Kamis, 29 November 2007

PRAKATA

Syaloom........
Lagi aku melihat dibawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik, karena waktu dan nasib dialami mereka semua”
Pengkotbah 9:11


Sudah merupakan suatu kebiasaan, bahwa pada setiap pintu masuk rumah biasanya di taruh keset. Maksudnya adalah siapapun yang berasal dari luar rumah yang akan masuk ke rumah, terlebih dahulu bisa keset. Agar barang kali ada kotoran yang melekat pada alas kaki tidak terbawa masuk. Sehingga tidak mengotori lantai dalam rumah. Pada umumnya lagi, bahan keset dibuat dari bahan yang murah, bukan dari barang yang mewah. Artinya sebenarnya barang tersebut sebelum di jadikan keset, tidaklah berharga. Tetapi nyatanya setelah menjadi keset, ternyata menjadi sangat berguna.

Filsafat inilah yang mengilhami penulis untuk berani tampil di internet, yang memungkinkan bisa dibaca oleh orang seluruh dunia tanpa adanya pengaruh intimidasi (netral). Karena Penulis merasa bukan seorang pendeta apalagi seorang pendeta yang kenamaan. Juga bukan seorang ahli teologia. Tetapi adalah seorang “kaum awam” atau jemaat biasa yang tidak mempunyai jabatan apa-apa di Gereja. Penulis menyadari dan mengerti mengapa tidak mendapatkan tugas pelayanan di Gereja. Yakni karena penulis adalah seorang pebisnis yang telah beberapa tahun mengalami kebangkrutan sehingga harus hidup sengsara dan menderita selama kurun waktu yang lama. Setelah puluhan tahun di ijinkan mengalami sukses ekonomi. Begitu juga soal kehidupan ke sucian, penulis mengakui pernah menjadi orang berdosa yang tak mampu menjaga kebersihan tempat tidur alias pernah jadi orang rusak, jadi bukan orang yang bersih seperti kebanyakan pak Pendeta dan pak Majelis. Sehingga meskipun dari atas mimbar pak Pendeta selalu mengundang jemaat untuk aktif melayani di Gereja, tetapi barangkali penulis dianggap tidak layak melayani karena tidak kaya dan tidak akan bisa di suruh-suruh berhubung sudah tua.

Namun karena dorongan Roh Kudus, maka penulis meberanikan diri menulis tentang Firman Tuhan yang di sajikan secara terbuka. Bukankah Rasul Paulus dan Petrus juga tidak kaya? Dengan maksud pelayanan penulis bisa menjadi lengan kepanjangan dari tugas pelayanan yang langsung Tuhan pimpin sendiri. Bukan untuk menarik jemaat dari jemaat di Gereja Bapak agar menjadi jemaat penulis, karena penulis bukanlah Pendeta yang memimpin Gereja.
Jika bahan keset yang mestinya dibuang, tetapi bisa menjadi keset yang berguna, jika kain aval dan kain gombal yang mestinya dibuang, tetapi ternyata sangat berguna bagi para montir untuk membersihkan olie yang nempel, jika kacungnya Nabi Elisa perkataannya bisa menjadi berkat bagi Jendral Naaman, siapa tau penulis juga menjadi berkat bagi banyak orang.
Apalagi jangkauan pelayanan sesuai dengan apa yang dikatakan Yesus, adalah orang-orang yang belum benar, orang-orang yang berdosa, orang-orang yang rusak pokoknya bukan orang alim atau orang yang saleh. Yaitu yang memerlukan tabib adalah orang yang sakit, bukan orang yang sehat.

