orang yang paling benar. Sehingga apabila orang lain tidak seperti dirinya maka dianggaplah salah. Jawaban asal jawab inilah menjadi “angin kencang yang meniup api menjadi membesar” Bagaimana seandainya tidak asal jawab, atau diam saja, meskipun pasangan kita marah-marah tetapi kita diam saja dengan menyikapi mendengarkan kemarahan tersebut dengan serius tetapi tidak menjawab sepatah katapun, apakah kekasih kita mampu bertahan marah terus-
menerus ? Bukankah bertepuk tangan itu tak akan keras suaranya jika cuma dengan tangan sebelah saja?

PETUNJUK PRAKTIS.
Pertama belajarlah psikologi kepribadian seperti yang kami uraikan pada awal tulisan ini, tujuannya adalah untuk memahami secara nalar ‘siapakah aku’ individu lepas individu. Dengan demikian setelah mampu memilah-milah kepribadianku seperti apa, kepribadian isteriku atau suamiku yang seperti apa dan kepribadian anakku seperti apa, hafalkanlah itu. Dan catatlah kelemahan-kelemahannya untuk di antisipasi, bukan untuk bahan olokan ! Oleh karenanya Firman Tuhan tertulis “kasihilah isterimu” Ketika anda mendapati sesuatu tindakan atau kata-kata yang anda rasakan kurang cocok, coba tariklah kepada konsep kepribadian yang anda telah hafal tersebut. Setelah mendapat jawabnya dan dipahami barulah anda bereaksi. Contoh: Suatu ketika anda mendapat tamu yang kebetulan tamu tersebut adalah teman lama yang lama tak ketemu, ia mampir karena kebetulan tengah melakukan perjalanan jauh. Setelah beberapa lama ngobrol ternyata isteri anda tidak mengeluarkan minuman untuk menjamunya. Nah terpaksa anda beranjak dari tempat duduk untuk bicara kepada isteri supaya memberi minum. Dalam posisi ini jika kebetulan anda belum mengerti bahwa kepribadian isteri anda adalah Plegmatig yang mempunyai ciri cuek, maka anda akan mudah terpicu dengan kemarahan mengapa isteri anda tidak pangerten atau tidak tanggap, ada tamu teman lama tidak mau menjamunya atau syukur ikut menemuinya. Tetapi jika anda telah mengerti kelemahan seorang berkepribadian Plegmatig (isteri anda), maka anda paling-paling akan ngelus dodo (meraba dada) sambil mengucap sabar-sabar! Dengan memaklumi kelemahan orang Plegmatig yang cenderung bersikap cuek !, maka anda tidak akan marah kepada isteri (karena memakluminya)
Langkah kedua, jangan lupa untuk snantiasa berupaya dan belajar bisa mengampuni terapkan betul hidup penuh ampun dalam diri anda setiap saat dan setiap supaya anda tidak terpancing oleh iblis. Kasih dan pengampun bukan slogan, tetapi harus dilakukan.
Langkah ketiga, ingatlah bahwa pernikahan anda tidak sekedar hubungan antara suami dengan isteri secara badani saja, tetapi dibalik itu ada cita-cita anda yang luhur untuk mengukir sejarah baik anda, dan dibalik anda mengukir sejarah ada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa yang ikut ambil bagian dan mengawasi setiap langkah anda. Apa lagi pernikahan anda diberkati (dinikahkan) oleh Tuhan. Anda suka cita, anda ceria, anda menggerutu, anda marah bukan pada tempatnya, apapun yang terjadi pada diri anda, akan selalu diketahui oleh Tuhan dan dicatat dalam buku kehidupan.
Langkah ke empat, berupayalah dan berdoalah agar anda betul-betul lahir baru. Sebab dengan lahir baru, anda akan dapat banyak menghindari pertiakian-pertikaian yang sebenarnya dapat dihindari atau minimal di redam. Kebalikannya jika anda telah mengaku lahir baru, namun nyatanya masih sering salah paham, sering marah atau sakit hati, dan juga masih iri hati atau dengki, sebenarnya anda belum lahir baru. Itu hanya lahir baru menurut pengakuan yang belum dipraktekkan. Seperti ketika anda nonton bulu tangkis, ketika smesh yang dipukulkan jago anda dan ternyata meleset dan mati, tetapi anda merasa bisa memukulkan smesh tersebut yang lebih baik tetapi jika dipraktekkan memukul beneran, mungkin kena saja tidak. Jadi anda merasa dapat memukul “shutel cok” dengan baik hanya dalam angan-angan, begitu pula anda lahir baru hanya dalam angan-angan. Ingat pohon dikenal dari buah yang dihasilkan. Dengan lahir baru, anda akan dapat menerima banyak keadaan situasi yang jika menurut ukuran kedagingan itu sulit diterima itulah buah roh yang menandakan anda telah dilahirkan kembali.
Langkah ke lima, berdoalah senantiasa minta bimbingan dan penyertaan Tuhan, mintalah kekuatan dan perlindungan Kepak sayapNya. Karena tak ada yang dapat menandingi Kuasa Tuhan. Nah saudaraku yang kekasih, cobalah resep tersebut, semoga Tuhan memberkati keluarga anda dengan damai sejahtera dan penuh rahmat.
“baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.”
Amsal 1 :5
“Dibibir orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal budi. 14 Orang bijak menyimpan pengetahuan, tetapi mulut orang bodoh adalah kebinasaan yang mengancam.”
Amsal 10: 13,14
Karena hikmat akan masuk kedalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu”
Amsal 2 : 10

“Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan.”
Amsal 8:10

buku seri 5,6 & 7 merupakan satu kesatuan topik, seyogyanya dibaca semua.




















SERI 8 11111111 TUHAN MILIK
SEMUA ORANG
kisah nyata dari penulis

Tuhan Itu Ada Sungguh Ada dan Maha Mendengar

w
aktu itu umurku belum menginjak belasan tahun, dan aku hanya berduaan dengan ibuku, sebab ayahku telah dipanggil Tuhan, sedangkan kakak-kakakku bekerja diluar kota. Sesuai dengan kepercayaanku yang aku peroleh dari para tetanggaku dan juga ajaran di Masjid bahwa di dunia itu ada yang namanya Tuhan Allah. Allah hanya satu, tak punya isteri tak punya anak dan tak terlihat. Allah itu Maha Kuasa katanya. Juga Maha Pengasih (waktu itu aku belum menjadi Kristen). Suatu ketika aku sedang gemar bermain tulup-tulupan. Yaitu senjata yang menggunakan paku atau batang belahan bambu dibuat seperti paku yang lancip kemudian diberi kertas untuk menampung udara sebagai pendorong yang saat ini masih dipakai senjata oleh orang pedalaman Irian disamping panah berbisanya. Kertasnya dicontong pada bagian belakang batang bambu tersebut menyerupai rokok tingwe (melinting dewe) , alat ini dimasukkan ketabung, bisa bambu atau kertas tebal atau pipa besi atau jika sekarang lebih bagus dari pipa almunium tulup ini akan melesat bagaikan roket. Dan bisa ditujukan kesasaran yang dikehendaki, sedang jarak tembaknya tergantung kekuatan kita meniup. Ketika itu aku tanpa berfikir lebih dahulu aku megarahkan tulupku ke se ekor ayam dan…saya tiup. Keok-keok-keok ayam tersebut terkena tembakan tulupku dan tepat kena matanya sampai tembus. Aku kebingungan, sebab aku takut dimarahi oleh orang yang punya ayam. Jika aku biarkan orang pasti tahu bahwa itu perbuatannku, sebab satu kampung yang punya mainan tulup-tulupan cuma saya. Tetapi jika aku akan pegang ayam itu kemudian saya lepas tulupnya aku takut jika ayam tersebut keok-keok dengan keras sehingga mengundang orang yang kemungkinan akan mengira bahwa aku akan mencuri ayam. Akhirnya aku mengambil keputusan untuk berdoa minta Tuhan Allah melepas tulup saya tersebut dari ayam itu. Aku duduk dibawah pohon singkong sambil berdoa terus-menerus dan mengamati ayam tersebut. Apa yang terjadi ? Ternyata mata tulup yang terbuat dari bilah bambu menyerupai pensil yang lebih ramping tersebut lepas dari kepala sang ayam. Padahal tadinya menembus dari mata kiri ke mata kanannya dan cukup dalam.
Mulai detik itu aku percaya dengan sungguh bahwa Tuhan itu ada dan mau mendengar doa umatNya. Meskipun doaku tidak menyebut nama Yesus karena aku belum kenal Yesus, tetapi nyatanya doanya didengarkan. Sekarang setelah aku mempelajari Alkitab menjadi tahu, bahwa dahulu jamannya PL orang berdoa juga tidak menyebut nama Yesus.

Tuhan Itu Penuh Kasih Sayang
Ketika itu umurku masih dibawah sepuluh tahun (belum kenal Yesus), hidupku pada waktu itu sangat miskin karena ibuku sudah menjanda. Karena kemiskinanku itu aku didorong oleh kebutuhan yang tak selalu terpenuhi. Sehingga dalam setiap detik kehidupanku sudah mengharapkan mujizat Tuhan secara kecil-kecilan. Oleh karena itu jika aku berjalan mataku tidak hanya melihat kedepan tetapi juga melihat kebawah, maksudku barangkali ada sesuatu yang aku membutuhkan aku dapat mengambilnya.
Tuhan itu memang pengajar yang penuh kasih sayang yang luar biasa ! Mengapa ? Melalui barang-barang yang aku menemukan dijalan ternyata aku diberi hikmat. Misalnya jika aku menemukan pensil, maka tak lama kemudian pensilku sendiri yang aku beli hilang. Jika aku menemukan sekeping uang, maka uangku sendiri hasil pemberian orang tuaku hilang. Dari hikmat ini aku kemudian mengerti bahwa aku tak boleh menyentuh milik orang lain yang bukan milikku sendiri. Meskipun waktu itu aku belum baca firman yang berbunyi : jangan kamu mengingini…………………
Sejak aku mengerti hal itu, tanpa orang lain menyuruhku aku tidak mau memiliki barang yang sebenarnya bukan milikku meskipun barang tersebut disebut barang tak bertuan, misalnya jatuh atau ketinggalan. Sebab aku takut nanti justru akan membawa barangku sendiri yang kusayangi menjadi hilang. Aku menjadi senang ketika aku mulai mengerti firman Tuhan bahwa ternyata apa yang aku lakukan tersebut benar. Semoga Tuhan memeteraikanNya dalam hatiku dan anak-anakku untuk tidak mau berkeinginan memiliki barang orang lain dengan cara apapun. Karena ternyata Tuhan itu pendidik yang ulung dengan penuh kasih sayang. Ia mendidik aku melalui kejadian dan hikmat supaya aku lebih baik. Tuhan penuh kasih sayang !

Tuhan Melindungi UmatNya Dari Kehancuran
Ketika aku telah menginjak dewasa, setelah aku berhasil setengah berdikari dengan bisnis kecil-kecilan setelah aku tidak lagi menjadi PRT, kebetulan aku termasuk sukses dalam pergaulan. Mengapa kukatakan sukses ? Orang sekeliling aku bermukim mengerti bahwa aku dahulunya adalah PRT ! Suatu kelas sosial yang paling bawah jika dibanding dengan anaknya orang kaya. Tetapi justru dalam kampungku (tengah kota Semarang) justeru aku diangkat oleh kawan-kawanku menjadi ketua muda-mudi. Padahal kawan-kawanku banyak sekali yang orang kaya, dan pejabat. Sebab dalam lingkunganku saja ada empat orang yang mantan Bupati yang otomatis anaknya menjadi anggota perkumpulanku. Aku tergolong sukses menjadi pimpinan, karena anggotaku terus bertambah meskipun dari luar daerah dimana aku bermukim. Bahkan ada beberapa geng pemuda yang tadinya memusuhi kelompokku, menjadi bergabung dan mendukung perkumpulanku. Sehingga anggota aktifku lebih dari seratus orang. Salah satu daya tarik perkumpulanku adalah dikembangkannya berbagai kegiatan positif, mulai dari kursus Bahasa inggris gratis, ketrampilan membuat dekorasi, drama dan lain-lain yang dapat menandingi aksi gengsot atau melantai saat itu yang kebetulan sedang menjamur dan tidak banyak direstui oleh orang tua. Sedangkan kegiatan-kegiatanku direstui oleh kebanyakan orang tua mereka, sehingga banyak dukungan. Meskipun dukungan tersebut hanya berbentuk makanan kecil gratis jika mengadakan kumpul-kumpul.
Sisi lain dari kesuksesanku dalam berorganesasi, tentu ada ikutannya. Ikutannya ialah aku dikejar-kejar oleh cewek-cewek. Mereka yang mengejar tidak hanya yang berasal dari dalam kota dan yang menjadi anggota perkumpulanku saja, tetapi juga yang berasal dari luar kota. Aku menjadi selamat dari efek negatif kesuksesanku adalah karena aku lebih mementingkan persatuan dan keutuhan organesasiku, sehingga aku tetap membawa keseimbangan terhadap siapa saja yang sengaja mendekatiku. Atau dengan kata lain aku tak mau mengambil pacar dari anggotaku sendiri, hanya demi keutuhan.
Bagaimana yang dari luar kota ? Ada beberapa yang sampai dengan alasan ingin melihat kota Semarang, kemudian menginap dirumahku, bahkan tidur dalam seranjang denganku ! Karena aku sendirian di Semarang, dan ranjangnya cuma satu. Apa yang terjadi ? Puji Tuhan, Tuhan mengingatkanku melalui pengertian bahwa aku harus menjaga nama baik keluargaku dan orang tuaku. Oleh karena itu tanpa ada yang menyuruhpun aku takut menjamah dan berbuat usil apalagi tak senonoh, meskipun aku tidur seranjang dengannya beberapa hari. Aku sendiri beberapa tahun kemudian menjadi heran, mengapa aku kuat dan bisa berbuat demikian ? Proteksi Tuhan memang luar biasa. Persis seperti cerita Daniel dan gua Singa. Apa jadinya jika misalnya aku usil dan kemudian terangsang dan kebablasan ? Bukankah cewek-cewek yang tidur seranjang denganku tersebut sudah lebih dewasa dariku ? Tetapi mengapa mereka juga ada ketakutan untuk memulai usil lebih dahulu ? Aku menjadi mengerti ketika aku membaca riwayat Abraham dan Sara yang mengungsi ke Mesir karena bencana kelaparan dengan mengaku bahwa Sara adalah saudaranya, bukan isterinya. Itulah proteksi Tuhan.
Peristiwa lain, ketika aku telah berkeluarga dan telah punya anak. Ketika itu aku telah menjadi Kontaktor. Pada suatu hari aku ingin coba-coba berselingkuh melalui penerimaan calon karyawan baru. Saat itu ada salah satu perempuan cantik yang menjadi seleraku dan melamar pekerjaan, kesempatan yang aku anggap baik itu aku pergunakan sebaik-baiknya untuk menuruti keingin kedaginganku yang salah oleh karena itu ketika wawancara, kesempatan aku gunakan untuk pembicaraan yang mengarah kepada keinginanku yaitu perselingkuhan, mau tidak ia saya ajak selingkuh dengan imbalan mendapat pekerjaan ? Apa yang terjadi ? Entah apa waktu itu kata-kata yang keluar dari mulutku, memancing jawaban dari anak yang aku wawancarai tersebut. Dan dari jawaban anak tersebut ternyata mengundang aku untuk menginjil kepadanya. Sehingga secara otomatis aku tidak jadi mengeluarkan kata-kata yang menjurus kepada perselingkuhan sebab aku menginjil kepadanya. Dan ketika itu pula Tuhan mengingatkan melalui hati kecilku bahwa berselingkuh itu dilarang Tuhan. Puji Tuhan aku selamat lagi !
Saudara yang kekasih, mengapa cerita yang remeh ini aku paparkan disini ? Bukannya menceritakan hal-hal yang spektakuler atau peristiwa yang besar-besar, karena aku tak punya cerita yang spektakuler dan besar, dan juga aku hanya ingin menyampaikan bahwa Tuhan itu sungguh ada, dan telah terlebih dahulu membina kita, melindungi kita dan menyelamatkan kita dari keterperosokan yang menghancurkan. Tuhan telah merencanakan kita sejak dalam kandungan. Masalahnya hanyalah seringkali kita tidak peka sehingga tak mau mengerti dan cenderung menjadi bebal ! Allah sebenarnya telah lebih dahulu memeliharakan kita untuk diarahkan sesuai dengan rancanganNya, tetapi kita tak mengerti. Persis seperti Bileam dengan Balak dan keledainya yang terpaksa bicara karena Bileam menjadi bebal tak mau menuruti perintah Tuhan. Sebenarnya seandainya kita mau peka dan tidak bebal, mau mengamati kejadian-demi kejadian yang kecil sekalipun dan kemudian mengevaluasinya, Bileam tak perlu kesakitan kakinya dengan dihimpitkan dengan pagar tembok oleh keledainya sendiri. Berapa kali dalam perjalanan hidup kita terperosok dan kesakitan, terhimpit oleh masalah seperti Bileam dihimpitkan kepagar tembok karena kebebalan kita ?
Dari sinilah kita wajib mawas diri, bahwa kita sebagai manusia mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan atau kalimat kasarnya adalah kebodohan. Akibat kebodohan kita membuat kita sering bertindak sembrono yang sebenarnya sangat membahayakan masa depan kita sendiri. Tetapi karena Tuhan itu Maha Pengasih, sehingga tidak senang jika umatNya binasa maka ketika kita bertindak sembrono ini Tuhan ambil peran aktif, kira-kira seperti kakak yang momong adiknya yang baru bisa jalan. Ketika adiknya berjalan menuju tempat yang membahayakan maka dengan cepat menggapainya untuk dilindungi supaya selamat. Bagaimana perasaan kita jika kita menyadari bahwa Tuhan telah ribuan kali menggapai kita untuk melindungi dari bahaya karena kecerobohan kita, apakah kita mau tetap membodohkan diri kita dan ceroboh terus menerus? Atau menjadi sadar untuk berupaya supaya lebih banyak mandiri dan bertindak diatas rel? Sehingga tidak memperbudak Tuhan ?! Pembaca yang budiman, aku mohon maaf jika penulisanku ini dianggap tidak etis. Tetapi karena kenyataan yang terjadi seperti itu, maka aku menulis apa adanya dengan maksud menyadarkan bagi siapa saja yang kebetulan punya sejarah yang mirip-mirip.


SARCASM
Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara, penyayang dan rendah hati.

SARCASM adalah istilah psikologi, dipakai dalam defence mechanisms yang artinya empunya perilaku suka mengolok-olok orang lain dengan mencari keburukan orang lain.
Beberapa tahun setelah aku jatuh dari ekonomiku yang dahulu berkibar, aku sempat mengidap sarcasm ini. Yaitu aku mengutarakan kekecewaanku kepada siapa saja yang dapat aku jadikan curhat. Terutama kepada orang Kristen. Sebab pada waktu itu aku kecewa berat dengan banyak orang Kristen, terutama yang tadinya ketika ekonomiku berkibar menjadi teman pelayananku, termasuk pak pendetaku, para majelis di gerejaku, teman pelayanan dalam yayasan penginjilan termasuk “tukang pembawa firmannya atau gembala yayasan” dalam persekutuhan pelayanan yang disitu aku aktif puluhan tahun, dan lain-lain pokoknya yang ketika aku berjaya mereka berbaikan dengan aku, tetapi begitu ekonomiku jatuh mereka menjauh dariku dan mencari-cari kesalahanku seperti musuh politiknya. Dalam hatiku waktu itu, aku sangat membutuhkan petunjuk yang benar, penghiburan, bimbingan. Seandainya aku salah, aku juga membutuhkan petunjuk apa saja kesalahanku supaya aku bisa memperbaikinya, tetapi mengapa mereka justru menjauh dan menyebarkan isu yang “bagai tangga menimpa orang yang jatuh”. Menurut nalarku waktu itu, sahabatku atau pendetakulah yang pantas menggapai aku, meluruskan kesalahanku, membimbingku dan menghiburku. Puji Tuhan, penyakit ini (sarcasm) tidak terlalu lama menghinggapiku sebab Tuhan menghajar aku habis-habisan melalui aku digemarkan baca kitab Ayub sampai berulang kali, yang mencontohkan isteri Ayub sendiri pun tak menolongnya malah mengejek. Dekat manakah pendeta, majelis dan sahabatku dibanding dengan isterinya sendiri ? hingga aku menjadi mengerti duduk persoalannya mengapa masih banyak orang Kristen yang mengecewakan (tentu bukan anda pembaca buku ini). Sedangkan isterinya sendiri saja mengecewakan ! Dan lebih dari itu aku tidak sedikitpun terkena akar kepahitan. Berikut adalah latar belakangku sejak aku belum mengenal Yesus, sampai aku mengerti firman Tuhan sedikit lebih mendalam dibanding sebelumnya.
Banyak sebab yang rasanya tak perlu aku ungkapkan semua disini, bahwa kenyataannya sejak kecil (sewaktu masih sekolah Rakyat) sampai dewasa banyak teman sebayaku yang mengundang aku Pak! Ketika kecil mereka mengundang aku Pak karena ikut-ikutan teman-teman mereka yang kebetulan (mereka) adalah masih keponakanku ini “harus” menyapa aku dengan panggilan Pak, sebab aku dituakan menurut urutan darah. Meskipun ia usianya lebih tua dari mereka yang memanggil aku pak, tetapi tetap harus panggil aku Pak. Pak dalam arti kependekan dari Pak lik atau Pak cilik. (jika di kota populer dengan sapaan Om). Lain lagi ketika aku telah dewasa dan tidak lagi hidup di seputar sanak familiku, ternyata mereka (teman-temanku) masih mengundang aku Pak, karena aku menjadi ketua muda-mudi yang kebetulan disegani mereka sehingga aku dituakan secara struktural, sosial, secara informal. Sehingga aku dapat nama kehormatan “Pak Lurah”. Dan setelah menikah mereka banyak mengundang aku lagi juga dengan sapaan Pak, karena hidupku sukses (dunia). Begitu bekerja aku punya jabatan manajer, dan punya mobil mewah, padahal waktu itu tahun tujuh puluhan. Bisa jadi mereka mengundang aku Pak hanya karena jabatan atau kesuksesanku (secara dunia) dalam segi sosial. Apalagi setelah tak lagi menjadi kontraktor, aku beralih profesi menjadi pengajar, ya tentu Pak lagilah panggilan untuk menyapa aku
Tanpa aku sadari ternyata panggilan (sapaan) ‘Pak’ membuat aku sombong tanpa sadar. Karena merasa punya kelebihan dibanding orang lain. Apalagi setelah aku mengajar di perguruan Tinggi, aku lebih banyak merasa punya kelebihan dari orang lain. Perasaan ini membuat aku tinggi hati. Meskipun tampilanku tidak menyombongkan diri, tetapi aku tetap sombong. Minimal tak mau mendahului memberi salam kepada orang lain, sebab pada umumnya orang lainlah yang memberi salam lebih dahulu kepadaku. Dan ini sudah menjadi terbiasa.
Puji Tuhan ! Allah itu baik, aku tidak dibiarkan mati karena frustrasi atau bahasa jawanya ngenes. Sebelum aku dipanggil Tuhan aku dihajar habis – habisan dahulu oleh Tuhan untuk memberi kesempatan bertobat secara total sebelum aku di panggil pulang oleh Tuhan. Cara Tuhan menghajar aku, sangat unik. Pertama kali aku diberi talenta. Dari talenta aku menjadi mengerti, karena diberi kemampuan untuk mendapat hikmat dari setiap pengajaran, mampu berargumentasi dan menganalisis secara rohani, khususnya jika aku baca Alkitab. Berkat dari ini, aku tidak lagi kecewa terhadap sahabat-sahabat seiman yang mengecewakan aku melalui tak melawat aku ketika ekonomiku jatuh. Karena aku mengerti bahwa mereka hanyalah seperti Yudas Iskariot yang dipakai Tuhan untuk menggenapi nubuatNya dalam Amsal 19:4. Dengan demikian supaya kita tidak berharap kepada manusia, melainkan berharaplah kepada Tuhan, supaya kita tidak mengkultuskan manusia. Selain itu, tidak ada dasarnya bahwa jika jatuh haruslah sahabat dekat sepelayanan yang harus menolongnya, sebab hal ini bisa membuat menjadikan berharap kepada manusia terutama yang dipandang lebih mampu, dengan harapan dapat menolongnya jika jatuh, bukannya berharap kepada Tuhan. Justeru disinilah aku tertantang apa yang dapat aku lakukan agar tidak terjadi banyak sahabat (orang Kristen) yang mengecewakan sesama sahabat seimannya sebdiri, bagaimana agar orang-orang berdasi tersebut menjadi pelaku firman Tuhan dan punya kasih yang nyata. Dan inilah salah satu dorongan aku menulis buku. Aku mengerti bahwa masih ada pemahaman yang keliru dari Mazmur 23, bahwa jika orang Kristen dan beriman itu pasti jadi bos dan tidak pernah jatuh ekonominya sebab bagai domba dipadang rumput yang hijau, demikian pengertiannya. Pemahaman mereka semacam ini menyumbat kasih mereka terhadap orang Kristen yang sedang jatuh dengan menghakiminya dan menimpakan tangga kepada orang yang tengah jatuh karena menganggap orang yang jatuh pastilah dalam dosa dan kemudian dibuatkan isu-isu negatif dan dicari-cari kejelekannya untuk dijahuinya. Kasih kepada sesama manusia adalah merupakan buah iman, orang yang beriman kepada Kristus tak takut kehilangan sesuatu karena melakukan kebenaran, termasuk takut dimintai pertolongan bagi saudaranya yang sedang jatuh atau dicemooh oleh orang lain karena menolong orang lain. Sebab seandainya betul jatuhnya karena dosa, bimbingan konseling dan hiburan dari sahabat sangat diperlukan. Akibat masih tipisnya rasa kasih juga sesuai kalimat yang berbunyi : dimana hartamu disitulah hatimu……….., artinya hatinya masih kental terpaut kepada harta. Akibat berikutnya adalah pilih kasih dalam bergaul dan takut ditempeli “benalu” sebab orang yang sedang jatuh biasanya menjadi benalu karena serba kekurangan. Bagi orang yang telah tebal rasa kasihnya, pasti kasihan jika melihat sahabatnya menjadi benalu. Jadi harus berbuat sesuatu supaya tidak terjadi benalu, seperti yang dicontohkan oleh Yesus. Bukannya mencari-cari kejelekan dan kekurangannya. Tetapi buat orang yang hatinya pada hartanya mesti takut kehilangan hartanya dimakan benalu. Salib Kristus terdiri dari batang yang vertikal dan batang yang horizontal. Vertikal artinya melambangkan iman, hubungannya dan percayanya dengan Allah. Bahwa segala sesuatu harus dilihat dari kacamata iman. Horizontal artinya, buah dari imannya harus dipancarkan kepada sesama secara merata, tidak pilih kasih atau berat sebelah jika akan mengikut teladan Yesus dan memiliki buah kebenaran. Oleh karena hukum yang terutama adalah kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri. Setelah aku mengerti hal yang demikian aku diberi kemampuan untuk menulis. Didalam aku menulis (membuat suatu karangan) tentu aku tidak asal menulis. Bahkan tulisanku sering menjadi pedang bermata dua, artinya: tulisan tersebut tidak sekedar tulisan untuk orang lain yang membaca, namun juga menjadi alat introspeksi untuk diriku pribadiku sendiri. Menyadarkan kekurangan dan kesalahanku sendiri. Aku sering mendapat hikmat dari tulisanku sendiri, karanganku sendiri untuk meluruskan diriku sendiri. Jika aku melenceng dari apa yang aku tulis, Tuhan menghajarku dengan kejadian – kejadian yang diluar dugaan yang mau tak mau kejadian ini mengingatkanku terhadap karanganku sendiri (tulisan) yang aku buat. Seolah mengingatkan jangan asal menulis, untuk itu argumentasi dalam tulisanku kemudian dibuktikan yang membuat mencelikkan mata rohaniku. Dengan kalimat lain supaya kelakuanku menjadi lebih baik, tidak sombong, tidak tinggi hati dan lain – lain. Seolah – olah Tuhan bicara : kan kamu sendiri yang mengatakan lewat tulisan – tulisanmu ! sekarang harus kamu buktikan dan kamu praktekkan apa yang kau tulis itu. Janganlah terjadi bisa menulis tetapi tak bisa menjalankan sendiri, yang oleh orang jawa disebut jarkoni, artinya bisa berujar (bicara) tetapi tak bisa nglakoni (melakukan ) alias munafik. Tuhan memberi materi (bahan – bahan) untuk ditulis. Contohnya tulisan ini aku tulis pada tengah malam, ketika aku tak bisa tidur sebab merenungi kesukaran kesukaran yang melanda kehidupanku. Mengapa aku harus mengalami kesukaran ? jika ketika aku muda banyak disanjung orang tetapi setelah tua mengapa aku banyak mengalami sengsara dan kesukaran dan di ejek oleh orang berdasi ?
Bersamaan dengan pemberian talenta untuk menulis, adalah dijinkannya aku mengalami banyak penderitaan dan kesukaran yang amat sangat sebagai akibat ekonomiku yang jatuh. Akibat dari kesukaran ini mau tak mau aku diejek oleh teman – teman dekatku. mengapa ? karena hidupku menderita dan sengsara dan boleh dikata lebih banyak menderitanya dari pada bahagianya secara jasmani. Beberapa minggu aku terpaksa bolos tak ke Gereja hanya karena tak ada uang seribu rupiahpun untuk naik angkot. Suatu kali aku berbisnis ketemu dengan orang yang betul – betul tak mempercayaiku. Secara manusiawi aku merasa terhina karena aku tidak berniat menipu dia, dan belum kejadian (terbukti) menipu. Tetapi ia telah memprediksikan aku bahwa aku akan menipunya atau setidak –tidaknya ia memfonis bahwa aku tidak bisa dipercayai. Padahal belum terjadi. Tuhan membuat sedemikian rupa sehingga aku tidak bisa mengelak atau menghindar prasangka dan tuduhan bahwa aku penipu, atau tak bisa dipercaya. Disinilah hebatnya Tuhan, tidak ada satu titikpun di dunia ini yang tidak dibawah kendali otoritas Tuhan ! Situasi dikuasai Tuhan, mau tak mau aku masuk dalam situasi tersebut dan kemudian mau tak mau aku harus menerima penghinaan – penghinaan tersebut. Bahkan sampai-sampai kenalan se gerejapun mengatakan kepada kenalanku yang lain ketika ia memamerkan buku tulisanku dengan kalimat : Kalau bukunya aku merekom, tetapi jika orangnya aku tidak merekom ! Demikian dikatakan oleh seorang pelayan Tuhan di gerejaku.
Dalam I Pet 3 : 8 ada kata – kata ’seperasaan’ disinilah Tuhan menciptakan situasi yang harus aku alami, agar supaya aku menjiwai kata – kata seperasaan ini. Sebab tanpa aku mengalami dihina oleh orang, tanpa mengalami kesengsaraan dan kesulitan, aku tak merasakan perasaan orang yang sedang susah kemudian dihina orang dan diremehkan orang, empatynya cuma mengambang. Kemudian dalam Efesus 4 : 2 ada kata – kata tunjukkanlah kasihmu dalam saling membantu. Sharing tulisanku ini adalah sebagai rasa kasihku kepada saudara-saudaraku yang masih menjadi penggenap firman Tuhan dalam Amsal 19:4, Sisi lain secara horisontal perilaku menghina dan acuh terhadap saudara seiman yang sedang jatuh semacam itu tidak menguatkan iman orang Kristen baru, dan justeru cenderung menjadi batu sandungan, bahkan bisa jadi menjadikan mereka undur dari ke Kristenannya hanya karena kecewa terhadap orang Kristen lama. Oleh karenanya dalam Matius 9: 13 Yesus mengatakan : “Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki adalah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Tetapi jika mengaku sebagai manusia baru yang telah diperbaharui oleh Kristus tabiatnya menjadi penuh kasih terhadap semua orang yang perlu diberi kasih tanpa pandang bulu, memberi penghormatan kepada semua orang tanpa melihat miskin atau kaya, dan punya atau tidak punya jabatan di gereja. Oleh sebab Kristus telah bersabda : kasihilah sesamamu manusia seperti mengasihi dirimu sendiri, dan saling menghormatilah kamu. Karena orang yang percaya betul kepada Kristus mengakui bahwa dirinya sendiri sebenarnya tak berdaya tanpa Kristus, sehingga mengakui bahwa segala apa yang dimilikinya adalah berkat kasih dari Kristus bukan dari hasil karyanya sendiri, sehingga tidak menyombongkan diri dan tidak angkuh. Orang ini akan mengerti bahwa orang yang dihindari dan dibeda-bedakan oleh sesama orang Kristen rasanya lebih keronto-ronto jika dibanding dengan sama-sama ditolak atau tidak dihargai oleh bos yang bukan se iman. Dilihat dari sudut teologi, berarti sebagai orang yang berteologi ekor, takut resiko oleh manusia banyak yang belum lahir baru, takut diolok-olok oleh teman-temannya sehingga lebih membela (menjilat) kepada orang kaya atau orang yang tengah punya kuasa, tanpa teringat bahwa Tuhan lebih berkuasa dari orang kaya atau orang berkuasa. Ingatlah terhadap yang tertulis dalam Amsal 23:4,5 bahwa kekayaan tiba-tiba bersayap dan terbang keangkasa (lenyap). Banyak bukti kejadian orang kaya yang mendadak bermasalah seperti Ayub. Oleh karena itu jadilah garam dan terang, tunjukanlah sinar terangmu supaya dilihat oleh orang banyak. Tetapi aku percaya pembaca yang kekasih tidaklah berperilaku sejelek ini, sebab pembaca adalah orang yang telah sadar akan kasih Tuhan berupa keselamatan dan percaya terhadap hukum tabur tuai dan hari penghakiman.
Tanpa aku mengalami kesulitan dan kesukaran aku tak mengalami pedihnya orang dalam kesulitan. Sebab jika aku terus-terusan sukses seperti masa-masa dahulu, mau tidak mau aku banyak dikelilingi oleh orang-orang penjilat, terutama yang akan mendapatkan keuntungan daripadaku, dan aku melupakan pedihnya orang yang ditinggalkan oleh kawan-kawannya, oleh pendetanya sendiri. Tanda-tanda bahwa orang ini adalah penjilat, ketika aku membutuhkan penghiburan dan dukungan doa, mereka tak ada yang nongol, padahal mereka adalah tokoh dan aktivis gereja yang tadinya kesana kemari dalam pelayanan sering bersamaan dan sebagai orang-orang berdasi. Dalam hatiku aku membela diri, seandainya kejatuhanku itu merupakan konsekwensi dari kesalahanku dan dosa-dosaku, bukankah aku orang terdekat yang memerlukan pertolongan untuk disadarkan dari dosaku ? Untuk apa mereka banyak bicara melayani dan menginjil orang yang jauh jauh, jika kenalannya didepan hidung tidak ditolong ? Puji Tuan aku tidak kecewa dan tidak menyimpan akar kepahitan untuk sahabat-sahabatku yang masih begitu, dan aku tidak membenci mereka. Justeru aku bersyukur bahwa aku menjadi begini supaya mengerti dan merasakan bahwa sebenarnya masih banyak kawan-kawan seiman yang belum tuntas menerima ajaran kasih Tuhan sehingga masih enggan mentransformasikan kasihnya kepada yang memerlukan dan menjadi buah kebenaran meskipun ia telah berdasi. Dan supaya tidak mendewa-dewakan orang dengan mengenyampingkan kuasa Tuhan, teori manusia yang instan memang pertolongan logikanya dari teman dekat yang mampu, tetapi yang benar adalah dari Tuhan entah menggerakkan siapa yang dikehendakiNya. Supaya kita tidak menjilat dan berharap kepada orang kaya. Ingatlah cerita orang yang punya hutang dan berbaikan dengan orang lain yang diberi hutang dalam perikup bendahara yang tidak jujur (Luk 16:1-9). Dan kemudian terdorong menulis buku untuk di sharingkan dengan harapan menjadi berkat bagi yang jatuh dan ketimpa tangga untuk mendapatkan penghiburan melalui mengerti duduk permasalahannya, dan bagi pelayan Tuhan yang belum punya kasih, semoga menjadi tertarik untuk mengasihi saudaranya yang susah apapun penyebabnya, sebab tindakan mengasihi sesama adalah bukti dari buah imannya.
Sebab kesukaranku disini berbeda dengan kesukaran bisnis, dimana dalam kesulitan bisnis, orang masih punya kebanggaan ketika bisnisnya colaps, karena meskipun colaps toh masih disebut sebagai orang kaya, karena masih bisa berbisnis, meskipun dagangan yang dibisniskan dan mobil yang dikendarai tersebut barangnya orang lain (barang utangan) . Berbeda dengan aku yang sudah tidak punya kebanggaan. Bayangkan jika cuma ongkos angkot Rp 2.000,- saja tak punya ! Demikian juga dalam hal minta tolong. Minta tolong dalam perkara yang besar dengan minta tolong untuk kebutuhan makan atau uang Rp 2.000,- adalah berbeda. Padahal aku mantan seorang direktur dan masih punya harta harganya ratusan juta tetapi dijual tak laku, digadaikan tak laku (waktu itu) sehingga uang Rp 2.000,- saja tak punya ! Aneh tapi nyata bukan?. Persis seperti orang punya ATM platinum tetapi berada di tengah hutan yang tak ada mesin ATM dan tak punya makanan. Itulah keunikan dan ke Mahakuasaan Tuhan yang dinyatakan kepadaku. Tuhan berkuasa mengatur situasi ! hikmat yang kudapat dari kejadian ini adalah : Seperti pepatah yang berbunyi : janganlah menjadi kacang yang lupa kulitnya, dan lupa lanjarannya. Sesuai dengan Ayub 1:21 bahwa dengan telanjang aku keluar dari kandungan , dan dengan telanjang pula aku kembali… Dan mengapa rasul Paulus menekankan kalimat: hendaklah kamu seperasaan………Bagaimana bisa pas seperasaan jika belum pernah mengalami perasaan susah dan terhina dan kesulitan dengan mengalaminya sendiri? Bukankah perasaan dan empaty itu hanya berupa angan-angan atau kira-kira tetapi tidak mengerti secara persis rasanya seperti apa orang yang betul-betul terhina dan susah itu. Penangkal supaya aku tidak terkena akar kepahitan Tuhan mengirimkan dahulu pengertian dari kalimat yang tertulis dalam kitab Yudas dan juga Amsal 19:4 bahwa orang kaya banyak sahabat, dan orang miskin ditinggalkan sahabatnya. Jadi kawan-kawanku tersebut cuma sebatas penggenap firman Tuhan, aku tak boleh marah atau benci kepadanya ! Jadi kalau ada kejadian seperti itu, yaitu seperti aku ditinggalkan sahabat-sahabatku dan atau dibenci, itu adalah peristiwa alami yang alkitabiah yang juga dialami Ayub. Masalahnya untuk diri kita sendiri mau menerima atau tidak, dan jangan berharap kepada orang, karena Tuhan telah berfirman bahwa bijih itu ada yang jatuh ketanah yang baik, tetapi ada pula yang jatuh ketanah berbatu dan dimakan burung ! Jadi tidak setiap orang Kristen imannya bagaikan tanah yang baik yang menumbuhkan bijih yang jatuh kepada dirinya. Supaya kita tidak kecewa atau depresi. Itulah mengapa aku dapat sembuh dari sarcasm karena Tuhan telah terlebih dahulu memberi penangkalnya. Bagaimana perasaan Yesus ketika dikecewakan oleh polah tingkah murit-muritnya sendiri yang tidak mengakuinya ketika Yesus dihakimi oleh Mahkamah agama. Bagaimana Paulus diadu domba dan difitnah dengan teman sepelayanannya sendiri, sehingga keluar kalimat :aku menanam, Apolos menyiram tetapi Allah yang memberi pertumbuhan (1 Kor 3:6) Tuhan juga memberi pengharapan nyata masa depan di dunia dan (secara iman) di surga. Aku diberi banyak kelebihan oleh Tuhan meskipun satu sisi orang menghindariku dan meremehkanku karena menghinaku, disisi lain aku dihajar supaya kuat menghadapinya, itulah hiburan dan pengharapanku seperti yang disampaikan Paulus kepada Jemaat di Tesalonika bahwa : “Tuhan Yesus dan Allah, Bapa kita telah menganugerahkan penghiburan dan pengharapan…….”. Sebenarnya aku sadar bahwa kalimat ini dapat diartikan bahwa aku belum rendah hati dan masih menyombongkan diri, tetapi aku belum menemukan kalimat lain yang lebih tepat dan dari sisi iman, inilah yang membuat aku tidak frustrasi hanya gara-gara banyak orang yang meremehkanku. Karena aku merasa bangga dan aku harus bersyukur kepada Allah, bahwa Allah berkenan memberi aku talenta dan hikmat pengertian sehingga tidak diombang-ambingkan oleh sekedar omongan dan pendapat banyak orang yang tidak jujur, dan aku tidak boleh menyombongkan diri. Sebab rendah hati tidak hanya dalam tutur kata mulut, tetapi harus dilakukan dalam tindakan dan hatinya yang rendah hati, yaitu tidak menghina sesama meskipun secara nalar dan sosial sesama tersebut terhina mungkin karena bodoh atau melarat. Kita wajib menghargainya bahwa ia adalah sesama ciptaan Allah yang sama derajatnya di mata Allah, apalagi itu myakitkan hati orang yang terhina. Melalui aku megerti apa yang disebut psikotes proyektif atau gambar grafis dan kemudian aku diberi pendalaman tentang kejiwaan, aku menjadi mengerti mata rantai dan kostruksinya, atau jaringan rajutannya mengapa orang melakukan sesuatu tindakan atau berperilaku sesuatu. Melalui ini aku menjadi memahami mengapa ada orang yang melakukan sesuatu yang menyenangkanku atau menyenangkan orang lain, atau menyakitiku, atau menyentuh hatiku. Inilah yang mendorong untuk aku tidak terkena sarcasm terus menerus dan tidak terkena akar kepahitan karena memang demikianlah yang manusiawi (Manusia lama). Justeru tertantang bagaimana mengobati mereka khususnya yang belum sadar. Ketika aku dalam posisi jatuh aku diberi pengharapan yang nyata oleh Tuhan yang akan aku terima sebelum aku dipanggil Tuhan (imanku mengatakan tinggal menunggu waktu dari Tuhan kapan pengharapan tersebut menjadi kenyataan). Pengharapan ini adalah melalui tanpa aku duga sebelumnya menemukan sebuah resep minuman segar yang ternyata dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang telah aku buktikan pada beberapa ribu orang, dan kemudian resep temuanku tersebut pernah akan dibeli orang ratusan juta rupiah. Sehingga secara otomatis jika Tuhan mengijinkan dapat dipakai Tuhan untuk menopang ekonomiku kembali. Padahal aku bukan ahlinya dibidang obat atau jamu, sebab sekolahku adalah teknik sipil, jadi jika soal cor beton atau bikin rumah aku ahlinya, aselinya dahulu aku bukan ahli obat, kemudian setelah aku belajar psikologi konseling dan teologi aku juga sedikit mengerti tentang teologi dan konseling karena memang aku belajar secara formal. Tetapi jika obat-obatan ini aku belum pernah belajar secara formal, juga bukan keturunan orang ahli jampi-jampi. Jadi ini adalah murni karunia Tuhan.


“Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya;10. Ia memberi hujan keatas muka bumi dan menjatuhkan air keatas ladang; 12 Ia menempatkan orang yang hina pada derajat yang tinggi dan orang yang berduka cita mendapat pertolongan yang kuat; Ia menggagalkan rancangan orang cerdik, sehingga usaha tangan mereka tidak berhasil; 13 Ia menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya sendiri, sehingga rancangan orang yang berbelit-belit digagalkan.”
Ayub 5:9-13.
Inilah yang menjadikan penghiburan dan pengharapanku, semoga digenapiNya. Juga dibukakannya pengetahuanku tentang teologi dan iman yang memperkuat dan meluruskan berupa “resep” untuk bisa kesurga. Inilah yang kemudian mendorong aku untuk menanggalkan manusia lama dan memperbaiki kelakuanku seperti yang tertulis dalam 2 Timotius 3 :15,16 Pengetahuan dan iman pemberian Tuhan ini membuat kekuatanku dan pengharapanku menjadi luar biasa, sebab bersinerginya antara ditopang oleh kekuatan Tuhan dan pengertian yang mendalam. Bayangkan jika ketika aku miskin dan menghadapi kesukaran tersebut seandainya pada waktu itu aku belum punya pengetahuan (mengenal) tentang Tuhan itu siapa dan bagaimana apa yang mungkin terjadi ?. bisa saja aku marah dan kemudian ngenes dan jatuh sakit, karena terkena penyakit yang disebut pos power sydrom apalagi belum mampu melihat kemurahan dan pertolongannNya (Efesus 1:17). Jika kita melihat Ayub, raja Daud dan lain-lain yang Tuhan ijinkan iblis menjamahnya, adalah karena Ayub dan Daud dikasihi Allah supaya tidak sekedar “mendengar kata orang” tetapi “pernah mengalami sendiri” , begitu pula Rasul Petrus dalam suratnya meyebutnya : “orang-orang yang dipilih Allah………..” dan “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.”
Jadi bagi pembaca yang pernah dijungkir balikkan Tuhan kehidupan ekonominya, dan kemudian dibawa untuk mengenal lebih dalam tentang Allah dan firmanNya adalah berarti termasuk orang-orang yang dipilih Allah seperti Daud dan Petrus ! Untuk diluruskan jalannya sehingga tidak terperosok, jadi berbahagialah dan jangan mau terkena pos power syndrom. Sedangkan orang-orang yang tak dipilih Allah, mungkin tidak dijungkir balikkan dan tidak dibawa kepada pengenaalan akan Allah yang lebih mendalam. Sebab mereka merasa sudah “cukup mendalam” pengenalannya kepada Allah, maka ia sombong dan kurang punya kasih kepada orang yang miskin atau orang yang sedang bersalah.
Tetapi Tuhan menghendaki rendah hati yang sungguh – sungguh bukan rendah hati yang ditata seperti rendah hati yang dimainkan pemain sinetron dalam mimbar. Tampil dan tutur katanya rendah hati, tetapi hatinya yang tak terlihat berkebalikan dengan apa yang dikatakan. Dengan kesukaran, kesengsaraan ini aku mau tak mau harus mengerti rendah hati sesuai dengan yang dimaksud dalam firman Tuhan. Harus diaplikasikan dalam semua segi kehidupanku. Seandainya aku langsung diberi sukses lagi bukannya kesukaran, rendah hatiku niscaya rendah hati yang ditata dalam penampilan, perbuatan dan dalam berbicara. Yakni dengan tujuan biar dicap sebagai orang yang rendah hati ! bukan itu ! rendah hati dalam arti memang harus mau menerima semua orang apapun kelas sosialnya bahwa mereka mempunyai nilai dan hak yang sama didepanku maupun didepan mata Tuhan, sebab harus mengutamakan orang lain. Aku tidak boleh menghina orang yang menurut manusia secara manusiawi kurang beruntung (orang hina). Tidak hanya rendah hati terhadap orang – orang Kristen atau orang – orang tertentu saja. Tetapi juga agar kita merubah kelakuan kita yang tidak baik diganti dengan kelakuan yang lebih baik. (2 Tim 3:15,16) Tuhan tidak suka dengan prilakuku rendah hati yang ditata, yang Cuma pura-pura. Penampilannya rendah hati, tutur katanya rohani, manis mulutnya dan suka memuji –muji Tuhan dan melontarkan kata-kata syaloom, perbuatannya pemurah, dan suka menolong tetapi hatinya keras, hatinya jahat ada bulunya dan tak punya kasih karena serakah dan punya iri hati. Merasa tidak senang dan iri jika orang lain sukses.
Tuhan ingin agar kita benar – benar melihat Tuhan itu siapa biar aku benar – benar tunduk, takut dan taat kepada-Nya. Biar kita benar – benar merasa tak berdaya dihadapan sesama meskipun dihadapan orang yang secara manusiawi orang tersebut adalah orang yang tak berharga dimata manusia secara manusiawi. Tuhan dengan tangan kekerasan dan kasih Nya membuat menyadarkan aku bahwa ia meskipun orang hina, orang tak berharga, orang yang tak
punya kelebihan, tetapi mereka semua adalah punya hak yang sama dengan saya dihadapan Tuhan.
Unik sekali Tuhan menghajar dan memaksa aku, hanya untuk mengerti dan menghayati rendah hati dengan tidak mengijinkan aku frustasi dan ngenes. Terpujilah Tuhan selama – lamanya atas kasih setianya.(Iberani 12:10)

Pikirannya Menerima Tetapi Kedagingannya Menolak
Yang banyak terjadi adalah orang (dengan mulutnya) mengaku bersalah dan berdosa, tetapi ia masih mengulang lagi perbuatan salah yang sama. Padahal ketika menyatakan atau mengaku bersalah disertai dengan mengeluarkan teriakan keras atau menangis, namun mengapa tidak ada perubahan ?
Jika terjadi demikian, bisa jadi pengakuan kesalahan atau dosa tersebut masih dalam tingkat pengetahuan atau sebatas emosi saja yang belum mendarah daging (mengakar kuat dihati). Karena baru sebatas pengetahuan dan keinginan, maka ketika iblis membisiki dengan pengetahuan “tandingan” maka terjadilah perang argumentasi dalam pikirannya sendiri, jika meminjam istilah Segmund Freud pada waktu demikian terjadi debat atau perang argumentasi antara Ego dengan yang desebut Id (Ibr 4:12). Antara pengetahuannya yang mendukung pengakuan kesalahan dengan pengetahuannya yang baru (Ego yang memberi pertimbangan bahwa perbuatan tersebut adalah berdosa) dengan pendapat yang mendukung menganggap apa yang ia lakukan sebagai hal yang normal dan manusiawi yang sebenarnya merupakan keinginan (daging) atau Id kemudian mempertahankan keinginannya dengan mencari-cari dalih pembenarannya. Dan kemudian dengan ditambahi : “aku adalah manusia, bukan malaikat” ! Normalah jika aku berbuat salah, itu manusiawi, Yesus kan Maha Pengampun, demikian pembelaan dalam hatinya.
Pada kesempatan yang lain ketika emosinya di gelitik oleh iblis dengan kebutuhan-kebutuhan, ia berfikir dalam dirinya sendiri. Juga beradu argumentasi seperti pada tingkat pengetahuan, seraya membenarkan mana yang diutamakan antara kebutuhan dan kenikmatan dengan pengertiannya, tak banyak orang juga melakukan hal yang sama. Contoh kejadian ini adalah ketika berselingkuh. Terutama bagi orang yang belum menikah.

“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya”
Yak 1 : 14

Menyadari atau tidak menyadari, seringkali kita pikat oleh keinginan-keinginan kita sendiri, keinginan ini disebut keinginan daging, keinginan-keinginan ini biasanya dimotori oleh keinginan emosi yang sedemikian kuat sehingga keinginan tersebut seolah menjadi suatu kebutuhan. Contoh keinginan-keinginan ini adalah “serakah”. Serakah tampil dengan cara “kebutuhan” atau “tidak cukup” atau “gengsi” atau “malu” dsb.

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan”
(I Tim 3 : 16a)
Setelah menyatakan kesalahan kemudian kalimat berikutnya adalah: untuk memperbaiki kelakuan. Menyatakan kesalahan ini akan menjadi bermakna jika digandeng dengan kalimat berikutnya untuk memperbaiki kelakuan tetapi diteruskan dengan perbuatan. Banyak cara Tuhan untuk memperbaiki kelakukan ini, tetapi semuanya tak lepas dari firman Tuhan. Sebab mekanismenya harus di awali dengan pengetahuan dan pengertian dan keyakinan. Pengertian artinya harus mengerti betul secara akal sehat dan kebenaran bahwa tindakan tersebut salah, misalnya sebagai contoh bahwa karena mengerti betul jika api itu panas maka tidak berani memegangnya sebab takut kulitnya terkelupas. Keyakinan artinya memiliki keyakinan bahwa tindakannya tersebut berdosa, sedang berdosa atau hukuman dari dosa tidak dapat dibuktikan saat melakukan seperti ketika memegang api, pembuktiannya hanya dalam kepercayaan sehingga kuncinya ada pada kepercayaannya itu. Disinilah kejadian-kejadian yang diluar nalar sehat itu terjadi, karena dipakai Tuhan untuk menanamkan kepercayaan itu, sehingga kesaksiannya tidak ngawur seperti yang tertulis dalam Roma 10:2
“Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar 3 .Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.” [1])

Sedangkan dari sudut ilmu pengetahuan kejiwaan disebutkan bahwa ada orang yang mudah percaya dengan melalui nalar (fikiran) saja, tetapi ada juga yang tidak mudah percaya jika belum melihat bukti. Untuk kelompok orang yang selalu minta bukti ini juga ada negatifnya yaitu justru dapat ditipu dengan bukti itu sendiri misalnya saja dengan white magig atau black magig yang sering dapat memberikan bukti langsung. Padahal tentang dosa, buktinya ada yang hanya diketahui besuk setelah hari penghakiman saja, jadi jika mau cari bukti berarti tunggu mati dahulu dan menunggu datangnya hari kiamat baru nanti bisa melihat buktinya. Meskipun ada pula yang bukti hukuman tersebut dapat dilihat ketika masih hidup didunia, yaitu yang bersifat nubuat contohnya sengsara dan kesulitan sebagai upah dari perbuatan dosanya. Inipun tidak langsung dapat dilihat, sebab biasanya nunggu waktu yang sangat cukup lama karena Tuhan Itu Maha Pengasih maka waktunya sangat lama sebab memberi waktu dahulu untuk bertobat sebelum dihukum beneran (dapat melihat bukti). Hukuman ini banyak terdapat pada seputar hukum tabur tuai, yaitu memetik dari hasil perbuatannya sendiri. Berbahagialah bagi yang mendapat sih rachmat Tuhan, karena sebelum Tuhan menjatuhkan fonis hukuman tersebut telah menganugerahkan pertolonganNya berupa memberi terang secara rohani kepada yang dikasihinya, sehingga orang tersebut (yang diberi terang) secara rohani dapat melihat dengan jelas apa akibatnya nanti jika berbuat dosa itu sehingga menguatkan kepercayaan nalarnya bahwa hukuman itu betul akan ada.
“Bila tersingkap, firman-firmanMu, memberi terang, memberi pengertian kepada orang yang bodoh” (Maz 119:130)
Dari pengertian ini kita menjadi mengerti dan menyadari akan kesalahan-kesalahan kita. Berkat terang dari Tuhan yang telah dianugerahkan kepada kita yang dikasihi Tuhan dengan penyingkapannya. Jika kita beruntung, maka ada dorongan yang kuat untuk memperbaiki kelakuan dari dalam diri kita sendiri tanpa takut kepada orang lain. Tetapi jika kurang beruntung, pikiran kita berupaya mencari dalih-dalih untuk membenarkan pikiran diri sendiri, yang berarti semakin mengukuhkan perbuatan salahnya atau paling-paling sebatas malu atau rikuh jika ketahuan orang lain, tetapi ketika tidak ketahuan orang, dosa itu tetap dilanggar persis seperti yang tertulis dalam Roma 10 :3,
Kebetulan penulis pernah berulang kali melakukan hal yang demikian (slintat-slintut berbuat dosa). Yakni mencari dalih-dalih untuk membenarkan diri sendiri dalam berbuat salah. Malah kemudian memakai firman Tuhan untuk menghakimi orang lain, bukannya menghakimi diri sendiri sehingga dosa itu tidak penulis hindari.
Puji Tuhan, Allah mengasihi aku. Awal mulanya aku dibuai memiliki kesukaan baca Kitab Suci. Berkat dari sering baca Alkitab (karena suka) minimal aku secara pengetahuan (koqnitif) menjadi mengerti mana yang salah mana yang benar. Meskipun pada tingkat ini aku belum ada dorongan yang kuat untuk memperbaiki kelakuan. Meskipun dalam tingkat pengetahuan aku telah mempunyai kemampuan mengerti mana yang salah dan mana yang benar dan belum menjadi rhema, karena baru sebatas pengertian dalam pikiran. Pada waktu itu aku selalu mencari dalih-dalih membenarkan kesalahan-kesalahanku sebagai akibat pengertianku belum bulat betul, dan kemudian bersilat kata.
Beberapa tahun kemudian, setelah aku bertahun-tahun jungkir balik dengan argumen-argumentasiku yang salah pengetrapan, Tuhan mencelikkan mata rohaniku. Waktu itu aku sedang naik bus kota yang masih ngetem di terminal, mataku dibawa Tuhan untuk melihat anak jalanan peminta-minta yang ada di terminal. Tuhan membisikiku dengan pertanyaan kepada batinku, apakah kamu mau dan senang jika anak jalanan yang kumuh dengan baju kumal itu duduk di sampingmu, jawabku dalam batin ketika itu: tentu tidak senang Tuhan! Lalu pertanyaan berikutnya, bagaimana jika setelah duduk disampingmu kemudian berkata :”ia mengaku bahwa ia adalah anakmu,……..jadi aku adalah ayahnya anak itu ?” Apakah kamu tidak malu ?
Aku sadar, bahwa secara rohani diriku tidak jauh berbeda dengan anak jalanan itu, perbedaannya hanya pada penampilan phisik saja, hatinya belum tentu. Oleh karena itu sebenarnya aku tak layak mengaku menjadi anak Tuhan. Tuhan akan malu melihat kelakuanku yang brengsek ini. Aku menangis dan minta ampun kepada Tuhan. Mulai saat itulah aku dikuatkan Tuhan melalui pengertian – pengertian yang sering aku salah gunakan untuk menghambat pertobatanku dan memperbaiki kelakuan. Melalui penyingkapan ini aku berkomitmen untuk memperbaiki kelakuanku agar supaya pantas jika aku mengaku sebagai anak Tuhan. Supaya aku tidak mempermalukan Tuhan dengan perbuatan – perbuatanku yang kurang baik meskipun dengan alasan orang lain banyak yang berbuat demikian, Karena aku takut akan Tuhan (Amsal 1 : 17) sebab sebelumnya Tuhan telah menyingkapkan kepadaku bahwa dalam segala peri kehidupan manusia tidak ada yang tak terkontrol olehNya, Sebab pada hakekatnya orang berbuat sesuatu (yang aneh-aneh) adalah sebagai akibat dari adanya desakan untuk berbuat sesuatu sesuai situasi keadaan yang melingkupi saat itu. Yang kemudian menelorkan suatu pikiran dan angan-angan dan timbullah desakan itu. Seandainya aku tak gemar baca Alkitab dan Tuhan tidak mengasihiku dengan memberkati aku ketika baca Alkitab niscaya aku tak memiliki pengetahuan (secara koqnitif) mana yang salah dan bagaimana yang benar dan tidak membenarkan apa yang tersirat dalam Mazmur 119:130. Jika demikian ketika aku melihat anak jalanan yang kumuh tersebut akan biasa – biasa saja. Tidak menjadikan rhema bagi mata rohaniku untuk terbuka karena aku belum mengerti mana yang benar mana yang salah.
Ternyata untuk mengalahkan daging lebih sulit jika dibanding dengan mengalahkan pikiran, perlu proses yang panjang atau bayar harga yang cukup mahal. Oleh karenanya Tuhan sering menggunakan tangan besiNya melalui masalah atau musibah untuk menyadarkan daging dengan “terpaksa” melalui mengalami kesulitan atau kesakitan. Dari pengalaman yang terpaksa ini kita menjadi disadarkan dari kesalahan. Terimakasih kepada sobat-sobatku yang dipakai Tuhan untuk menyadarkanku melalui menjahui dan tidak menolong aku, jika mereka mempedulikanku mungin aku tak bisa menulis buku, aku tidak sakit hati kepadamu sobat.

“Dan inilah doaku, semoga kasihmu semakin me-
limpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam
segala macam pengertian,10 sehingga kamu dapat
memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, 11 penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.”
Filipi 1:9-11


SERI 9 11111111 GARAM DAN TERANG


“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar , dengan apakah ia diasinkan ? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. 14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak diatas gunung tidak mungkin tersembunyi. 15 lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya dibawah gantang, melainkan diatas kaki dian sehingga menerangi semua orang didalam rumah itu. 16 Demikian hendaklah terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang si Surga.”
Matius 5: 13-16
F
dDD
PERSELINGKUHAN
dan
PERSELISIHAN SUAMI -- ISTERI

P
enulis pernah ngobrol santai dengan seorang ibu muda. Ibu ini seorang Kristen yang taat. Ia bersuamikan seorang aktivis gereja, yang rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Karena itulah DD
D

irman Tuhan yang tertulis dalam Matius 5: 13-16 ini sangat indah, oleh karenanya tidaklah mengherankan jika banyak orang Kristen yang menjadi ter obsesi untuk menjadi pelaku Firman Tuhan ini. Penulis sendiri juga sangat mau menjadi garam dan terang. Namun pada prakteknya bagaimana ? dan mudah atau tidak, mengapa? Pada kesempatan ini mari kita bersama-sama mencoba menelusur mencari penyebab kegagalan berkeinginan menjadi garam dan terang yang indah ini.
Secara phisik garam, mempunyai sifat yang mudah lebur, lebur karena terkena air ataupun karena di giling sebab tidak terlalu keras seperti merica misalnya. Jika garam tidak di haluskan (bahasa Jawanya di uleg) sambal terasi tersebut pasti akan tidak enak, meskipun menggunakan terasi made in Juwana, begitu pula ketika di masukkan ke nasi goreng dan garamnya tak lebur, maka nasi gorengnyapun tak akan enak dimakan karena asinnya tidak merata. Sambal atau sayur menjadi asin karena garamnya bersenyawa dengan molekul-molekul barang disekitarnya tersebut. Artinya, garam tersebut harus rela mengorbankan harga dirinya (wujud fisiknya hilang dan tak nampak lagi = aku-nya hilang), karena hanya dengan cara itulah barang lain di sekitarnya menjadi di asinkan.
Tuhan Yesus juga memberikan contoh yang konkret dalam hal ini. Beliau juga meleburkan diriNya untuk mengasinkan manusia berdosa, beliau adalah King of King tetapi mau meleburkan diriNya dari Allah Yang Maha Mulia menjadi manusia biasa dan bergaul dengan nelayan (bukan sekelasnya), koruptor dan pemeras (Zakius), pejinah (perempuan Samaria), orang yang masih punya iri hati (Maria dan Marta) dan orang-orang berdosa dari semua klas termasuk diri kita.
Tetapi kita bagaimana?, baru mau memilih tempat duduk di gereja saja bagaimana, melihat-lihat dahulu siapa yang sudah duduk disitu bukan ? Artinya kita tidak asal duduk ditempat yang masih kosong tetapi melihat siapa dulu yang sudah duduk di situ jika tak cocok tidak jadi duduk dibangku tersebut, padahal ini di gereja. Dan ini baru berdampingan duduk belum bergaul akrab, apa lagi menolong mengangkat mereka (menjadikan asin dari yang tadinya tawar). Mengapa demikian yang terjadi? (tentu bukan anda, ini terjadi di Gereja lain) Karena dalam hati orang yang pilih-pilh ini masih percaya bahwa keberhasilannya yang ia sekarang miliki apa saja, kekayaan, kepandaian, pergaulan sosial dll. adalah merupakan dari hasil jerih payahnya 100% secara murni, atau memandang segala kelebihan yang di miliki termasuk kecantikan, kegantengan, dan kepandaian tersebut adalah miliknya, paling tidak merasa memiliki karunia yang lebih dari orang lain sehingga tersirat rada-rada ‘sombong’ dikit begitulah atau ekstrimnya disebut angkuh. Mereka melihatnya orang lain masih secara phisik dan kekayaan belum secara rohani. Anehnya model seperti ini juga masih dilakukan oleh sementara pengkotbah (tentu bukan pengkotbah di gereja anda) yaitu minta dilayani secara VIP tidak mau membaur dengan jemaat siapa saja asal masih ada tempat yang kosong. Sebagai akibat dari tidak mengerti, bahwa selama rasa angkuh ini masih di pelihara dalam hatinya, sadar atau tidak, sama saja sudah mengeraskan hati untuk tidak mau meleburkan harga dirinya alias tidak rendah hati. Karena masih mementingkan “aku”. Jadi jika sebagai garam, sudah dimasukkan ke air tetapi tak mau lebur begitulah. Berarti tidak akan menjadi garam yang mengasinkan adonan di sekitarnya. Dan tanpa sadar ketika bicara, dasar bicaranya masih ketus atau tak mau mengalah dan tak mau kalah sebab merasa punya kelebihan dari orang lain. Padahal perasaan “lebih” yang tidak sengaja tertampilkan tersebut tetap akan di simak oleh roh kita (roh manusia) bersama-sama dengan Roh Kudus dan akan di catat dalam buku kehidupan (Roma 8:16) . Berarti meskipun mulut tidak mengatakan bahwa cari tempat duduknya milih-milih siapa yang akan menjadi tetangga duduknya tetapi Allah melalui roh (roh manusia, kita) akan melihat, dan Allah itu tidak senang terhadap kecongkaan (Yak.4:6 b). Jadi meskipun kita tidak memperlihatkan keangkuhan kita, misalnya saja ramah sekali dan mudah mengucapkan kata-kata syaloom atau kata rohani sekalipun, tetapi Tuhan tetap melihat hati yang angkuh (1 Taw 28:9, Ibr.4:13) atau dengan kata lain perbuatannya ini membuat Tuhan tidak senang. Meskipun perpuluhannya tebal, pelayanannya sangat rajin, sering memperkatakan firman Tuhan, ikut setiap kegiatan gereja. Belum lagi ketika bergaul dengan orang yang sudah peka, mereka akan merasakan bahwa sebenarnya boundrynya (keangkuhan pada dirinya) besar dan tebal. Meskipun sikapnya ramah dan kelihatan sopan tetapi tetap akan dirasakan basa-basinya. Rintangan untuk menjadi garam yang asin, selain angkuh adalah kurangnya rasa kasih sayang terhadap sesama yaitu hukum yang terutama. Rasa kasih ini menjadi sulit mengakar di hati karena adanya anggapan segala kelebihan yang dimiliki berasal dari dirinya sendiri. Perasaan seperti ini membuat lupa kepada Kuasa Tuhan bahwa sebenarnya kita cuma ketempatan atau bahasa rohaninya di anugerahi. Ingatlah sejarah Ayub orang yang paling saleh di seluruh muka bumi, ia masih diijinkan untuk dijamah iblis sehingga harta kekayaannya habis ludes. Apakah kita lebih hebat dari Ayub? Sehingga di istimewakan oleh Tuhan dilindungi dari jamahan iblis? Ingat seorang Bos sebuah Bank yang besar, orangnya gemar melayani dimana-mana, tetapi mendadak sekarang jadi buron. Hidup ini hanyalah sebagai pemeran sinetron, atau kalau orang jawa hanya sebagai lakon wayang, yang menentukan peran apa dan berapa lama menjadi peran utama adalah sutradara dan sutradara itu adalah Allah sendiri bukan kita manusia. Oleh sebab itu tak ada dasarnya jika kita menganggap tak akan mungkin terjadi seperti Ayub hanya meskipun persembahannya tebal dan pelayanannya 24 jam sehari masih di tambah lagi sering doa puasa dan berglosolali. Barang kali berkunjung ke ICU, dan RSJ merupakan cara yang cukup bagus sebagai sarana memperingatkan dan untuk menyadarkan diri kita bahwa siapapun sewaktu-waktu bisa saja terjadi seperti mereka. ……….yang berada di ICU atau RSJ itu.
Penulis pernah dicelikkan mata rohaninya oleh Tuhan, gara-gara salah cara dalam keinginannya menjadi garam dan terang. Ketika penulis masih muda, kebetulan sangat diberkati Tuhan. Penulis sangat terkesan dengan ayat garam dan terang ini, dan berupaya melakukannya. Penulis menjadi ringan tangan, maksudnya mudah memberi pertolongan. Apa lagi jika dengan embel-embel gereja. Banyak gereja pembangunan gerejanya yang ikut merasakan berkat lewat kocek penulis. Tidak hanya itu, waktu itu juga aktif dimana-mana. Organesasi pelayanan atau kegiatan pelayanan di dalam maupun diluar gereja penulis ikut aktif karena ditarik dan diperlukan mereka, sehingga sahabat penulis cukup banyak. Karena hampir setiap ada kegiatan pelayanan yang besar di kota Semarang penulis selalu ikut jadi panitia. Penulis waktu itu bangga sekali mendapat julukan menjadi orang Kristen yang pemurah dan rajin pelayanan dan “merasa dipakai Tuhan”. Bagaimana selanjutnya ? Suatu ketika Tuhan mengijinkan iblis menjamahnya, jadilah penulis seperti Ayub jaman modern. Ketika jatuh, sahabat yang dahulu kental, tilpun-pun untuk menanyakan kabarnya tidak, apalagi membesuk memberi penghiburan. Padahal pada waktu itu penulis sangat membutuhkan penghiburan meskipun dahulu sering menghibur orang. Jika saya tilpon pura-pura tak ada atau alasan lain karena takut dipinjami uang atau di sambati yang lain-lain. Setelah menderita beberapa tahun lamanya (seperti Daud di buang ke Zif dan ketika Daud dikutuki oleh Simei), untunglah Tuhan berkenan membukakan mata rohani satu persatu kesalahan penulis di ungkapkan. Salah satunya yang diberikan kepada penulis adalah yang memberikan bekal agar supaya aku tidak menyimpan akar kepahitan terhadap perlakuan sahabat-sahabatku yang menjahui aku, diantaranya melalui Amsal 19:4; Pkbh. 9:15. Jadi aku adalah penggenap nubuat Alkitab untuk menjadi miskin supaya merasakan pedihnya di tinggal sahabatnya, dan supaya mengerti terhadap motivasi yang benar menjadi garam yang asin.
Rintangan yang ke tiga dari menuju menjadi garam dan terang adalah merasa telah ditebus oleh kematian Yesus tetapi cuma sepotong-sepotong tidak secara lengkap. Yang diingat hanya sebatas mengampuni dosa dan menyelamatkan kita saja. Akibat dari hal ini, justru menjadi merasa lebih dari orang lain yang dianggap belum mengalami penebusan. Ia masih menggunakan pikiran manusia lama. Akibatnya dirinya terpecah menjadi dua bagian, sebagian berkeinginan menjadi garam dan melakukannya dan memang melakukannya dengan menjadi pemurah dan suka menolong seperti saya dulu, tetapi sebagian lagi (pikiran dibalik perilakunya) masih menggunakan pola lama yaitu tidak dengan hati yang di rendahkan, masih menonjolkan aku, jadi hanya bermodal dengan ketulusan saja (tidak minta imbalan materi). Memang pemberiannya dengan tulus, tetapi belum dengan rendah hati yang penuh kasih . Contoh: Ada orang tua datang minta pertolongan. Orang ini di sapanya dengan ramahnya, syalooom…, diberinya minum segala, setelah bicara sana-sini orang tua ini mengutarakan permintaan pertolongannya. Bukannya dipikirkan perlu dan pantas diberi pertolongan apa tidak, tetapi dijawab : Bapak, sementara bapak berdoa dulu kepada Tuhan dan jika bapak akan minta tolong itu, bisa tetapi jangan banyak banyak sebab tempatnya sudah penuh, kasihan nanti barangnya bapak rusak karena disenggol-senggol orang. Padahal permintaan bapak tua itu cuma nitip barang dagangan untuk dijualkan sesuai dengan yang menjadi dagangan toko tersebut, dan barangnya bapak tersebut sesungguhnya tidak makan tempat. Tetapi mengapa hanya diijinkan sedikit sekali ?, jika seandainya laku semua, hasil dari seluruh penjualan itu-pon untuk transportnya saja akan habis. Apa alasan tidak mengijinkan titip barang yang cukup sehingga cucuk dengan transportnya, karena bapak tua ini belum mereka kenal karena memang belum terkenal sehingga ia takut terhadap pertanyan jika ada yang tanya mengapa saya memberi bantuan kepada bapak tua ini, saya akan jawab apa nanti ?, apalagi bapak ini cuma jemaat biasa belum dikenal digereja ini. Jadi orang berdasi ini tidak berbelaskasihan dengan orang yang sudah tua yang rumahnya sangat jauh, tetapi lebih takut kepada bayangan akan adanya pertanyaan dari orang banyak yang sebenarnya belum tentu akan ada orang yang akan mempertanyakan. Orang ini berbuat demikian (bicaranya ramah, hatinya pahit) karena masih menggunakan pikirannya yang lama sebab belum berganti dengan pikiran yang baru yaitu berbelas kasihan. Padahal sebetulnya penebusan Yesus adalah satu paket dengan melahirkan kembali dari manusia lama menjadi manusia baru (Efesus 4:17-32). Pada ayat 23 terdapat kata: ‘supaya’ kamu diperbaharui….. Artinya kata supaya adalah kita dituntut aktif melakukan, bukannya cukup dengan percaya dan pasif saja kemudian otomatis akan diperbaharui. Sebab pembaharuan dari Yesus ada syaratnya yakni harus menanggalkan manusia lama (ayat 22). Yang menanggalkan adalah harus kita sendiri. Syarat yang lain adalah rendah hati dan saling mengasihi dalam hal membantu (4:2). Masalahnya manusia lama itu penuh kebahagiaan, oleh karenaya ya tentu aras-arasen untuk melepaskan sesuatu yang enak dan yang membahagiakan itu. Antara rendah harti dan mengasihi dalam membantu yang benar adalah selalu kait mengait. Membantu dengan kasih berbeda dengan memberi pengemis sejumlah uang dengan perasaan lebih hebat hanya dengan pertimbangan merasa bahwa pengemis tersebut lebih miskin sehingga layak diberi. Sedangkan mengasihi adalah seperti perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati. Orang Samaria ini belum tentu lebih kaya dari yang memerlukan bantuan.
Penebusan yang komprehensif (komplit) membuahkan diri kita tulus untuk di tebus dan melakukan persyaratan-persyaratannya diantaranya menanggalkan manusia lama. yang hidup di dalam hawa nafsu daging, dan pikirannya yang jahat (2:3). Sebab berkat dari penebusan tersebut kita menjadi mengerti (dibukakan) mana yang benar dan mana yang jahat. Tetapi kepada kita masih diberi kebebasan untuk menentukan jalan kita selanjutnya. Memilih yang benar tetapi melalui lorong yang sempit (penuh kesulitan dan tantangan) atau memilih yang jahat (tidak merasakan kontraksi dari lepasnya tabiat lama yang sebenarnya di gondeli iblis) sehingga tidak jadi lahir baru (Yoh 10:9). Setelah memilih jalan yang benarmaka kemudian menjadi mengerti bahwa setiap orang siapapun juga apakah ia miskin atau kaya, tuan atau hamba adalah sama-sama mempunyai tuan di sorga (Kolose 4:1). Dari mengerti bahwa setiap orang sama-sama mempunyai tuan di sorga, maka akan sadar bahwa apapun yang diperbuat adalah berbuat untuk sesama orang yang mempunyai harga yang sama dihadapan Tuhan (Kolose 3:23-25). Tidak lagi sebagai pejabat gereja dengan jemaat biasa, atau orang kaya terhadap orang miskin yang patut ditolong, tetapi mendasari bahwa semua perbuatannya adalah terhadap sesama umat Tuhan yang mempunyai nilai yang sama dihadapan Tuhan (ayat 25). Oleh karenanya perbuatannya sesuai dengan ayat 22, 23. Tetapi perlu disadari untuk dapat berbuat demikian bukan sesuatu yang mudah karena perlu proses, sebab itu bertentangan dengan manusia dunia. Jika kita berhasil mampu menghormati orang lain terutama yang secara sosial lebih rendah dari diri kita, barulah kita bisa mengasihi sesama kita seperti mengasihi diri kita sendiri. Untuk bisa berbuat demikian perbuatannya harus didasari oleh kasih yang didasari oleh kuwajiban kita untuk saling menghormati berdasarkan tauladan Yesus dan sadar akan kuwajiban dan mengakui bahwa dahulunya kita sama-sama orang berdosa yang kotor dan punya hak yang sama dihadapan Tuhan, hanya mungkin “baju” kekayaannya atau intelektualnya saja yang berbeda. Tetapi secara rohaninya sama saja yaitu sebenarnya adalah orang kotor dan berdosa (Rom 3:23) barulah menjadi garam yang tidak tawar karena mempunyai asin yang mampu menjadikan asin terhadap orang yang masih tawar. Tetapi ingat, syaratnya garam itu harus lebur dan kehilangan sebagian keasinannya untuk ditransformasikan kepada orang yang memerlukan, sanggupkah?
Sedangkan ketika aku dahulu menolong banyak orang, dalam hati kecilku aku masih merasa lebih baik dari yang aku tolong, sehingga dorongan aku menolong mereka bukan sebagai kuwajibanku sebagai sesama umat Tuhan dan menjalankan perintah Tuhan (“saling tolong menolonglah kamu”). Tetapi embel-embel di hati kecilku: inilah aku, aku adalah pemurah hati yang suka menolong, ngertilah kamu! Memberi pertolongan dengan motivasi semacam ini yang pernah aku lakukan ternyata salah besar ! Sehingga anjuran yang tertulis dalam Filipi 2 :1-11 tidak semuanya dipakai.
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan orang, supaya orang melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu di surga.”
Mat 5:16
Kalimat ini sangat menarik menjadi obsesi banyak orang, namun sayang yang tertarik untuk dilakukan hanya : supaya orang melihat perbuatannmu yang baik…, sedangkan kalimat yang berbunyi :dan memuliakan Bapamu di surga, sering tidak terbawa (tidak terikut kan) mengapa kalimat memuliakan tidak di ikut sertakan dalam perbuatan baik, karena tujuan melakukan perbuatan baik hanya sebatas berbuat baik. Bukan sebagai suatu kuwajiban melakukan perintah Tuhan, jika betul demikian maka tepatlah perikup “orang Samaria yang murah hati” Luk 10: 25-37.bahwa sebenarnya masih seperti orang yang bukan orang Samaria tersebut yaitu sebagai ‘seorang imam’ dan ‘seorang Lewi’ dalam contoh perikup tersebut. Ketika Abraham mempersembahkan anaknya di gunung Moria, dituliskan disitu bahwa Abraham harus mempersembahkannya di gunung. Arti gunung disini, adalah dataran tinggi, dan untuk naik ke puncak gunung diperlukan energi (pengorbanan) minimal korban keringat dan ngos-ngosan, apalagi setelah sampai di atas, keledai dan bujangnya yang membawakan peralatan harus ditinggalkannya sehingga Abraham harus membawanya sendiri keatas. Cukup berat bukan?. Mengapa Abraham mau melakukan itu ? Pemandangan pikiran Abraham melakukan itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena hal itu adalh merupakan perintah Tuhan. Perintah Tuhan itu tidak harus secara khusus berupa bisikan tolonglah dia, tetapi telah tertulis dalam Alkitab secara umum. Dengan menuruti perintah Tuhan adalah sama saja memuliakan Tuhan. Bukannya karena terdorong untuk menjadi terkenal sebagai orang yang gemar menolong. Jika perbuatan baik kita (terhadap siapapun), kita dapat menganggapnya sebagai perintah Tuhan dan wajib, niscaya tak perlu mengikut sertakan embel-embel untuk mendapatkan pujian. Sehingga melakukannya seperti yang tertulis dalam Matius 6:1-4. Tuhan juga diberi sebutan Bapa di sorga, jika kita sebagai ayah (bapak) kemudian mengharapkan (meminta) sesuatu kepada anak kita, misalkan memanggilkan orang yang kebetulan sedang dibutuhkan dengan naik sepeda motor yang telah di belikan oleh bapaknya, tetapi anak kita tersebut tak mau melakukan memanggilkan orang tersebut meskipun telah ada sepeda motor, rasanya bapaknya yang membelikan sepeda motor bagaimana?
Mengapa banyak orang Kristen (bukan anda tentunya) senang melakukan perbuatan baik memberi persembahan atau pertolongan tetapi melihat dahulu siapa yang akan diberi pertolongan dengan melihat koleganya atau bukan, orang Kristen atau bukan, bolonya dekat atau bukan, bukannya dari pertimbangan sangat membutuhkan pertolongan atau tidak, pertolongannya akan memuliakan Tuhan atau tidak. Melainkan menghitungnya dari hitungan untung rugi dan nama baik, untungnya apa menolong orang yang tak terkenal.
Tuhan Allah memberi contoh pemberian yang tidak pilih kasih yaitu terang (sinar matahari) ternyata Tuhan tidak dengan pilih-pilih. Orang yang baik dan orang yang jahat sama-sama menikmati terang matahari dari Allah tersebut. Tetapi mengapa ada orang mau berbuat baik melihat dahulu, orang yang akan ditolong tersebut aktivis gereja atau bukan, pengkotbah atau bukan, apa pelayanannya, sebab dengan alasan nanti harus mejawab (pertanggungan jawab) kepada orang banyak yang akan bertanya, meskipun belum ada yang bertanya sehingga pendiriannya akan mengekor kepada orang banyak yang akan bertanya (minta pertanggungan jawab setuju apa tidak) terhadap pemberian pertolongan yang akan dilakukan tersebut yang berarti disebut menjadi berteologi ekor.
Ada beberapa dorongan mengapa berbuat baik. Pertama dorongan berdasarkan pengertian secara logika dan naluriah bahwa berbuat baik itu baik adanya, jadi parameternya logika dan hukum tabur tuai. Kedua: dorongan yang berasal dari pengertian Firman Tuhan, bahwa berbuat baik adalah perintah Tuhan sebagai bukti dari hasil bahwa mata rohaninya telah dibukakan, sadar sebagai sesama umat Tuhan yang mempunyai nilai yang sama dan telah bisa merasakan kesulitan orang lain sebagai akibat kekurangannya, dan memenuhi hukum Kristus (Gal 6:2). Dari hasilnya merenungkan dan mempelajari Alkitab menjadikan kelakuannya menjadi lebih baik sebab punya pengertian (2 Tim.3:15,16) Berbuat baik karena bermotivasi menjalankan perintah Tuhan.
Selaku “mempelai perempuan” yang baik, jika ingin mendapat warisan (kerajaan surga) haruslah mengikuti “perjanjian pernikahannya” dan menjalankannya. Perjanjian itu adalah Kitap Perjanjian Baru. Ia akan dapat mampu menjalankan isi perjanjian tersebut dan menguasai isi perjanjiannya karena mempelajari perjanjian tersebut (Alkitab). Mana ada orang yang tak pernah membaca mempelajari perjanjiannya (Alkitab) tetapi bisa mengikuti isi perjanjiannya ? Jadi menjalankan perbuatan yang baik untuk menjadi terang yang bercahaya untuk semua orang (baik atau jahat, berjasa atau tidak) adalah adalah dalam rangka menjalankan perintah Tuhan (Gal 6:2), bukan berdasar logika, sehingga tidak pilih kasih dalam melaksanakan perbuatan baiknya karena motivasinya menjalankan perintah perjanjian. Tidak hanya dari hasil mendengarkan kotbah yang hanya seminggu sekali. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia di asinkan?. Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan di injak orang. Berarti supaya orang Kristen tidak menjadi garam yang tawar, dan kemudian dibuang dan di injak orang, perlu mengontrol ulang motivasi dirinya berbuat baik, jangan seperti penulis dahulu ketika belum mengerti, yaitu berbuat baik karena ingin mendapatkan “setempel”. Sebab banyak orang Kristen yang aktif pelayanan dan gemar berbuat baik, tetapi ketika jatuh ya jatuh juga, seperti yang penulis pernah alami sendiri. Seolah perbuatan baik dan keaktifannya dahulu tak berpengaruh apa-apa terhadap kejatuhannya. Datang membesuk saja tak mau. Oleh karenanya bagi yang sedang jatuh atau yang belum terlanjur jatuh, perlu mengontrol ulang apakah pelayanan dan gemarnya berbuat baik jaman dulu bermotivasi dari keinginannya untuk gemar berbuat baik karena akan mendatangkan predikat atau “setempel” sebagai orang baik yang pemurah dan mendapat sanjungan. Sehingga waktu itu berbuat baiknya (memberi pertolongan) sebelum berbuat mengontrol dahulu atau hitung-hitung dahulu siapa dia yang akan di tolong, aktivis gereja atau bukan, orang terkenal atau bukan, orang berdosa atau orang saleh dan sebagainya. Atau perbuatan baiknya yang suka menolong tersebut dimotivasi oleh dorongan sekedar belas kasihannya bahwa pantas dan memerlukan pertolongannya, dan ia merasa lebih akan terhormat jika menolong. Bukannya terdorong melakukan pertolongan karena mengerti bahwa ia adalah sesama manusia yang sangat dibutuhkan pertolongannya dan ia mampu memberi pertolongan itu walaupun harus dengan susah payah. Seperti dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati, ia menolong tanpa tanya dahulu siapa dia yang akan ditolong. Sadar bahwa orang yang ditolong sangat membutuhkan pertolongannya serta merasakan harga dirinya sama dengan yang di tolong di mata Tuhan, dan itu salah satu perintah Tuhan (Efs 4 : 2-6 & Rom 14:7-10). Yesus sebenarnya sangat sedih karena beda pendapat dengan murid-muridNya khususnya dalam rangka tugasnya menjadi Raja, dan harus turun dari tempat yang maha tinggi ke dunianya orang berdosa, dan masih harus menjalani penghinaan dan siksaan yang amat berat, ketika menolong kita orang berdosa. Bukannya menolong seperti orang kaya memberi uang kepada pengemis. Itulah tauladan jika ingin menjadi garam yang tidak dibuang dan tidak diinjak orang dengan menata ulang motivasinya berbuat baik atau memberi pertolongan. Sangatlah disayangkan jika sudah kehilangan energi dan sebagian hartanya dalam rangka maksud baiknya memberikan pertolongan dengan harapan akan menjadi persembahan yang berbahu harum di mata Tuhan (tabungan di sorga), tetapi ternyata belum benar. Sehingga tidak menjadikan garam itu menjadi asin yang berhasil mengasinkan sesama umat, melainkan menjadi garam yang tawar dan kemudian dibuang dan diinjak orang. Akhirnya energi dan harta seolah dibuang begitu saja sia-sia tanpa arti hanya karena motivasi yang salah. Seperti penulis yang dahulu lakukan, meskipun aku banyak memberi pertolongan dan membantu banyak gereja toh akhirnya aku di buang dan di injak-injak orang juga (dihinanakan), bahkan oleh sahabat-sahabatnya sendiri yang berdasi sekalipun.
Banyak perintah-perintah Tuhan (dalam Alkitab) yang menantang banyak orang Kristen untuk melakukannya karena perintah itu sangat bagus. Alangkah baiknya jika ketika menjalankan tantangan tersebut sudah sesuai dengan yang semestinya dan tidak menjadi sia-sia terhadap apa yang dilakukannya. Caranya adalah banyaklah membaca Alkitab dan mintalah hikmat dan pengertian dari Tuhan. Dalam 2 Timotius 3 : 15,16 disebutkan bahwa dari hasil membaca Alkitab, kita akan mendapat tuntunan iman menuju keselamatan. Artinya perjalanan yang kita jalankan sekarang ini tidak akan sia-sia atau supaya tidak terperosok kejalan yang salah sebab mendapatkan tuntunan iman. Perjalanan hidup yang sebetulnya belum kita ketahui, yang sebenarnya penuh misteri itu, belum terbukti kita akan selamat apa tidak, namun kita percai bahwa pasti akan terbukti itulah yang disebut iman. Kita akan mendapatkan pengajaran sehingga menjadi mengerti, bagaimana perbuatan yang sebenarnya kurang benar, dan bagaimana yang seharusnya kita lakukan. Melalui kesulitan dan kejadian yang ajaib yang menyenangkan, kemudian mendapat hikmat, dan dari hikmat inilah kita menjadi mengerti. Contoh uraian terdahulu ketika kita memberi pertolongan. Tetapi untuk orang yang bebal, meskipun ada hikmat ia tidak menangkapnya, sehingga tetap tidak menjadi mengerti. Jadi pengalaman hidupnya dibuang begitu saja, hanya karena ia sudah merasa benar. Untuk menyatakan kesalahan, karena mengerti dan sadar mana yang salah dan bagaimana yang benar, sebab meskipun maksud hati baik yaitu memberi pertolongan tetapi jika cara dan motivasinya salah akan menjadi sia-sia saja. Roh Kudus memberi hikmat dan memberi pengertian ketika kita membaca Alkitab. Tetapi untuk orang yang tidak disayang Tuhan, ketika membaca Alkitab hanya seperti membaca sejarah bangsa-bangsa saja atau seperti baca koran, sehingga yang di dapatkannya ilmu teologi yang tidak di praktekkan contohnya adalah orang Parisi. Jadi jangan heran jika banyak orang pandai teologi, tetapi tak berkarunia melakukan iman. Jadinya adalah mencari-cari kebenarannya sendiri, tandanya mereka sulit dipersatukan dalam memuliakan Tuhan.
Untuk memperbaiki kelakuan, terpujilah Tuhan jika kita disadarkan akan kesalahan kita ketika kita masih ada kesempatan untuk memperbaikinya (bertobat). Karena melalui kelakuan kita yang baik dengan motivasi yang benar inilah yang menjadikan diri kita menjadi garam yang asin dan terang yang bersinar. Menjadi garam tidak cukup dengan perbuatan yang baik saja. Kebalikannya untuk orang yang belum dibuka mata rohaninya, jika mendapat petunjuk melalui disalahkan tentang perbuatannya yang salah, ia berusaha membela diri dan mencari dalih bagaimana mempertahankan kesalahan yang ia lakukan. Bagi yang telah disadarkan dan dibuka mata rohaninya, sebelum disalahkan orang, ia mencari-cari apa kekurangannya dan selalu introspeksi diri. Tanda dari inrospeksi diri adalah kelakuannya menjadi berubah menjadi lebih baik, penuh belas kasihan, mau menghargai orang yang lebih rendah kelas sosialnya atau dengan kata lain rendah hati dan sabar terhadap segala kesulitan. Tetapi jika pergaulannya saja masih pilih-pilih dalam arti belum mengasihi sesama manusia, barangkali masih memiliki roh kesombongan.
Ada seorang ibu muda yang mengeluh bahwa suaminya telah didoakan beberapa tahun, tetapi belum juga mau pergi ke gereja. Alasan ibu ini ia mendoakan terus suaminya agar mau ke gereja adalah agar supaya mendapat kepastian selamat masuk surga seperti dirinya karena telah percaya kepada Yesus. Pendapatnya; bagaimana nanti setelah sama-sama dipanggil pulang jika suaminya masuk ke neraka sedangkan dirinya masuk ke surga. Oleh karena itu ibu ini mengeluh kepada sesama kelompok doanya agar ikut serta mendoakan supaya suaminya segera mau ikut ke gereja.
Peristiwa yang lain ada seorang bapak dan ibu, tanpa didoakan mereka berdua yang dahulunya dari penganut Pangestu pindah menjadi percaya Yesus, hanya karena anaknya di sekolahkan di sekolah Katolik yang kemudian masuk gereja dan bercerita kepada ayahnya tentang Yesus.
Peristiwa yang lain lagi seorang menjadi percaya Yesus karena melalui penyakitnya yang tak kunjung sembuh, ia merasa sudah bosan dengan berbagai upayanya mencari kesembuhan. Segala cara telah ditempuhnya, baik yang melalui medis maupun pengobatan alternatif termasuk mencari orang pintar (dukun) tetapi tak kunjung sembuh. Suatu ketika melalui didoakan dengan nama Yesus oleh seorang hamba Tuhan penyakitnya menjadi sembuh dan kemudian menjadi percaya kepada Yesus.
Peristiwa yang lain lagi seorang mau percaya kepada Yesus karena melalui mimpi-mimpinya bahwa ia ketemu dengan orang berjubah putih yang dalam mimpinya ia mengaku sebagai Yesus. Orang ini sedang dalam kesesakan, sehingga ia sangat sedih dan berupaya mencari penjelasan secara supranatural sesuai dengan pengetahuannya. Ketika ia bermimpi ketemu orang berjubah putih mengaku bahwa ia diminta datang ke gereja. Orang ini memberanikan diri datang ke gereja untuk bertanya-tanya dan mengutarakan kesesakannya, dan sejak itulah ia masuk gereja.
Penulis sendiri mau percaya Yesus melalui omong-omong santai diatas book (bangunan tembok menyerupai batu nisan diatas parit yang biasa untuk duduk-duduk santai orang), kemudian tertarik terhadap apa yang diceritakan oleh orang yang sama-sama santai duduk-duduk diatas book tersebut dan kemudian coba-coba ikut masuk gereja ingin tahu lebih mendalam, betul tidak terhadap apa yang dikatakan. Sampai beberapa bulan penulis belum megerti secara pasti gereja itu bagaimana dan Yesus itu siapa dan bagaimana. Jadi beberapa bulan cuma ikut-ikutan saja berbakti di gereja tanpa mengerti maknanya bagaimana. Melalui membaca Alkitab menjadi tertarik terhadap pengajarannya yang bagus-bagus menurut logika. Sampai beberapa tahun penulis belum paham betul tentang proses penyelamatan Yesus, apalagi proses sedangkan kedudukan atau perbedaan antara Yesus, Roh Kudus dan Allah Bapa saja belum paham meskipun sudah dibaptis. Jadi ketika Baptis cuma bohong-bohongan saja asal jawab seperti petunjuk atau sekenario pengarahan sebelum baptis yang penting jadi di baptis seperti kawan yang lain. Dan kemudian anut grubyug ikut-ikutan kegiatan gereja yang disarankan. Seingat penulis memerlukan waktu puluhan tahun untuk mengerti perbedaan secara jelas antara Yesus, Roh Kudus dan Allah Bapa serta proses penyelamatanNya. Meskipun sudah puluhan tahun pula sebagai aktivis gereja yang katanya melayani, namun sesungguhnya belum mengerti betul, penulis menjadi mengerti keKristenan itu bagaimana melalui banyak mengikuti KKR-KKR dan baca Alkitab secara intensif. Penulis menjadi lebih mengerti lagi tentang kemenangan orang Kristen, atau peranan Kristus kepada diri manusia berdosa baru setelah sekolah teologia secara formal. Sebelum itu penulis hanya anut grubyug percaya bahwa Yesus punya otoritas yang memberi kemenangan kepada umatNya, tetapi kronologi dan uraiannya mata rantai sebenarnya belum mengerti. itulah sejarah singkat ke Kristenan penulis. Dan mengapa penulis terdorong untuk menulis karena percaya bahwa sebenarnya banyak orang Kristen yang mirip-mirip seperti penulis, sebenarnya belum banyak tahu apa-apa tetapi telah pakai dasi dan melayani hanya karena punya power atau rajin ke gereja kemudian di usulkan koleganya. (tentu bukan anda pembaca buku ini).
Dalam kenyataan lapangan, memang panggilan seseorang untuk dipilih diperkenalkan dengan Kristus beraneka ragam, satu dengan yang lain tidak harus sama. Biasanya (tidak selalu), seseorang begitu menerima Yesus hidupnya diliputi dengan suka cita, entah karena merasakan damai sejahtera, entah karena merasakan ada yang klop atau lega, atau merasakan hidup ekonominya meningkat menjadi lebih baik atau hal-hal yang lain. Minimal disambut baik oleh teman-teman barunya sesama orang Kristen. Tetapi setelah itu banyak yang menjadi kecewa atau mengecewakan terhadap sesama orang Kristen. Oleh karena itu menurut para ahli, grafik kerohanian “orang Kristen baru” biasanya menanjak tajam pada tahun pertama, semangatnya ingin tahu tentang Injil dan Yesus meningkat terus sampai kurang lebih 2 th, dan setelah dua tahun grafik berubah arah yaitu menurun, dan setelah menurun kemudian berubah lagi tergantung pribadi masing-masing ada yang stagnan, ada yang kembali meningkat dan ada pula yang terjun kebawah atau hilang.


Grafik rohani Orang Kristen Baru
meningkat
constan

menurun tajam

menghilang
0th 1th 2th 3th 4th

Jika mengikuti grafik ini semestinya maka testing bagi pengenal baru memerlukan waktu minimal 2 tahun, karena biasanya selama 2 tahun keaktifannya sangat bagus. Jadi jika ada orang Kristen baru belum ada 2 tahun telah diberi jabatan di gereja untuk pelayanan tidaklah sesuai dengan grafik, hasilnya lihat saja mana yang benar. Jika grafik yang benar, maka ketika orang baru ini habis masa jabatannya atau tidak lagi menjabat biasanya ia menjadi undur atau menjadi oposisi atau pindah gereja. Jika setelah 3 tahun atau 4 tahun keaktifannya masih tetap baik, maka dapat diharapkan untuk menjadi orang Kristen beneran yang tangguh. Tetapi jika belum ada 2 tahun, masih merupakan tanda tanya, apakah betul percayanya kepada Yesus terus berlanjut atau tidak atau hanya sebab lain tentang keaktifannya yang cukup tinggi tersebut.
Kembali kepada bapak dan ibu yang menjadi percaya kepada Yesus melalui anaknya yang duluan menjadi Kristen, biasanya melalui melihat adanya perubahan yang nyata (signifikan) terhadap perilaku anaknya yang menjadi lebih baik dan lebih alim. Dengan kata lain si anak ini telah menjadi garam dan terang yang menerangi dan mengasinkan keluarga.
Bagaimana dengan ibu yang merindukan suaminya mejadi Kristen ? Sedikitnya ada dua hal yang perlu dikaji secara mendalam. Yang pertama adalah soal kepercayaannya tentang keselamatan. Di dunia ini memang ada dua paham kepercayaan tentang keselamatan. Yang pertama: percaya bahwa setiap orang Kristen yang telah mengaku percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang Tunggal yang menjadi juru selamatnya melalui pengorbanan kematianNya di kayu salib, pasti akan selamat setelah mengaku percaya dan di baptis. Keselamatan ini diperolehnya berkat anugerah Yesus,
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,tetapi pemberian Allah.”
Efesus 2:8
oleh karena itu orang Kristen ini disebut kelompok Kristen anugerah. Karena mereka percaya bahwa manusia tak mungkin mengikuti hukum taurat, dan dengan anugerah Yesus hukum taurat telah dibatalkan sehingga keselamatan hanya bisa melalui anugerah dari kematian dan kesengsaraan Yesus di kayu salib.

“sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya,untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru didalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, 16 dan untuk meperdamaikan keduanya , didalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib itu.”
Efesus 2 :15,16.

Kelompok yang kedua, menganggap bahwa orang Kristen dianugerahi keselamatan hanya pada masa lampaunya sebelum percaya kepada Yesus, sebab tanpa anugerah Tuhan berupa pengampunan tak akan mungkin dapat hidup baru, dan tanpa hidup baru tak akan mengerti kebenaran dan kuat menjalankan kebenaran. Tetapi setelah percaya kepada Yesus sampai dipanggil Tuhan menjadi muritNya masih harus mempertanggung jawabkannya di hari penghakiman, rapot kehidupannya setelah ditebus bagaimana.
“Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi dihadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka didepan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”
Iberani 4:13
“Tetapi yang ada adalah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.”
Iberani 10:27

“dan ia berseru dengan suara nyaring: Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakimanNya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.”
Wahyu 14:7

“Dan aku mendengar suara dari surga berkata: Tuliskan: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini .” “Sungguh”, kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka meyertai mereka”.
Wahyu 14:13
Menurut penulis mengibaratkan seperti orang mau masuk Taruna AKABRI, semestinya (kita) berdasarkan segala persyaratan yang dimiliki tidaklah akan lulus testing masuk AKABRI karena orang berdosa, jadi baru dari persyaratannya saja sudah tidak memenuhi oleh sebab manusia berdosa yang belum diampuni (disucikan).
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah hilang kemuliaan Allah.”
Rom 3:23
tetapi melalui pertolongan Yesus dalam anugerahNya yang cuma-cuma itu maka persyaratan itu dipenuhi oleh Yesus melalui pengorbanannya dan siksaanNya di kayu salib, yaitu diampuni dosa-dosanya sehingga tidak lagi berdosa oleh karenanya menjadi lulus
“Ia sendiri telah memikul dosa kita didalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurnya kamu telah sembuh.”
I Petrus 2:24

dan diterima menjadi Taruna yaitu ketika mau mengakui Yesus pengakuan dan percayanya kepada Anak Yang Tunggal Yesus sebagai juru selamatnya. Namun setelah percaya masih harus menjalaninya sebagai Taruna sebagai yang telah diperbaharui hidupnya harus mempertanggung jawabkan rapotnya sebagai seorang Tarunanya Tuhan.

“ Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri dedepan tahta itu . Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang tertulis di dalam kitab – kitab itu.”
Wahyu 20 :12

Dari orang bebas yang tadinya menggunakan hukum bebas, sekarang menjadi Taruna wajib menggunakan hukum Taruna (Injil) sejauh mana ketaatannya terhadap pengajaran Injil yang dipelajarinya setelah menjadi Taruna (telah diperbaharui) harus dipertanggung jawabkan dalam rapotnya nanti dalam buku kehidupan. Yang tadinya bebas kemul sarung sambil minum cong-yang (minuman keras) sekarang tak boleh bebas kemul sarung sebab harus pakai seragam Taruna dan tak lagi boleh minum cong yang Anugerah cuma-cuma dari Yesus membuat diluluskannya diterima menjadi Taruna yang semestinya tidak lulus. Karena tanpa melalui Kristus tak akan ada yang bisa lulus sebab dosa-dosa manusia yang terlalu banyak. Sedangkan Roh Kudus bertindak sebagai terang yang menerangi dan mengajari dan membimbingnya selama menjadi Taruna agar tetap bisa mencapai nilai yang baik.
Menurut argumentasi kelompok kedua ini pada kelompok Kristen anugerah dikawatirkan menjadi kurang termotivasi hidup benar, sebab sudah ada kepastian mesti masuk surga melalui anugerah Yesus. Untuk apa susah-susah menjadi baik, bukankah hukum taurat telah dibatalkan, dan bukankah telah pasti masuk surga meskipun hidupnya tidak menjadi garam dan terang.
Pembaca bebas memilih mana yang merasa sejalan dengan alam pikirannya, apakah Kristen anugerah atau Kristen pertobatan dengan hari penghakiman.
Kembali kepada ibu yang merindukan suaminya menjadi Kristen. Ada dua jawaban disini. Yang pertama bagaimana kepercayaannya dengan “yang dipilih Tuhan” artinya tidak setiap orang bebas masuk menjadi orang yang diselamatkan menjadi pengikut Yesus. Jika percaya dengan hal ini, berarti ada pertanyaan dia (suaminya) termasuk dipilih Tuhan atau tidak ?
Yang kedua; apakah ibu muda ini ke Kristenannya telah mampu menjadi garam dan terang seperti anak yang menyelamatkan (membawa) orang tuanya menjadi kenal dengan Kristus ? Atau dalam kepribadiannya tidak terjadi perubahan apa-apa. Perubahannya cuma sesuatu yang lahiriyah, yaitu yang tadinya tidak ke gereja sekarang ke gereja, yang tadinya rengeng-rengengnya dengan nyanyian dang dut, sekarang dengan nyanyian rohani. Tetapi kelakuannya tetap sama saja, yang tadinya suka ngapusi sekarang masih suka ngapusi suaminya, yang tadinya berani dengan suami sekarang masih berani dengan suaminya malah kalau bisa mau tambah menyertir suaminya !
Menjadi garam dan terang tidak hanya soal tolong menolong artinya, berkat pembaharuan dari Yesus melalui telah percayanya bahwa Ia adalah AnakNya yang Tunggal Juru Selamat bagi Kita, dan Allah Bapa yang telah mengutusNya. Bahwa melalui kematian Yesus di kayu salib adalah untuk menebus dosa-dosa kita, maka sejak kita mengakui dan menerima Yesus dan minta pengampunan dan bertobat, hidup kita menjadi diperbaharui dan dilahirkan kembali menjadi baru. Setelah kita menjadi ciptaan baru, kelakuan kita, hati dan pikiran kita menjadi baru yang tadinya serakah, yang tadinya penuh iri hati, yang tadinya jahat sekarang tidak lagi,serakah,iri hati dan jahat dan sebagainya yang pada pokoknya kehidupan kita menjadi berubah lebih baik dan mulia. Hubungan vertikal kepada Tuhan menjadi lebih erat dan begitu pula hubungan horizontal kepada sesama siapa saja menjadi lebih mesra tanpa iri hati dan tidak membeda-bedakan. Jika telah demikian maka sinar dan auora kita menjadi terang, tuturkata dan hati kita menjadi manis. Nah secara otomatis jika sudah demikian jadilah kita garam dan terang karena orang lain ketika melihat kita ia menjadi tergiur kepingin menjadi seperti kita. Itulah yang dimaksud dengan garam dan terang.
Bukannya mengaku telah lahir baru tetapi melihat ada emak-emak ketakutan menyeberang jalan pura-pura tak melihat, atau duduk berdampingan dengan sesama anggota gereja yang kelihatannya orang itu tidak punya, tidak mau. Pada intinya, setelah mengalami pembaharuan oleh Kristus hidupnya menjadi dibawah pimpinan Roh Kudus, dan berpola pikir baru. Sepak terjangnya juga baru yaitu tidak senantiasa menuruti hawa nafsu kedagingan dan mementingkan dirinya sendiri saja.
“Jadi karena dalam Kristus ada nasehat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir , dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan 3 tidak dengan mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. 4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. ”
Filipi 2:1-4



SERI 10 11111111 SIAPA PEMEGANG KUNCI
SUKSES KELUARGA ?



S
uatu hari datang kepada saya seorang remaja jemaat disalah satu gereja Puspowarno Semarang untuk berkonsultasi. Ia mengeluh bahwa ia akhir – akhir ini malas sekolah dan malas dirumah. Saya selaku konselor punya kebiasaan sebelum bertanya kepada konseli (pasien) saya beri tes dahulu dengan tes psikotes proyektif (tes grafis bagi orang psikologi). Dari hasil bacaan terhadap tes ini saya membaca bahwa anak remaja ini mempunyai akar kepahitan pada ayahnya. Setelah saya ketahui demikian barulah saya bertanya kepadanya untuk memastikan apakah benar dugaan saya tersebut. Tentu anak ini terperanjat dan heran mengapa saya tahu banyak masalah yang ia alami dan ia lakukan. Tak bisa tidak kecuali ia langsung nerocos bercerita panjang lebar yang intinya ia benci pada ayahnya, sebab jika ayahnya punya uang katanya ia gunakan untuk main judi dan main perempuan. Ia benci pada ayahnya sebab ia kasihan pada ibunya yang menderita amat sangat sebagai akibat ulah ayahnya yang tidak baik tersebut.
Kepadanya saya bukakan Matius 7:1-5 dan Efesus 6:1,2 & 3.

“Janganlah kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi. 2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan di hakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak kamu ketahui ? 4 Bagaimana engkau dapat berkata kepada saudaramu : Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok didalam matamu. 5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Matius 7:1-5


“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.2 Hormatilah ayahmu dan ibumu—ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini : Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. 4 Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah didalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah di dalam ajaran dan nasehat Tuhan.”
Efesus 6:1-4


Anak itu saya suruh baca berulangkali dengan suara normal dan kemudian di ulang – ulang dengan suara yang lebih pelan sambil saya minta untuk berpikir apa perintah dan maknanya perikup ini. Kepadanya saya tanya apakah dalam bacaan Matius tadi ada pengecualian kecuali ayahnya berzina maka mendapat hak khusus untuk menghakimi? dan dari Efesus apakah ia juga dapat pengecualian boleh tidak taat dan tidak hormat kepada ayahnya jika ayahnya berjudi dan main perempuan? anak itu membela diri …. Tapi ….. tapi pak ayahku berdosa dan membiarkan ibu saya dan anak – anaknya menderita karena ulah dia ! Saya katakan kepadanya, bahwa saya idak membenarkan ulah orang tuanya, tetapi saya juga tidak membenarkan ulah anak ini. Kepadanya saya terangkan jika dilihat dari kenyataan ayahmu ini memang setuju jika ayahmu disebut berdosa dan salah besar karena tidak bertanggung jawab, tetapi kamu dan ibumu tak punya hak untuk menghakiminya.
Saudara yang kekasih, anak ini termasuk beruntung karena memiliki kepekaan. Artinya ia merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres sehingga ia berupaya mencari tahu apa yang membuatnya tidak beres. Jika anak ini tidak beruntung dan tidak memiliki kepekaan yang lumayan, maka ia tidak merasakan apa-apa di dalam ia membenci bapaknya sendiri tersebut. Barangkali dalam hatinya ada kepercayaan bahwa ia duroko atau takut terkutuk karena ia membenci ayahnya itu. Dan seharusnyalah setiap anak ada ketakutan terhadap orang tuanya yaitu ayah atau ibunya, jika ia bersikap tidak senonoh kepadanya ia akan menerima hukuman yang disebut terkutuk sehingga disebut duroko itu. Sesuai dengan yang tertulis dalam Kolese 3 :20 bahwa wajiblah anak-anak taat kepada orang tuanya dalam segala hal. Arti kalimat dalam segala hal ini harus digaris bawahi, yaitu apapun perilaku dan kedudukan orang tuanya, anak tetap wajib taat. Misalnya saja orang tuanya berada dalam penjara karena kesalahannya misalnya mencuri atau membunuh, sehingga secara nalar dan hukum orang tua ini jelas bersalah buktinya dipenjara. Tetapi hukumnya anak tetap harus taat. Terlebih ketaatan anak terhadap orang tua adalah secara rohani ! Banyak terjadi begitu anak melihat orang tuanya salah (salah dalam hal apa saja menurut anak tersebut) secara naluriah kemudian mengangkat dirinya sendiri menjadi hakim dan pahlawan membela kebenaran. Yaitu dengan menyalahkan dan kemudian jika bisa menghukumnya karena menganggapnya salah dan dengan membela yang dianggapnya benar. Entah orang tuanya atau ibunya sendiri atau ayahnya. Hal ini sebenarnya naluri yang baik, tetapi salah pengetrapan karena belum mengerti. Disinilah pentingnya pengajaran agar tidak terjadi salah pengetrapan terhadap naluri yang baik ini. Dari bacaan firman Tuhan Matius dan Efesus diatas diharapkan salah pengetrapan dapat dihindarkan.
Setelah anak tersebut saya minta membaca berulang kali terhadap ayat tersebut kemudian saya tanya, bagaimana pendapatmu ? Anak itu menjawab, iya pak saya yang salah, karena seharusnya saya tak berhak menghakimi. Bagus jawab saya. Tidak hanya menghakimi, tetapi juga menghukum, itu tidak diperbolehkan. Saya beri tahu ya, bahwa kamu itu masih muda, sehingga pengalaman dan pengetahuanmu juga masih terbatas. Artinya kamu belum merasakan bagaimana menghadapi berbagai masalah dan godaan. Kesalahan seperti yang dilakukan oleh ayahmu itu memang salah, tetapi mengapa sampai ia melakukan hal seperti itu kamu kan tidak mengerti penyebabnya secara rinci itulah artinya kamu masih sebagai anak yang belum banyak pengalaman dan makan asam garam sehingga belum mengerti karena pikiranmu yang belum nyampai. Saya beri contoh, ketika kamu sedang berkelana jalan kaki misalnya mancing bersama-kawan-kawanmu, dan kebetulan kamu haus, kemudian kamu melihat diladang ada pohon ace yang sedang banyak buahnya dan masak-masak yang kebetulan sangat banyak dan pemiliknya tak ada. Apa yang terjadi ? bukankah kamu bersama kawan-kawanmu berani mengambil buah ace yang bukan milikmu ? Alasannya karena kamu haus dan cuma mengambil seperlunya saja yaitu cuma sedikit untuk menahan kehausan bukan ? Ini hanya sebuah contoh pembelaan mengapa orang tuanya melakukan sebuah kesalahan. Jadi kesalahan itu tidak ujug-ujug dilakukan tanpa ada kaitan yang lain yang menekan sehingga salahpun dilakukan. Lha kaitan atau penyebab ini yang kamu belum bisa memahami, oleh karenanya Rasul Paulus mengerti terhadap hal ini, bahwa akan banyak terjadi orang kurang mampu memahami kaitan mengapa orang melakukan dosa atau kesalahan dan supaya dosa itu tidak membawa orang lain ikut-ikutan berdosa ditulislah firman itu (Efesus dan Kolose). Dengan demikian jika setiap orang mau mengikuti firman tersebut, kesalahan tidak seperti api yang menjilat-jilat ditiup angin membakar semua yang dekat, tetapi bisa di isoler atau dibatasi. Petunjuk dalam firman ini saya ibaratkan petunjuk lalu lintas yang berujud garis-garis batas jalan. Ketika mobil banyak dalam tikungan, seandainya semua mobil mengikuti garis batas meskipun mobil terlalu banyak dan antri niscaya tak ada yang bersenggolan. Tetapi seandainya ada yang nylonong keluar dari batas garis maka akan membahayakan mobil lain dan bisa terjadi bersenggolan atau macet.
Nah sekarang bagaimana komentarmu ? Ya pak, saya memang waktu itu persis seperti yang bapak katakan yaitu sok tahu dan bertindak yang sebenarnya bukan wewenang saya.
Tindakan yang dilakukan seperti anak ini, sebenarnya tidak terbatas dilakukan oleh anak saja, tetapi sering dilakukan oleh suami jika isterinya yang salah atau dilakukan oleh isteri jika suaminya yang salah. Melakukan “main hakim sendiri” atau memfonis bersalah kemudian menghukumnya. Dilakukan karena kurangnya pengetahuan bahwa dirinya tidak berhak menjadi hakim seperti yang di suratkan dalam Matius tadi. Selain kurangnya pengetahuan ialah juga kerena emosinya yang tak terkendali. Apalagi ditambah kasihnya kurang tebal. Padahal balok yang ada dimata tak nampak, yang nampak kesalahan pihak lain. Seorang suami menyeleweng atau suka mabuk-mabukan atau main judi, atau kebalikannya seorang isteri yang berselingkuh, belum tentu itu berdiri sendiri. Biasanya ada penyebab lain yang memicu dilakukannya demikian. Yang pasti adalah kurangnya proteksi dari pasangan hidupnya (isteri atau suami) dalam bentuk doa khususnya. Seharusnya orang beriman sebelum tidur dan bangun tidur wajib berdoa, dan dalam doa tersebut jangan lupa minta perlindungan Tuhan untuk semua keluarganya. Jika orang beriman membiasakan berdoa kepada Tuhan secara khusuk biasanya akan lebih peka dan ketika berdoa menjadi di ingatkan oleh Roh Kudus tentang sesuatu yang perlu di doakan termasuk jika suaminya tergodai oleh wanita lain atau tergodai oleh korupsi atau yang lain. Kemudian jangan hanya berhenti dalam doa saja tetapi tidak melakukan sesuatu, misalnya berprilakulah yang baik sesuai yang diucapkan dalam doa. Maksud saya selain berdoa, juga berupaya perilakunya membuat suka citanya suami, jangan habis berdoa minta perlindungan untuk suaminya tetapi tindakannya “njaragi” yang membuatnya suami menjadi marah-marah. Atau sudah mengerti suaminya berselera tinggi, tetapi isterinya justeru penampilannya “nglomprot” tidak berusaha mengimbangi seksi dan dengan membuat suasana rumah menjadi romantis, setidak-tidaknya yang membuat suami betah dirumah dan senang memandang isteri, jangan berkebalikannya menjadi masa bodoh dan cuek. Jika isteri cuek dan tidak membuat suka cita, maka suami makin berat godaannya untuk menyeleweng, karena ingat iblis bagai singa mengaum mencari mangsa berkeliling kemana-mana menjelma menjadi wanita-wanita cantik termasuk gadis-gadis. Jadi jangan memperberat godaan suaminya.
Kembali masalah anak tadi, sekarang mengapa anak sampai marah dan mempunyai rasa benci terhadap ayahnya sendiri ? mari kita meng-andai-andai.

a) Seandainya ayah yang tidak benar ini, yakni suka main judi dan main perempuan, mungkin yang diketahui anak cuma main judinya. Sebab biasanya yang main perempuan dilakukan secara-sembunyi-sembunyi. Yang berarti anaknya belum tentu mengetahui. Dan ketika sang anak mensinyalir bahwa ayahnya berbuat sesuatu yang tidak benar tersebut, biasanya ia tidak langsung bertindak melainkan rasan-rasan atau berbicara dahulu dengan ibunya. Jika ibunya menanggapi dingin terhadap “kenakalan” ayahnya dan kemudian memberitahu kepada anaknya untuk mengerti bahwa ayahnya sedang dalam belenggu iblis oleh karenanya perlu didoakan dan perlu kesabaran dan pengertian. Dan jangan dihadapi dengan hati panas atau benci, apa yang terjadi ? tetapi memintanya supaya anak banyak berdoa untuk ayahnya supaya segera di sadarkan Tuhan, apakah anaknya tetap menaruh kebencian terhadap ayahnya ? Meskipun dalam hati ibunya betul-betul pedih, tetapi ibunya bisa menahan emosi dan nafsu kemudian mampu memberi contoh kesabaran dan penuh pengertian kepada anaknya.
b) Seandainya ketika anaknya bertanya-tanya kepada ibunya, kemudian ibunya menjawab kepada anaknya dengan penuh pengertian dan menyarankan anaknya untuk tidak ikut campur urusan orang tua, tetapi memintanya untuk banyak berdoa supaya ayahnya lekas disadarkan Tuhan, dan memberi pengertian bahwa ayahnya melakukan hal yang demikian karena pikirannya yang berat sehingga tidak kuat yang membuatnya ia depresi dan kalut yang akhirnya terjerumus yang sebenarnya hanya ingin menghilangkan depresinya, apa yang terjadi ?
c) Ketika ibunya mengerti bahwa suaminya main judi, mabuk-mabukan dan berselingkuh dengan wanita lain, kemudian ia marah-marah tidak menerimakan jika suaminya berbuat demikian. Dan kemudian mengeluh kepada anaknya bahwa bapaknya melakukan hal yang semacam itu, sehingga menjadikan anaknya menjadi mengerti dan membela ibunya dengan marah dan benci kepada ayahnya.
d) Ketika ibunya mengerti bahwa suaminya melakukan mabuk-mabukan, berjudi dan main perempuan, isteri seolah-olah tidak mengerti tetapi kemudian banyak berdoa dan berusaha introspeksi diri mengapa suaminya sampai berbuat demikian. Selain itu merahasiakannya terhadap anaknya jangan sampai mengetahui hal tersebut.
e) Ia (isteri) melakukan seperti yang tertulis dalam Amsal 31:10-31. bertekad pada Tuhan memintakan ampun suaminya dan mohon Tuhan berkenan mengusir iblis yang membelenggu suaminya.
f) Isteri betul – betul taat pada suami seperti yang tertulis dalam Efesus 5:22. “Hai isteri tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,” tidak melakukan protes dan tidak melakukan aksi – aksi yang dapat dibaca oleh anak – anaknya. Ia hanya menangis pada Tuhan, dengan terus melayani suami dengan lebih baik. Siapa tahu iblis sampai bisa menjerat suaminya karena gara – gara isteri kelewat berani dengan suami atau “servisnya” kurang baik atau karena melakukan sesuatu kesalahan sehingga mendorong suaminya untuk berbuat yang tidak baik?.


Kira-kira mana yang paling baik untuk pembaca ? Bagaimana dampaknya terhadap anak ? Sudaraku yang terkasih, mengapa anak tersebut sampai benci pada ayah kandungnya sendiri? Dan berakibat malas sekolah dan malas dirumah. Untunglah belum bergaul dengan preman mabuk-mabukan atau anak berandal atau terkena narkoba!
Kunci pintu penyebab hancurnya keluarga ini ternyata dipegang oleh ibu (istri). Bukti dari hal ini adalah :

1. Contoh dalam Alkitab Esau dan Yakub, coba baca ayat 6,9,13 dan 15. dari patsal 27

6.berkatalah Ribka kepada Yakub, anaknya:”Telah kudengar ayahmu berkata kepada Esau, kakamu…..9 Pergilah ketempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya.10.Tetapi ibunya berkata kepadanya :“Akulah yang menanggung kutuk itu, anakku; dengarkan saja perkataanku, pergialah ambil kambing kambing itu.” 15.Kemudian Ribka mengambil pakaian yang indah kepunyaan Esau, anak sulungnya, pakaian yang disimpannya dirumah, lalu disuruhnyalah dikenakan oleh Yakub, anak bungsunya. 27.Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah anaknya. Ketika Iskak mencium bau pakaian Yakub, diberkatilah dia, katanya:”Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN.

Firman Tuhan bukan sekedar karangan Paulus, tetapi Rasul Paulus menulis atas ilham dari Tuhan. Mengapa isteri harus taat (taat secara rohani, bukan taat secara harafiah) adalah karena siapa saja pasti punya kekurangan dan kelemahan. Kekurangan dan kelemahan ini akan menjadi masalah jika masing – masing berada di luar “ kapling atau rel “ yang telah ditentukan. Ibarat rantai sepeda yang sudah tua itu akan menjadi mluntir atau mlengse. Tetapi jika girnya benar pada posisinya niscaya rantai itu kendati sudah tua belum tentu putus. Begitulah mengapa Paulus membuat struktur organisasi keluarga seperti yang dituliskan dalam Efesus 5 : 22 – 23 dan Kolose 3 : 18 – 20. Dan dengan jelas disitu tidak ada pengecualian apapun, termasuk jika suami / istri berdosa atau menyeleweng atau main judi dan sebagainya. Masalahnya maukah isteri / suami mau melihat jauh ke depan atau buru – buru kena provokator kenyataan yang terjadi yang kemudian dipakai untuk landasan final membuat perhitungan (baca menuruti hawa nafsu marah atau balas dendam). Jika kita meneliti kisah tentang Esau dan Yakub, sumber dan asal mula rusaknya keluarga dimulai dari Ribka ibu esau dan Yakub. Ia mengajarkan sesuatu yang tidak baik hanya karena Ribka pilih kasih terhadap anaknya sendiri. Ia lebih mengasihi Yakub dari pada Esau. Bagaimana pada kenyataannya jaman sekarang ? Apakah seorang ibu juga lebih suka pilih kasih ? Pilih kasih sebenarnya hanyalah menuruti emosi cinta, lebih cinta kepada salah satu anaknya. Kelihatannya sepele dan itu masih lumrah, karena jika dilihat dari sudut tipologi kepribadian memang setiap anak mempunyai kedekatan yang berbeda (daya tarik) terhadap suatu tipologi kepribadian tertentu. Sebagai contoh : Jika ibunya memiliki tipologi kepribadian Kholerik, dan kemudian kedua anaknya taruhlah kata misalnya Esau mempunyai tipologi Plegmatig dan kemudian Yakub mempunyai tipologi Sanguin maka Sanguin atau Yakub akan memiliki kedekatan kepribadian lebih dekat kepada Ribka yang Kholerik dibanding dengan Esau yang bertipologi Plegmatig dimana orangnya cuek dan dingin. Sedangkan Sanguin orangnya pandai merayu dan lebih supel hatinya lebih lentur. Disinilah seorang ibu dituntut lebih arif, jangan terpengaruh oleh kepribadian yang menyenangkan atau kurang menyenangkan emosi, tetapi ingatlah semua itu anak kandungnya semua yang harus diberlakukan sama. Jika seorang ibu tidak berfikir tanggung jawab dimasa yang akan datang maka akan mudah tergoda dengan diantaranya kepribadian yang menyenangkan dan tidak menyenangkan ini. Yang akhirnya bertindak seperti Ribka terhadap Esau dan Yakub.
Untuk seorang ibu yang bertanggung jawab kemasa depan terhadap anak-anaknya mesti adil terhadap anak-anaknya, sebab akan merasa bertanggung jawab jika salah satu nanti kelak anaknya tidak sukses. Sehingga mesti berupaya keras agar masing-masing nanti anaknya sama-sama sukses. Bukannya pilih kasih seperti Ribka ini. Selain pilih kasih Ribka juga berarti tidak taat kepada suami, dan justeru menipu Iskak suaminya hanya demi keinginannya lebih menguntungkan Yakub.
Dalam segi pendidikan, ternyata seorang isteri juga lebih berperanan jika dibanding ayahnya. Contohnya juga Ribka dan Iskak. Mengapa lebih berperanan ? Pada umumnya bagaimanapun juga, karena seorang ibu yang menyusui anaknya dengan ASI dan menggendongnya sendiri (yang tidak di asuhkan kepada baby sister) biasanya anak lebih dekat terhadap ibunya jika dibanding dengan ayahnya. Hal ini terpengaruh oleh kedekatannya sejak minum ASI dan digendongnya. Kecuali bagi isteri yang bekerja dan suaminya yang pengangguran, dimana tidak minum ASI tetapi minum susu kaleng, dan tidak digendong oleh ibunya tetapi digendong ayahnya atau pembantu. Dan biasanya anak lebih mudah diarahkan dengan “kedekatan” dan “hasil yang didapat” dari hal kenyamanan. Arti dari hasil kenyamanan adalah sesuatu yang mengenakkan atau membuat enak dan nyaman yaitu memanjakan. Pada umumnya wanita lebih lembut dan lebih sabar dari pria. Wanita lebih banyak cerita, beda dengan bapak yang lebih suka point-point saja apalagi lebih suka memerintah. Berbeda dengan Ibunya yang jika sayang dengan anaknya akan diikuti dengan memanjakannya, tetapi jika ayah yang sayang kepada anaknya biasanya hanya dengan memberi perintah dan petunjuk saja. Masih lagi soal waktu, biasanya ayah bekerja waktunya lebih sedikit dibanding ibu yang tidak bekerja. Oleh karenanya interaksinya lebih banyak dengan ibu dibanding dengan ayah. Apalagi jika yang memasak makanan sehari-hari adalah ibu, jelas yang berkuasa membagi makanan adalah ibunya bukan bapaknya meskipun uangnya dari bapaknya, ini juga mempengaruhi terhadap kedekatan dan ketaatan. Kesemuanya ini membuat seorang ibu lebih menguasai medan jika dibanding dengan ayahnya.
Mengingat seorang anak belum begitu paham tentang kebenaran, dan belum begitu pandai menilai mana yang benar dan mana yang salah, maka anak akan lebih mudah menurut petunjuk ibu dibanding petunjuk dari ayah sebab ibu lebih mendominasi medan.

Jika dilihat dari sini, maka gereja yang konsen terhadap pendidikan dan masa depan jemaatnya, seyogyanya lebih memprioritaskan pendidikan rohani kepada isteri-isteri dibanding kepada suami. Sebab isteri lebih berperanan dibanding suami dalam pendidikan anak.

Dan jika dilihat dari sudut Rohani, bukankah iblis berjalan keliling sama seperti singa mengaum – ngaum mencari mangsa (I Petrus 5 : 8) iblis didalam mencari mangsa tidaklah dalam wujud yang menyeramkan. Iblis akan menyamar berbagai macam samaran bahkan ia menyamar sebagai malaikat terang (2 Kor 2 : 11). Dari sudut inipun seorang isteri lebih memegang kuncinya, minimum memproteksinya lewat doa-doanya dan kelakuannya seperti tertulis dalam Amsal 31 sehingga suaminya tidak mudah tergodai.



SURGA DITELAPAK KAKI IBU

Disekitar wilayah Ampel – Boyolali berkeliaran truk yang bak bagian belakangnya dituliskan “ Surga ditelapak kaki ibu “. Apa maksud penulisan dengan cat dan besar – besar (dengan maksud secara permanent biar selalu dibaca banyak orang yang kebetulan diposisi belakang truk). Saya tidak tahu persis sebab belum pernah menanyakan kepada sopir truk tersebut. Bisanya saya hanya menduga – duga saja.
Kemungkinan besar tulisan itu bermaksud sebagai pesan kepada banyak orang, terutama anak untuk senantiasa menghormati, takut dan taat kepada ibunya jika ingin mendapatkan kebahagiaan (surga).


“ Hai anakku, dengarlah didikan ayahmu, dan jangan menyia – nyiakan ajaran ibumu “.
(Amsal 1 : 8; 6 : 20.)

Kalimat tersebut tertulis dua kali dalam Amsal, berarti kalimat tersebut penting sekali. Sebab muncul lebih dari satu kali. Dalam praktek keseharian ternyata ibu mempunyai kedudukan yang strategis. Khususnya dalam pendidikan terhadap anaknya.
Selain setrategis posisi ibu juga sebagai pemegang kunci.
mari kita amati :
Ayah mengajar kepada anaknya untuk berlaku disiplin dan sopan. Apa hasilnya jika :

a.Ibunya mendukung pengajaran yang diajarkan ayahnya dengan membimbing dan mengarahkan anaknya untuk mengikuti dan melatih anak menjadi disiplin dan sopan. Sesuai yang diajarkan ayahnya.
b.Ibu masa bodoh, tak mau tahu terhadap ajaran ayahnya apa saja dan bagaimana seolah tak mau tahu, ibu cuek saja. Terserah anak mau mengikuti ayahnya atau tidak masa bodoh.
c. Ibu terang – terangan menentang ajaran ayahnya. Ia langsung melontarkan kata – kata didepan anaknya dan ayahnya demikian : bisa ngajar kok tak bisa nglakoni. Dirinya sendiri saja tak disiplin dan tak sopan kok menyuruh anaknya disiplin dan sopan, lakukan sendiri dulu baru ngajari!
d.Ibu secara sengaja atau tak sengaja memberi contoh tidakdisipilin dan tidak sopan terhadap suaminya (ayah). Misalnya mudah membantah dan buang sampah disembarangan atau menaruh barang tidak tertib, contoh menaruh pakaian bekas pakai di tempat sembarangan, tidak menempatkan pakaian bekas pakai tersebut pada tempat yang sudah disediakan misalnya kapstok, makan sambil duduk dilantai sambil bicara-bicara dan nonton TV, tidak dimeja makan yang sudah disediakan. Mana hasil yang paling baik atau paling efektif untuk anak menjadi disiplin dan sopan. apakah ketika ibu berperan seperti ada contoh a ; b;c;atau d ?
Kemudian apa yang dipikirkan anak ketika melihat sikap-sikap ibu dan kemauan – kemauan ayah ketika ibu berlaku seperti contoh a; b;c; dan d ?
Dari keinginan dan sikap 3 oknum komponen situasi (ibu, ayah dan anak) akan menghasilkan situasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Yang paling baik adalah jika ibu mendukung policy ayah, karena dengan ibu mendukung policy ayah minimal tidak akan terjadi beda pendapat atau pertikaian dan rebutan pengaruh antara ayah dan ibu. Dan terjadilah situasi yang lebih baik jika dibanding antara ayah dan ibu beda pendapat. Berarti ibu adalah pemegang kunci.

“ Hai anakku, dengarkanlah ajaran ayahmu,Jangan menyia – nyiakan ajaran ibumu; “
(Amsal 1:8; 6:20)

Mengapa kalimat ini bunyinya seperti itu, Salomo lah yang lebih mengerti, namun kita bisa berhikmat terhadap kalimat :”menyia – nyiakan ajaran ibunya” yang dalam amsal saja sudah muncul dua kali berarti pastilah penting. Tetapi mengapa menyia – nyiakan ajaran ibunya?
Pada zaman dahulu seorang ibu mendapat tempat nomor dua setelah ayah pada bidang ilmu pengetahuan dan bidang kekuasaan. Memang Allah sudah merancang demikian, buktinya dalam phisik perempuan pada umumnya tidak lebih perkasa di banding pria. Apalagi jaman dahulu olah yuda (berperang) adalah sesuatu yang sangat penting. Siapa yang paling perkasa itulah yang banyak beruntung. Jadi karena seorang ibu itu kurang berperan dalam olah yuda atau berperang dimedan laga (kurang menonjol) maka disepelekan. Pada jaman modern sekararang ini ibu masih disepelekan karena kepala rumah tangga adalah ayah. Sayang kemudian di lapangan masih banyak ibu – ibu yang tidak mau menempatkan diri sebagai “ Co Pilot “ yang baik. Padahal seorang ibu memiliki posisi kunci, sebab kenyataannya yang pegang kendali ke dalam adalah ibu, meskipun pimpinan atau policy ada pada ayah sebagai selaku pimpinan rumah tangga memang ayahlah yang punya hak. Tetapi yang menjadi “Dirjen” adalah ibunya “Menteri” hanyalah pimpinan organisasi dan pimpinan politik, yang menjalankan policy dari Menteri adalah Dirjennya (ibu). Kurangnya kesadaran dan pengetahuan oleh ibu – ibu itu sendiri yang membuat ibu – ibu kurang menonjolkan perannya sebagai posisi kunci. Atau jikalau tidak demikian, banyak ibu – ibu yang menyalahgunakan posisi kuncinya untuk kepentingan kedagingan emosi dirinya sendiri bukan untuk kepentingan keluarga. Contohnya manja – manja dan mentang – mentang sebagai isteri yang harus dikasihi suami. Kemudian bertindak sewenang – wenang sebab mengerti jika suami berani menentang berarti akan timbul sesuatu kejadian “yang memalukan”. Dari pada malu sama anak atau malu sama tetangga lebih baik mengalah dan diam menuruti kehendak isteri demikian banyak suami berpikir. Dari pikiran suami yang seperti ini, isteri justru memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk kepentingan emosi dirinya sendiri dengan alasan sebagai kompensasi dari cintanya. Jika tidak demikian bisa juga karena kurangnya pengertian ‘pentingnya’ posisi isteri dalam rumah tangga, khususnya yang ada kaitannya dengan policy suami dan pendidikan anak. Karena kurangnya pengertian ini banyak isteri-isteri menjadi kurang dapat menempatkan diri pada posisi yang benar agar supaya lebih berdaya guna. Apalagi jika ditambah difasilitasi dengan suami yang banyak mengalah, atau suami kalah kaya, atau suami pernah ketahuan oleh isterinya pernah menyeleweng, atau suaminya berkepribadian Plegmatig atau Melankolis yang penampilannya lebih banyak pendiam dan cuek dan tidak ambisius.
Berbagai hal inilah contoh – contoh yang membuat anak menjadi kurang respek terhadap ibu yang kemudian menyia – nyiakan ajaran ibunya. Dan jika anak sudah menyia – nyiakan ajaran ibunya, anak sudah kurang patuh terhadap orang tua khususnya ibu. Akibat hal ini anak terlatih tidak taat kepada sesuatu yang lemah (tidak punya power). Kemudian setelah dewasa, terlatih tidak taat kepada hukum (firman Allah) sebab hukum dan firman Allah powernya abstrak. Tidak langsung kelihatan nyata. Nah sekarang bisa ditebak sendiri, apa akibat seseorang yang tidak taat kepada hukum dan firman Allah. Apakah ia mempunyai banyak peluang disurga ?
Kenyataan cukup banyak orang yang tidak dilatih untuk takut kepada sesuatu yang tidak punya power secara langsung. Terlatihnya hanya takut kepada sesuatu yang punya power dan terlihat menakutkan (sehingga tidak secara langsung mengambil tindakan / menghukum, jika terjadi ketidak taatan).
Dengan demikian ajaran untuk taat (takut, hormat, mengikuti ajaran-ajarannya dari orang tua) kepada ibunya adalah mempunyai makna yang tinggi. Namun demikian tidak kalah pentingnya untuk ibu itu sendiri harus bisa menempatkan diri sebagai orang yang layak diterima ajaran – ajarannya. Seorang ibu untuk bisa memiliki wibawa dan kemampuan agar anak mau menerima ajaran – ajarannya, tidaklah sesuatu yang mudah. Memerlukan banyak persyaratan, terutama dirinya sendiri patuh terhadap Firman Tuhan. Apakah ibu – ibu taat terhadap Firman Tuhan ? (apakah isteri – isteri benar – benar tunduk pada suaminya sesuai ajaran yang tersirat dalam – I Pet 3 : 1)


“ Demikian juga kamu, hai isteri – isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada diantara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isteri. “
(I Pet 3 :1) .

Benang merah dari uraian ini adalah dapat menyetujui apa yang tersirat dalam ungkapan yang dituliskan pada bagian belakang sebuah truk di wilayah Ampel itu, karena terjnyata ungkapan tersebut justru sebenarnya Alkitabiah. Sekarang bagaimana ibu-ibu atau isteri-isteri, sudah sadarkah bahwa kedudukannya sebagai “tulang rusuk” tidak sekedar sebagai penolong secara lahiriah dan harfiah saja? Bahwa kedudukannya sebagi isteri juga sebagai penolong yang lebih luas dan sangat signifikan. Bahkan sebagi salah satu penentu apakah anaknya besok berpeluang menikmati “surga” (dunia) atau kebahagiaan selama masih hidup didunia dan juga surga rohani, artinya surga yang dijanjikan oleh Allah setelah nantinya hari penghakiman tiba. Atau justru ibu – ibu sendiri sebenarnya masih kurang paham bagaimana mekanisme dan mata rantai mendapatkan kebahagiaan sejati selama masih hidup dan kebahagiaan karena mendapat anugerah dari Tuhan berupa boleh masuk dikerajaan surga? Yang pasti kerajaan Surga itu memang anugerah dari Allah melalui karya penebusan Kristus, tetapi ada persyaratannya yang harus dipenuhi yaitu bertobat, tetapi untuk menuju pertobatan ini ayah dan ibu wajib memfasilitasinya agar anak dapat lebih berpeluang mendapatkan anugerah Allah tersebut. Antuk masalah ini akan dibahas tersendiri dalam judul lain.


“ DIMENANGKAN OLEH KELAKUAN ISTERI“

Kelakuan isteri merupakan kunci emas dari segala kunci sebuah keluarga dari anak keturunannya. Isteri boleh punya phisik yang lemah, tidak punya jabatan yang tinggi seperti suami, tidak punya harta kekayaan yang banyak, karena mungkin kebetulan tak punya warisan (karena bukan anaknya orang kaya) tak menjadi profesor (karena tidak sekolah tinggi) tetapi mempunyai senjata yang ampuh yakni kelakuan. Melalui kelakuan isteri akan memenangkan segala peperangan dan kompetisi yang harus dilalui oleh suami dan anak-anaknya.
Dalam pertikain (konflik dengan suami) suami yang sedang terganggu, apakah terganggu karena pekerjaannya yang sedang kacau, atau karena kesalahan suami sendiri kecantol WIL atau sebab apa saja yang akhirnya suami menjadi sensitive dan mudah marah. Kemudian cari gara – gara dengan isteri Karena ia sensitive. Jika kelakuan isteri tidak mendukung (dalam posisi rohaninya baik dan taat pada firman Tuhan) kemungkinan isteri akan melayani kemarahan suami dengan alasan isteri tidak merasa bersalah mengapa di cari – cari kesalahanya. Maka terjadilah konflik yang sebenarnya tidak diharapkan oleh semua pihak. Tetapi kebalikannya jika isteri dalam posisi taat pada firman Allah, ia akan mengetahui bahwa posisinya harus tunduk pada suami. Dan kemudian akan menangkap (punya filing) bahwa suaminya sedang terganggu emosinya. Apakah terganggu oleh sebab pekerjaan yang begitu berat dan melelahkan atau oleh sebab lain, maka jawaban – jawaban yang diberikan kepada suami yang sedang sensituf atau sikap isteri dalam menanggapinya akan di tata sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan konflik. Karena dengan rela hati mau mengalah kepada suami kendati dirinya tidak salah.
Tetapi jika isteri tidak taat pada firman Allah maka ia akan melawan habis – habisan terhadap suami ketika isteri tersinggung sebab merasa tidak salah dan tidak mau mengalah. Nah dalam posisi seperti ini dimana isteri kelakuannya menjadi orang yang tak terkendali dan malah menjadi mudah tersinggung. Suami dalam posisi terganggu atau tidak terganggu namanya isteri mudah tersinggung, niscaya perselisiahan suami dengan isteri akan sering terjadi, jika posisi menjadi seperti ini apakah ada “surga” didalam rumah tangganya? Sebenarnya meskipun dalam posisi suami yang sedang dalam keadaan “sakit emosi “ isteri masih mempunyai senjata berupa peredam yang sangat efektif, apalagi suami dalam posisi normal baik – baik. Peredam itu adalah senyum ramah yang mempesona hati suami.


BEDA PENDAPAT.

Dalam posisi suami isteri terlibat beda pendapat. Diambil contoh beda pendapat dalam memilihkan tempat studi bagi anaknya yang akan sekolah dijenjang yang baru. Taruhlah kata berhubung dengan suami yang punya jangkauan luas pandangan dan pergaulan. Suami bermaksud menyekolahkan anaknya ditempat yang menurut teori akan menguntungkan dalam hal masa depan. Sekolahnya faforit, pergaulan alumninya bagus – bagus, suami memilih anaknya supaya di sekolah ditempat ini adalah bermaksud agar kelak kemudian hari anaknya punya pergaulan yang luas yang diharapkan akan dapat memberi konstribusi pergaluan besuknya. Menurut suami, pergaulan yang luas apalagi dengan banyak orang yang sukses dari para alumni sekolahan ini, maka akan sangat mendukung jika dibanding dengan tempat studi yang alumninya orang – orang yang sederhana dan kurang cakupan yang luas. Karena menurut suami ijasah tanpa didukung dengan relasi atau hubungan akan kurang berarti. Berbeda dengan pikiran isterinya. Berhubung anak ini anak perempuan apalagi ekonominya masih “Senin Kemis” mbok sudah di sekolahkan saja di sekolahan yang dekat, apalagi biayanya cukup murah sehingga tidak terlalu menjadi beban. Menurut isteri ijasah kan sama saja harganya. Buktinya Pemerintah tidak membedakan gajinya dulu dari sekolahan mana, pokoknya jika dari SI mendapat golongan IIIA, apakah ia lulusan UI, lulusan USM atau lulusan Oxsford Inggris. Dalam posisi seperti ini jika isteri tidak dalam posisi taat pada firman Allah, akan memicu adanya tarik menarik pengaruh. Kemudian memicu adanya konflik suami isteri dari sebab beda pendapat.
Jika terjadi konflik apa akibatnya terhadap pendidikan anak ? Apalagi melalui hal ini isteri terkesan oleh anak – anaknya bahwa ibunya tidak menghormati ayahnya. Apakah anak tidak ikut – ikutan tidak menghormati ayahnya, dan juga terhadap suaminya besok dikelak kemudian hari ? Apakah ibu mampu memberi tauladan yang baik terhadap anaknya tentang kehidupan antara isteri terhadap suami? Jika kelakuannya seperti ini ? Kelakuan ibunya akan ditiru anaknya perempuan tersebut. Pepatah mengatakan bahwa pohon dikenal dari buahnya, dan buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Selain itu pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Dalam hal seperti ini perilaku isteri sangat signifikan, karena tidak baik jika tindakannya hanya berdasarkan bahwa pendapatnya yang benar, tetapi juga harus memperhitungkan akibat / ekses berrantai dari tindakannya yang akan diambil khususnya dalam hubungannya dengan tauladan dan pendidikan anaknya.

.“ Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.”
(Mat 7 : 17).

Kelakuan seorang ibu yang akan kita soroti disini tidak hanya menyangkut pada hal – hal yang besar – besar saja, misalnya berzinah, mencuri dsb. Tetapi justru hal – hal yang kelihatannya sepele tetapi berdaya seperti ragi. Ragi kelihatannya sepele, namun mampu mengubah keadaan seluruh adonan. Rasanya akan menjadi berubah total hanya karena dengan sedikit ragi, yaiitu ketela pohong (singkong) sebakul akan berubah menjadi tape singkong yang enak, hanya dengan sepringkil (beberapa butir) ragi yang dapat mengubah seluruh singkong itu meskipun raginya sangat sedikit. Begitu jugalah kelakuan ibu bisa mengubah segala keadaan situasi dan kondisi sekalipun meskipun kelihatannya secara somatic tak berdaya. Contoh sepele :
a) Ibu suka makan sambil jalan-jalan atau makan tidak di meja makan, melainkan sambil di dapur tempat memasak ia makan dengan piring di pegang (tidak diletakkan di atas meja atau di songgo).
b) Ibu suka memotong pembicaraan sambil menunjukkan bahwa ia superior serta merasa lebih banyak mengerti dan sok pinter
c) Ibu terlalu relak, baik ketika duduk di rumah, duduknya tidak sopan dan tidak santun, bicaranya juga tidak santun, menaruh barang di sebarabng tempat terutama seusai bepergian dll.

Bagaimana anak – anaknya yang masih kecil ? akan meniru ayahnya yang jarang ketemu sebab tiap hari bekerja atau meniru ibunya yang lebih banyak bergaul dengan anaknya di rumah ? dalam pada ini seorang ibu secara langsung tanpa sadar telah memberi contoh yang buruk, bagi anak – anaknya yang masih kecil. Bahkan
tak memberi contoh yang baik, melainkan tanpa sadar ibu telah mengajari atau memberi contoh hal – hal yang tidak baik dan nantinya akan ditiru oleh anak – anaknya.
Dari berbagai contoh dan kajian tersebut diatas jelaslah seorang ibu betul – betul memegang kunci “surga”. Kunci yang pertama = menjadi stabilisator dan dinamisator situasi dan kondisi keluarga.
Kunci kedua = menjadi fasilisator dan regulator bagi pendidikan anak – anaknya melalui tauladan penguasaan diri dan kedisiplinan. Apakah ada orang sukses tanpa penguasaan diri dan tanpa kedisiplinan ? melalui ketaatan dan sopan santun, hormat menghormati. Jika isteri sudah tidak menaruh hormat bagi suaminya, bagaimana dengan anak-anaknya ?



PENYESUAIAN DIRI

Seorang ibu tengah baya, datang berkonsultasi kepada saya dan mengaku sudah 1 tahun dibiarkan oleh suaminya (tidak dijamah), tetapi tidak dicerai. Dari hasil penelusuran mengapa ini terjadi pada ibu ini karena ada beberapa unsur penyebab.
Penyebab pertama : suami tidak berdaya menghadapi orang tuanya sendiri (mertua bagi sang isteri) karena menghadapi orang tuanya yang meminta supaya isterinya dicerai saja.
Penyebab yang kedua: Mengapa permintaan dan tekanan ini dilakukan oleh orang tuanya laki-laki terhadap anaknya kerena isterinya yaitu menantunya bentrok dengan mertua.
Penyebab ketiga : Mengapa sampai mertua si ibu ini minta dan menekan anaknya laki-laki supaya menceraikan. Karena isteri atau menantunya perempuan ini tak mampu mengikuti budaya mertuanya yang masih berdarah biru. Mertua merasa punya nilai lebih dari masyarakat umum, sehingga ia lebih angkuh, termasuk angkuh terhadap menantu perempuannya. Titik persoalannya ada pada latar belakang isteri yang berlatar belakang dari masyarakat biasa yang kebetulan moderat. Sehingga tidak terlatih dengan memiliki tata cara keraton (darah biru) terutama dalam lingkungan sopan santun kehidupan sehari-hari yang senantiasa diselimuti dengan gaya sopan-santun tersendiri, dimana banyak hal harus mengikuti kaidah – kaidah tertentu misalnya dalam berbicara, dalam menyampaikan pendapat, dalam menanggapi sesuatu dan lain-lain. Apakah kaidah – kaidah ini dicari-cari karena iri hati terhadap menantunya perempuan atau memang sudah melekat pada keluarga ini sehingga tidak bisa menerima gaya hidup dan sopan santun orang jaman sekarang. Apapun alasannya, menantu tetap yang kurang bisa menempatkan diri, mengingat menantu adalah pendatang. Bahasa jawa mengatakan menantu yang pendatang adalah “ kalah awu “. Artinya kalah mampan dan kalah senior. Seharusnya tahu diri dan mau mengikuti budaya mertua dan menyesuaikan diri. Persoalannya disini ada dua, yakni tak waspada bahwa biasanya mertua perempuan iri hati dengan menantu perempuan, dan yang kemudian si menantu ini kurang mau rendah hati atau tidak mau mengalah terhadap mertuanya.

“Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu ditanah yang diberikan Tuhan, Allahmu kepadamu”.

(Ulangan 5:16)

Meskipun ini cuma mertua, namun kan disebut ayah dan ibu. Akan lebih berkualitas menghormatinya secara tulus. Tuhan akan menyaksikan dan mencatat. Setidak – tidaknya berbentuk cuma retorika belaka (biar menyenangkan hati saja).
Jika hal ini dapat dilakukan maka suami punya point untuk
membela isterinya. Apalagi Tuhan mencatat, dan berkuasa mengubah hati mertua yang ganas dan iri hati menjadi belas kasihan. Tetapi mengapa suaminya tidak bisa berkutik membela mati-matian terhadap isterinya, padahal anaknya sudah besar-besar. Secara logika seharusnya pembelaan ini dilakukan, tetapi mengapa tidak berarti isterinya yang dahulu dicintainya itu pasti ada kesalahan yang signifikan sehingga mampu melunturkan gairah cintanya.

“Sebab barang siapa yang kamu ampuni kesalahannya, Aku mengampuni, - seandainya ada yang harus Ku ampuni – maka hal itu Ku buat oleh karena kamu dihadapan Kristus. 11 supaya iblis jangan berolih keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya”.
(II Kor 2:10, 11)

Seandainya menantu yang benar, dan mertua yang salah dan kemudian menantu mau mengampuni, meskipun mertua tidak mengucap ia salah dan minta ampun maka :
a. Iblis tidak memperoleh keuntungan
b. Mengubah sikap menantu lebih netral kepada mertua. Tidak bersikap memusuhi, sebab seandainya dalam memusuhi mertua tersebut meskipun secara sembunyi – sembunyi toh tetap akan terasa oleh mertua. Hal inilah yang membuat mertua semakin benci terhadap kehadiarannya menantu.
c. Menantu perempuan tidak menghindarkan kuwajiban utama terhadap suami, yaitu berbuat sedemikian rupa suaminya tetap bergairah cinta kepadanya, maka suami akan mati-matian membela isterinya oleh sebab anaknya sudah besar-besar.

Penyebab yang ke dua :

“ Bersuka citalah dengan orang yang bersuka cita dan menangislah dengan orang yang menangis”.
(Rom 12:15)

Artinya, meskipun kita tidak dalam keadaan susah (menangis), namun menunjukkan empati kita ; yakni ikut merasakan perasaan susah yang dirasakan orang lain. Bukannya seolah dalam hatinya mengatakan : darah biru kan kamu, aku kan tidak mau ikut-ikutan menjadi darah biru. Singkatnya kata jika mau menyesuaikan diri keluarga mertua yang merasa masih keluarga berdarah biru (ningrat) memiliki budaya – budaya yang sebenarnya tidak cocok lagi dengan jaman modern, sehingga ia tetap veodal. Yang veodal biar mertuanya saja tetapi menantu harus menyesuaikan diri karena sebagai pendatang yang harus mengikuti situasi dan kondisi yang lebih kuat dan jangan menentang secara terang-terangan, persoalan tidak cocok itu urusan diri sendiri nanti jika dirumah sendiri atau minimal jika tidak sedang kontak muka (ketemu) dengan mertua. Apalagi berani berkata secara terbuka bahwa ia tak cocok dengan budaya darah biru tersebut. Jika menantu bisa mengikuti menyesuaikan diri niscaya suami punya satu point lagi untuk berbicara pada ibunya untuk membela isterinya, apalagi anaknya telah dewasa karena telah kuliah. Terlebih juga nanti ibunya (mertuanya) akan menaruh kasihan meskipun iri hati atau karena sebab lain karena bagaimana juga ibu mertua ini harus mengakui bahwa anak-anaknya dari ibu ini adalah cucu-cucunya juga. Jadi sang isteri seharusnya mengikuti sebisa mungkin dengan darah biru tersebut meskipun hanya retroika atau lamis - lamis saja dan hanya untuk selama berkumpul saja asal tidak diminta pindah agama, jadi harus bisa membedakan mana yang cuma budaya dan mana yang menyangkut iman kepercayaan kepada Tuhan. Biasanya orang tua akan lebih berkenan jika merasa dihormati dan disanjung, kebalikannya ia akan marah jika merasa ditentang atau diremehkan.
Bagi suaminya sendiri juga akan lebih respek pada isteri sebab isteri mampu beradaptasi dengan lingkungan. Karena respeknya ini mertua tak akan mampu mem veto hubungannya dengan suami. Seandainya mertua tetap ngotot minta anaknya menceraikan, permintaan ini tidak akan efektif. Apalagi anaknya sudah besar – besar (18 tahun). Harus timbul pertanyaan mengapa sampai bertahan 20 tahun ? kuncinya adalah pada rendah hati dari sang menantu. Karena kurangnya rendah hati ini menjadi sumber masalah – masalah berikutnya. Sebab iblis berkesempatan mengambil keuntungan.
Keuntungan yang diambil iblis diantaranya :
a. Ibu ini tergoda menyimpan akar kepahitan berupa benci dan tak hormat kepada mertua. Akibat beruntun dari hal ini adalah hubungan menantu dan mertua menjadi kurang sehat. Selalu dicari – cari kan gara – gara. Nah jika sudah dicarikan gara – gara apa jadinya? Situasi kerap kali tidak enak dan tidak ada damai sejahtera.
b. Menantu mudah emosional, minimum kurang patuh dan tulus. Sikap yang demikian jelas menciptakan suasana yang merugikan diri sendiri, sebab cenderung ingin mengikuti hawa nafsu. Sadar atau tak sadar suasana yang demikian memicu masalah – masalah yang berikutnya. Hal semacam ini biasanya disebabkan oleh keras kepalanya sang menantu perempuan yang mentang-mentang (tadinya) suaminya jatuh cinta kepadanya. Dan sekarang setelah bertambah tua ketika gairah seksi yang dimilikinya sudah luntur, maka ketika iblis masuk lunturlah pula cintanya suami kepada dirinya.
c. Suami menjadi kehilangan point untuk membela secara mati – matian. Ibarat orang berjalan, kakinya yang satu pincang bagaimana bisa menghadapi situasi yang sulit, padahal tanpa mertua turut campur bikin masalah, masalah – masalah yang lain pasti ada. Sayang ibu ini bukan orang Kristen yang karismatik. Seandainya ia seorang karismatik akan mempunyai kekuatan ekstra yakni Roh Tuhan untuk memberi kekuatan dan ikut campur tangan. Karena doa – doa yang bersama – sama di panjatkan hanya di hayati sebatas nalar. tidak masuk di hati dengan sungguh – sungguh. Doa dinaikkan seolah – olah hanya sebatas percaya bahwa Tuhan itu kuasa, hanya sebatas telah memenuhi kewajibannya untuk minta (berdoa) jadi sepertinya ketika berdoa, doanya hanyalah sebagai prasyarat untuk dapatnya terpenuhi keinginan dalam pikirannya saja.. Akan beda dengan orang yang karismatik. Orang yang karismatik percaya bahwa kuasa doa memiliki kekuatan. Kekuatan untuk memberi kekuatan dan mengubahkan situasi dan kondisi sesuatu yang diluar jangkauan akal sehat kita. Karena doa mempunyai kekuatan gaib dari Tuhan sebagai manifestasi dari kepercayaannya bahwa doa punya otoritas dari Allah jika Allah berkenan mendengar dan mengabulkannya.

Hal – hal yang sebenarnya tak masuk diakal (benci) bisa saja berubah menjadi mendukung dengan apa yang kita inginkan (bukan dengan kekuatan sendiri). Kekuatan sendiri berupa upaya dan nalar (pengetahuan) yang tetap dilakukan. Namun ditopang dengan kekuatan yang tak kelihatan yang mampu merubah kondisi dan situasi. Bisa saja akal dan nalar dan kekuatan kita hebat, namun jika situasi dan kondisi tak mendukung mau apa, akan menjadi ibarat mobil mesin turbo tetapi bannya kempes.

Saudara yang kekasih dalam Tuhan, dari beberapa kasus yang beraneka ragam yang telah saya kemukakan diatas jelaslah memberi pengertian bahwa seorang isteri ternyata menjadi kunci “surga” dalam sebuah keluarga. Mengapa demikian ? Karena ibarat tepuk tangan, akan bisa dilakukan jika kedua telapak tangan memberi keseimbangan untuk melakukan tepuk tangan. Dan jika salah satu telapak tangan tidak mengimbangi atau pasif maka tepuk tangan tersebut tak akan dapat dilakukan. Sebuah keluarga atau suami – isteri juga seperti orang melakukan tepuk tangan. Oleh karena itu dalam penciptaan Allah mengatakan : Akan Kubuatkan penolong bagimu. Tidak baik seorang diri. Kata “penolong” haruslah diamati dengan teliti. Berarti tidak akan ada seorang laki-laki yang tidak akan membutuhkan pertolongan seorang perempuan yaitu tulang rusuknya sendiri. Jadi pasti seorang laki-laki membutuhkan pertolongan dari tulang rusuknya, karena Allah memang sudah mendisain demikian. Dalam kehidupan nyata sehari-hari dalam kasus orang memerlukan pertolongan, siapakah yang pada waktu terjadi penolongan yang harus lebih terampil yang harus lebih sehat yang harus lebih kuat dan sebagainya ? Pastilah yang menolong bukan ? Namun kenyataannya bagaimana ? Apa yang dipersiapkan oleh kaum Hawa ? Apa yang dipersiapkan oleh pihak gereja untuk menolong umatnya dalam rangka menyelamatkan umatnya dari terkaman iblis ? Bukankah seharusnya kaum Hawa memiliki kualitas rohani dan ketrampilan sosial yang lebih ? Bahkan jika termasuk harus memegang ekonomi dapur seorang Hawa sebaiknya juga memiliki ketrampilan ekonomi meskipun minimal ekonomi dapur ? Banyak contoh keluarga korat-karit dan suaminya menjadi kedodoran hanya karena sang isteri tak memiliki kemampuan mengatur ekonomi dapur. Sehingga “gawangya jebol terus” meskipun didrop dana terus menerus. Berikut beberapa point yang seyogyanya diketahui oleh seorang isteri untuk mendampingi suami dan mengasuh anak dan merawat mertuanya.


MASALAH ROMANTISME

Oleh karena itu, suami dan isteri dan romantisme dirumah harus selalu terjagai, demi suami tidak mudah “jajan” diluar karena merasa bosan makan dirumah. Berikut tip dari Luciene Lanson dalam bukunya Dari Wanita ke Wanita :
a. Adanya KB (Keluarga berencana) adalah untuk mencegah adanya kehamilan meskipun melakukan hubungan seks. Untuk apa susah-susah ber KB jika hubungan seks hanya melulu untuk hamil. Tentunya cukup dengan tidak usah melakukan hubungan tempat tidur saja sudah akan selesai.
b. Adanya polygamy, khususnya bagi mereka yang telah mempunyai keturunan secara lengkap. Artinya anak putra maupun putri berserta jumlah yang diidam-idamkan telah terpenuhi, namun masih melakukan polygamy / polyandry.
c. Adanya perlakun ekstra marital, untuk apa melakukan hubungan perselingkuhan bila anak yang merupakan satu -satunya harapan telah terpenuhi.
d. Untuk apa melakukan tata boga dan raga misalnya fitness, senam seks dan sebagainya. Apabila keturunan juga sudah didapat. Bukannya tubuh kendor, penampilan sronok tidak membatalkan dan tidak menghalangi adanya kehamilan?
e. Obat-obatan dan jamu-jamuan bagi orang normal (bukan bagi orang sakit atau kelainan) yang ditujukan untuk kepentingan hubungan tempat tidur, bila tanpa obat-obatan dan jamu-jamuan tersebut sebenarnya kehamilan tidak juga terhalangi (TT.165)
f. Jangan lupa bahwa gairah seksual adalah merupakan tahapan emosi. Oleh karenanya sesuaikan emosi anda , artinya jangan pasif, melainkan pro aktiflah dalam bercumbu.
e. Bila suami dalam posisi lemah atau letih, demi untuk bisa orgasme, perlu melakukan posisi istri beada di atas, hal ini akan lebih membantu pengendalian orgasme.
Karena dalam posisi demikian suami lebih tahan dibanding bila posisi suami ada diatas.
f. Upayakan jangan terlalu lama puasa tidak bersanggama, karena dapat membuat vagina sempit dan mongering. Bila demikian maka perlu dibuat pembasahan alami. Supaya vagina tidak luka yang dapat menyebabkan kanker atau suami keburu “keluar” terlebih dahulu sebelum mampu menimbulkan kenikmatan.
g. Rasa takut juga akan membuat virgit dan menyempitnya vagina, hal ini akan merugikan dan rasanya sakit jika bersanggama.
h. Bila wanita sering sakit perut, pinggul, dan sakit pada punggung hal ini adalah merupakan tanda-tanda kurang banyak bersanggama tidak mencapai orgasme.
(lanson 216-232)
Menambah pengetahuan sangatlah penting bagi setiap orang yang mendambakan kenyamanan lebih dalam menikmati kehidupannya . Ibarat orang menempuh perjalanan, akan lebih aman dan nyaman jika telah mengerti peta dan mengenali medan (situasi) jalan yang akan dilaluinya. Inilah pengetahuan.


125
1 Untuk dapat memuaskan suami, perlu mengadakan latiahan otot secara berkala, yaitu supaya otot kegel dapat membantu orgasme. Caranya rentangkan kaki dan bayangkan seolah-olah anda menyedot dan melepas melalui vagina. Latihan ini dapat dengan duduk dikursi, sambil bekerja biasa. Kegunaannya adalah dinding vagina menjadi lentur dan peka terhadap buah zakar yang masuk. Latihan ini akan sangat bagus jika telah dilakukan jauh sebelum menopause. (Scheuneman.194.43)
2.Jangan Anggap Remeh Godaan Dari Luar
Godaan dari luar tidak bisa ditanggulangi dengan kalimat ‘yang penting imannya kuat’, banyak terjadi orang-orang yang secara nalar Manusia semestinya memiliki Iman Yang Kuat (Ustad,Pendeta,Pastur), namun nyatanya tergoda dan jatuh lewat seks. Fakta kenyataan ini harus dipakai sebagai “pematahan” terhadap anggapan bahwa iman yang kuat dapat terbebas dari godaan ekstra marital. Tuhan tidak mengajarkan demikian. Apalagi iman tanpa perbuatan adalah tong kosong, perbuatan disini perlu digaris bawahi. Arti dari kata perbuatan disini adalah tindakan yang nyata, Bagaimana suami tidak berfikir jika teman-teman selalu mengolok-olok bahwa isterinya gembrot, tidak seksi dan lain-lain yang diikuti oleh “iklan” yang menggiurkan enaknya perempuan yang seksi dan tampil ramping bagaikan penari ballet yang sangat enak dan lincah untuk berbagai bentuk covigurasi! Terlebih jika benar-benar telah disediaakan oleh orang-orang tertentu yang memang disekenario oleh iblis!
Bayangkan setebal apa iman suamimu menghadapi godaan semacam ini ! Belum lagi mereka jauh lebih muda dan gratis, apalagi dengan adanya hadiah (suap) dari rekanan kontraktor. Disinilah pentingnya isteri harus mampu menandingi kehebatan “hidangan” yang sengaja disuguhkan oleh para rekanan dari para kontraktor (rekan bisnis). Disamping bertaqwa dan minta perlindungan Tuhan dengan doa, tindakan nyata mengikuti senam, menjaga penampilan, menjaga berat badan,menambah pengetahuan dan mengadakan convigurasi-convigurasi berbagai stand adalah sangat perlu. Sehingga godaan dari luar dan teman sekeliling suami, tidak menjadikan goyah suami sebab isterinya sanggup diajak kompetisi dan lebih hebat. Sifat malas atau malu melangkah, oleh isteri-isteri inilah yang memberi peluang kepada iblis masuk ke pikiran suami terhadap WIL. Apalagi isteri tidak seksi dan ramah ketika suami dirumah, dengan alasan suami imannya kuat. Suaminya imannya kuat atau malas? Tampil seksi dan cantik jika berpergian sendirian, yang justru mengundang iblis masuk “mendampinginya” Suami tatkala dirumah janganlah disuguhi dengan penampilan yang sronok alakadarnya saja, apalagi ketika suami di rumah mukanya di masker seperti nini towok, menunjukan bahwa tanpa sadar justru seolah isteri lebih mementingkan orang lain dari pada suaminya sendiri. Buatlah suami menjadi kagum dan bangga terhadap isteri, bahwa tidak kalah dengan “hidangan” yang dihidangkan oleh para rekanan, dan dijamin tidak kotor serta terbebas dari AIDS. Begitu pula bagi suami, janganlah dirumah isinya hanya menunjukkan “bahwa akulah raja” yang berkuasa atas diri isteri, menampilkan diri sebagai “penjajah” dan superior apalagi diktatktor. Tindakan semacam ini akan memunculkan keinginan pertahanan diri berupa “fakta” aku tidak bisa dan tidak mau dijajah dan diperintah dengan berbagai aspeknya. Bisa dengan pelarian kepada PIL atau tindakan perlawanan langsung berupa konfrontasi terselubung dalam interaksi sehari-hari. Dan membuatnya suasana tidak nyaman. Tetapi tunjukkanlah bahwa suami adalah ‘patner’ dalam segala bidang bagi isteri. Patner untuk “bermain”, patner untuk menyelesaikan persoalan, patner dalam curhat,patner dalam mengasuh anak-anaknya, patner dalam beraktualisasi diri dan sebagainya. Serlain patner juga pelindung yang setia, selain pelindung yang setia juga pimpinan yang mengerti anak buah, bukan pimpinan yang diktaktor, juga seorang guru. Sehingga jaman dulu suami juga disebut guru laki.

KESADARAN
Fakta dalam kehidupan berumah tangga adalah bagaikan perjalanan mengarungi lautan luas yang tidak mempunyai peta laut, tetapi hanya memiliki kompas dan peta dunia. Artinya terlalu banyak hal yang harus dihadapi tanpa bisa memperkirakan dan memprediksinya lebih dahulu. Bisa jadi akan menjumpai badai yang dahsyat, tetapi bisa juga akan beruntung yang dihadapi hanyalah gelombang biasa bukan badai yang dahsyat.
Oleh karena itu bagi yang telah mengerti akan mempersiapkan diri sebaik mungkin, tetapi yang belum mengerti akan mengikuti arus apa nanti yang terjadi terserah nanti, sehingga akibatnya bisa terjadi kawin cerai tidak hanya satu kali, tetapi beberapa kali seperti yang dialami oleh sebagian artis-artis. Sebenarnya jika mereka yang kawin cerai tersebut jika ditanya, ia akan menjawab ia sendiri tidak menghendaki terjadi kawin cerai apalagi lebih dari satu kali. Tetapi karena “terpaksa” ya apa boleh buat. Itulah sebabnya buku ini ditulis agar memberikan wacana dan wawasan yang lebih, untuk mendekati mengerti “peta lautan” yang akan di raungi itu seperti apa.
Orang tua biasanya mengantisipasi dari ketidak mengertian dahsyatnya lautan yang harus dilalui ini dengan menghitung-hari pernikahan dengan teliti, karena tak mampu mengerti secara akal, maka menempuh jalan secara mistis. Karena menganggap tahun, bulan dan hari ada korelasinya dengan keselamatan dan kebahagiaan pernikahan. Yang ingin saya ungkapkan disini adalah adanya pengakuan bahwa mengarungi perjalanan hidup dalam pernikahan itu banyak misteri yang tak dapat dipecahkan sebelumnya. Menurut ilmuwan yang juga rohaniawan, ada sebagian yang dapat membantu mengungkap kemisteriusan “lautan pernikahan” tersebut yang sebagian telah kami paparkan sebelum tulisan ini.
· Kepribadian antara suami dengan isteri itu tidak sama (dari berbagai sudut) Dan ternyata dibalik ketidak samaan ini Tuhan telah mendisain sedemikian rupa agar ketidak samaannya ini dapat dipakai untuk “merangkai” suatu perjodohan. Jika kita melihat suatu beton konstruksi, dimana beton tersebut terdiri dari batu kerikil + pasir (yang sebenarnya sejenis dengan batu kerikil, bedanya hanya dimensinya saja) + pc yaitu yang disebut perekat + air. Jika beton tersebut tidak terdiri dari pasir dan kerikil, melainkan kerikil semua, maka beton akan keropos (ada lobang-lobang kecil) sehingga tidak kokoh. Demikian pula suami dan isteri karakteristiknya sama yaitu sama-sama batu, tetapi dimensinya berbeda yang satu “batu” dan yang satunya lagi “kerikil”. Bagi yang mampu memanfaatkan membedakan antara “batu kerikil” dengan (batu) “pasir” dan kemudian menyusunnya dengan tepat akan membuat kokohnya hubungan suami dengan isteri.
Berbahagialah yang mempunyai seorang Isteri
yang cakap melebihi permata harganya .
Amsal 31:10



[1]) Garis bawah oleh penulis, sebagai penekanan