Kebetulan pengalaman penulis sebagai pebisnis yang kebetulan juga pernah di ijinkan Tuhan bergaul (pernah) dengan orang klas atas (ketika sukses), dan juga pernah bergaul dengan orang gembel atau akar rumput (ketika di hajar Tuhan).
Semoga pengalaman penulis ini bisa masuk kepada mereka yang cara berfikirnya tidak se alur atau se frekwensi dengan alam pikiran Pendeta atau Rohaniawan yang belum pernah hidup kotor dan berdosa. Karena latar belakang mereka (orang-orang yang membutuhkan pelayanan) kebanyakan adalah karena adanya dorongan untuk mencukupi suatu kebutuhan. Harapan mereka masuk ke Gereja akan mendapatkan penyelesaian atau petunjuk sesuai dengan logikanya. Dan sebagian dari mereka berharap akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan (ada yang berharap mendapat penyelesaian secara instant).
Padahal konseling yang harus diberikan kepadanya adalah penyelesaian berdasarkan Firman Tuhan yang pada umumnya bertolak belakang dengan logika mereka, dan belum tentu hasilnya instant seperti yang mereka harapkan. Karena mujizat dari Tuhan, kapan datangnya dan dalam bentuk apa adalah tergantung Tuhan sendiri, manusia tak dapat menyelami pikiran Tuhan.

Tidak terjawabnya apa yang menjadi pertanyaan jemaat inilah yang membuat fenomena pindah-pindah gereja dengan berbagai alasan. Ada yang menginginkan mendapat filsafat hidup bagaimana sebenarnya hidup bersama Tuhan, ada yang alasannya memburu mujizat, ada yang memburu pemulihan secara instant, ada yang memburu ganti relasi, ada yang memburu menjadi penjilat orang terkenal, ada yang memburu numpang terkenal dan banyak lagi alasan. Dan semua apa saja alasan pindah-pindah Gereja ini haruslah diluruskan, sehingga mereka mendapat kelegaan yang berasal dari Tuhan dan tidak terperosok kepada ajaran-ajaran guru palsu.

Mengingat tangan pak Pendeta hanya dua, kakinya juga hanya dua, artinya pak Pendeta juga punya keterbatasan, maka mustahillah bisa menjangkau semua kebutuhan (spiritual dan pengetahuan) dari jemaatnya. Belum lagi jika pak pendeta usianya lebih muda dari jemaat, dan sejak lulus SMA langsung sekolah Teologia dan langsung ditahbiskan menjadi Pendeta setelah lulus Sekolah Teologia. Pastilah pak Pendeta tersebut bukan orang rusak, karena sejak SMA pergaulannya sudah selalu bergaul dengan orang-orang saleh, baik ring satu, ring dua maupun ring tiga adalah orang-orang saleh semua dan pendoa-pendoa. Belum lagi jika belum pernah mengalami kekurangan ekonomi (kebutuhan pokok untuk makan). Sehingga kemungkinan besar kurang mengerti alam pikirannya orang yang susah itu bagaimana, caranya memberi solusi, kesulitan dan kebiasaan orang berdosa itu bagaimana. Terutama jika empaty yang dimiliki masih sebatas teori (mengira-ira) karena belum pernah mengalami sendiri sebagai orang susah.

Penulis merasa (ibarat) pernah kecebur sumur, melalui pengalamannya ketika bisa keluar dari kecebur sumur tanpa pertolongan orang lain dan tanpa pertolongan orang Kristen dan petuah pak Pendeta, ingin men sharingkan pengalaman ini kepada orang lain yang memerlukan. Terutama kepada mereka yang tidak terjangkau oleh tangan pak Pendeta. Agar juga mengalami mendapat pertolongan dari Tuhan sehingga bisa keluar dari sumur kenistaan dan kesulitan.

Namun demikian, menyadari penulis sendiri adalah mantan orang rusak dan berdosa sehingga dan hanya berlatar belakang sekolah teknik bangunan, pengalaman pekerjaannya juga hanya sebagai civil enginer bukan Majelis dan bukan seorang sastrawan dan ahli bahasa, apalagi kepribadian penulis Kholerik, tentu tulisan ini berkesan kaku dan ceplas-ceplos apa adanya tanpa basa-basi. Untuk itu kami mohon maaf sebesar-besarnya jika tulisan ini kurang berkenan di hati pembaca yang budiman, meskipun sebenarnya ingin juga memperhalus kalimat sehingga enak dibaca dan didengar. Semoga Roh Kudus sendirilah yang menyempurnakan.
Amin.Tuhan memberkati Para Pembaca.

Tidak ada komentar: